Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Herman Suherman
200110110262
Gerry Krisnandi
200110110265
Teguh Nugraha
200110110269
Fajar Rizki
200110110273
Risky Oktaviani
200110110277
Cempaka Putri
200110110287
Fransiscus P
200110110289
Asep Kusnadi
200110110293
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Culling adalah suatu usaha untuk memilih ayam yang dikehendaki dan
mengeluarkan ayam yang tidak dikehendaki yang disebabkan karena tidak produktif,
sakit dan sebab lainnya yang dapat menimbulkan kerugian. Usaha ini bisa
diterapkan pada semua jenis unggas (ayam, itik, puyuh, dll).
Culling dilakukan pada ayam betina muda menjelang bertelur dan pada ayam
dewasa menjelang produksi menurun. Culling ini sangat diperlukan untuk
mengefisiensikan beberapa faktor yang dibutuhkan dalam peternakan, seperti
pakan, kandang dan sebagainya. Dengan kata lain, culling mengefisiensikan
pengeluaran ekonomi dari peternak.
Oleh karena itu, dengan praktikum ini diharapkan kita mengetahui
bagaimana cara melakukan culling dengan baik, sehingga kita dapat membedakan
ayam yang masih berproduksi dengan baik atau sudah harus diafkir.
1.2
1.3
Pukul
Tempat
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
SELEKSI
Memilih ayam yang baik yaitu yang mempunyai sifat-sifat dapat berproduksi
tinggi dari suatu flock atau kelompok ayam untuk ditahan dan dijadikan bibit bagi
generasi yang akan datang.
Langkah pertama untuk memperoleh bibit-bibit ayam yang baik yang
biasanya dimulai dengan seleksi individual pada ayam jantan dan ayam betina.
Dasar-dasar seleksi yang umumnya diterapkan dalampeternakan itu terdiri
dari 4 macam yaitu :
seleksi yang didasarkan atas production test (penguian terhadap sifat sifat
produksi)
masing masing ternak (ayam), akhirnya dapatlah ditentukan ternak mana yang akan
dipilih sebagai bibit.
Cara seleksi tersebut biasanya dilakukan pada waktu ternak itu masih muda
dan belum ada menghasilakan suatu produksi atau belum ada data atau petunjuk
petunjuk yang menunjukan atau menerangkan performance produksi dari ternak
yang bersangkutan. juga bilamana orang berhadapan dengan bangsa bangsa atau
varietas varietas ternak yang hampir sama produksinya, maka hasil penilaian silsilah
dapat membantu seseorang peternak dalam menentukan hewan atau ternak yang
baik untuk dipilih sebagai bibit.
Akan tetapi seleksi menurut cara inipun belum dapat memberi jaminan
sepenuhnya untuk mencapai performance produksi yang dikehendaki dikemudian
hari.
Seleksi yang didasarkan atas production test
Testing (pengujian) terhadap sifat sifat produksi itu dapat dilakukan dengan
dua cara :
a. indidual merit test (seleksi individu itu sendiri)
Pada seleksi ini kita mengadakan testing terhadap sifat atau karakter dari
performance masing masing individu. berdasarkan hasil hasil atau data data
yang diperoleh dari testing ini kita mengadakan seleksi terhadap tiap tiap jenis
(bangsa, varietas, dan strain) ayam sesuai dengan standar (ketentuan
ketentuan) yang berlaku bagi masing masing jenis ayam tersebut.
Beberapa karakter performance yang bersifat turun temurun kuat yang
biasanya dinilai waktu pelaksanaan seleksi individu pada ternak ayam.Karakter
performance yang akan ditest itu dengan sendirinya tidaklah sama bagi tiap tiap
jenis ayam.Masing-masing karakter performance tersebut ekonomis sendiri dan
selain dari itu karakter performance tersebu8t harus pula mempunyai daya
herediter (sifat turun-temurun) yang kuat.
b. Progency test (seleksi atas dasar penilaian pada keturunan yang dihasilkan)
Pada seleki menurut cara ini pemilihan ternak bibit didasarkan atas
performance (produksi) dari anak anaknya. biasanya cara seleksi sedemikian
dilakukan pada ternak (ayam) jantan, oleh karena ternak jantan pada umumnya
memberi keturunan relative lebih banyak daripada ternak betina.
