Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah suatu makhluk
yang berevolusi dan berasal dari nenek moyang yang sama dengan monyet
yaitu kera. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan apa yang diyakini
dan dipelajari dalam agama islam bahwa manusia berasal dari keturunan Nabi
Adam dengan Siti Hawa. Selama bertahun-tahun hal ini menuai berbagai
pendapat, ada yang mendukung dan banyak juga yang menolak teori ini.

Bahkan belakangan ini, pada masa yang sudah menggunakan berbagai


teknologi modern, banyak orang yang menganggap bahwa tidak adanya
kaitan antara urusan kehidupan sehari-hari, khususnya pemerintahan, dengan
urusan agama. Sehingga kita kenal adanya istilah sekulerisme agama dari
pemerintahan. Adanya berbagai teori-teori filsuf yang menyatakan bahwa
suatu tindakan yang diambil oleh manusia, dalam hal ini yang bersifat politis,
harus didasarkan pada hal-hal yang bersifat faktual bukan pada pengaruh dari
agama-agama tertentu. Hal ini tentunya harus ditinjau kembali secara teliti,
karena sebenarnya didalam Al-Quran juga telah diatur mengenai muamalah
antar manusia dibumi.

Sesungguhnya dalam agama islam yang sudah sangat komprehensif ini telah
dibahas tentang berbagai urusan duniawi bahkan hingga dunia setelah
kematian. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Dan agama islam bukanlah suatu hal yang dapat diciptakan oleh manusia
karena berbagai pengetahuan dan aturan-aturan yang terkandung didalamnya
bersumber dari Al-Quran, yang diluar kemampuan manusia.

Sejarah awal terbentuknya agama islam berasal dari negara Arab, yang
merupakan negara tempat Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Dalam awal
perkembangannya, agama islam mendapatberbagai tantangan dan hambatan

yang sangat berat. Banyak kalangan orang kuno yang meragukan kesahihan
agama islam. Namun hal ini mulai sirna seiring dengan keajaiban dan
kebaikan yang diajarkan agama islam kepada manusia agar kembali dalam
ajaran yang benar dan sudah disempurnakan oleh Allah SWT.

Sedang perkembangan islam di Indonesia sendiri berasal dari para pedagang,


pencampuran budaya, pendidikan, dan adanya kerajaan-kerajaan islam yang
mulai bermunculan. Tapi yang pasti, perkembangan islam di Indonesia tidak
disertai dengan adanya kekerasan fisik ataupun mental.

1.2 Rumusan Masalah

Apa hakikat manusia menurut pandangan islam?

Bagaimana hubungan manusia dengan agama?

Kenapa Agama islam disebut sebagai agama yang sempurna?

Bagaimana Islam di masa awal perkembangannya?

Bagaimana perkembangan islam di Indonesia?

1.3 Tujuan
Dalam makalah yang berjudul Agama Islam yang Komprehensif ini
mempunyai beberapa tujuan yaitu:

Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pandangan islam

Untuk mengetahui tentang hubungan manusia dengan agama

Untuk mengetahui kesempurnaan agama islam

Untuk mengetahui perkembangan islam di masa Nabi Muhammad


SAW

Untuk mengetahui perkembangan islam di Indonesia

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan bisa didapat adalah:

Dapat memahami hakikat manusia menurut islam

Dapat memahami tentang keterkaitan antara manusia dengan agama

Dapat menjaga dan mengamalkan kesempurnaan agama islam

Dapat meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT

Dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap Allah SWT

Dapat menjadi pelajaran agar semakin baik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia Menurut Tinjauan Islam
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia
memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain.
Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap
dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia
terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.

Pengertian Manusia Menurut Agama Islam


Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain alinsaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka,
senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia
(jama). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah.

Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah


makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh
petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

Penciptaan Manusia dalam Agama Islam


Allah SWT telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan manusia. Allah
SWT berfirman:

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik. (Al Mukminun : 12-14)

Ayat-ayat diatas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu


keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan
kekuasaan-Nya.

Tujuan Manusia Hidup Menurut Agama Islam


Allah SWT berfirman:

Artinya:
Dan tidaklah Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah(Ku).
(Adh Dhariyat : 56)

Manusia Sebagai Makhluk Kontroversial


Manusia adalah satu-satunya makhluk yang paling kontroversial. Dari
sebutan dan kedudukannya saja sebagai khalifah sudah memancing

perdebatan dan perselisihan. Manusia telah menimbulkan kontroversi


sebelum ia diciptakan Allah SWT, setelah ia diciptakan, ketika ia di dunia,
ketika ia di alam barzakh, dan bahkan ketika ia di Yaumil Akhir.

Sungguh keberadaan manusia itu memang tidak pernah luput dari kontroversi
dan sesungguhnya manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam AlQur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk
yang paling banyak membantah. (Al Kahf : 54)

Manusia Sebagai Makhluk Bertanggung Jawab


Tanggung jawab manusia sebagai hamba di muka bumi ini:
1) Mengabdikan diri kepada Allah, menerusi beriman kepada Allah dan
melakukan amal soleh dalam bentuk yang sempurna.
2) Sebagai hamba, perlu melaksanakan amanah Allah, memelihara serta
mengawal agama Allah serta ajaran Allah SWT.
3) Bertanggung jawab menjauhi dan memelihara diri dan keluarga daripada
masuk ke dalam neraka.

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah

terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan


apa yang diperintahkan.
(At Tahrim : 6)

Manusia Sebagai Makhluk Khalifah


Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu
menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai
penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah.
Status manusia sebagai khalifah, dinyatakan dalam Surat Al Baqarah ayat 30:

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi". Mereka bertanya (tentang
hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): "Adakah Engkau (Ya Tuhan
kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan
menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih
dengan memujiMu dan mensucikanMu?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya". (Al Baqarah :
30)

Manusia Sebagai Makhluk Sempurna


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah paling sempurna, Allah berfirman:

Artinya:

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut


mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baikbaik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al Isra : 70)

2.2 Hubungan Manusia dengan Agama


Untuk mengkaji mengenai hubungan agama dengan manusia, diperlukan
pengetahuan mengenai pengertian agama terlebih dahulu. Agama menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
Agama merupakan hal yang sulit didefinisikan. Hal ini mungkin disebabkan
karena agama berbentuk keyakinan dan meliputi berbagai aspek sehingga
sangat sulit didefinisikan dalam satu sudut pandang.

Dari pengertian diatas, tergambar seberapa penting agama bagi kehidupan


manusia. Islam adalah penuntun ke jalan yang benar bagi para umatnya. Hal
ini sesuai dengan QS al-Fatihah, 1:6-7. Islam adalah rambu-rambu atau
peraturan dalam hidup. Agama Islam yang mengatur kehidupan manusia yang
sebenarnya adalah untuk kebaikan manusia sendiri.

Agama berperan penting tidak hanya untuk kehidupan manusia sebagai


individu saja, tetapi juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi
dengan lingkungannya. Agar interaksi tersebut dapat terjalin dengan baik,
tentunya terdapat kaidah-kaidah yang harus diikuti oleh setiap manusia.
Kaidah-kaidah interaksi antara manusia dengan manusia dan lingkungannya
terkandung didalam ajaran agama Islam. Ajaran Islam menjadikan
penganutnya peka terhadap fenomena-fenomena sosial di sekelilingnya.
Kepekaan ini juga mendorong manusia untuk tidak berdiam diri menyaksikan
kebatilan memasuki lingkungan sosialnya.

Islam mengajarkan manusia untuk selalu jujur, baik dalam perbuatan maupun
dalam perkataan kita. Rasulullah SAW bersabda :
Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu
pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga.
Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan
sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka. (Hadits:
Mutafaqun Alaih)

Dari uraian diatas, terlihat jelas betapa penting agama bagi kehidupan
manusia. Namun, didalam kehidupan manusia, sering ditemukan fenomena
negatif terkait keagamaan. Contoh yang paling umum adalah ajaran Atheis
dan menyembah selain Allah. Hal ini bertentangan dengan firman Allah pada
QS. Adz Dzaariyaat: 56
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Tuhan bagi seluruh manusia
adalah Allah, dengan kata lain, manusia yang tidak menyembah Allah dapat
dikategorikan sebagai orang-orang yang syirik.
Apakah itu atheis? Berasal dari bahasa yunani theos digunakan untuk
merujuk

pada

siapapun

agama/kepercayaan

yang

yang

kepercayannya

sudah

mapan

di

bertentangan

dengan

lingkungannya.

