Pembicaraan mengenai organisasi tidak akan terlepas dari konsepsi kepemimpinan. Berdasarkan
beberapa literatur dapat dikatakan bahwa esensi kepemimpinan adalah upaya seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan olehnya. Dalam rangka
mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin mempunyai banyak pilihan gaya kepemimpinan yang
akan digunakannya. Salah satu gaya kepemimpinan yang relatif populer adalah kepemimpinan
transformasional.
Konsepsi Kepemimpinan Transformasional
Konsepsi kepemimpinan transformasional pertama kali dikemukakan oleh James McGregor Burns.
Dalam kaitannya dengan kepemimpinan transformasional, Bernard Bass (Stone et al, 2004)
mengatakan sebagai berikut: Transformational leaders transform the personal values of followers to support
the vision and goals of the organization by fostering an environment where relationships can be formed and by
establishing a climate of trust in which visions can be shared. Selanjutnya, secara operasional Bernard
Bass (Gill et al, 2010) memaknai kepemimpinan transformasional sebagai berikut: Leadership and
performance beyond expectations. Sedangkan Tracy and Hinkin (Gill dkk, 2010) memaknai
kepemimpinan transformasional sebagai berikut: The process of influencing major changes in the
attitudes and assumptions of organization members and building commitment for the organizations mission or
objectives.
Dari beberapa pengertian tersebut kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan
yang berupaya mentransformasikan nilai-nilai yang dianut oleh bawahan untuk mendukung visi dan
tujuan organisasi. Melalui transformasi nilai-nilai tersebut, diharapkan hubungan baik antar anggota
organisasi dapat dibangun sehingga muncul iklim saling percaya diantara anggota organisasi.
Adapun, karakteristik kepemimpinan transformasional menurut Avolio dkk (Stone et al, 2004) adalah
sebagai berikut:
(1) Idealized influence (or charismatic influence)
Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin transformasional harus kharisma
yang mampu menyihir bawahan untuk bereaksi mengikuti pimppinan. Dalam bentuk konkrit,
kharisma ini ditunjukan melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai
pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan
menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang
dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.
(2) Inspirational motivation
Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin yang mampu menerapkan standar yang
tinngi akan tetapi sekaligus mampu mendorong bawahan untuk mencapai standar tersebut. Karakter
seperti ini mampu membangkitkan optimisme dan antusiasme yang tinggi dari pawa bawahan.
Dengan kata lain, pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan memotivasi
bawahannya.
(3) Intellectual stimulation
Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin transformasional yang mampu mendorong
bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan rasional. Selain itu, karakter ini
mendorong para bawahan untuk menemukan cara baru yang lbih efektif dalam menyelesaikan
masalah. Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan
untuk selalu kreatif dan inovatif.
(4) Individualized consideration
Individualized consideration berarti karakter seorang pemimpin yang mampu memahami perbedaan
individual para bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin transformasional mau dan mampu untuk
mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional
mampu melihat potensi prestasi dan kebutuhan berkembang para bawahan serta memfasilitasinya.
Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan
berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan berprestas dan berkembang para
bawahan.
Gaya kepemimpinan transformasional diyakini oleh banyak pihak sebagai gaya kepemimpinan yang
efektif dalam memotivasi para bawahan untuk berperilaku seperti yang diinginkan. Menurut
Bernard Bass (NN, 2009), dalam rangka memotivasi pegawai, bagi pemimpin yang menerapkan gaya
kepemimpinan transformasional, terdapat tiga cara sebagai berikut:
1.
2.
3.
Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.
Pemahaman akan pentingnya hasil usaha harus diterapkan kepada para pegawai. Dengan kata lain,
orientasi proses mendapat prioritas dibandingkan dengan sekedar hasil. Kemudian, penekanan
untuk mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan pribadi menjadi
krusial mengingat hubungan yang baik dan iklim kerja yang kondsif menjadi perhatian utama dalam
penerapan gaya kepemimpinan ini. Selanjutnya, mengingat kebutuhan bawahan bukan hanya
materi, maka seorang pimpinan harus mampu mendorong pegawai untuk mempunyai kebutuhan
yang lebih tinggi sesuai dengan kapasitas mereka.
Seorang pemimpin yang ingin secara efektif menerapkan gaya kepemimpinan transformasional,
harus mampu melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
menginternalisasikan visi, misi, kondisi lingkungan strategis, dan rencana startegis pada seluruh
anggota organisasi;
5.
6.
7.
8.
9.