Progeny test ini dijalankan untuk mengetahui bagaimana kemampuan seekor
pejantan menurunkan sifat sifat produksi tinggi kepada anaknya (guna
mengetahui pejantan mana yang unggul) yaitu dengan jalan mengadakan
perbandingan antara sifat sifat produksi pada anak anak betina (yang seinduk)
dengan induknya setelah induk itu dikawinkan dengan pejantan yang berbedabeda asalnya
Akhirnya perlu dikemukan bahwa diantara keempat cara cara seleksi
diterangkan diatas maka seleksi yang didasarkan atas production test lah yang
paling tepat guna menentukan ternak mana yang baik untuk dijadikan bibit.
Pekerjaan itulah tidaklah begitu sukar hanya membutuhkan sedikit banyak
ketekunan dan ketelitian untuk menginterpretir data data tersebut.
Menyortir ayam yang tidak baik sifat-sifatnya, kurang produksinya atau yang
sakit dan sebagainya untuk dikeluarkan dari kelompok ayam itu dan tidak dipelihara
lagi.
Dalam peternakan/pemeliharaan ayam dewasa ini, dimana arah usaha
beternak ayam itu umumnya sudah berubah menjadi usaha ternak yang
mendatangkan keuntungan, culling itu perlu sekali diterapkan, oleh karena bila ayam
yang berhubungan satu dan lain hal sudah nyata tidak baik itu dipelihara terus,
niscaya akan merugikan peternakatau pemelihara ayam.
Untuk menjaga produktivitas dan efisiensi dalam suatui usaha ternak ayam,
maka pada waktu waktu tertentu dan secara teratur perlu dilakukan rasionalisasi.
kebijakan inilah yang dimaksudkan dengan culling yaitu menyortir ternak ayam yang
tidak atau kurang baik baik sifat sifat, kurang produksiny, sakit atau cacat dan
menyingkirkan ayam ayam tersebut dari kelompoknya untuk seterusnya dijual,
dipotong dsb.
Dasar dasar dan ketentuan waktu untuk mengadakn culling itu bermacam
macam yang dalam garis garis besarya dapat dibagi atas 4 golongan yaitu :
dititik beratkan pada pertanda yang umurnya dapat mmberi harapan kepada kita,
bahwa anak anak ayam tu sehat, normal dan akan tumbuh engan baik.
Sifat-sifat atau karakter yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
1. Tampan atau penampilan umum. hendaknya tegap, gesit dan lincah
2. Mata
(bercahaya)
3. Rongga perut : hendaknya terasa lembut akan tetapi kenyal.
4. Pusar : harus kering dan tertutup
5. Bulu kapas (dons) : hendaknya halus dan lembut, mengkilat dan menutupi
seluruh tubuh .
6. Cacat : tidak boleh ada yang cacat misalnya : mata satu, buta kedua buah
mata, kaki dan jari jari bengkok, sayap satu atau sayap patah, paruh bengkok
atau bersilang.
sortasi anak anak ayam yang sedang dalam pertumbuhan ( sortasi ayam muda )
Pekerjaan ini dilakukan pada ayam umur dari 2-4 bulan dan bagi anak anak
ayam hasil sortasi pertama, penyortiran sebaiknya dilaksanakan pada umur kurang
lebih 1,5 bulan yaitu sebelum ia dipindahkan dari box atau brooder houser ke
kandang pembesarkan.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian culling tahap kedua ini antara lain
adalah :
1. kecepatan tumbuh : cepat aau lambat menjadi dewasa
2. tingkah lakunya ( behavior ) : keadaan kelincahan ( kegesitan ), nafsu makan
dan sikapnya ( gagah , waspada atau acuh tak acuh )
3. keadaan kesehatan : keadan fisik seekor ayam seperti : kurus, pucat, sikap
suka menyendiri, ketegapan tubuh.
Bila hal-hal diatas dari hari ke hari kita perhatikan secara berkala pada anak
anak ayam yang meningkat dewasa (sedang dalam masa pertumbuhan) maka
dapatlah dibedakan mana ayam muda yang baik dan tidak baik. Anak ayam atau
ayam muda yang tidak baik hendaknya segera dipisahkan dan dikeluarkan dari
kelompoknya.