Dengan

menyebarnya pemikiran bebas dan kritik terhadap agama, pada akhirnya


istilah atheis merujuk pada mereka yang tidak mempercayai eksistensi tuhan.
Atheisme dipicu oleh kebencian terhadap dan kebebasan (liberalisme) dari
agama. Maka kita sebagai umat muslim jangan sampai terbawa kepada
pemikiran beragama yang liberal yang bisa membawa kita kepada ajaran
atheisme.

Fenomena lain yang ada di sekitar kehidupan kita adalah meminta


pertolongan selain kepada Allah. Banyak orang lebih memilih

meminta

pertolongan kepada makhluk ciptaan Allah lainnya ketimbang pencipta nya


sendiri seperti dukun atau paranormal. Adanya anggapan meminta
pertolongan kepada selain Allah akan lebih cepat membuahkan hasil.
Fenomena ini tertuang dalam QS Ali Imran: 160 yang berbunyi :

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat
mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi
pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain)
dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang
mukmin bertawakal.
Fenomena-fenomena diatas dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan
manusia akan Agama dan konsistensi dalam beragama yang kurang kuat.
Untuk itu, seseorang harus mengenal dengan jelas agama yang dipeluknya
sehingga dapat membedakan dengan agama yang lain. Seseorang juga harus
mengerti landasan agama yang dipeluknya dan menghayatinya.

2.3 Kesempurnaan Islam


1. Pengertian Islam dan Ruang Lingkup Islam
Islam berasal dari kata salamu berarti selamat dan yaslamu yang artinya
patuh. Islam adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
untuk manusia.
Ruang lingkup manusia terdiri dari tiga macam, yaitu:
a) Aqidah, kepercayaan kepada Allah
b) Syariat, peraturan Allah untuk pedoman kehidupan
c) Akhlak, perilaku yang benar yang diatur didalam Al-Quran dan As
Sunnah

2. Islam Agama Sempurna dan sebagai Ilmu Pengetahuan

Islam

adalah

ajaran

yang

lengkap.

Segala

permasalahan

demi

kemaslahatan manusia untuk kehidupan mereka di dunia dan akhirat telah


diuraikan secara utuh dan sempurna. Berikut ini dipaparkan sebagian dalil
dari Al Quran yang menunjukkan kesempurnaan tersebut.

Pada hari ini, Aku sempurnakan bagikamu agama kamu, dan Aku
cukupkan nimat-Ku kepadamu, dan Aku ridla Islam jadi agamamu. (QS
: al-Maidah, 5;3)

Islam seluruhnya sempurna. Akidahnya adalah akidah yang benar, lurus,


dan menyucikan jiwa. Amalan-amalan dan hukum-hukum yang diajarkan
di agama islam adalah amalan dan hukum yang paling baik dan paling
adil. Islam adalah agama kebahagiaan, ketenteraman, serta kemenangan di
dunia dan akhirat.Adab-adab yang diajarkan pun paling terpuji
dibandingkan dengan ajaran apapun.
Seorang muslim tidak boleh mengikuti suatu ajaran yang tidak atau belum
dipahaminya, makaitu Allah SWT berfirman,

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai


pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan
hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS : al-Isra
17;36 )

3. Karakteristik Islam
Karakterisitik Islam adalah Islam sebagai tauhid yaitu menjunjung keEsaan Allah. Terdapat tujuh karakteristik yang dimiliki Islam yaitu;

a) Rabbaniyah : berasal dari Allah s.w.t


b) Insaniyah : sesuai fitrah (harkat) manusia
c) Syumuliyyah : mengatur segala tentang kehidupan manusia
d) Alwaqiyyah : bersifat realistis
e) Alwasatiyyah : bersifat seimbang dan moderat
f) Alwudhuh : berkonsep jelas
g) Aljumuu bayinah alsabat wa amurunnah : bersifat fleksibel dan
berintegritas permanen

4. Fungsi dan Proses Turunnya Agama Islam


Agama Islam memiliki fungsi agar manuisia meng-Esakan Allah dan
memiliki budi pekerti yang luhur. Islam diturunkan kepada para nabi dan
rasuk melalui wahyu. Wahyu adalah kalam (ucapan) Allah yang
diturunkan kepada nabi dan rasul sebagai petunjuk. Terdapat tiga cara
turunnya wahyu, yaitu langsung, tabir (ketika nabi dan rasul mendengar
Allah namun tidak bisa melihat), dan melalui perantara malaikat Jibril.

