Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
dan orang di sekelilingnya.
Alat Pelindung Diri atau Perlengkapan proteksi yang biasa digunakan oleh
pekerja radiasi adalah :
1. Apron Proteksi Tubuh
Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau
fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp harus menyediakan
sekurang kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam
harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.(4)

Gambar 2.1.Apron Pelindung Tubuh

(5)

2. Penahan Radiasi Gonad


Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi
diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang - kurangnya
setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara lempengan Pb 0,5 mm
pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk
mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.

(6)

Gambar 2.2. Penahan radiasi gonad (5)


3. Sarung Tangan Proteksi
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus
memberikan kesetaraan atenuasi sekurang kurangnya 0,25 mm Pb pada 150
kVp.Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan
pergelangan tangan.

Gambar 2.3.Sarung tangan pelindung radiasi (7)


4. Penahan Radiasi
-

Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau panel control


dan tabung sinar-X atau pasien harus pada posisi dan rancangan yang tepat
sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan.
Penahan radiasi harus mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan
1,5 mm Pb.

Jendela pengamatan yang terpasang di penahan radiasi setidaknya


mempunyai ketebalan yang setara dengan 1,5 mm Pb. Ketebalan yang
setara dengan Pb tersebut harus tertera pada penahan radiasi dan jendela
pengamat atau kaca intip. (2,8)

5. Masker
Masker melindungi radiografer dari penularan dan infeksi nasokimia karena
radiografer harus berinteraksi dengan pasien saat melakukan pemeriksaan.
Masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, virus, dsb). (9)
6. Sarung tangan (gloves)
Sarung tangan adalah untuk melindungi radiografer dari infeksi nasokimia
mengingat radiografer

selalu melakukan pemeriksaan dan kontak langsung


(10)

dengan pasien yang dapat menularkan penyakit / infeksi yang diderita pasien.
B. Keselamatan Kerja dalam Radiologi

Bekerja dalam radiologi mempunyai risiko baik secara langsung maupun tidak
langsung, risiko tersebut dapat terjadi bila kelalaian dan sebab - sebab lain di luar
kemampuan manusia. Menjadi tanggung jawab bagi manusia untuk mempelajari
kemungkinan adanya bahaya dalam pekerjaan agar mampu mengendalikan bahaya serta
mengurangi risiko sekecil sekecilnya melalui pemahaman mengenai berbagai aspek
bahaya dalam lingkungan radiologi, mengarahkan para pekerja dalam melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Radiologi harus merupakan tempat yang aman bagi radiographer terhadap setiap
kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam

radiologi yang bebas dari rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan bahaya radiasi dan
bahaya penyakit lain seorang radiografer dapat bekerja dengan produktif dan efisien.
Keadaan yang sehat dalam radiologi dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap
pekerja untuk menjaga dan melindungi diri.
Diperlukan suatu kesadaran dan tanggung jawab bahwa kecelakaan dapat berakibat
pada diri sendiri dan orang lain serta lingkungannya. Tanggung jawab moral dalam
keselamatan kerja memegang peranan penting dalam pencegahan kecelakaan disamping
disiplin setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam
keselamatan kerja.(11)
C. Manfaat Pemakaian APD bagi Radiografer.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan
biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling
ringan sampai yang paling berat. Untuk menghindari risiko dari kecelakan dan efek
radiasi khususnya radiografer sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti
pemakaian APD, apabila radiografer tidak menggunakan alat pengaman akan semakin
besar kemungkinan radiografer terkena efek radiasi.(11)
D. Sinar X
1. Pengertian

Gambar 2.4. Tabung Sinar X.(12)

Sinar X atau sinar roentgen adalah salah satu bentuk dari radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 100 nanometer
sampai 100 picometer (mirip dengan frekuensi dalam jangka 30 Phz hingga