Jika pada sortasi tahap pertama telah dilakukan sexing maka hendaknya
bertepatan dengan bertepatan dengan waktu permulaan dari culling tahap kedua ini
perlu pula diadakan pemisahan anak anak ayam jantan dari yang betina umumnya
pada umur 1,5-2 bulan kita sudah membeda bedakan mana yang jantan dan mana
yang betina yaitu dengan memperhatikan :
pertumbuhan badan : anak anak ayam jantan badanya lebih besar daripada
yang betina.
keadaan jengger : pada anak anak ayam juntan jengger itu lebih besar ( lebih
menonjol ) dan warnanya merah terang.
warna bulu : pada anak ayam betina warna bulu punggung adalah rata
sedangkan pada anak ayam jantan warna bulu punggung tersebut terutama
pada ujung atau pinggirnya mengkilat.
waktu dan tidak terikat pada umur. oleh karena itu sebaiknya secara teratur misalnya
pengafkiran ayam babon yang tidak bertelur atau yang kurang produktif ( dalam
masa produksi )
Waktu yang sebaiknya untuk mengadakan culling ayam-ayam babon adalah
dari umur 4,5 bulan sampai 2 tahun dari saat akan mulai berproduksi sampai
waktu peremajaan. Cara melaksanakannya adalah dengan mengadakan inspeksi
pula secara periodic misalnya 1 atau 2 kali dalam seminggu terhadap semua ayam
babon yang kita pelihara menurut kelompoknya masing-masing.
Umumnya ayam babon itu dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
1. kelompok yang baru mulai bertelur (belum lama periode bertelurnya); disortir
untuk membeda-bedakan kekuatan daya bertelurnya atau kemampuan daya
produksinya masing-masing.
2. kelompok yang sudah lama bertelur (sudah lama periode bertelurnya);
disortir untuk membeda-bedakan ketekunan bertelur dari masing-masing
ayam dalam kelompoknya.
Dari masing-masing kelompok tersebut di atas dapat pula ditentukan taraf
produksi dari tiap-tiap ekor babon dengan berpedoman pada sifat-sifat seperti
tercantum dalam daftar di halaman berikut. Dengan jalan demikian nanti kita dapat
menentukan ayam babon mana dari masing-masing kelompok yang tidak atau
kurang produktif dan mengeluarkan ayam tersebut dari kelompoknya.
1. culling kelompok ayam babon yang belum lama periode bertelurnya.
(untuk menentu8kan intensitas bertelur dari masing-masing ayam babon
dalam kelompoknya).
2. culling ayam babon yang sudah lama periode bertelurnya. (untuk
menetukan persistensi bertelur pada masing-masing ayam dalam
kelompoknya.
Yang dimaksudkan dengan persistensi bertelur adalah kesanggupan seekor
ayam babon untuk bertelur dalam waktu yang lam secar kontinu dengan seri bertelur
yang tidak atau jarang terputus-putus. Dari ayam-ayam babon sedemikian kita akan
dapat mengharapkan telur hampir setiap hari.
Umumnya ayam petelur yang sudah mencapai umur di atas 1 tahun,
produksi telurnya mulai menurun. Akan tetapi hubungan antara pertambahan umur
dengan menurunnya produksi itu tidak sama pada semua bangsa ayam petelur.
Oleh karena itu dikatakan ada babon yang produktif atau sanggup bertelur banyak
dalam waktu yang lama dan ada pula yang tidak atau kurang produktif.
Tetapi sebelum mulai melaksanakan pengapkiran, sebaiknya masing-masing
peternak ayam perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu antara lain :
berusaha mengenal sifat jenis-jenis ternak ayam yang dipeliharanya
berusaha mengetahui komposisi dan mutu ransom makanan yang
digunakan serta jumlah makanan yang diberikan setiap hari
berusaha mengetahui pemeliharaan ayam tersebut d waktu mas
mudanya, apakah pernah terserang penyakit atau mendapat gangguan
dari parasit-parasit.
mempunyai sedikit banyak catatan-catatan tentang waktu mulai bertelur,
ganti bulu (moulting), produksi harian dan lain-lain. Informasi yang
mungkin diperlukan sebagai dasar pelaksanaan suatu pengapkir
III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1
Alat
1. Baki preparat untuk tempat ayam
3.2
Bahan
1. Ayam Dara
2. Ayam Produksi
3.3
Prosedur Kerja
1. Metakkan ayam di atas baki preparat, usahakan ayam harus dalam keadaan
tenang.
2. Memperhatikan dan meraba jengger serta pial (mengamati ukuran, warna
dan keadaanya).
3. Memperhatikan keadaan kepala, paruh dan mata.
4. Memperhatikan keadaan tubuhnya.
5. Memperhatikan dan mraba bagian abdomen dan vent.
6. Mengukur dengan jari jarak antara tulang pubis, serta jarak tulang pubis
dengan sternum.