Stone, G.A., Russel, R.F., and Patterson, K. Transformational Versus Servant Leadership: A Difference in
Leader Focus. The Leadership & Organization Development Journal, V
Kepemimpinan Transformasional
(Transformational Leadership)
OPINI | 31 March 2014 | 19:09
Dibaca: 1096
Komentar: 3
Tichy dan Devanna melakukan studi atas 14 orang pemimpin dalam dunia
bisnis untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan di atas. Dalam hampir
setiap kasus mereka memakai waktu berjam-jam lamanya untuk
mewawancarai orang-orang bersangkutan secara mendalam. Orang-orang
itu dipilih atas dasar kenyataan bahwa mereka telah menunjukkan
kepemimpinan yang sukses pada berbagai tingkat yang berbeda-beda
dalam organisasi dan hampir sepanjang karir mereka. Studi ini dilakukan
oleh Tichy dan Devanna pada awal tahun 1980-an. Di antara tokoh paling
dikenal yang menjadi objek studi terdapat nama-nama seperti Jack Welch,
John Harvey-Jones dan Lee Iacocca. Bagi anda yang belum mengenal
nama-nama ini, carilah di Wikipedia!
Uraian di atas mengenai kepemimpinan transformasional mengindikasikan
adanya komitmen para pengikut (karyawati-karyawan atau konstituen)
dalam konteks nilai-nilai yang disepakati bersama (shared values) dan
suatu visi yang disepakati bersama (a shared vision). Hal ini secara khusus
relevan dalam konteks manajemen perubahan (managing change).
Manajemen perubahan menyangkut relasi saling-percaya antara pemimpin
dan orang-orang yang dipimpinnya.
B.M. Bass & B.J. Avolio, dalam tulisan mereka yang berjudul Developing
transformational leadership 1992 and beyond, dalam Journal of
European Industrial Training, vol. 14 no. 5 (1990), pages 21-27,
menyarankan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki empat
komponen:
1. Pengaruh yang diidealisasikan (idealized influence). Karena
mempunyai suatu visi yang jelas dan bertujuan (sense of purpose), maka
pemimpin-pemimpin transformasional mampu untuk memenangkan
kepercayaan dan respek dari para pengikut mereka. Dengan menunjukkan
kepada para pengikutnya bahwa mereka dapat mencapai lebih daripada
yang mereka percayai sebagai mungkin, maka para pemimpin
transformasional mendirikan sebuah dasar/basis untuk misi-misi di masa
depan yang memampukan mereka untuk memperoleh upaya-upaya ekstra
dari para pengikut mereka.
2. Pertimbangan secara pribadi (individual consideration). Para
pemimpin transformasional memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dan
potensi pengembangan diri pribadi setiap pengikut mereka. Pendelegasian
(delegating), coaching dan pemberian umpan balik yang konstruktif (giving
constructive feedback).
3. Stimulasi intelektual (Intellectual stimulation). Secara aktif mencari
ide-ide baru dan cara-cara baru dalam mengerjakan segala sesuatu.
4. Inspirasi (Inspiration). Memotivasi orang-orang yang dipimpin,
membangkitkan entusiasme, memberi contoh, dilihat sebagai ikut ambil
bagian dalam menanggung beban.
CATATAN AKHIR
Para pakar yang melakukan riset atas topik charismatic
leadership dantransformational leadership banyak memakai waktu mereka
untuk mencoba mengidentifikasikan karateristik-karakteristik unik dari dua
macam kepemimpinan yang erat berhubungan satu sama lain itu.
Beberapa pakar malah berargumentasi bahwa kualitas-kualitas pribadi
seorang pemimpin merupakan kunci untuk memperoleh pemahaman di
bidang kepemimpinan kharismatis dan transformasional. Walaupun
demikian kita harus tetap berpegangan pada kenyataan bahwa
kepemimpinan adalah inter-aksi dinamis antara sang pemimpin, para
pengikutnya (konstituen) dan juga situasi khusus yang dihadapinya. Jadi
kualitas pribadi semata-mata dari seorang pemimpin tidak akan berakibat
dalam kepemimpinan kharismatis atau transformasional.
Akan tetapi kita harus mengakui bahwa ada sejumlah hal sama yang
diperagakan dalam perilaku dan gaya kepemimpinan kharismatis dan
transformasional, termasuk visi dan nilai-nilai yang mereka anut,
keterampilan dalam beretorika, kemampuan untuk membangun citra diri
(imaji = image) dalam hati dan pikiran para pengikut, dan gaya
kepemimpinan yang mempribadi (personalized).
Pada hakikatnya, baik kepemimpinan transformasional maupun
kepemimpinan kharismatis berorientasi pada masa depan, artinya juga
menyangkut perubahan. Kedua jenis kepemimpinan ini menolong sebuah
kelompok bergerak dari sini ke sana. Para pemimpin kharismatis dan
transformasional melihat adanya perbedaan-perbedaan fundamental
antara kenyataan yang ada dan apa yang seharusnya dilakukan.
Dalam kesempatan ini, untuk memahami soal visi ini dengan lebih baik,
baiklah anda mengambil sedikit waktu untuk mempelajari tulisan saya yang
berjudul Peranan Visi dalam Kepemimpinan (KOMPASIANA, 31
Desember 2013). Insya Allah, dalam kesempatan lain kita soroti dengan
lebih mendalam kaitan antara kepemimpinan kharismatis/transformasional
dengan visi ke depan dan perubahan.