Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1


I. IDENTITAS PRAKTIKAN :
Nama

NIP

Fakultas

Jurusan

Kelompok

II.

JUDUL PERCOBAAN : ELASTISITAS ( M6 )

III.

TUJUAN PERCOBAAN :
1. Dapat memahami penggunaan Hukum Hooke mengenai elastisitas pegas dari
bahan baja.
2. Dapat menentukan modulus regitas suatu bahan dalam bentuk kawat.

IV. ALAT DAN BAHAN


1.

Mistar
Fungsi : untuk mengukur.

2. Anak timbangan
Fungsi : untuk alat pemberat yang digunakan dalam percobaan.
3. Alat torsi lengkap dengan timbanganya
Fungsi: untuk meletakkan anak timbangan.
4. Kawat yang diuji
Fungsi: sebagai bahan yang digunakan dalam percobaan.
5. Jangka sorong
Fungsi : untuk mengukur diameter anak timbangan atau tebalnya.
6. Mikrometer sekrup
Fungsi : untuk mengukur diameter kawat.

V.

DASAR TEORI
Regangan yaitu perubahan relatif dimensi atau bentuk benda yang mengalami

tegangan.

Pada gambar diatas melukiskan sebuah batang yang panjang aslinya l 0 dan
berubah menjadi panjang l apabila pada ujung-ujungnya dilakukan gaya tarik yang sama
besar dan berlawanan arah. Sudah tentu perpanjangan itu tidak timbul hanya pada ujungujung batang saja, setiap unsur batang itu bertambah panjang, sebanding dengan
pertambahan panjang batang itu sebagian keseluruhan. Regangan akibat tarikan (tensile
strain ) pada batang itu didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan panjang
awalnya:

Regangan akibat tarikan =

1 l0 l

l0
l0

Gambar diatas memperlihatkan sebuah batang yang penampangnya uniform dan


luasnya A. batang ini pada masing-masing ujungnya mengalami gaya tarik P yang sama
besarnya dan berlawanan arahnya. Hal ini benda dikatakan dalam keadaan tertegang.
Tegangan atau ketegangan didefinisikan sebagai perbandingan besar gaya F terhadap luas
bidang penampang A.

Tegangan =

F
A

Tegangan ini disebut tegangan akibat tarikan karena kedua potong batang itu saling
melakukan tarikan satu sama lain. Tegangan itu merupakan tegangan normal, sebab gaya
yang terdistribusi tegak lurus pada luas. Satuan tegangan adalah Newton per meter
kuadrat (Nm2 ), dyne per sentimeter kuadrat (dyne/cm 2 ). Dan found per square foot
(Lb/ft2) dan sering pula (Lb/Ln2).
Kepegasan adalah sifat yang dimiliki oleh suatu benda untuk kembali ke keadaan
semula ketika gaya yang bekerja padanya dihapuskan. Benda yang elastis adalah yang
memiliki batas kelentingan yang besar. Dalam hukum Hooke stress (tegangan)
berbanding lurus dengan strain (regangan) dan perbandingan antara tegangan dan
regangan ini disebut Modulus Elastisitas (E).

tegangan

E = regangan

Ada tiga jenis elastisitas yaitu


1. Modulus Young
Melukiskan pertambahan panjang suatu zat (1)
Menurut Hooke :

F l0
AE

2. Modulus Bulk
Melukiskan pertambahan volume suatu zat.
3. Modulus Geser
Menggambarkan tentang perubahan bentuk suatu zat akibat elastisitas.

Pada gambar di atas memperlihatkan sebuah diagram tegangan-tegangan suatu logam


kenyal. Tegangannya tegangan tarikan sederhana dan regangannya menunjukkan
presentase perpanjangan. Di bagian awal kurva (sampai regangan yang kurang dari 1%),
tegangan dan regangan adalah proporsional sampai titik a (batas proporsional) tercapai.
Hubungan proporsional antara tegangan dan regangan dalam daerah ini disebut dengan
hukum Hooke.