5. Islam Agama Benar dan Fitrah


Yang dimaksud dengan kata benar adalah Islam adalah agama yang benar
(lurus) yang mempunyai kitab Al-Quran dan Nabi Muhammad SAW

6. Islam Agama Fleksibel dan Universal


Fleksibel berarti menyesuaikan perkembangan zaman atau menyesuaikan
situasi dan kondisi, contohnya seperti pada saat menunaikan shalat fardhu,
kita diperbolehkan shalat pada keadaan duduk atau telentang sekalipun
jika sedang mengalami sakit yang tidak memungkinkan untuk shalat
berdiri.
Sedangkan arti kata universal adalah ajaran Islam mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia, terdapat dalil dalam Al-Quran seperti berikut ini,

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia


seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS : Saba'
34;28)
7. Islam sabegai Kebebasan dan Kemerdekaan yang Gradual
Dalam Islam terdapat empat hal kebebasan untuk manusia yaitu;
a) berbicara atau berpendapat
b) rasa takut selain takut dengan Allah SWT
c) kemiskinan
d) kebebasan beragama, yang terdapat dalam dalil

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya


telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS : Al Baqarah 2;256)

Kemerdekaan yang gradual berarti bertahap, seperti contohnya pada saat


Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam periode MekkahMadinah

2.4 Perkembangan Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW


Berkhalwat di Gua Hira
Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW sering berkhalwat (berdiam diri
dengan merenungkan segala sesuatu dan memohon petunjuk kepada Allah),

hal tersebut dilakukan seiring dengan berbagai masalah yang dihadapi


terutama berkaitan dengan situasi masyarakat Mekah pada saat itu.

Dalam berkhalwat nabi Muhammad SAW lebih sering memilih tempat yang
jauh dari keramaian, dengan harapan lebih tenang dan dapat berpikir secara
jernih dan lebih khusyuk dalam berdzikir kepada Allah. Salah satu tempat
yang digunakan untuk berkhalwat adalah di Gua Hira', di tempat inilah Nabi
Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali dari Allah. Peristiwa
tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadan bertepatan dengan tanggal 6
Agustus tahun 610 M.

Dalam catatan sejarah diterangkan bahwa ketika Nabi Muhammad sedang


berkhalwat di Gua Hira', beliau didatangi Malaikat Jibril dengan membawa
wahyu dari Allah dan menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk membacanya.
Malaikat berkata, "Bacalah." Kemudian beliau menjawab, "Aku tidak dapat
membaca', hal tersebut diulang-ulang sampai tiga kali. Nabi Muhammad tetap
menjawab " Aku tidak dapat membaca". Dan akhirnya Nabi bertanya, "Apa
yang kubaca?" Selanjutnya Malaikat Jibril membacakan wahyu Allah
tersebut, sebagaimana kutipan ayat berikut:
) ( ) (
) (



)( ) (
Artinya:
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu. Yang menciptakan. Yang
menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat
Mulia. Yang mengajarkan dengan pena(tulis baca). Mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya." (Q.S. Al-'AIaq: 1-5)

Setelah Malaikat Jibril membacakan ayat tersebut, lalu Nabi Muhammad


SAW menirukannya, sesaat kemudian Malaikat Jibril meninggalkan Nabi
Muhammad SAW. Dengan diterima wahyu Allah tersebut resmilah
Muhammad ditetapkan oleh Allah sebagai rasul yang bertugas untuk
menyampaikan risalah kepada umatnya.

Dakwah Nabi Muhammad SAW


Metode utama yang digunakan Rasulullah SAW. dalam menyebarkan agama
Islam adalah dakwah. Rasulullah SAW. menyertai seluruh hidupnya dengan
berdakwah ke berbagai penjuru negeri. Perintah berdakwah diturunkan oleh
Allah swt. kepada Nabi Muhammad SAW melalui wahyu kedua yaitu surat
Al Muddatsir ayat 1 7 yang berbunyi :

Artinya : Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu beri


peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan
perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu member (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Pada awal kerasulannya, Rasulullah SAW. memulai kegiatan dakwah di kota


Mekkah secara sembunyi sembunyi. Metode dakwah ini bertujuan untuk
mengajak seluruh masyarakat Mekkah untuk memeluk agama Islam secara
perlahan dan tidak menggusarkan masyarakat dengan adanya Islam. Dakwah
yang dilakukan Rasulullah SAW. di Mekkah lebih menekankan pada tauhid,
karena pada saat itu krisis utama yang sedang terjadi di Mekkah adalah krisis
ketuhanan, maka dari itu Rasulullah SAW. memilih tauhid sebagai aspek
utama dakwah di Mekkah. Rasulullah SAW. melakukan metode dakwah
secara sembunyi sembunyi dalam kurun waktu sekitar tiga tahun lamanya.
Hanya sedikit orang yang mau memeluk agama Islam ketika dakwah
sembunyi sembunyi ini, orang orang inilah yang disebut as-sabiqunalawwalun.

