PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filosofi adalah studi mengenai kebijaksanaan, dasar-dasar pengetahuan dan
proses yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan mengenai suatu
kehidupan filosofi memberi pandangan dan menyatakan secara tidak langsung mengenai
sistem keyakinan dan sistem kepercayaan. Setiap filosofi individu akan dikembangkan dan
akan mempengaruhi perilaku dan sikap individu tersebut. Sesorang akan mengembangkan
filososfinya melalui belajar dari hubungan interpersonal, pengalaman pendidikan formal dan
informal, keagamaan, budaya dan lingkungan.
Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus dimiliki oleh seorang
perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan bertindak dalam
melaksanakan praktik keperawatan pada klien dalam rentang sehat dan sakit.Filosofi
Keperawatan Patricia Benner merupakan keyakinan yang berasal dari nilai, etik dan moral
yang terdapat dalam pemahaman seorang perawat serta yang mendasari sifat, perilaku da
tindakan keperawatan dalam memberikan layanan keperawatannya kepada mereka yang
membutuhkan.
Jadi teori filosofi keperawatan merupakan konsep keyakinan yang berasal dari
nilai etik bermula dari suatu seni, kemudian menjadi suatu ilmu dan selanjutnya berkembang
menjadi suatu profesi keperawatan. Profesi keperawatan
yaitu expert yang mempunyai tugas dan keahlian sesuai dengan tingkatannya. Berdasarkan
hal tersebut kelompok akan membahas tentang
BAB II
KONSEP TEORI
etikaklinis. Ia telah menjadi staf perawat di bidang medis - bedah , ruang gawat darurat ,
perawatan koroner , unit perawatan intensif dan perawatan di rumah . Saat ini ,
penelitiannya meliputi studi tentang praktik keperawatan di unit perawatan intensif dan
etika keperawatan.
juga memiliki kemampuan untuk merefleksikan dirinya dan juga tidak mampu
merefleksikan dirinya tentang kesulitan yang dihadapi didunia.
Menurut Benner manusia mempunyai empat peran utama yaitu :
a. Peran situasi
b. Peran tubuh
c. Peran kepribadian
d. Peran selalu menyesuaikan diri
3. Kesehatan
Fokusnya pada pengalaman hidup sehat dan sakit. Sehat didefinisikan sebagai apa yang
dapat dinilai, sedangkan kesejahteraan adalah pengalaman mausia selama masa sehat
sedangkan penyakit adalah apa yang dinilai pada tingkat fisik.
4. Lingkungan
Benner menggunakan istilah situasi dari pada lingkungan sosial dengan definisi dan
kebermaknaan sosial. Mereka menggunakn istilah situasi yang memiliki makna yang
didefiniskan oleh orang yang berinteraksi, memamknai dan memahami situasi. Meurut
individu situasi itu dibatasi oleh cara individu.
Falsafah keperawatan menurut Patricia Benner
Kepedulian (caring) adalah inti dari keperawatan. Mengedepankan tentang apa ;
kemampuan berhubungan dan kepedulian yang menghasilkan bantuan yang berkualitas.
Benner menjelaskan seara sistematis lima tahap penguasaan keterampilan praktek Novice(
pemula), Advance Beginner (pemula lanjut), competent (kompeten), proficient (pengusai),
dan expert (ahli).
Teori From Novice To Expert yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi
dari Model Dreyfus yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori
From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap peran dan perkembangan profesi
meliputi: Novice, Advance Beginner, competent, proficient, dan expert.
1. Novice
a. Seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya.
b. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
penampilannya.
c. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan.
d. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi Benner
bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika
ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.
2. Advance Beginner
a. Ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima
pada situasi nyata.
b. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang suatu
situasi.
c. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena
membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.
d. Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada
penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada situasi
yang memerlukan perspektif lebih luas.
e. Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner sebagai ujian
terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap situasi pada pasien yang
membutuhkan dan responnya.
f. Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan
manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak
pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.
3. Competent
a. Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan
yang lain, advance beginner akan menjadi competent.
b. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlkan untuk suatu situasi
dan sudah dapat dilepaskan.
2. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai acuan oleh
para pendidik untuk mempelajari setiap level perawat dari novice sampai expert dan
mempelajari perbedaan masing masing level sehingga memberikan pengalaman
pembelajaran kepada mahasiswa keperawatan.
