Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pola big bath, atau disebut juga pola taking bath. Pola ini terjadi ketika ada tekanan
organisasional pada saat terjadi pergantian manajemen baru yaitu manajemen baru
mengakui adanya kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan manajemen
baru ingin menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga mengakui adanya biayabiaya pada periode mendatang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk yang
tidak menguntungkan yang tidak bisa dihindari pada periode berjalan. Sebagai
konsekuensinya, manajemen melakukan harus melakukan taking bath dengan
membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang dan melakukan clear the decks,
sehingga mengakibatkan laba periode berikutnya lebih tinggi dari seharusnya.
Pola income minimization. Pola ini mirip dengan pola taking bath akan tetapi tidak
seeksrtim pola taking bath. Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat
tinggi dengan tujuan agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (aspek political-cost). Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off
atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan
pengembangan, serta metode successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi
Pola income maximization. Dalam pola ini dilakukan maksimalisasi laba agar manajer
memperoleh bonus yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas
atas yang ditetapkan.
Pola income smoothing. Pola Perataan laba (income smoothing) merupakan cara yang
paling populer dan paling sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Pola ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi volatilitas laba bersih.
Timing revenue and expense recognition. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara
membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi seperti
adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.
Penyebab dan Pola Akuntansi Kreatif
Stolowy dan Breton [2000] menyebut creative accounting merupakan bagian dari
accounting manipulation yang terdiri dari earning management , income smoothing dan
creative accounting itu sendiri. Dalam pemahaman mengenai creative accounting ini
bukan berarti akuntan yang memanfaatkan pemahaman akuntansi tersebut, tetapi pihak-pihak
yang mempunyai kepentingan dan kekuatan untuk menggunakan creative accounting
tersebut, seperti manajer, akuntan, pemerintah, asosiasi industri dan sebagainya. Hal yang
menyebabkan terjadinya creative accounting adalah karena adanya kebijakan dari
perusahaan yang menyebabkan banyak pihak manjemen yang melakukan manipulasi data
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih khususnya manajer perusahaan. Manajer dalam
bereaksi terhadap pelaporan keuangan menurut Watt dan Zimmerman [1986] digolongkan
menjadi tiga buah hipotesis, yaitu :
a)
b) Debt-covenant hyphotesis
Penelitian dalam bidang teori akuntansi positif juga menjelaskan praktek akuntansi
mengenai bagaimana manajer menyikapi perjanjian hutang. Manajer dalam menyikapi
adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang telah jatuh tempo, akan berupaya
menghindarinya dengan memilih kebijakan-kebijakan akuntansi yang menguntungkan
dirinya. Fields, Lys dan Vincent [2001] mengemukakan ada dua kejadian dalam
pemilihan kebijakan akuntansi, yaitu pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada
saat jatuh temponya hutang.Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan
perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap
kepentingan kreditur, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau membiarkan
ekuitas berada di bawah tingkat yang telah ditentukan.
c) Political-cost hyphotesis
Dalam pandangan teori agensi (agency theory), perusahaan besar akan mengungkapkan
informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar melakukannya
sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Perusahaan besar menghadapi
biaya politis yang lebih besar karena merupakan entitas yang banyak disorot oleh publik
secara umum. Para karyawan berkepentingan melihat kenaikan laba sebagai acuan untuk
meningkatkan kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah melihat kenaikan laba
perusahaan sebagai obyek pajak yang akan ditagihkan. Sehingga pilihan yang dihadapi
oleh organisasi adalah dengan cara bagaimana lewat proses akuntansi agar laba dapat
ditampilkan lebih rendah