Materi dakwah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. merupakan ayat


ayat yang turun untuk mengajak kepada ketauhidan, membuang keberhalaan,
kesyirikan, dan mencela nenek moyang tanpa pemikiran. Pada sekali dakwah
saja, as-sabiqunal-awwalun menerima dan memeluk Islam. Mereka
diantaranya adalah: Siti Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abu Thalib, dan
Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Tokoh lain yang memeluk agama Islam saat pertama kali adalah Bilal bin
Rabbah, beliau berasal dari kaum Quraisy dan berhasil membuat masyarakat
lainnya memeluk agama Islam, jumlahnya sekitar empat puluh orang.

Dakwah Nabi Muhammad secara Terang-Terangan


Kurang lebih tiga tahun lamanya seruan nabi Muhammad SAW. Dilakukan
secara sembunyi-sembunyi dan seruannya itu hanya disampaikan kepada
orang yang diyakini akan menerima Islam. Selama ini pula beliau bersama
sahabatnya melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi agar tidak
dipantau oleh orang Quraisy. Kemudian setiap kali kaum musyrikin melihat
kaum muslimin mengerjakan shalat, mereka mengejek cara mereka shalat dan
meremehkan. Sehingga pada waktu jumlah orang-orang menerima Islam
bertambah banyak dan orang-orang Quraisy pun mengkhawatirkan jumlah
mereka terus bertambah, maka berbagai cara mereka lakukan untuk
menghambatnya. Mereka menjadi penghambat bagi orang-orang untuk
menerima Islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Dan untuk itu
mereka tidak segan-segan menghina keberadaan orang yang telah masuk
Islam. Akan tetapi Rasulullah SAW sudah tiga tahun hanya berdakwah secara
sembunyi-sembunyi, kini beliau diperintahkan agar tidak mempedulikan
sikap orang-orang yang menantang dan melecehkan Dakwah mulia ini.
Pada suatu hari beliau menerima wahyu Ilahi yang berbunyi:

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang


diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.

Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang


memperolok-olokan (kamu). (al Hijr: 94-95).

Kemudian diterima lagi wahyu yang berbunyi:

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan


rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu
orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah,
sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu
kerjakan. (asy Syuara : 214-216).

Setelah menerima ayat-ayat tersebut, Nabi SAW senantiasa tinggal di rumah


satu bulan lamanya. Sepertinya beliau berpikir agak panjang, merasa belum
kuat atau sangat berat mengerjakan perintah-perintah itu. Sehingga beliau
disangka sedang sakit oleh famili (sanak saudara, terutama oleh paman beliau
Abu Thalib) karena setiap hari selama satu bulan beliau tidak pernah keluar
dari rumahnya. Oleh sebab itu, pada suatu hari beliau didatangi oleh
pamannya yang tercinta, Abu Thalib dengan istrinya dan saudara-saudara
dekatnya. Oleh pamannya, beliau ditanya tentang sakitnya. Beliau terperanjat
setelah mendengar pertanyaan tersebut. Beliau lalu menerangkan apa yang
sedang dihadapinya sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu bahwa
dirinya tidak sakit. Penyebab beliau tidak keluar rumah adalah karena beliau
menerima wahyu dari Allah yang berisi perintah agar beliau menyeru famili
(sanak saudara yang terdekat) supaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa
dan mempercayai seruan beliau. Oleh paman-paman beliau, lakilaki dan
perempuan, beliau diizinkan dan diberi kesempatan menjalankan kewajiban
beliau dengan seluas-luasnya. Hanya saja mereka berpesan kepada beliau,
jika berdakwah kepada famili, hendaklah Abdul Uzza (Abu Lahab) jangan
sampai diberi kabar dan jangan pula sampai diikutkan agar dia tidak
mendengar seruan beliau.