Mulai dari a sampai dengan h tegangan dan regangan tidak proporsional, tetapi
walaupun demikian, jika beban ditiadakan di sembarang titik antara o dan b kurva akan
menelusuri jaraknya kembali dan bahan yang akan bersangkutan akan kembali kepada
panjang awalnya. Dikatakan bahwa dalam daerah ob bahan itu elastis atau
memperlihatkan sifat elastis dan titik b dinamakan batas elastis.
Kalau beban itu ditambah bebannya, regangan akan bertambah dengan cepat. Tetapi,
apabila beban dilepas di suatu titik lewat b, misalkan titik c, bahan tidak akan kembali ke
panjang awalnya., melainkan akan lewat garis putus-putus. Panjangnya pada tegangan
nol kini lebih besar dari panjang awal a dan bahan itu dikatakan mempunyai suatu
regangan tetap (permanen set). Penambahan beban lagi sehingga melampaui c akan
sangat menambah regangan itu sampai tercapai di titik d dimana bahan itu menjadi putus.
Dari b ke d logam itu dikatakan mengalami arus plastic, dimana terjadi peluncuran dalam
logam itu sepanjang bidang yang tegangan luncurnya maksimum. Jika diantara batas
elastis dan titik putus terjadi deformasi plastis yang besar, logam itu dinyatakan kenyal
(dactile). Akan tetapi jika pemutusan terjadi segera setelah melewati batas elastis, logam
itu dinyatakan rapuh.
Pada gambar di atas menggambarkan sebuah kurva tegangan regangan karet
divulkanisir yang diregang sampai melebihi tujuh kali panjang awalnya. Tidak ada bagian
kurva ini dimana tegangan proporsional dengan regangan. Akan tetapi, bahan itu elastis,
dalam arti bahwa kalau beban itu ditiadakan, karet itu akan kembali ke panjangnya
semula. Bila beban dikurangi kurva tegangan-regangan tidak menuruti jejaknya kembali
melainkan mengikuti kurva bergaris putus-putus. Tidak berhimpitnya kurva tegangan
bertambah dan regangan berkurang disebut histeresis elastis.
Gejala yang analog yang terjadi pada bahan magnet disebut histeresis magnet. Luas
bidang yang dibatasi pada kedua kurva itu, yaitu luas lingkaran hiteresis, sama dengan
energi yang hilang di dalam bahan elastis atau bahan megnetik. Beberapa jenis karet
histeresis elastisnya besar. Sifat ini membuat bahan itu bermanfaat sebagai bahan
peredam getaran. Jika balok dari bahan semacam ini diletakkan antara sebuah mesin yang
bergetar dan lantai misalnya, terjadilah histerersis elastis setiap daur getaran. Energi
mekanik berubah menjadi energi yang dikenal sebagai energi dakhil, kehadirannya dapat

diketahui dari naiknya temperatur. Hasilnya, hanya sedikit energi getar yang terus ke
lantai.
Hubungan antara tegangan dan regangan dalam setiap jenisnya yang bersangkutan
penting peranannya dalam cabang ilmu fisika yang disebut dengan teori Elastisitas atau
pada ilmu kekuatan bahan di bidang engineeringnya. Apabila suatu jenis tegangan
dilukiskan grafiknya terhadap regangannya, ternyata bahwa diagram tegangan-regangan
yang kita peroleh berbeda-beda bentuknya menurut jenis bahannya. Dua bahan yang
termasuk jenis bahan yang sangat penting dalam ilmu dan teknologi sekarang ini adalah
logam dan karet yang divulkanisir bahkan diantara logam-logam memiliki perbedaan
yang sangat luas.
Bila hubungan antara ketegangan dan regangan tidak linier maka modulus elastic
dapat didefinisikan lebih umum lagi sebagai perbandingan limit perubahan kecil tegangan
terhadap perubahan regangan yang diakibatkan regangan itu. Jadi, jika gaya Fn
bertambah besar dFn, dan sebagai akibatnya regangan panjang bertambah sebesar dl,
modulus regang didefinisikan sebagai:

l dFn
A dl

Pendefinisian ini setera dengan pendefinisian modulus tiap titik sebagai kemiringan
kurva dalam grafik tegangan regangan. Dalam daerah hukum Hooke kedua definisi
setara.
Modulus setara modulus luncur L suatu bahan, dalam daerah hukum Hooke
didefinisikan sebagai perbandingan tegangan luncur dengan tegangan luncur yang
menghasilkan:

tegangan luncur
h Ft

regangan luncur
A X

Modulus luncur suatu bahan juga dinyatakan sebagai gaya per satuan luas. Untuk
kebanyakan bahan, besar modulus luncur ini setengah sampai sepertiga besar modulus
young. Modulus ini disebut juga sebagai modulus ketegaran (Modulus of Right) atau
modulus puntiran (torsion).
Definisi kedua modulus luncur yang umum lagi adalah:

dFt A
h dFt

dX h
A dX

Dimana dX adalah pertambahan X apabila gaya luncur bertambah sebesar dFt.