60 Ehz). Sinar X pada umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medical


dan kristalografi sinar X. Sinar X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat
membahayakan. (13)
Pesawat sinar X adalah pesawat yang dipakai untuk memproduksi
sinar X. Pesawat ini terdiri atas tabung sinar X dan variasi rangkaian
elektornik yang saling terpisah. Sinar X dibangkitkan dengan jalan
menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung vakum.
Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari pemanasan filamen yang juga
berfungsi sebagai katoda. Filamen ini dipasang pada bidang cekung untuk
memfokuskan elektron menuju daerah sempit pada target (anoda).
Pada saat arus listrik dari sumber tegangan tinggi dihidupkan, filamen
katoda akan mengalami pemanasan sehingga kelihatan berwarna putih. Dalam
kondisi ini, katoda akan memancarkan elektron (sinar katoda). Elektron
selanjutnya ditarik dan dipercepat gerakannya sehingga mencapai ribuan km/s
melalui ruang hampa menggunakan tegangan listrik berorde 102106 Volt.
Elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke target
logam bernomor atom tinggi dan bersuhu leleh tinggi. Ketika elektron tinggi
itu menabrak target logam, maka sinar X akan terpancar dari permukaan
logam tersebut sinar X yang terbentuk dengan cara ini disebut sinar X
Breamstrahlung.

(14)

Sinar X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron


atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih
rendah. Sinar X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama
dengan selisih energi antara kedua tingkat elektron tersebut. Karena setiap
jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda, maka
sinar X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar X Karakteristik. Sinar X
Bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinyu, sementara spektrum
energi dari sinar X karakteristik adalah diskrit. (4)
Sinar X mempunyai sifat sifat yaitu keluar dari fokus menurut garis
lurus, mempunyai daya tembus yang besar, mampu mengionisasi materi yang
dilaluinya, tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet ataupun medan listrik,

sinar X mampu melakukan ionisasi organ biologi yang ditembusnya, mampu


melakukan perpedaran pada garam logam yang ditembusnya. Sifat inilah yang
digunakan untuk memendarkan fosfor/flouresensi maupun kecepatan screen
film, dapat menghitamkan plat/emulsi film yang ditembusnya sifat inilah yang
digunakan dalam penggambaran radiografi bidang medis. Berdasarkan
pemahaman sifat sifat sinar X inilah seorang radiografer harus
memperhatikan aspek fisik radiasi sinar X yang dihasilkan.
E. Efek Radiasi
1. Efek Somatik
Efek somatik adalah Efek yang radiasi yang dapat langsung dirasakan oleh
orang yang menerima radiasi tersebut.
a. Efek Stokastik
Efek stokastik adalah efek yang peluang timbulnya merupakan fungsi
dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang.
Efek stokastik mempunyai ciri :
Tidak mengenal dosis ambang
Timbul setelah melalui masa tenang lama.
Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi
Tidak ada penyembuhan spontan
Efek stokastik ini meliputi: Kanker, Leukimia (efek somatik) dan penyakit
keturunan (efek genetik). (6)

b. Efek Non Stokastik


Efek Non Stokastik adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi
menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui.
Efek non stokastik mempunyai cirri :
Mempunyai dosis ambang
Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi
Adanya penyembuhan spontan (bergantung keparahan)
Keparahannya tergantung dosis radiasi.(6)
2. Efek Genetik

Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut efek
genetik ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau ovarium
akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi dengan makro molekul DNA,
dapat memodifikasi struktur molekul ini dengan cara memecah kromosom
atau mengubah jumlah DNA yang terdapat di dalam sel melalui perubahan
(8)

informasi genetik yang diteruskan ke generasi berikutnya.


F. Penyakit Akibat Radiasi
1. Radiodermatitis

Radiodermatitis adalah peradangan pada kulit yang terjadi akibat penyinaran


lokal dengan dosis tinggi. Dimulai dengan tanda kemerahan pada kulit yang
terkena radiasi, kemudian diikuti olah masa tenang beberapa hari sampai 3
minggu baru kemudian timbul gejala yang khas tergantung dosis yang diterima.
Tabel 2.1 Daftar Penyakit Akibat Radiasi.

Dosis

Gejala

3 6 Gy

Eritema

6 12 Gy

Radiodermatitis sika (rasa raba hilang, rambut


rontok, bengkak).

12 24 Gy

Radiodermatitis eksudativa (kulit melepuh, bernanah)

> 24 Gy

Nekrosis (kematian jaringan)

2. Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis di atas 1,5 Gy, dengan masa
tenang antara 5 10 tahun
3. Sterilitas
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin. Efek
berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang muda lebih
peka daripada sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai menurun pada
dosis beberapa senti Gray (cGy).
4. Sindroma Radiasi Akut

Sindoma radiasi akut dapat terjadi setelah penyinaran seluruh tubuh dengan dosis
lebih dari 1 Gy yang diterima secara sekaligus dengan laju dosis yang cukup
tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus besar.
Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah, demam, rasa
lelah, sakit kepala serta diare, kemudian diikuti masa tenang 2 sampai 3 minggu.
Pada masa ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka timbul nyeri
(2)

perut, diare, perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.


G. Keselamatan Radiasi
1. Pengertian Keselamatan Radiasi

Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan


kondisi yang sedemikian rupa agar efek radiasi pengion terhadap manusia dan
lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.
2. Asas Proteksi Radiasi
a. Asas Justifikasi ( Justification of Practices)
Justifikasi

adalah

setiap

pemanfaatan

tenaga

nuklir

harus

berlandaskan azas manfaat dimana resiko yang ditimbulkan oleh


pemanfaatan tenaga nuklir harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan
manfaat yang diterima.
b. Asas Limitasi

(Dose Limitation)

Limitasi adalah pemanfaatan tenaga nuklir harus tidak melebihi nilai


batas dosis yang ditetapkan oleh peraturan tidak boleh dilampaui.
c.

Asas Optimasi ( Optimization of Protection and Safety)


Optimasi adalah bahwa dalam pemanfaatan tenaga nuklir penyinaran
harus diupayakan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor
sosial dan ekonomi.

Dengan prinsip yang telah disebutkan maka setiap pengusaha instalasi yang
merancang, membuat, mengoperasikan dan atau merawat sistem dan komponen sumber
radiasi harus mencegah terjadinya penerimaan dosis radiasi berlebih. (6)
H. Alat Ukur Radiasi
Dalam penggunaannya alat ukur radiasi dapat dibedakan berdasarkan atas
kategori :

1. Monitor Radiasi (Surveymeter)


Surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan hasil
pengukuran secara langsung pada saat dikenai radiasi. Berfungsi untuk mengukur
laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja sehingga pekerja yang
mempergunakan alat ini dapat memperkirakan dosis yang akan diterimanya bila
bekerja di tempat tersebut dalam waktu tertentu.Sehingga dapat diperkirakan
risiko bahaya serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko
tersebut.
Surveymeter yang membedakan fungsi dalam penggunaannya terletak
pada system detektornya. Sedangkan raremeternya(penguat dan penampil)
disesuaikan dengan detector dan kebutuhan, apakah akan berupa digital atau
analog.
2. Personal Monitor
Personal monitor atau Dosimeter personel digunakan untuk mngetahui
daosis radiasi secara akumulasi sehingga pekerja tersebut dapat membandingkan
dengan nilai batas akumulasi dosis yang telah ditentukan untuk pekerja radiasi.
Dosimeter perorangan yang saat ini digunakan secara luas untuk
pemantauan dosis perorangan pekerja radiasi adalah :
a. Film Badge
Film badge adalah alat yang berbentuk khusus untuk mengukur radiasi
yang sensitive terhadap radiasi sinar x, yang dilengkapi dengan beberapa
saringan radiasi (filter).
Untuk mengetahui jenis radiasi atau energi radiasi yang mempengaruhi
film badge digunakan beberapa filter yang terpasang pada holder (tempat
film bafge).Beberapa jenis filter yang digunakan seperti plastik tebal 0,5
mm s/d 3 mm, Al = 0,3 mm, campuran Sn = 0,8 mm dan Pb = 0,4 mm,
serta campuran Cd = 0,8 mmm dan Pb = 0,4 mm.