Dakwah secara terbuka mulai meresahkan dan mendapatkan reaksi keras dari
kaum Quraisy. Namun, Nabi Muhammad tidak menyerah dan hasilnya mulai
terlihat bahwa pengikut nabi mulai banyak. Mulai dari kaum wanita, kaum
budak, pekerja dan kaum miskin. Mereka menunjukkan semangat yang kuat
walaupun mereka lemah, hal ini mencemaskan para kaum Quraisy, karena
ajaran nabi dapat membahayakan kedudukan mereka. Oleh karena itu, mereka
berusaha mendustakan ajaran Nabi Muhammad. Dan beberapa orang Quraisy
lainnya menuntut suatu mukjizat dari nabi Muhammad untuk membuktikan
dirinya, namun beliau tidak mendatangkan mukjizat. Dan akhirnya Nabi
Muhammad SAW terus menjadi bulan-bulanan dan bahan olokan. Pada saat
keadaan ini turunlah wahyu:
Katakanlah, Aku berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudaratan kecuali yang dikehandaki Allah. Dan sekiranya Allah
mengetahui yang gaib, tentulah aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku
tidak lain hanya pemberi peringatan dan pembawa berita gembirabagi orangorang yang beriman. (Al-araaf:188).

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah


Tahun Islam dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke
Madinah pada tahun 622 M. Umat Islam di waktu itu masih dalam kedudukan
yang lemah, tidak sanggup menentang kekuasaan yang dipegang kaum
pedagang Quraisy yang ada di Mekah. Nabi bersama sahabat dan umat Islam
lainnya meninggalkan kota Mekah dan pindah ke Madinah (Yastrib). Di kota
ini, keadaan Rasulullah SAW dan umat Islam mengalami perubahan yang
besar. Di Mekah, mereka sebelumnya merupakan umat lemah yang tertindas,
sedangkan di Madinah mereka mempunyai kedudukan yang baik untuk
menjadi umat yang kuat dan dapat berdiri sendiri.

Dalam rangka memperkokoh masyarakat, nabi Muhammad SAW segera


meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama yaitu
mendirikan masjid, selain untuk tempat salat, masjid juga sebagai sarana

penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa


mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalahmasalah yang dihadapi. Masjid pada masa Rasulullah SAW bahkan juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua adalah ukhuwwah islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim.
Nabi mempersaudarakan antara kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah
dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang sudah masuk
Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin).
Dasar ketiga terdapat dalam isi Piagam Madinah yaitu siapa saja dari kaum
Yahudi yang mengikuti kami, dia berhak mendapat pertolongan dan
perlakuan yang sama tanpa dianiaya dan diserang. Kaum Yahudi harus
menafkahkan rezekinya bersama kaum muslim selama mereka diserang
musuh. Sesungguhnya kaum Yahudi dari Bani Auf merupakan umat yang
sama dengan kaum muslim. Kaum Yahudi memilki kebebasan melaksanakan
keyakinan agamanya, dan umat Islam juga memilki kebebasan yang sama,
kecuali diantara mereka yang berbuat aniaya dan berbuat dosa, karena akan
mendapat kebinasaan dan kerusakan pada diri mereka dan keluarganya.
Pada tahun ke-6 Hijriyah bulan Dzulqadah, Rasulullah SAW beserta kaum
muslimin yang berjumlah lebih dari seribu orang berangkat menuju kota
Mekah untuk mengerjakan umrah diluar musim haji. Ketika itulah
rombongan umat Islam bertemu kaum kafir Quraisy hingga terjadilah
perundingan antara keduanya yang dikenal dengan sebutan Perjanjian
Hudaibiyah. Secara politik, perjanjian itu dimenangkan oleh Rasulullah
SAW.

Masa Nabi Muhammad SAW sebelum Wafat


Pada tahun 10 H (651 M), Nabi Muhammad beserta rombongannya
melaksanakan ibadah haji, dan inilah ibadah haji yang terakhir bagi beliau
yang disebut dengan haji wada atau haji perpisahan. Ketika nabi telah
menetapkan akan melaksanakan ibadah haji dan mengajak para masyarakat

muslim di seluruh pelosok daratan Arab, ribuan orang datang ke Madinah


dari segala penjuru di negeri tersebut.

Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, Nabi Muhammad mengumpulkan


seluruh warga muslim dan memberikan beberapa khotbah yang sangat
bersejarah dan berisi prinsip-prinsip kemanusiaan, keadilan sosial, keadilan
ekonomi, dan kebajikan. Kemudian Nabi Muhammad membacakan firman
Allah yang tercantum dalam surat Al-Maidah ayat 3 kepada para umat
muslim yang memiliki arti :
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agamamu.

Abu Bakar menangis ketika mendengar ayat tersebut, ia merasa bahwa risalah
Nabi Muhammad SAW telah selesai dan sudah dekat pula waktu Nabi untuk
menghadap Allah SWT. Dengan selesainya haji wada ini berarti Nabi telah
menyampaikan ajaran agama islam kepada umat manusia dan menyampaikan
apa yang telah Allah perintahkan kepada mereka. Nabi Muhammad diutus ke
dunia untuk memberi peringatan dan membawa kabar gembira kepada orangorang yang beriman.
Setelah haji wada tersebut, keadaan Nabi Muhammmad SAW mulai
memburuk. Suhu tubuhnya menjadi tinggi. Tatkala demamnya yang semakin
parah, Nabi Muhammad menyuruh Abu Bakar untuk memimpin sembahyang.
Suatu ketika, kondisi Nabi Muhammad mulai membaik. Beliau pergi ke
masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Saat itu Abu Bakar
sedang menjadi imam sholat subuh. Kaum muslimin sangat gembira melihat
kedatangan Nabi Muhammad SAW. Kemudian Abu Bakar mundur dari
tempatnya serta mempersilahkan Nabi Muhammad untuk memimpin
sembahyang. Akan tetapi, Nabi Muhammad menyuruhnya untuk terus
memimpin sholat berjamaah tersebut.

Selesai sholat berjamaah tersebut, kondisi Nabi Muhammad kembali


memburuk. Hingga akhirnya Nabi Muhammad wafat di rumahnya pada saat
itu di pangkuan Aisyah. Rasulullah meninggal pada hari senin tanggal 12
Rabiul awal tahun 11 H (8 Juni 631 M).
2.5 Perkembangan Islam di Indonesia
Agama Islam di Indonesia menjadi agama yang paling dominan dan paling
mengakar aturan-aturannya terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Tapi,
sebelum datangnya Islam, Indonesia merupakan penganut agama Hindu dan
Buddha yang kuat. Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui
beberapa cara, antara lain :
Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena masyarakat Melayu telah lama menjalin
kontak dagang dengan masyarakat Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan
Islam seperti Kerajaan Malaka dan Kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka
makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara
(Indonesia).

Kultural
Penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali songo di pulau Jawa. Misalnya
Sunan

Kali

Jaga

dengan

pengembangan

kesenian

wayang.

Ia

mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan


ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua
kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia
khususnya jawa sampai sekarang, sedangkan Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, dan cublak suweng.

Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis
dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para dai dan mubalig yang
menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren

tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan


Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan
Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku,
Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Hingga kini pun, pesantren terbukti sangat
strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.

Kekuasaan Politik
Penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari
para Sultan/Raja Islam. Misalnya seperti Kerajaan Demak di pulau Jawa,
merupakan pusat dakwah serta sebagai pelindung perkembangan Islam.
Begitu juga dengan raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo
di Sulawesi Selatan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh
Demak di Jawa. Apalagi disertai dengan saling komunikasi, bahu membahu
dan tolong menolong antar raja islam Indonesia dalam melindungi dakwah
Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara
nasional Indonesia dimasa mendatang.
Beberapa kerajaan Islam di Indonesia antar pulau, antara lain;
Kerajaan Islam di Sumatera
* Kesultanan Perlak (abad ke-9 - abad ke-13)
* Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13 - abad ke-16)
Kerajaan Islam di Jawa
* Kesultanan Demak (1500 - 1550)
* Kesultanan Cirebon (sekitar abad ke-16)
Kerajaan Islam di Sulawesi
* Kesultanan Makasar (awal abad ke-16 - 1667?)
* Kesultanan Buton (1332 - 1911)
Setelah Islam masuk ke Indonesia, Indonesia banyak mengalami kemajuan
dan

perkembangan,

baik

di

bidang

ilmu

pengetahuan,

kesenian,

pembangunan, hukum dan politik, serta norma kemasyarakatan, yang


menjadikan Indonesia semakin maju dan beradab.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3.3 Referensi

Anda mungkin juga menyukai