Modulus luncur mempunyai arti hanya untuk bahan padat saja. Zat cair dan gas akan
mengalir kalau menderita tegangan luncur dan tidak akan menahannya secara permanen.
Apabila pada sebuah pegas diberikan gaya akan perpanjangan pegas akan sebanding
dengan gaya tersebut selama batas elastisitasnya tidak dilampaui. Menurut Hooke:
F kx

Dimana: F = gaya yang diberikan


k = konstanta/ketetapan pegas
X = pertambahan panjang pegas karena gaya F
Grafik antara gaya F dan pertambahan panjang X merupakan gaya lurus. Dengan
grafik harga K dapat dicari. Hukum Hooke berlaku juga untuk kawat dipuntir.

T K '

Dimana: T = gaya dikalikan dengan diameter katrol

= sudut punter (dalam radian)


Secara teoritis, K dapat dihitung seperti berikut:

K'

G d'
32 L

Dimana: G = Modulus Regitas


d = diameter kawat
L = panjang dua kawat yang menghasilkan sudut puter
Energi potensial pegas (Ep) dapat dirumuskan dengan:

Ep 12 K X 2

VI. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pasanglah salah satu batang yang akan diuji pada alat torsi yang tersedia.
2. Atur jarak kedua skala dan tempatkan jarum pada skala nol.
3. Gantungkan beban pada tali dan catat penyimpangan jarum jam pada masingmasing skala.
4. Ulangi butir tiga dengan menambahkan beban berikutnya. Setelah semua anak
timbangan digantung, kurangi satu per satu, catat penyimpangannya.
5. Ulangi butir tiga dan empat dengan mengubah posisi puntiran (kiri atau kanan).
6. Ukur jarak antara dua skala.
7. Ukur jarak diameter kawat dan diameter katrol.
8. Ulangi butir 1 sampai 7 untuk jenis kawat lainnya.

VII. DATA HASIL PERCOBAAN


No

Susunan Massa

Kanan S1

Kanan S2

Kiri S1

Kiri S2

1
2
3
4
5
6
7
8
9

M
m1 + m2
m1 + m2 + m3
m1 + m2 + m3 + m4
m1 + m2 + m3 + m4 + m5
m1 + m2 + m3 + m4
m1 + m2 + m3
m1 + m2
M

6
10,5
15,5
20
25
20
15,5
10,5
6

1,5
3,5
5
6
8
6
5
3,5
1,5

6
10,5
15,5
20
25
20
15,5
10,5
6

1,5
3,5
5
6
8
6
5
3,5
1,5

Keterangan :
Diameter Kawat kuningan

= 4,471 mm

Jari - jari katrol

= 6,870 cm

Jarak S1 dan S2

= 30,80 cm

m1 = m2 = m3 = m4 = m5

= 0,500 kg

VIII. PENGOLAHAN DATA


A) Diameter katrol ( Dr )
Dr

r.2

6,87 x 2 = 13,74 cm

Dr = x skala terkecil
= x 0,05
= 0,025 cm
Nilai Terbaik

Dr Dr

Kesalahan Absolut

Dr

Kesalahan Relatif

= 13,74 0,025
= 0,025

0,025
Dr
x100% = 13,74 x100% = 0,18%
Dr

B) Diameter kawat ( Dt )
Dt

= 4,471 mm

Dt = x skala terkecil

= x 0,01
= 0,005 mm
Nilai Terbaik

Dt Dt

Kesalahan Absolut

Dt

Kesalahan Relatif

= 4,471 0,005
= 0,005

0,005
Dt
x100% = 4,471 x100% = 0,11%
Dt

C) Jarak S1 S2 ( L )
L

= 30,8 cm

= x skala terkecil
= x 0,1
= 0,05 cm

Nilai Terbaik

= L L

Kesalahan Absolut

Kesalahan Relatif

= 30,8 0,05
= 0,05

0,05
L
x100% = 30,8 x100% = 0,16%
L

D) Untuk S1
* M1
No

S1

S 1 S 1

S1

24

S 1
24
=
=6
4
n

S 1 =

S 1 S 1

0
=0
4

= S 1 S 1

Nilai Terbaik

S 1

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

= 6 0

S 1
x 100%
S1

= 0
=

0
x 100% = 0%
6

* m1 + m2
No

S1

S 1 S 1

10,5

10,5

10,5

10,5

42

S1

S 1 =

S 1
42
=
= 10,5
4
n
S 1 S 1

Nilai Terbaik

= S 1 S 1

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif
* m1 + m2 + m3

0
=0
4

= 10,5 0

S 1
S 1
x 100%
S1

= 0
0

= 10,5 x 100% = 0%

No

S1

S 1 S 1

15,5

15,5

15,5

15,5

62

S1

S 1
62
=
= 15,5
4
n

S 1 =

S 1 S 1

0
=0
4

= S 1 S 1

Nilai Terbaik

S 1

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

= 15,5 0

S 1
x 100%
S1

= 0
0

= 15,5 x 100% = 0%

* m1 + m2 + m3 + m4

S1

No

S1

S 1 S 1

20

20

20

20

80

S 1 =

S 1
80
=
= 20
4
n
S 1 S 1

Nilai Terbaik

= S 1 S 1

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

0
=0
4

= 20 0

S 1
S 1
x 100%
S1

= 0
=

0
x 100% = 0%
20

* m1 + m2 + m3 + m4 + m5

S1

No

S1

S 1 S 1

25

25

50

S 1
50
=
= 25
2
n

S 1 S 1

S 1 =

0
=0
2

= S 1 S 1

Nilai Terbaik

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

S 1
S 1
x 100%
S1

E) Untuk S2
* M1
S 2 S

No

S2

1,5

1,5

1,5

1,5

= 25 0

= 0
=

0
x 100% = 0%
25

S 2
6
=
= 1,5
4
n

S 2 =

S 2S

0
=0
4

= S 2 S 2

Nilai Terbaik

S 2

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

S 2
x 100%
S2

= 1,5 0
= 0
0

= 1,5 x 100% = 0%

* m1 + m2

S 2S

No

S2

3,5

3,5

3,5

3,5

14

S 2
14
=
= 3,5
4
n

S 2 =

S 2S

0
=0
4

= S 2 S 2

Nilai Terbaik

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

S 2
S 2
x 100%
S2

* m1 + m2 + m3
S 2 S

No

S2

20

= 3,5 0
= 0
0

= 3,5 x 100% = 0%

S 2
20
=
=5
4
n

S 2 =

S 2S

0
=0
4

= S 2 S 2

Nilai Terbaik

S 2

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

S 2
x 100%
S2

= 5 0
= 0
=

0
x 100% = 0%
5

* m1 + m2 + m3 + m4

S 2S

No

S2

36

S 2
36
=
=6
4
n

S 2 =

S 2S

0
=0
4

= S 2 S 2

Nilai Terbaik

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

S 2
S 2
x 100%
S2

* m1 + m2 + m3 + m4 + m5
S 2 S

No

S2

16

= 6 0
= 0
=

0
x 100% = 0%
6

S 2 =

S 2
16
=
=8
2
n
S 2S

Nilai Terbaik

= S 2 S 2

S 2

Kesalahan Absolut =
Kesalahan Relatif

0
=0
2

S 2
x 100%
S2

= 8 0
= 0
=

0
x 100% = 0%
8

IX. PERTANYAAN DAN JAWABAN


1) Gambarkanlah grafik antara T terhadap , dan carilah harga dari k !
Jawab :
* Nilai T
T1

= m1.g.r
= 0,5 x 9,8 x 0,0687
= 0,33663

T2

= (m1 + m2).g.r
= 1 x 9,8 x 0,0687
= 0,67326

T3

= (m1 + m2 + m3).g.r
= 1,5 x 9,8 x 0,0687
= 1,00989

T4

= (m1 + m2 + m3 + m4).g.r
= 2 x 9,8 x 0,0687

= 1,34652
T5

= (m1 + m2 + m3 + m4 + m5).g.r
= 2,5 x 9,8 x 0,0687
= 1,68315]

* Nilai

= Arc tg
= Arc tg

S 2
x
180
L

6 1,5
0,308

3,14
180

= 14,30o
2

= Arc tg
= Arc tg

S 2
x
180
L

10,5 3,5
0,308

3,14
180

= 21,63o
3

= Arc tg
= Arc tg

S 2
x
180
L

15,5 5
0,308

3,14
180

= 30,74o
4

= Arc tg
= Arc tg

S 2
x
180
L

20 6
0,308

3,14
180

= 38,41o
5

= Arc tg
= Arc tg
= 43,92o

S 2
x
180
L

25 8
0,308

3,14
180

No

T.

T2

1
2
3
4
5

0,33663
0,67326
1,00989
1,34652
1,68315
5,04945

14,3
21,63
30,74
38,41
43,92
149

4,813809
14,5626138
31,0440186
51,7198332
73,923948
176,063504

0,113319756
0,453279027
1,019877812
1,81311611
2,832993923
6,232586628

Sloop ( k )

=A
A =
=

5. T . T .

5.T

25,5

5.176,06 5,05.149
5.6,2 25,5

= 23,25

T . T . T
5 T T
2

B =
=

6,2.149 5,05.149 5,05


5.6,2 25,5

= - 522,922
T

T
n

5,05
5

= 1,01
B = + A.T
= 29,8 + 23,25.1,01
= 53,28
Persamaan Grafik
Y = A + BX
Y = 32,35 + 53,28.X