(10)

(15)

Gambar 2.5. Bingkai Holder Film Badge

Gambar 2.6. Gambar film badge (12)


b. Dosimeter Saku ( Pocket Dosimeter)
Dosimeter saku merupakan detector isian gas yang bekerja pada
daerah ionisasi dan menghasilkan tanggap secara langsung. Kontruksi
dosimeter saku ini berupa tabung silinder berisi gas, dimana dinding
silinder berfungsi sebagai katoda bermutan negative, sedangkan sumbu
logam dengan jarum quartz di bagian bawahnya bermuatan positif.
Prinsip kerja dari dosimeter saku ini adalah : berdasar ionisasi dan terjadi
pada tabung berisi gas dan

berfungsi sebagai detector

- Prinsip elektroskop
- Kemampuan mengukur < 200 mRem
- Dibaca awal dan akhir
- Bisa dibaca langsung

- Tidak biasa dipertanggungjawabkan karena hanya diri sendiri yang


melihat
c. Termo Luminenscence Dosimetri
Detektor

yang

digunakan

adalah

Kristal

an-organik

thermoluminescence, salah satunya adalah bahan LIF. Proses yang terjadi


pada

bahan

ini

sintilasi.Perbedaannya,

bila

dikenai

radiasi

percikan cahaya

akan

mempunyai

proses

dipancarkan setelah

bahannya dipanaskan, tiak langsung seprti pada bahan sintilator.Radiasi


pengion yang mengenai kristal akan menyebabkan electron-elektron yang
tereksitasi tersebut, juga hole-hole, tidak langsung kembali berkombinasi
karena terjebak oleh pita energi unsur pendampingnya. Bila kristal
tersebut dipanaskan maka elektron-elektron yang terperangkap akan
mendapat cukup energi untuk kembali ke pita konduksi dan kemudian
berkombinasi kembali ke pita valensi sambil memancarkan cahaya.
Jumlah elektron yang tereksitasi dan kemudian terperangkap sebanding
dengan dosis radiasi yang mengenai kristal. Percikan cahaya dihasilkan
oleh elektron

yang terperangkap yang kembali ke keadaan dasarnya

sehingga dosis radiasi dapat ditentukan dengan menghitung jumlah


percikan cahaya yang dihasilkan.

(4,6)

I. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan kesehatan pekerja radiasi, perkembangannya dan kalau mungkin mencari
hubungan kausal dengan radiasi pengion, apabila terjadi gangguan patologik. Dengan
pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi ini ingin dipantau kondisi kesehatan pekerja
baik sebelum, selama maupun sesudah masa kerja. Disamping itu pemeriksaan ini
berguna pula untuk menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya.
Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja akan memberikan informasi
tentang kondisi kesehatan pekerja radiasi pada saat akan mulai bekerja serta penyakit
apa saja yang pernah diderita. Masukan ini selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai
base line yang akan diacu untuk setiap pemeriksaan berikutnya, disamping untuk

menentukan apakah seseorang berdasarkan kesehatannya dapat bekerja sebagai


pekerja radiasi.
Pemeriksaan selama masa kerja dilakukan secara berkala, minimal sekali
dalam setahun, sesuai PP tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion (pasal 20) yang telah diamandemen dengan PP No. 33
tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif
(pasal 11). Pemaparan terhadap radiasi dan peristiwa kontaminasi internal dapat saja
terjadi tanpa diketahui oleh si pekerja radiasi, karena itu diperlukan usaha untuk
mendeteksi akibat yang ditimbulkannya.
Pemeriksaan ini meliputi pengambilan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium. Suatu jenis pemeriksaan laboratorium tertentu yaitu
pengamatan terhadap aberasi kromosom kini sedang diteliti untuk dikembangkan di
Badan Tenaga Nuklir (BATAN) guna dipakai untuk menentukan dosis radiasi
(metode dosimetri biologi).

(2,14,15)

J. Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan seperti pengetahuan,
keinginan, minat, emosi, kehendak, berfikir, motivasi, persepsi, sikap, reaksi dan
sebagainya.(16)
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat atau individu
yaitu :
a. Faktor dasar (predisposing factor) mencakup pengetahuan, sikap, kebiasaan,
kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu
didalam masyarakat yang terwujud dalam motivasi.
b. Faktor pendukung (enabling factor) mencakup sumber daya atau potensi
masyarakat terwujud dalam tersedianya alat fasilitas serta peraturan.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) mencakup sikap dan perilaku dari orang
(17)

lain yang terwujud dalam dukungan sosial.

Perilaku manusia dapat disimpulkan sebagai refleksi kejiwaan untuk memberikan


respon terhadap situasi di luar dirinya. Perilaku kesehatan manusia atau seseorang untuk
berperilaku dan faktor pendorong yaitu faktor lingkungan yang dominan dalam

pembentukan perilaku.Tenaga yang berperilaku sehat akan menghindari risiko terjadinya


penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
Perilaku dapat diartikan suatu respon seseorang terhadap rangsangan dari luar,
kemudian dinyatakan bahwa respon yang diberikan berbentuk dua macam yaitu bentuk
pasif atau tanpa tindakan dan bentuk aktif dengan suatu tindakan, sedangkan perubahan
perilaku mengikuti mengikuti tahap tahap yaitu proses perubahan pengetahuan, sikap,
dan perilaku. Pengetahuan dan sikap adalah faktor internal. Faktor-faktor yang
memegang peranan dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua faktor
yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi kebijakan manajerial (petunjuk
operasi alat, Protap dalam bekerja), ketersediaan Alat Pelindung Diri(APD) yaitu apron
proteksi tubuh, Penahan radiasi gonad, sarung tangan proteksi, kacamata Pb, masker,
surveymeter, personal dosimetri dan lain-lain. Faktor internal meliputi kebiasaan pekerja
dalam bekerja seperti ketertiban dalam mengenakan APD.
K. Kerangka Teoritis
Predisposing
Factor&
Faktor Karakteristik
- Umur
- Pengetahuan
- Masa bekerja
- Sikap
Reinforcing
factor
- Rekan Kerja
- Organisasi
Profesi

Praktek
penggunaan APD
pada Radiografer

Enabling factor
- Keterampilan
petugas
kesehatan
- Ketersediaan
sarana dan
prasarana
kesehatan
- Peraturan/UU
- Protap

- Efek stokastik

- Efek non
stokastik

Sumber: Modifikasi Green dan Faktor karakteristik

L. Kerangka Konseptual

Variabel bebas
Umur Radiografer

Variabel terikat

Pendidikan Radiografer

Pelatihan Radiografer

Praktik penggunaan
APD oleh
radiografer

Masa Kerja Radiografer

Keberadaan Protap

M. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian maka rumusan hipotesis
penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan umur radiografer dengan praktik penggunaan APD.
2. Ada hubungan pendidikan radiografer dengan praktik penggunaan APD.
3. Ada hubungan pelatihan yang pernah diikuti radiografer dengan praktik
penggunaan APD.
4. Ada hubungan masa kerja radiografer dengan praktik penggunaan APD.
5. Ada hubungan keberadaan Prosedur Tetap dengan praktik penggunaan
APD.

Anda mungkin juga menyukai