DISUSUN OLEH
KELOMPOK
Aminy Handayani
11111002
Gemala Paramarini
11111019
11111028
11111038
11111046
11111047
Syafitri Dharmaneli
11111050
Umi Farida
11111051
Wiji Swandani
11111053
11111055
S1 KEPERAWATAN REGULER 4
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang
tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Corpus Alienum Jalan Napas. Pembuatan
makalah bertujuan untuk memenuhi nilai tugas yang di semester ganjil tahun ajaran
2014/2015.
Selesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari rahmat dan hidayah Tuhan
YME, kami selaku penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada beberapa pihak, yaitu:
1. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan saran
dalam segala bentuk, abstrak dan konkrit.
2. Ibu Retno selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kritis.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tak ada manusia yang sempurna, demikian juga dengan makalah Asuhan
Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Corpus Alienum Jalan Napas ini, penulis
memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan makalah kami.
Semoga apa yang penulis tuliskan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
B.
Tujuan.......................................................................................................................... 1
Definisi ........................................................................................................................ 2
B.
Etiologi ........................................................................................................................ 2
C.
Patofisiologi ................................................................................................................ 3
D.
E.
F. Penatalaksanaan .............................................................................................................. 7
G.
Komplikasi ................................................................................................................ 13
Pengkajian ................................................................................................................. 14
B.
Diagnosa .................................................................................................................... 16
C.
Intervensi ................................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernapasan merupakan istilah yang sering
digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernapasan adalah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada
pada saluran pernapasan tersebut.
Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak
karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering
bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing
terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun. Hal ini terjadi karena anak seumur itu
sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam
mulutnya.
Benda asing dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya,
seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan napas. Gejala sumbatan benda asing di
saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas
ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling
aman dan trauma yang minimal.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian Corpus Alienum pada jalan napas.
2. Mahasiswa mengetahui penyebab Corpus Alienum pada jalan napas.
3. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala Corpus Alienum pada jalan napas.
4. Mahasiswa mengetahui jalan terjadinya Corpus Alienum pada jalan napas.
5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Corpus Alienum pada jalan napas.
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik Corpus Alienum pada jalan
napas.
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi Corpus Alienum pada jalan napas.
8. Mahasiswa mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
Corpus Alienum pada jalan napas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Corpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan
tersebut.
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering
digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada
pada saluran pernafasan tersebut. Benda asing dalam saluran pernafasan dapat
menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan
nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda
asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda
asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara
endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.
Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik
tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena
tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT,
2000 ).
B. Etiologi
1. Faktor individual : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal : Keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme dan epilepsi.
3. Faktor fisik : Kelainan dan penyakit neurologik.
4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5. Faktor dental, medical dan surgical : tindakan bedah, ekstrasi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
6. Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis.
7. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
C. Patofisiologi
Betz, Cecily Lynn dan Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup oleh epiglotis
sehingga makanan tidak akan salah jalan masuk ke jalan napas. Akan tetapi jika anak
atau orang dewasa tersebut menarik naspas yang kuat secara tiba-tiba, misalnya
teriak, tertawa, terkejut, atau menangis maka laring akan terbuka dan benda yang
berada di dalam mulut akan ikut terhirup masuk.
Jika benda asing tersebut terjepit pada pita suara atau subglotik, akan terjadi
suara parau, batuk, dan sesak napas serta sianosis. Jika benda asing telah masuk ke
dalam trakea-bronkus, juga akan terjadi batuk-batuk hebat yang mendadak dan
bertubi-tubi yang sering kali diikut dengan sianosis. Selama periode ini, benda asing
bergerak dari satu bagian ke bagian lain dari trakeo-bronkial dan akhirnya sering kali
berhenti pada bronkus kanan.
Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan
karena lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih kekiri serta
ukuran bronkus kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk
bronkus dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak,
frekuensi lokasi tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus
utama kiri dan kanan. Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saat
terjadi aspirasi.
Obstruksi dapat terjadi obstruksi parsial atau total. Obstruksi total jalan napas
biasanya terjadi di jalan napas atas dan dapat mengancam hidup. Atelektasis dapat
terjadi di bagian distal dari tempat obstruksi sehingga udara tidak dapat masuk lagi.
Udara yang terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi
hanya sebagian yang dikeluarkan. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan
objek arau subtansi itu dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan
biasa.
Jika benda asing berhenti, batuk menjadi jarang dan saat ini disebut fase
tenang (latent period), penderita relative tanpa gejala. Keadaan ini membuat keluarga
3
atau dokter mengira benda asing terlah keluar, tetapi jika dilakukan pemeriksaan fisik
yang teliti akan terdengar mengi yang ekspiratoir dan tanda-tanda lain dari obstruksi
bronkus. Jenis benda asing juga menentukan berat-ringan gejala yang akan timbul.
Benda asing organic seperti kacang, atau kecik mempunyai sifat higroskopis, mudah
menjadi lunak dan mengambang dan menimbulkan iritasi pada mukosa traktus
respiratorius. Dalam waktu kurang lebih 24 jam setelah fase tenang akan terjadi batuk
disertai sekret purulen, sedangkan benda asing berupa logam atau plastik yang dapat
menyebabkan obstruksi pasrsial, biasanya dapat ditoleransi untuk waktu yang cukup
lama. Benda asing anorganik akan menimbulkan iritasi lebih ringan dan lebih mudah
didiagnosis dengan pemeriksaan radio-opak.
Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak kompikasi yang
akan muncul, berkaitan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi,
selain itu dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan antara lain bronkiektasis,
pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema.
atau tua.
penyakit
neurologik.
Benda
asing
masuk
ke
saluran
tidak efektif
Mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan
Ansietas
Benda asing tidak keluar
Obstruksi parsial
berlangsung lama
cepat dikelurkan
Bronkospasme
Pembebasan
kembali jalan napas
Pengaktifan respon
inflamasi: Edema dan
peradangan
Obstruksi
menetap di daerah
ke trakea/bronkus
yang sempit
latent period
Benda
organic
menjadi
Mengganggu
fungsi ventilasi
organik menetap.
Menimbulkan bronkiektasis,
Penurunan suplai
oksigen di jaringan
Kematian
pnemonia
yang
berulang,
Sianosis
D. Manifestasi Klinis
Gejala dari masuknya benda asing ke dalam saluran pernafasan ditunjukkan dengan
penderita batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tersumbat di tenggorok, bicara
gagap, dan obstruksi jalan napas segera. Jika ada benda asing di laring dapat
menimbulkan kematian akibat penderita tak bisa bernapas.
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda
asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing.
Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring,
laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga
tersedak masuk ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi,
dari tanpa gejala hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat sumbatan
total.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3
stadium, yaitu:
keterlambatan
diagnosis
atau
cenderung
mengabaikan
kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas.
3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau
infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batukbatuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau berada
di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi)
benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat
biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai
afonia, apnea dan sianosis.
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang
disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa
subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak
benda asing tersebut tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini
jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun
ke trakea, tetapi masih menyisakan reaksi laring oleh karena adanya edema.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi
2. Foto Rontgen: Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan
pemeriksaan radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.
Benda asing yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah
kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian,
karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang
6
F. Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu
diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda
asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik
dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke
7
rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik
harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah
terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera,
karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit.
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor
jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi
merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik
preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi.
Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup
Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum
tindakan bronkoskopi.
Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing
saluran napas tanpa diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda
asing
secara
endoskopi
untuk
menyingkirkan
dari
diagnosis
diferensial.
dilakukan
terburu-buru
tanpa
persiapan
yang
baik
dan
hati-hati.
Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus dinilai kasus per kasus
sebelum tindakan ekstraksi.
diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat
dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi.
Ukuran alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan
operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan pelaksanaan
tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi
cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam
dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas,
penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk
mengambil benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema
subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian
teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk pernapasan menjadi
sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi sesingkat
mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda
asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala,
trauma servikal dan rahang.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di
dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema
dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi
pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi susah
terlihat.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah
dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak
maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring
ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan
sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan
terlempar keluar.
11
kali. Hindari prosesus sofoideus. Hentakan dada diatas sternum bawah kurang
menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.
2.
Penghisapan
benda
asing
dari
daerah
trakheobronkus,
hendaknya
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien.
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.
3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan
pada ventilasi, perfusi, kognisi, dan kondisi pernapasan.
a. Ventilasi
i.
Bunyi napas : Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak
masalah pernapasan. Hilangnya atau berkurangnya bunyi napas
merupakan temuan yang signifikan dan mungkin mengindikasikan
pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas
dapat saja hilang atau berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan
yang disebabkan oleh aspirasi benda asing
ii.
iii.
Laju aliran ekspirasi : Jika apsien PPOK atau asma, periksa laju aliran
ekspirasi puncak dengan menggunakan peak flowmeter.Jika nilainya
kurang dari 200 l/menit, triase segera ke ruang tindakan.
iv.
v.
vi.
14
b. Perfusi
i.
Bunyi jantung : Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasuskasus gagal jantung.
ii.
iii.
c. Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya
teofilin dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia,
dan agitasi. Hipoksemia dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan
dan penurunan kesadaran.
d. Kondisi Pernafasan.
i.
ii.
iii.
Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada
hawa nafas -> Pernafasan berhenti
iv.
untuk
mendengar,
melihat,
membaca,
dan
menulis
15
B. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
3. Resiko terhadap aspirasi b.s masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam
saluran nafas.
4. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
C. Intervensi
Diagnosa 1
Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
Tujuan
Intervensi
Diagnosa 2
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan
produksi
sputum,
menurunnya
fungsi
fisiologis
saluran
Intervensi :
a. Kaji kepatenan jalan napas
b. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi
bunyi paru
c. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi
d. Monitor lokasi selang endotrakheal/ gudel dan fiksasi dengan hati-hati
16
Diagnosa 3
Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat,
atau cairan ke dalam saluran nafas.
Tujuan
Intervensi
Diagnosa 4
Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
Tujuan
18
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Benda asing dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya,
seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan napas. Gejala sumbatan benda asing di
saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas
ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling
aman dan trauma yang minimal.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agus Riyanto, Amk.,S.pd. . 2009. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC
http://laporanyusman.blogspot.com/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo_3015.html?m=1
http://satriodwipriangga.blogspot.com/2011/11/corpus-alienum.html?m=1
Nastiti N. Raharjoe, dkk. Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori; Buku Ajar
Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jaakarta, 2012 hal. 420-426.
Ajar Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jaakarta, 2012 hal. 420-426.
Rukmini, Sri. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk
Perawat. Surabaya