Benner (1982)
berlawanan dengan kompleksitas keahlian dan tingkat keahlian yang dijelaskan dalam
Model Dreyfus dan 31 kompetensi yang dijelaskan oleh AMICAE (Benner, 1984).
Dalam Expertise In Nursing Practice , Benner dan kolega (1996) menekankan
pentingnya pembelajaran skill dan perawatan melaui pengalaman praktis, penggunaan
ilmu pengetahuna dalam praktek, dan dengan pendidikan formal. Dalam Clinical Wisdom
in Critical Care, Benner dan kolega (1999) memberikan perhatian yang besar
pembelajaran berdasarkan pengalaman dan mempresentasikan bagaimana cara mengajar.
Mereka mendisain CD ROM interaktif untuk melengkapi buku.
3. Penelitian
Metode Benner banyak digunakan sebagai acuan penelitian dalam bidang keperawatan.
Sebagai contoh Fenton (1984, 1985) menggunakan model Benner dalam penelitian
pendidikan. Lock dan Gordon (1989) yang membantu proyek AMICAE, yang
mengembangkan pembelajaran inquiry dalam model formal yang digunakan dalam
praktek keperawatan dan medis. Mereka menyimpulkan bahwa model formal
memberikan petunjuk mengenai pelayanan langsung, pengetahuan dan hasil yang
diinginkan.
BAB III
APLIKASI DAN PEMBAHASAN
KASUS PATRICIA BENNER
Seorang anak laki laki berumur 10 tahun bernama An.Tedi sudah tiga hari muntah
dan diare di rumah. Setelah berobat ke puskesmas klien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit.
Sekarang adalah hari kedua klien dirawat di rumah sakit dengan diagnosa Medis DADS.
Keluhan pada saat dikaji, Tedi merasakan lemas, demam dan haus. Dari pemeriksaan fisik
didapat TD : 100/70 mmHg, Suhu : 3970C, RR : 28x/mnt, Nadi : 110x/mnt, konjungtiva anemis,
turgor kulit lama kembali.
BABAK I (Novice)
(Setting)
(scene1)
Di salah satu kamar Ruang Perawatan anak An. Tedi sedang berbaring di tempat tidur
dengan gelisah dan terlihat rewel. Ibu Tedi terlihat cemas sambil mengusap anaknya berharap
anaknya tenang dan tidak rewel.
(Narrator)
Situasi pada babak ini menggambarkan bagaimana seorang perawat dalam level
NOVICE bekerja. Ami adalah seorang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek yang
ditempatkan di ruang anak tanpa latar belakang pengalaman dan belum pernah bertugas di
rumah sakit. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
penampilannya. Oleh karenanya ia didampingi oleh CI dalam memberikan petunjuk dan
perintah untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada An. Tedi.
(scene2)
Ami dengan perawat primer memasuki ruang perawatan An. Tedi. CI memberikan
petunjuk asuhan keperawatan untuk An. Tedi
CI
: Selamat pagi Adek Tedi, apa yang di rasakan hari ini ? tadi
malam bobok nya nyenyak gak ?
Ibu Tedi
Tedi
CI
Tedi
: iya
CI
: Ami coba kamu ukur tekanan darah dan ukur urin outputnya.
Ami
Ns Beginer
Ns. Beginer
Ns.
Competente
Ns.
: Selamat pagi Bu Ella. Bagaimana keadaan Adek Tedi sekarang.
Competence
Ibu Ella
: Selamat Pagi Suster (duduk di tepi tempat tidur menunggui anaknya yang
sedang tidur.)
Ns.
: (mengamati keadaan An Tedi) Apakah Adek tedi masih rewel, mencret,
Competence
dan ingin minum terus
11
Ibu Ella
: (mengambil napas dalam) masih suster. Dan matanya juga agak celong,
An Tedi terbangun dan langsung menangis, melihat banyak orang di
dekatnya, (Ibu Ella mencoba menenangkan anaknya dengan mengusapusap An Tedi)
Ns
: Hem,,,,,,Baik Bu Ella kita periksa dulu ya. (sambil mengambil tensimeter
Competence
dan stetoskop. Ns. Beginner membantu memasangkan mansetnya.
Sementara Ns Competence melakukan pemeriksaan fisik pada kepala dan
selanjutnya melakukan pemeriksaan tekanan darah. Setelah melakukan
pemeriksaan tekanan darah, Ns Competence memeriksa turgor kulit perut.
