Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PUZZLE ANAK

USIA SEKOLAH DI RUANG PERAWATAN


KEMUNING BAWAH

Disusun Oleh :
Dewi Rahmatika
Musiskah
Qurratu Ayun
Risma Budiyanti
Rusmanto

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang dikarenakan alasan
darurat atau terencana yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah
( Dachi, 2009). Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan
bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya
beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak
dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis
yang terjadi adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan
perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari
lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong,
2001). Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum
hospitalisasi, selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, terutama bagi
anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan
kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 2002).
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang,
makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan
pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta
intelektual.Oleh karena itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh

kembang anak (Hidayat, 2008). Terapi bermain adalah suatu bentuk


permainan yang direncanakan untuk membantu anak mengungkapkan
perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu
yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa sekolah adalah
permainan pada anak usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk
meningkatkan ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga dapat
mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja
sama dengan sesamanya. Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi
penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit
membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka perlu adanya
program terapi bermain di rumah sakit khususnya di ruang perawatan anak,
sehingga

diharapkan

asuhan

keperawatan

dapat

menunjang

proses

penyembuhan.

B. Tujuan
1.

Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit,
diharapkan kecemasan anak-anak yang sedang menjalani perawatan di
ruang perawatan kemuning bawah dapat berkurang, anak-anak juga
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan anak merasa tenang
dan senang selama berada di ruang Kemuning Bawah, serta
meningkatkan kreativitas dan kepercayaan diri anak.

2. Tujuan khusus
1) Melanjutkan tumbuh kembang anak yang optimal
2) Mengembangkan keterampilan berbahasa dan kognitif
3) Menstimulasi motorik kasar, halus dan daya ingat anak
4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan
dirawat
5) Menumbuhkan personal social
6) Melatih kreativitas anak
7) Mengembangkan kepercayaan diri pada anak
8) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) seperti bagaimana cara mencuci tangan, membuang
sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan mulut, dan menkonsumsi
makanan sehat dan bergizi.

C. Sasaran
Anak-anak yang berada di ruang Kemuning Bawah RSU
Tangerang pada usia sekolah, antara lain:
1. An. A
2. An. R
3. An. L
4. An. A
5. An. A

6. An.

BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran
Erikson membagi perkembangan manusi dari awal hingga akhir
hayatnya menjadi 8 fase dengan berbagai tugas yang harus diselesaikan pada

setiap fase. Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan berkembang
yaitu masa bayi, masa balita, masa bermain, masa sekolah, dan masa remaja
(Wong, 1995).
Masa sekolah menurut Erikson adalah Berkarya vs rasa rendah diri.
Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki sekolah yang lebih
formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas
karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa
tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk belajar bersama
(Nursalam , 2005).
Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa
pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak.
Permulaan masa pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya
perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan psikososial anak (Nursalam,
2005).
B. Prinsip bermain
Menurut Thompson ED. (1992) prinsip bermain di rumah sakit adalah :
1)

Kelompok umur yang sama

2)

Permainan akan lebih efektif apabila dilaksanakan dalam kelompok umur


yang sama agar jenis permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan
usia dan tingkat perkembangan anak.

3)

Pertimbangan keamanan dan infeksi silang

4)

Permainan yang digunakan hendaknya yang mudah dicuci agar infeksi


silang dapat dihindari

5)

Tidak banyak energi serta permainan singkat

6)

Anak yang sakit biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk bermain
sehingga permainan yang diberikan harus merupakan permainan yang
tidak menguras tenaga energi yang besar

7)

Waktu bermain perlu melibatkan orang tua

8)

Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tua, maka hubungan orang
tua dengan anak akan lebih akrab dan kelainan atau perkembangan
penyakit dapat segera diketahui secara dini.

C. Karakteristik permainan
Karakteristik permainan pada anak usia sekolah adalah anak sudah
mulai melakukan imaginasi.
a.

Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin

b.

Dapat belajar dengan aturan kelompok

c.

Belajar independent, kooperatif, bersaing, menerima orang lain

d.

Karakteristik cooperatif play

e.

Laki-laki : mechanichal

f.

Perempuan : mother role

Maka alat mainan yang dapat diberikan berupa :


a. Teka-teki
b. Permainan buku bacaan
c. Alat untuk menggambar
d. Alat musik seperti harmonika
e. Kartu, buku
f. Boneka, robot

g. Mencatat
h. Alat untuk melukis
i. Mengumpilkan perangko
j. Pekerjaan tangan
Whaley & Wong (2004) menyebutkan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih mainan bagi anak yang dirawat di rumah sakit
adalah, pilihlah alat mainan yang aman (alat mainan ini aman untuk anak
yang satu belum tentu untuk anak yang lain). Hindari alat mainan yang tajam,
mengeluarkan suara keras dan yang terlalu kecil, terutama anak umur di
bawah 3 Tahun. Ajarkan anak cara menggunakan alat yang bisa membuat
injury seperti gunting, pisau dan jarum.

Nursalam dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat
&Bidan). Jakarta: Salemba Medika

Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing.


Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai