ABSES SEPTUM
Preseptor
Disusun oleh :
Yugo Berri Putra Rio
0910312064
Tasha Nurfitriani
0910312075
1010313098
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. ANATOMI SEPTUM NASI
Septum membagi rongga hidung atau kavum nasi menjadi kavum nasi kiri dan kanan.
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Tulang yang membentuk septum adalah 1)
Kartilago kuadrangularis 2) Lamina perpendikularis os ethmoid 3) Os vomer 4) Krista nasalis
maksila. Bagian tulang rawannya adalah kartilago septum dan kolumela. Lamina
perpendikularis os etmoid membentuk sepertiga atas atau lebih septum nasi. Lamina ini
berhubungan dengan bagian horizontal os etmoid. Septum nasi berhubungan dengan os
frontal dan os nasal pada bagian anterior dan superior, di posterior berhubungan dengan
tonjolan os sfenoid, di postero-inferior dengan os vomer dan antero-inferior dengan kartilago
septum.1,2
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada
bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Periosteum dan
perikondrium dihubungkan oieh jaringan konektif yang dibentuk oleh ligamentum yang
memungkinkan terjadinya gerakan dari tulang tersebut. Apabila jaringan konektif itu tidak
ada atau salah satu sisi alur atau celah dari krista nasal tidak tumbuh dengan baik maka
dislokasi tulang rawan septum mudah terjadi.1,2
Septum nasi bagian anterior memperoleh darah dari arteri etmoidalis anterior dan
posterior, arteri sfenopalatina, arteri palatina mayor dan arteri labialis superior. Arter
stenopalatina mendarahi bagian posterior septum nasi dan dinding lateral hidung, khusus
yang posterior. Arteri etmoidalis anterior dan posterior adalah cabang dari oftalmika yang
berasal dari arteri karotis intema. Arteri etmoidalis anterior adalah pembuluh darah kedua
terbesar yang mendarahi hidung bagian dalam, yang mendarahi kedua bagian antero-superior
dari septum dan dinding lateral hidung. Vena - vena hidung mempunyai nama yang sama dan
berjalan berdampingan dengan arteri.2
kedua sisi rongga hidung. Kemudian hematoma ini terinfeksi kuman dan menjadi abses
septum.4,5
Selain dari trauma ada beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan timbulnya abses
septum, yaitu penyebaran langsung dari jaringan lunak yang berasal dari infeksi sinus.
Disamping itu penyebaran infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau sinus
kavernosus. Pada beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada saat operasi
hidung.4
1.5. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sebagian
besar mempunyai riwayat trauma. Trauma septum nasi dan mukosa dapat terjadi tanpa
adanya cedera hidung luar. Abses septum nasi sering timbul 24-48 jam setelah trauma,
terutama pada dewasa muda dan anak.6
Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri.
Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum nasi terutama di puncak hidung. Keluhan
sistemik juga dirasakan seperti demam dan sakit kepala. Riwayat operasi hidung sebelumnya,
gejala peradangan hidung dan sinus paranasal, furunkel intra nasal, penyakit gigi dan
penyakit sistemik juga perlu ditelusuri pada anamnesis.6,7
Eskoriasi, laserasi kulit, epistaksis, deformitas hidung, edema dan ekimosis akibat
trauma hidung biasanya dapat terlihat pada inspeksi. Spekulum hidung sebaiknya tidak
digunakan pada pemeriksaan. Pada pemeriksaan hidung dalam, terlihat pembengkakan
septum berbentuk bulat dengan permukaan licin pada satu atau kedua sisi. Seluruh septum
nasi harus diperiksa dari kaudal septum nasi sampai nasofaring. Perubahan warna menjadi
kemerahan atau kebiruan pada daerah septum nasi yang membengkak menunjukkan suatu
hematoma. Jika penderita tidak kooperatif, misalnya pada anak-anak, pemeriksaan dapat
dilakukan dengan anestesi umum.6
Daerah yang dicurigai dipalpasi dengan forsep bayonet atau aplikator kapas untuk
memeriksa adanya fluktuasi dan nyeri tekan. Diagnosis pasti abses septum nasi cukup dengan
aspirasi pada daerah yang paling fluktuasi. Pada abses septum nasi akan didapatkan pus,
sedangkan dari hematoma septum nasi akan keluar darah. Beberapa penulis menyarankan
tindakan rutin berupa aspirasi sebelum diberikan tindakan operatif. Pus yang diperoleh
sebaiknya diperiksakan di laboratorium untuk menentukan jenis kuman dan tes sensitifitas
terhadap antibiotik. Aspirasi juga berguna untuk mengurangi ketegangan jaringan di daerah
abses septum nasi dan mengurangi kemungkinan komplikasi ke intrakranial. Pemeriksaan
Hematom septum
Deviasi septum
Furunkulosis
Vestibulosis
1.7. PENATALAKSANAAN
Penatalasanaan abses septum nasi harus segera dilakukan kerena dmerupakan kasus
darurat dalam bidang THT dan tindakan penanggulangannya ditujukan untuk mencegah
komplikasi yaitu nekrosis tulang rawan septum yang dapat mengakibatkan destruksi tulang
hidung dan komplikasi intrakranial. Penatalaksanaan abses septum nasi yaitu drainase,
antibiotik parenteral dosis tinggi dan rekonstruksi defek septum. Tujuan dari rekonstruksi
adalah untuk menyangga dorsum nasi, memelihara keutuhan dan ketebalan septum,
mencegah perforasi septum yang lebih besar dan mencegah obstruksi nasal akibat
deformitas.6,7
Insisi dan drainase abses septum nasi dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau anestesi
umum. Insisi dilakukan 2 mm dari kaudal kartilago kira-kira perbatasan antara kulit dan
mukosa (hemitransfiksi) atau caudal septal incision (CSI) pada daerah sisi kiri septum nasi.
Septum nasi dibuka secara perlahan-lahan tanpa merusak mukosa. Semua jaringan kartilago,
granulasi, dan debris diangkat dengan menggunakan kuret dan suction. Pemasangan tampon
anterior dan pemasangan salir dilakukan untuk mencegah rekurensi. Drainase dipasang selam
2-3 hari untuk mengeluarkan darah, pus, atau jaringan kartilago yang nekrosis. Drainase
bilateral merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan perforasi septum nasi. Pada
abses bilateral atau nekrosis dari tulang rawan septum nasi dianjurkan untuk segera
melakukan eksplorasi dan rekonstruksi septum nasi dengan pemasangan implant tulang
rawan. Antibiotika sistemik diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dapat
dilanjutkan selama 10 hari.4,6
1.8. KOMPLIKASI
Tulang rawan yang rusak akibat hematoma atau abses akan digantikan oleh jaringan ikat.
Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga pada bagian dorsum hidung merupakan
komplikasi abses septum yang dapat menimbulkan hidung pelana, retraksi kolumela dan
pelebaran dasar hidung. Apabila infeksi tidak diterapi dengan antibiotika yang adekuat dapat
timbul perforasi septum, penyebaran infeksi sehingga dapat timbul meningitis, trombosis
sinus kavernosis dan sepsis.4
Penjalaran ke intrakranial dapat melalui berbagai jalan. Pertama melalui pembuluhpembuluh vena dari segitiga berbahaya, yaitu daerah di dalam garis segitiga dari glabela ke
kedua sudut mulut. Vena-vena tersebut melalui vena angularis, vena oftalmika, vena
etmoidalis, yang akan bermuara di sinus kavernosus. Kedua, infeksi masuk melalui mukosa
hidung kemudian melalui pembuluh limfe atau pembuluh darah bermuara di sinus
longitudinal dorsalis dan sinus lateralis. Ketiga, melalui saluran limfe dari meatus superior
melalui lamina kribriformis dan lamina perpendikularis os etmoid yang bermuara ke ruang
subaraknoid. Keempat, invasi langsung dapat terjadi pada saat operasi, erosi lokal diduga
dapat juga merupakan jalan atau kebetulan ada kelainan kongenital. Kelima, selubung
perineural diduga dapat juga merupakan jalannya penjalaran infeksi, dalam hal ini selubung
olfaktorius yang menuju intrakranial melalui lamina kribriformis. Penjalaran infeksi ke
organ-organ di sekitar hidung dapat juga melalui saluran limfe dan selubung saraf olfaktorius
sehingga terjadi infeksi ke orbita dan sinus paranasal.3,6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.M
Umur
: 80 tahun
: Padang
Sebelumnya pasien dirawat 3 hari karena hidung kiri berdarah disertai tensi tinggi dan
Sewaktu diperiksa dokter di poliklinik terdapat bekuan darah yang sudah mengeras di
hidung tapi susah dibersihkan dan dianjurkan untuk cuci hidung dulu dan datang lagi
tidak ada
Riwayat trauma dan operasi pada hidung tidak ada
Pasien pernah keluar cairan dari telinga ada pada saat usia 20 tahun, lalu berobat ke
dokter spesialis.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Sakit Sedang
Kesadaran
: ComposMentis
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Frekuensi Nadi
: 82x/menit
Suhu Tubuh
: 37oC
Pemeriksaan Generalis
Kepala
Mata : Konjungtiva : Tidak Anemis
Sklera
Toraks : Jantung
Paru
Abdomen
: Tidak Ikterik
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
Ekstremitas
Kelainan
Dekstra
Sinistra
Daun Telinga
Kelainan
Tidak Ada
Tidak ada
Trauma
Tidak Ada
Tidak ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Kelainan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Kongenital
Metabolik
Nyeri Tarik
Sekret/Serumen
Cukup Lapang
Cukup Lapang
Hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak
Massa
Tidak ada
Tidak
Bau
Tidak Ada
Tidak ada
Warna
Kuning
Kuning
Jumlah
Minimal
Minimal
Sempit
Jenis
Membran Timpani
Utuh
Perforasi
Warna
Putih
Putih
Refleks Cahaya
Berkurang
Berkurang
Bulging
Tidak Ada
Tidak ada
Retraksi
Tidak Ada
Tidak ada
Atrofi
Tidak ada
Tidak ada
Jumlah Perforasi
Tidak ada
Ada
Jenis
Marginal
Kwdaran
Postero-inferior
Pinggir
Gambar Membran
Timpani
Mastoid
Tanda Radang
Tidak ada
Tidak ada
Fistel
Tidak ada
Tidak ada
Sikatrik
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri Ketok
Tidak ada
Tidak ada
Rinne
Positif
Positif
Schwabach
Memendek
Sama
dengan
pemeriksa
Weber
Kesimpulan
Hidung
Pemeriksaan
Kelainan
Hidung Luar
Deformitas
Tidak Ada
Kelainan Kongenital
Tidak Ada
Trauma
Tidak Ada
Radang
Tidak Ada
Massa
Tidak Ada
Pemeriksaan
Dekstra
Sinistra
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Sinus Paranasal