7. Meraba keadaan tulang pubis.
IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
No
Kriteria
Ayam Dara
Kecil, keil
Vent
Tulang Pubis
Keadaan
Saling menutup
Jaraknya
< 3 jari
Abdomen
-
Keadaan
Panjang dada
!0 Jari
Perbuluan
Head type
Body type
Panjang
Shank
Pigmentasi
-
Vent
Kuning
Face
Merah
Eye ring
Kuning
Ear lobe
Kuning
Beak
Kuning
Shank
Kuning
No
Kriteria
Ayam Produksi
Vent
Tulang Pubis
Keadaan
Saling menjauh
Jaraknya
2-3 jari
> 3 jari
Abdomen
-
Keadaan
Panjang dada
13 Jari
Perbuluan
Kusam, berjubai
Head type
Bulat, kusam
Body type
Panjang
Shank
Bulat
Pigmentasi
-
Vent
Merah pucat
4.2
Face
Merah
Eye ring
Kuning
Ear lobe
Putih
Beak
Coklat
Shank
Putih
Pembahasan
Untuk mengetahui seekor ayam sedang berproduksi atau tidak berproduksi
dapat diketahui dengan mengamati cirri-ciri fisik, seperti apabila ayam tersebut
mempunyai jengger dan pial yang relatif kecil, merah suram, kaku/kering, keras,
kasar, bersisik, suram, dan dingin maka ayam tersebut sedang produksi, sebaliknya
apabila bentuknya relatif besar, merah cerah, lentur, lunak, halus, mengkilat, dan
hangat maka ayam tersebut sedang berproduksi. Selain itu dilihat dari vent, ayam
berproduksi mempunyai vent yang besar, basah, mengembang, lentur, persegi
panjang. Sedangkan pada ayam yang tidak berproduksi mempunyai vent yang kecil,
kering, mengkerut, keras, dan bulat. Tulang pubis pada ayam produksi mempunyai
jarak diantara 2-3 jari, saling menjauh, jarak dengan sternum > 3 jari, pipih seperti
pita, elastis. Pada ayam tidak produksi, jarak tulang pubis < 2 jari, saling menutup,
jarak dengan sternum < 3 jari, tebal, bulat dan tumpul/kaku. Pada ayam produksi,
abdomen luas, fleksibel, lunak, lemak pada kulit abdomen tipis/halus, dan dalam.
Sedangkan pada ayam yang tidak produksi abdomen sempit, kaku, keras seperti
berdaging, lemak tebal dan keras, serta dangkal. Bulu ayam yang berproduksi
mengkilat dan rapat, pada ayam tidak berproduksi bulu usang berjumbai dan sobeksobek. Holding pada ayam produktif abdomen halus, empuk, tulang pubis tipis,
sebaliknya holding pada ayam tidak berproduksi abdomen tebal, keras, tulang pubis
tebal. Selain itu pigmentasi pun dapat menunjukan bahwa seekor ayam sedang
berproduksi atau tidak. Pigmentasi pada ayam produksi harus terjadi pemutihan
yang komplit. Eye ring, ear lobe, beak, dan shank berwarna putih. Sedangkan vent
berwarna putih kebiru-biruan/pink dan face kemerahan. Pigmentasi pada ayam tidak
produksi, warna tetap kuning pada defosit-defositnya, vent dan face berwarna
kekuning-kuningan, sedangkan eye ring, ear lob, beak, shank berwarna putih. Dari
praktikum yang telah dilakukan dapat dengan jelas dilihat perbedaan antara ayam
yang sudah berproduksi dan yang belum. Hal ini terlihat dari tabel pengamatan yang
membedakan kriteria atau ciri-ciri antara ayam produksi dan ayam dara. Dari
praktikum yang telah dilakukan terhadap ayam yang memiliki strain berbeda
mengakibatkan praktikan sulit untuk membedakan bagaimana perbedaan ayam
yang produksi dengan ayam dara pada strain yang sama.
V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Perbedaan ayam yang sedang berproduksi dengan yang tidak berproduksi
dapat dilihat dari ciri-ciri fisik seperti pial,vent,tulang pubis,abdomen dan perbuluan.
Pigmen ayam yang berproduksi nampak lebih pucat dibandingkan ayam yang tidak
berproduksi. Dapat dilihat pula secara kasat mata bahwa ayam yang sedang
brproduksi tingkah laku lincah dan masa bertelurnya lama.
5.2
Saran
Sebaiknya dalam praktikum tentang culling ayam yang digunakan sebagai
objek praktikum memiliki strain yang sama, sehingga praktikan dapat membedakan
antara ayam yang produksi dengan ayam dara/ yang belum berproduksi dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA