DISUSUN OLEH:
Dina Rahmawati
NPM. 1243057019
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2013
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.atas segala
rahmat-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktikum Anatomi
Fisiologi Manusia yang berjudul Menghitung Jumlah Eritrosit dan Leukosit pada
Manusia
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian tugas dalam
matakuliah Praktikum Anatomi Fisiologi. Dengan adanya makalah ini, diharapkan
mahasiswa akan mengerti lebih dalam tentang Jumlah Eritrosit dan Leukosit pada
Manusia dan semua aspeknya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Praktikum Anatomi Fisiologi yang telah membimbing kami sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih memerlukan perbaikan, untuk itu tim
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
meningkatkan kualitas makalah ini dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
1. TUJUAN PERCOBAAN
menghitung jumlah eritrosit dan leukosit pada bilik hitungnya
mengetahui jumlah eritrosit dan leukosit normal padamanusia
2. DASAR TEORI
2.1 Darah
Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma. Lebih
berat dan lebih kental dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena
membawa garam-garam mineral bau khas (anyir). Darah memiliki pH 7,35
7, 45. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung kadar
oksigen yang dibawa. Volume darah total 5 liter pada laki-laki dewasa,
tergantung ukuran tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe
unsur-unsur darah ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih
atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1999).
Darah manusia terdiri atas :
(1) plasma darah yang terdiri atas 92% air, protein plasma 7% dan zat-zat
terlarut lainnya sekitar 1% dan
(2) elemen-elemen darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).
Protein plasma antara lain terdiri atas : albumen 60%, globulin 35%,
fibrinogen 4%, dan protein pengatur seperti enzim, proenzim, hormon yang
jumlahnya kurang dari 1%.
Zat-zat terlarut lainnya adalah:
(1) elektrolit-elektrolit yang penting untuk aktivitas sel itu sendiri dan menjaga
tekanan osmosis cairan tubuh (Na+, K+, Mg2+, cal-, HCO3-, HPO42-, SO42-),
Jenis otot pada vertebrata ada tiga : Otot polos, Otot rangka / Otot lurik dan
otot jantung.
(2) nutrien organik yang penting untuk menghasilkan energi ATP, untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel, yang antara lain terdiri atas; asam
lemak, kolesterol, karbohidrat, dan protein.
(3) bahan organik sisa metabolisme seperti urea, asam urat, kreatinin,
bilirubin,dan amonia.
Elemen seluler yang disebut leukosit terdiri atas : neutrofil 50-70%, eosinofil
2-4%, basofil < 1%, limfosit 20-30% dan monosit 2-8% (Suripto, 2002)
Darah memiliki dua fungsi utama dari darah ialah mengangkut bahanbahan (dan panas) ke dalam dari semua jaringan-jaringan badan dan
mempertahankan badan terhadap penyakit. Fungsi darah secara umum adalah
mengantar oksigen dan antioxidant ke seluruh tubuh, mengantar oksigen
keseluruh tubuh, mengantar nutrisi ke organ-organ tubuh (karbohidrat, protein,
vitamin, mineral, lemak dan lain sebagainya), membuang zat-zat racun serta
bahan-bahan buangan lainnya (Karbondioksida), mengantar antibody yang
dihasilkan oleh sistem limpa kita keseluruh tubuh, mengantarkan antioxidant
yang bersumber dari vitamin, mineral dan enzym tertentu untuk melindungi
tubuh dari radikal bebas yang merusak, membawa energi yang didapat dari
sinar matahari, yang telah diproses oleh limpa, jantung dan organ tubuh
lainnya (Kimball,1999).
Darah terdiri dari berbagai komponen antara lain plasma darah, sel
darah merah (Eritrosit), sel darah putih (Leukosit).
2.3 Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung
pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah
bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah terdapat
5.000.000 sel darah. Bila dilihat satu per satu warnanya kuning pucat, tetapi
dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah.
Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma dan berisi masa
4
defisiensi
zat
besi
terjadi
akibat
penurunan
asupan
yaitu polisitemia vera akibat gangguan pada sumsum tulang dan polisitemia sekunder
akibat hipoksia (kekurangan oksigen). Polisitemia sekunder dapat disebabkan oleh
kediaman permanen didataran tinggi, aktivitas fisik berkepanjangan, dan penyakit
paru atau penyakit jantung (Wijaya, 2009).
2.4 Leukosit
Kurang dari 1 % darah manusia adalah leukosit. Ukuran leukosit lebih
besar daripada eritrosit. Leukosit tidak mengandung haemoglobin, memiliki
nucleus dan pada dasarnya dijumpai dalam keadaan tidak berwarna (Kimball,
1996).
Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit
adalah leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan
agranulosit tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas
3 tipe yaitu sel metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya
dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak
berwarna ungu; sel eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna
yang bersifat asam atau eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap
pewarna basa dan menjadi biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit,
yang berfungsi untuk menutup daerah luka, membungkus dan memfagosit
setelah netrofil dan basofil (Pearce, 2002).
Diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi
berbagai sel stem commited. Selain sel-sel commited untuk membentuk sel
darah merah, terbentuk pada dua silsilah utama dari sel darah putih, silsilah
mielositik dan limfositik. Silsilah mielositik dimulai dengan mieloblas dan
silsilah limfositik yang dimulai dengan limfoblas (Guyton, 1997).
Granulosit dan monosit hanya ditemukan pada sumsum tulang. Limfosit dan
sel plasma teritama diproduksi dalam organ limfogen, termasuk kelenjar limfe,
limpa, timus, tonsil dan berbagai kantung jaringan limfoid dimana saja dalam
tubuh, terutama dalam sumsum tulang dan plak player dibawah epitel dinding
usus(Guyton, 1997).
Sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, terutama
granulosit, disimpan dalam sumsum sampai mereka diperlukan di sistem
sirkulasi. Kemudian bila kebutuhannya meningkat, bermacam-macam factor
8
10
A. ALAT :
Blood lancet
Kapas
Mikroskop
Bilik hitung
Cover glass
B. BAHAN :
Alkohol 70%
Larutan Hayem
Larutan Turk
Darah probandus
Air
11
4. PROSEDUR KERJA
13
D. PEMBAHASAN
Praktikum menghitung jumlah eritrosit mempunyai tujuan mengetahui jumlah
eritrosit pada manusia. Pada praktikum ini ditentukan probandusnya yaitu Slamet
Sumarko dan Fita Hadimarta, tuntuk mengetahui jumlah eritrosit pada laki laki dan
perempuan. Ujung jari tengah atau jari manis dibersihkan dengan alkohol 70%.
Larutan alkohol 70% berwarna bening dan bersifat disinfektan, yaitu mencegah
timbulnya mikroorganisme yang tidak dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar ujung jari
praktikan menjadi steril dan tidak infeksi. Jari yang dipakai adalah jari tengah atau jari
manis tangan kiri hal ini dikarenakan pada jari tersebut memiliki saraf sedikit. Pada
percobaan ini digunakan tangan kiri karena jaringan epidermis pada tangan kiri lebih
tipis dibandingkan tangan kanan sehingga pembuluh darah lebih cepat terluka dan
darah lebih cepat keluar. Jari ditusuk dengan jarum lanset. Penusukan ini bertujuan
untuk membuat luka (merusak) pembuluh darah sehingga darah mengucur keluar.
Jarum yang digunakan pada masing-masing probandus harus baru sehingga tidak
terjadi infeksi atau pencampuran darah yang tidak homogen.
Kemudian dengan cepat darah yang mengucur keluar dihisap dengan pipet thoma
hingga skala 0,5.
Setelah itu, dengan segera dilanjutkan menghisap larutan hayem hingga skala 101.
Larutan hayem yang memiliki fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi
pembekuan, bentuk bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan
trombosit lenyap. Komposisi larutan hayem adalah Natrium sulfat kristal (5,0 gram),
natrium klorida (1,0 gram), merkuri klorida (0,5 gram) dan air suling (200 ml).
Setelah diencerkan dengan larutan hayem maka pipet dikocok secara horisontal agar
tercampur sempurna.
Tetes pertama dan kedua dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini dilakukan agar
dalam hemaecitometer benar benar mengandung sel darah merah bukan larutan
hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan kedalam hemacytometer untuk
diamati dan dihitung jumlah eritrositnya.
Praktikum menghitung jumlah leukosit cara yang dilakukan sama dengan
praktikum menghitung jumlah eritrosit. Larutan Turk berfungsi untuk pengenceran,
melisiskan eritrosit, dan mencegah koagulasi darah, selain itu larutan Turk berfungsi
sebagai pewarna leukosit karena adanya gentian violet yang terkandung dalam larutan
Turk tersebut.
14
Pengenceran untuk eritrosit darah yang diambil dalam praktikum ini sampai
menunjukkan skala 0,5 pada pipet thoma dan cairan pengencer sampai angka 101
maka darah dalam bulatan 0,5 bagian dan pengencer 95 bagian. Maka pengenceran
darah dikatakan sampai 200 kali. Untuk leukosit karena jumlah leukosit sedikit
dibandingkan dengan jumlah eritrosit, maka pengenceran yang dilakukan juga lebih
kecil yaitu 20 kali. Akibatnya pipet thoma yang digunakan memiliki skala maksimum
yang lebih kecil, yaitu 11, sedang skala maksimum pipet thoma untuk eritrosit adalah
101.
Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak kecil
yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak
ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang
terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi
mm) karena ukuran leukosit lebih besar dibandingkan eritrosit dan jumlahnya juga
jarang maka ktak pengamatannya juga harus lebih besar sehingga mudah untuk
diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena eritrosit ukurannya lebih kecil
daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak W akan terlalu banyak sel yang
terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar sehingga akan menyulitkan perhitungan.
Sel darah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira 7,8
mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau jurang. Volume rata-rata sel
darah merah adalah 90 samapi 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah merah dapat
berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler (Guyton, 1997). Eritrosit (sel darah
merah) memiliki fungsi antara lain mentranspor oksigen melalui pengikatan
oksihemoglobin
dan
mentranspor
karbondioksida
melalui
pengikatan
15
a.
(Hidayati, 2005).
Monosit dan neutrofil adalah fagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan
serpihan sel- sel mati dari tubuh. Sel darah putih menghabiskan sebagian besar waktu
di luar system sirkulasi, berkeliling di dalam cairan interstitial dan system limfatik
untuk melawan pathogen (Campbell, 2004).
Pada praktikum ini ada dua larutan yang digunakan yaitu larutan hayem yang
digunakan sebagai larutan pengencer untuk menghitung eritrosit sedangkan pada
leukosit larutan yang digunakan adalah larutan turk.
Larutan Hayem terdiri dari Natrium Sulfat yang merupakan zat anti koagulan
yang akan mencegah terjadinya aglutinasi. Selain itu Natrium Sulfat 5 gr berfungsi
untuk melisiskan leukosit dan trombosit, sehingga yang dapat diamati eritrosit sja.
Larutan Natrium clorit 1 gr bersifat isotonis pada eritrosit (Syaifuddin,1997).
Kandungan
lain
adalah
formalin
40
yang
berfungsi
untuk
2.
3.
Merintangi pembekuan
4.
5.
aglutinasi ( Syaifuddin,1997 )
Pada leukosit, digunakan larutan Turk, karena larutan ini terdiri atas asam asetat 2
% berfungsi untuk melisiskan trombosit dan eritrosit, sehingga hanya leukosit yang
bisa diamati; dan gention violet 1 % yang memberikan warna ungu muda pada inti
dan sitoplasma granula leukosit, sehingga jelas dibawah mikroskop dan memudahkan
perhitungan. Untuk pengenceran leukosit, darah yang keluar dari luka dihisap hingga
skala 0.5. Lalu dihisap larutan Turk hingga skala 11. Yang berarti dalam praktikum
ini digunakan pengenceran 20 kali.
Larutan turk ini berfungsi sebagai :
1.
2.
( Syaifuddin,1997 )
Jumlah sel eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda beda, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a.
Nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan
memiliki sel darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan
nutrisi.
b.
Usia / umur, jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta / ml.
Ketika bayi tersebut tumbuh eritrositnya berkurag menjadi sampai 4 juta / ml,
kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat sekitar 4,5 juta / ml.
c.
Faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki sel
darah. Hal ini dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan oksigen
lebih banyak sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit lebih banyak
agar hemoglobin dapat lebih banyak mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan
protein yang mengandung senyawa hemin yang mengandung besi yang memilki
daya ikat terhadap oksigen dan karbondioksida (Kimball , 1996).
d.
Aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang
banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.
e.
Jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit
daripada laki laki. Hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada perempuan
ketika menstruasi.
f.
E. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum menghitung jumlah eritrosit dan
leukosit sebagai berikut : jumlah eritrosit Probandus (islami) adalah 3.361.077,5/ml.
Jumlah eritrosit normail pada wanita sehat adalah 3,6 juta-5,6 juta sel/mm3, Hasil
perhitungan leukosit pada Probandus (islami) yaitu 6.333,33/ ml. Jumlah yang
ditunjukkan sel darahnya normal karena jumlah leukosit normal berkisar antara 4000
11.000/ml. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, aktivitas,
jenis kelamin, nutrisi, berat badan, dan faktor lingkungan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Miale JB. Laboratory Medicina Hematology. 4th .Ed. St. Louis; The C.V. Mosby
Companya, 1972; p 759.
Campbell et all. 2008. Biology Eight Edition. Benjamin Cummings: San Fransisco
Hidayati, Dewi. (2006). Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi
FMIPA-ITS, Surabaya
Pearce, Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta
19