Rinoskopi Anterior
Vestibulum
Cavum nasi
Vibrise
Ada
Ada
Radang
Tidak Ada
Tidak Ada
Sempit
Sempit
Tidak Ada
Tidak Ada
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Warna
Merah Muda
Merah Muda
Permukaan
Licin
Krista (+)
Edema
Tidak Ada
Tidak Ada
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Warna
Merah muda
Merah muda
Permukaan
Licin
Licin
Edema
Tidak Ada
Tidak Ada
Cukup lapang
Sempit
Lapang
Secret
Lokasi
Jenis
Jumlah
Bau
Konka inferior
Konka media
Septum
Cukup
lurus/
Septum deviasi
deviasi
Massa
Permukaan
Licin
Licin
Warna
Hiperemis
Merah muda
Spina
Tidak Ada
Tidak Ada
Krista
Tidak Ada
Tidak Ada
Abses
Tidak Ada
Ada
Perforasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Lokasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Bentuk
Tidak Ada
Tidak Ada
Ukuran
Tidak Ada
Tidak Ada
Permukaan
Tidak Ada
Tidak Ada
Warna
Tidak Ada
Tidak Ada
Konsistensi
Tidak Ada
Tidak Ada
Mudah Digoyang
Tidak Ada
Tidak Ada
Pengaruh
Tidak Ada
Tidak Ada
Dekstra
Sinistra
Tidak Ada
Tidak Ada
Edema
Tidak Ada
Tidak Ada
Bifida
Tidak Ada
Tidak Ada
Vasokonstriktor
Gambar Rinoskopi
Anterior
Rinoskopi Posterior
Rinoskopi Posterior : Tid
Kelainan
Trismus
Uvula
Palatum
+Arkus Faring
mole Simetri/tidak
Simetris
Warna
Merah Muda
Bercak/eksudat
Dinding faring
Tidak Ada
Warna
Merah Muda
Permukaan
Tonsil
Tidak bergranul
Ukuran
T1
T1
Warna
Merah muda
Merah muda
Permukaan
Licin
Licin
Peritonsil
Tumor
Gigi
Muara kripti
Normal
Normal
Detritus
Tidak Ada
Tidak Ada
Eksudat
Tidak Ada
Tidak Ada
Warna
Merah muda
Merah muda
Edema
Tidak Ada
Tidak Ada
Abses
Tidak Ada
Tidak Ada
Lokasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Bentuk
Tidak Ada
Tidak Ada
Ukuran
Tidak Ada
Tidak Ada
Permukaan
Tidak Ada
Tidak Ada
Konsistensi
Tidak Ada
Tidak Ada
Karier/Radiks
Tidak ada
Tidak ada
Kesan
Lidah
Warna
Merah muda
Bentuk
Deviasi
Tidak Ada
Massa
Tidak Ada
Gambar orofaring
Resume
Anamnesis
Seorang pria berusia 80 tahun datang kontrol ke Poli Bagian THT dengan keluhan
keluar pus dari hidung sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien dirawat selama 3 hari
karena menderita epistaksispada hidung kiri dengan hipertensi dan dilakukan pemasangan
tampon. Setelah tampon dibuka pasien dipulangkan dan diminta kontrol 5 hari kemudian.
Pada pemeriksaan di poli THT ditemukan clotting pada hidung kiri dan sulit dibersihkan,
pasien dianjurkan cuci hidung dan control 3 hari kemudian. Pada kontol kedua, sewaktu
clotting diangkat, dokter menyatakan terdapat pus di septum hidung kiri, pasien dianjurkan
untuk dirawat.Tidak ada hidung tersumbat dan nyeri pada hidung.demam tidak ada, pilek
tidak ada. Riwayat diabetes mellitus tidak ada, riwayat bersin-bersin lebih dari 4 kali setelah
terkena debu dan udara dingin tidak ada.pada riwayat penyakit dahulu, didapatkan pasien
pernah mengalami telinga berair saat berusia 20 tahun dan telah berobat ke dokter spesialis.
Pada pemeriksaan telinga didapatkan perforasi pada membran timpani sinistra. Jenis
perforasi marginal, kuadran postero-inferior, pinggir sikatrik. Pada pemeriksaan hidung
didapatkan, kavum nasi dekstra dan sinistra sempit, ditemukan adanya krista pada konka
inferior sinistra, deviasi septum, dan ditemukan abses pada septum nasi sinistra.
Diagnosis Utama
: Hematoma septum
Pemeriksaan Anjuran :
Terapi
Prognosis
-
BAB III
DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA
1. Damayanti S. dan Retno W.S. Sumbatan Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2007: 118119
2. Harry A.S. Perforasi Septum Nasi. Dikutip dari www.library.usu.ac.id. Diakses pada