=
= 29,8

149
5

Misal X = 1
Y = 32,35 + 53,28.1 = 76,53
Misal X = 2
Y = 32,35 + 53,28.2 = 129,81
Misal X = 3
Y = 32,35 + 53,28.3 = 183,09
Misal X = 4
Y = 32,35 + 53,28.4 = 236,37
Misal X = 5
Y = 32,35 + 53,28.5 = 289,65

Grafik T terhadap
Y
289,65
236,37
183,09
129,81
76,53
X
0

2) Carilah nilai modulus rigiditasnya ( G ) untuk masing-masing kawat dan


bandingkan nilainya dengan yang ada di handbook !

Jawab :
G =
=

k '.32.L
d4
23,25.32.0,308
0,004471 4

= 57,35 x 1010

ANALISA PERCOBAAN
Benda yang elastis adalah benda yang apabila dikerjakan suatu gaya terhadapnya
maka bentuknya akan berubah sebanding dengan besar gaya yang diberikan dan apabila
gaya tersebut dihilangkan maka bentuk benda akan kembali ke keadaan semula.
Lawan dari benda elastis adalah benda plastik, yaitu benda yang tidak dapat kembali
ke keadaan semula seperti halnya kayu, tanah, dan sebagainya. Namun benda elastis juga
mempunyai batas elastisitasnya, dimana bila benda senantiasa diregangkan misalnya
karet, maka batas elastisitasnya dapat terlampaui dan benda tidak dapat kembali ke
keadaan semula atau mungkin karet tersebut akan putus.
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan pernyataan dari hukum Hooke sekaligus
membuktikan / menentukan modulus regiditasnya.
Dalam percobaan ini digunakan kawat besi dan kuningan serta menggunakan 5 buah
beban yang masing-masing beratnya 0,5 kg. Sebelum menggantungkan beban, skala yang
ditunjukkan pada alat torsi haruslah nol. Kita gantungkan beban satu per satu dan catat
skala yang ditunjukkan oleh kedua skala itu.
Setelah semua beban tergantung, kita ambil beban satu per satu lalu catat kembali
skalanya. Perlakuan ini kita lakukan dalam dua sisi, yaitu kanan dan kiri.

Berdasarkan hasil percobaan ternyata besar simpangan yang ditunjukkan oleh skala
satu dari pada simpangan yang ditunjukkan oleh skala dua. Besar simpangan tidak
dipengaruhi oleh panjang tali melainkan oleh berat beban. Semakin besar beban maka
semakin besar simpangan yang terbentuk. Setelah dilakukan percobaan ternyata kuningan
lebih bersifat elastis daripada besi.
XI. KESIMPULAN
1.

Elastisitas adalah sifat benda yang mengalami perubahan bentuk (deformasi


secara tidak permanen.

2.

Benda dikatakan elastis sempuna jika gaya pernyebab perubahan bentuk hilang
maka benda akan kembali ke bentuk semula.

3.

Apabila pada sebuah pegas diberikan gaya maka perpanjangan pegas akan
sebanding dengan gaya tersebut selama batas elastisnya tidak dilampaui.

4.

Menurut Hukum Hooke, pertambahan panjang itu:


a. Berbanding lurus dengan gaya (F).
b. Berbanding lurus dengan panjang semula.
c. Berbanding terbalik dengan luas penampang bahan.

5. Modulus Rigiditas merupakan suatu perhitungan gaya yang dapat menentukan


suatu bahan itu merupakan bahan yang elastis atau bukan.
6. Semakin

kecil

modulus

rigiditasnya

maka

semakin

rendah

tingkat

keelastisitasannya dan sebaliknya semakin besar modulus rigiditas suatu benda


maka semakin tinggi keelastisitasan benda tersebut.
XII. SUMBER KESALAHAN
1. Adanya ketidaktelitian praktikan dalam membaca skala.
2. Kesalahan para praktikan dalam memasangkan beban
3. Ketidaktelitian praktikan dalam membulatkan bilangan-bilangan berkoma atau
pecahan decimal.
4. Adanya pengaruh alat-alat yang kurang layak pakai karena kondisinya yang sudah
tidak begitu baik jika digunakan dalam praktikum.

XIII. DAFTAR PUSTAKA


Tim, penyusun.2006. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Palembang: Laboratorium
Fisika Dasar UNSRI.
Bob, Foster.2000.Fisika SMU untuk kelas 1.Jakarta: Erlangga.
Zemansky, Sears.1996.Fisika Universitas.Jakarta: Bina Cipta.

Anda mungkin juga menyukai