Semua yang disampaikan ibu di perhatian secara seksama oleh Ns.
Competence)
(Narrator)
Aktivitas yang dilakukan Ns Competent menunjukkan penguasaanya pada kasus yang
sedang dihadapi. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan untuk suatu situasi dan sudah
dapat dilepaskan. Level ADVANCE BEGINNER akan menjadi COMPETENT dengan
menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan yang lain.
Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah penampilan pada
tahap competent. Perawat competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon
pasien, lebih realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
Situasi berikut ini menggambarkan bahwa Ns Competence berkonsultasi dengan Ns
Proficient sebagai penanggung jawab utama perawatan pasien atau Perawat Primernya
(Setting)
Nurse Station
(Scene 4)
Ns. Proficient
Ns. Competence :
12
Ns. Profocient
(Scene 5)
(Setting)
Ruang perawatan An Tedi
Ns.
Proficient
Ibu
Ella :
(lemah, lesu, dan masih mencret). Mata masih cekung, rewel, ingin
minum terus, tapi sedikit-sedikit
Ns.
Proficient
Ibu
oh begitu ya? Memang kondisi An. Tedi masih Sangat lemah, karena
masih mencret, air kencing yang keluar juga masih sedikit ya Bu.
(kemudian Ns.Proficient menjelaskan tentang proses penyakitnya kepada
pasien dan keluarganya)
Ella :
ya, barangkali kuman masuk lewat jajanan yang tidak bersih dan higienis,
(Narrator)
Perawat dengan kemampuan level PROFICIENT memerlukan pembelajaran terus
menerus dengan berdiskusi dengan koleganya baik yang setingkat maupun konsultasi dengan
level EXPERT.
Scene berikut menggambarkan bagaiman proses belajar seumur hidup itu berjalan.
Perawat level PROFICIENT berdiskusi dengan perawat EXPERT. Perawat Expert dalam hal ini
dapat berperan sebagai penyelia maupun juga sebagai sejawat Perawat Primer atau bisa juga
pembimbing seniornya. Perawat EXPERT dalam hal ini memulai proses pembelajaran. Perawat
EXPERT dalam cerita ini adalah perawat senior dan ruang rawat ini.
(Scene 6)
(Setting)
Nurse Station
Ns. proficient berdialog dengan Ns. Expert untuk membicarakan kasus An. Tedi
Ns. Expert
Ns. Proficient
: Saat ini kondisi An. Tedi masih lemah sesuai dengan hasil
pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Saya juga mendapatkan data
13
bahwa An. Tedi memang sering jajan makanan di warung, karena dia
sudah tau dengan jajan
Ns. Expert
: Oh.....begitu. berarti kita perlu menindak lanjuti kasus An. Tedi ini.
Kemudian Ns. Expert mengunjungi An. Tedi dan keluarganya di ruang rawat An. Tedi.
(Scene 7)
Ns. Expert
: Selamat siang ibu Ella dan bapak keluarga An. Tedi. Tadi perawat Ns
Profi sudah banyak bertanya dan menjelaskan tentang kondisi An. Tedi.
Saya harap An. Tedi dan keluarga bisa menerima situasi dan kondisi ini
dengan terbuka, ikhlas, dan lapang dada. Memang saat ini kondisi An.
Tedi benar seperti apa yang sudah dijelaskan oleh perawat teman kami.
Ibu Ella
Iya suster, saya berharap anak saya tidak mencret dan demamnya turun,
sehingga kami dapat pulang ke rumah
Saya dan keluarga juga tak hentinya berdoa pada Tuhan semoga anak
saya cepat sembuhnya
Ns. Expert
Ns. Expert
Ibu Ella
SELESAI
14
BAB IV
KESIMPULAN
1. Dalam tatanan pelayanan teori ini memberikan pemahaman profesi tentang apa artinya
menjadi seorang ahli, Patricia memperkenalkan konsep bahwa perawat ahli
mengembangkan keterampilan dan pemahaman tentang perawatan pasien
dari waktu ke waktu melalui pendidikan dasar serta banyaknya pengalaman.
2. Seorang perawat diberi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan tingkatan
kompetensi yang dimilikinya (jenjang karir perawat).
3. Di tatanan pelayanan pengembangan karir klinik bisa di terapkan sesuai dengan tahapan
jenjang karir
15
DAFTAR PUSTAKA
16