ekonomi dan lain-lain. Adapula stresor yang muncul dari dalam misalnya cacat
badaniah.
b. Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam
kebutuhan atau tujuan. Memilih yang satu berarti tidak tercapainya yang lain.
c. Tekanan juga dapat menimbulkan masalah penyesuaian. Tekanan sehari-hari,
biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dan berlangsung lama (stresor
jangka panjang), dapat menimbulkan stres hebat.
d. Krisis adalah keadaan karena stresor mendadak dan besar yang menimbulkan
stres pada seorang individu ataupun pada suatu kelompok. (Maramis, 2009)
A.3 Daya Tahan Stres
Daya tahan stres pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pada keadaan
somato-psiko-sosial orang itu. Menurut teori, setiap orang dapat saja terganggu
jiwanya, asal saja stresor itu cukup besar, cukup lama atau cukup spesifik, bagaimana
stabil pun kepribadian dan emosinya.
Tiap orang mempunyai cara sendiri untuk penyesuaian diri terhadap stres,
karena penilaian terhadap stressor dan stres berbeda (faktor internal), dan karena
tuntutan terhadap tiap individu berbeda (faktor eksternal), itu antara lain tergantung
pada umur, sex, kepribadian, inteligensi, emosi, status sosial dan pekerjaan individu.
Makin besar perubahan hidup dari beban stres, makin rendah daya tahan tubuh
terhadap penyakit dan makin besar penyakit yang timbul. (Maramis, 2009)
A.4 Respon Terhadap Stres
1. respon emosi terhadap bahaya dan ancaman akan berupa perasaan takut dan
cemas, sedangkan terhadap perpisahan dan kehilangan berupa depresi.
2. respon psikologis berfungsi untuk mengurangi dampak pengalaman traumatik,
dapat berupa kesulitan mengingat kembali detail pengalaman itu atau
kehilangan perasaan terhadap peristiwa tersebut.
3. Strategi coping, dimana tidak semua strategi ini bersifat adaptif. Strategi
coping adaptif akan mengurangi distres jangka panjang, termasuk di sini
penghindaran dari situasi yang menimbulkan distres, memecahkan masalah,
dan berdamai dengan situasi.
sangat
lelah
atau
lelah
yang
berkepanjangan.
4. Sukar berkosentrasi
5. Kehilangan minat terhadap rekreasi yang sebelumnya dapat dinikmati dan
sudah biasa dilakukan.
6. Menjadi khawatir mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak dapat diselesaikan
dengan perasaan khawatir saja.
7. Bekerja berlebihan, biarpun tidak seluruhnya efektif.
8. Makin lama makin banyak pekerjaan yang dibawa pulang ke rumah.
9. Makin banyak merokok atau makin banyak memakai minuman keras
dibandingkan dengan sebelumnya.
10. Berulang kali merasa kehilangan perspektif atau merasa masa depan suram
mengenai apa yang sebenarnya penting dalam pekerjaan dan keluarga atau
mungkin juga dalam hidup.
Untuk mencegah stres, yang paling baik adalah mengubah sikap terhadap
stresor. Makin penting stresor itu dianggap, makin besar stres yang timbul sebagai
akibatnya, makin santai dan relax stresor itu dihadapi, makin banyak alternatif
penyelesaian yang dilihat, makin ringan stres itu. (Maramis, 2009)
F.43 Reaksi Tubuh Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian
Kategori ini berbeda dengan kategori lainnya karena mencakup gangguangangguan yang tidak hanya diidentifikasikan atas dasar simtomatologi dan perjalanan
penyakitnya, akan tetapi juga atas dasar salah satu dari dua faktor pencetus, suatu
stres kehidupan yang luar biasa yang menyebabkan reaksi stres akut, atau suatu
perubahan penting dalam kehidupan yang menimbulkan situasi yang tidak enak yang
berakibat suatu gangguan penyesuaian
Meskipun setiap gejala yang membentuk reaksi stres akut dan gangguan
penyesuaian, secara iindividual dapat terjadi pada gangguan-gangguan lain, ada
beberapa ciri khusus dalam cara gejala itu tampil yang membenarkan untuk
memasukkan keadaan-keadaan ini sebagai suatu gangguan klinis. (PPDGJ III, 1993)
F43.0 Reaksi Stres Akut
Istilah ini menunjukkan reaksi abnomal terhadap stres yang mendadak dan
berlangsung (per definisi) maximal satu bulan. Pada dasarnya mirip dengan reaksi
normal namun sangat hebat dan ada gejala tambahan. (Maramis dan Maramis, 2009)
Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa yang dapat
meliputi ancaman serius terhadap keamanan atau integritas fisik dari individu atau
orang-orang yang dicintainya (misalnya bencana alam katastrofik, kecelakaan,
peperangan, serangan tindakan kriminal, pemerkosaan) atau perubahan mendadak
yang tidak biasa dan perubahan yang mengancam kedudukan sosial dan/atau jaringan
relasi dari yang bersangkutan seperti kedukaan yang bertubi-tubi atau kebakaran.
Resiko terjadinya gangguan ini makin bertambah apabila ada kelelahan fisik atau
faktor organik lain (misalnya usia lanjut). (PPDGJ III, 1993)
Respon emosi yang timbul berupa anxietas yang parah, kegelisahan,
insomnia, serangan panik, atau depersonalisasi dan derealisasi. Respon emosi ini
disertai gejala-gejala somatik yang berupa palpitasi, berkeringat dan tremor. Sebagai
tambahan ada gejala disosiatif yang berupa mati rasa (numbness) dan kesulitan
mengingat kembali (recall).
Pedoman Diagnostik
Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman
stresor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah
lainnya.
(PPDGJ III, 2003)
Tatalaksana
Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain :
a. Mengurangi respon emosional : dapat dilakukan dengan bercerita kepada
keluarga atau teman. Jika tidak ada keluarga, maka teman, dokter, perawat,
atau pekerja sosial dapat membantu. Apabila dinilai terdapat anxietas yang
berat, dapat diberikan obat anxiolitik untuk beberapa hari dan jika insomnia
hebat, dapat diberikan obat hipnotik untuk beberapa hari.
b. Mendorong pengingatan kembali : hal ini akan menuju pada penerimaan akan
peristiwa yang menimbulkan distres itu, namun mungkin diperlukan bantuan
mengingat dan mengintegrasikan peristiwa itu ke dalam memori. Proses ini
harus dilalui dengan suka rela dan tidak boleh dipaksakan.
c. Mengembangkan strategi coping yang lebih efektif : sebagian orang
memerlukan bantuan konseling untuk mengubah reaksi maladaptif yang dapat
berupa misalnya minum berlebihan, perilaku agresif atau histrionik atau
minum obat overdosis.
d. Menolong masalah residual : di samping masalah psikologis, dapat juga
terjadi dampak pada aspek fisik atau psikososial lainnya dan sebagian orang
perlu bantuan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
F.43.1 Gangguan Stres Pasca Trauma
onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas
dan tidak didapat alternatif kategori gangguan lainnya.
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau
mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali
(flashback). Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku
semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas. (PPDGJ-III, 1993)
Tatalaksana
a. Farmakoterapi
1. Gejala depresi : SSRI (ada bukti yang cukup kuat untuk fluoksetin,
fluvoksamin, dan sertralin), trisiklik ( amitriptilin dan imipramin).
2. Gejala anxietas ; benzodiazepine (klonazepam, alprazolam) buspiron dan
antidepresan.
3. Gangguan tidur dapat diperbaiki dengan penggunaan antidepresan yang
sedatif (misalnya trazodon), siproheptadin atau hipnotika.
4. Pikiran intrusif : karbamazepim, lithium, fluvoksamin
5. Keterjagaan berlebihan : SSRI, propanolol/klonidin, lithium, valproat.
6. Hostibilitas/impulsivitas : karbamazepin, valproat
7. Gejala psikotik/agresi atau agitasi yang hebat : antipsikotik
b. Psikoterapi
Penanganan utama untuk PTSD adalah terapi kognitif yang harus mencakup
unsur-unsur : pendidikan tentang PTSD, swa-pantau gejala-gejala, manajemen
anxietas, pemaparan terhadap rangsangan yang mengakibatkan anxietas dalam
suasana yang mendukung, penataan kembali kognisi (cognitive restructuring)
terutama untuk trauma komplex, dan manajemen kemarahan.
F43.2 Gangguan Penyesuaian
Gangguan penyesuaian terjadi dalam satu bulan setelah stresor psikososial dan
berlangsung tidak lama dari enam bulan setelah stresor tersebut (atau akibatnya)
7
Dengan ansietas
Tidak terinci.
(Sadock, 2010)
Tatalaksana
Penatalaksanaan utama pada dasarnya adalah psikoterapi suportif untuk
meningkatkan kemampuan coping terhadap stresor yang tidak dapat dikurangi atau
dihilangkan, dan untuk memberikan dukungan yang cukup. Ventilasi atau verbalisasi
perasaan dapat berguna dalam mencegah perilaku maladptif seperti isolasi sosial,
perilaku destruktif, atau bunuh diri. Penggunaan anxiolitika atau hipnotika
dimungkinkan apabila gejala-gejala menimbulkan distres dan persisten, misalnya
depresi.
B. Gangguan Kepribadian Khas F60
B.1 Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah perilaku khas seseorang yang menyebabkan orang itu
dapat dikenal dan dibedakan dari orang lain karena pola perilakunya (Maramis dan
Maramis, 2009). Gangguan kepribadian khas tidak berkaitan langsung dengan
kerusakan atau penyakit otak berat atau dengan gangguan jiwa lain. Gejala-gejala
gangguan ini sudah timbul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia
dewasa. Gangguan ini menjadi lebih nyata dalam perjalanannya lebih lanjut serta
mengakibatkan penderitaan pada individu itu sendiri dan/atau orang lain. Jalan
pikirannya masih masuk akal atau realistik, hanya saja sudah di luar dari keadaan dan
9
lingkungan dimana ia berada. Karena itu ia mengalami banyak kesulitan dalam relasi
interpersonal dan mengalami banyak stres, sehingga di samping gangguan
kepribadiannya, ia sering menderita juga gangguan jiwa lain yang timbul karena
stres-stres itu.
Pedoman Diagnostik
a. Sikap dan perilaku yang amat tak serasi biasanya meliputi beberapa bidang
fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan
berpikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain.
b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak
terbatas pada episode gangguan jiwa.
c. Pola perilaku bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptif yang jelas terhadap
berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas.
d. Manifestasi diatas akan selalu muncul pada masa kanak atau dewasa dan
berlanjut sampai usia dewasa.
e. Gangguan ini menjurus kepada penderitaan pribadi yang cukup berarti, tapi
baru menjadi nyata setelah perjalanan lanjut.
f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu berkaitan secara bermakna dalam
pekerjaan dan kinerja sosial.
Gangguan kepribadian khas digolongkan dalam diagnosis F60 (PPDGJ III) :
F60 Gangguan Kepribadian Khas
F60.0 gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tidak stabil
F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 Gangguan kepribadian anakastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
10
dan
kecendrungan
mendalam
untuk
mendistorsikan
bermusuhan
dan
ngotot
tentang
hak
pribadi
tanpa
12
c. Tidak mampu memiliki suatu hubungan dalam waktu lama, meskipun tidak
ada kesulitan untuk mengembangkannya.
d. Toleransi terhadap frustasi yang rendah dan ambang yang rendah untuk
melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan.
e. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman,
khususnya dari hukuman.
f. Sangat cendrung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi
yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat.
Penanganan
Belum diketahui pengobatan yang optimal, tetapi dokter dapat membantu
penderita dan keluarganya dalam mengambil keputusan dalam penanganan.
Penanganan
14
hanya
sepintas
segera
sesudah
ledakan
amarah.
Ia
sering
emosi
yang
dibuat-buat
(self
dramatization)
seperti
tanggung jawab untuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak memiliki
kepercayaan diri dan mungkin mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang
sendirian lebih dari suatu periode yang singkat. Gangguan ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria, dan lebih sering terjadi pada anak yang lebih kecil jika
dibandingkan yang lebih tua. (Sadock, 2010)
Pedoman Diagnostik
a. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar
keputusan penting untuk dirinya.
b. Meletakkan kebutuhn sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia
bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka.
c. Keengganan menutut secara layak kepada orang tempat dia bergantung
d. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian karena ketakutan
yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri
e. Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya.
f. Keterbatasan membuat keputusan sehari-hari
F60.8 Gangguan Kepribadian Khas Lainnya
Termasuk: Gangguan kepribadian narsistik
F60.9 Gangguan Kepribadian YTT
17
DAFTAR PUSTAKA
18