Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NAMA
NIM
: H311 12 019
KELOMPOK
: II (DUA)
: SARTIKA
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PANGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
darah,
matrik
intraseluler
dan
sebagainya
zat-zat gizi
adalah
protein.
pada
protein
lebih
kompleks
daripada
karbohidrat
dan
lemak.
Hal ini kerena molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang
membentuknya (Sumardjo, 2009).
Protein
adalah
senyawa
organik
kompleks
berbobot
molekul
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hidrogen,
15,50-18,00%
nitrogen,
21,00-23,30%
oksigen,
dan 0,80-2,00% belerang (Sumarjdo, 2009). Dan terdapat pula 0-3% fosfor
(Poedjiadi dan Suriyanti, 2007).
Dewasa ini telah dikenal banyak jenis protein. Adanya perbedaan antara
protein yang satu protein yang lain, pada umumnya, disebabkan oleh adanya
perbedaan jumlah, jenis, dan cara kombinasi asam alfa amino penyusunnya
(Sumarjdo, 2009).
Banyak jenis potein yang telah diketahui. Senyawa-senyawa ini mempunyai
sifat koloid yang menyebabkan sangat sukar dipisahkan dan dimurnikan dari
campurannya. Perbedaan diantara jenis-jenis protein ini terkadang tidak jelas
sehingga sukar sekali untuk menentukan apakah sebuah sediaan protein terbentuk
dari satu macam protein atau dari berbagai macam protein (Sumarjdo, 2009).
Protein mempunyai besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000
sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau enzim, protein menghasilkan
asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein.
Asam-asam
amino
ini
terikat
satu
dengan
lain
oleh
ikatan
peptida.
organik
apabila organisme sedang kekurangan energi, maka protein ini terpaksa dapat juga
dipakai sebagai sumber energi (Sudarmadji dkk., 1996).
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang
sangat bervariasi. Di samping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai
sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada
juga yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu protein yang tidak
larut dalam air, sedangkan protein yang terdapat dalam bagian putih telur mudah
larut dalam air (Poedjiadi dan Suriyanti, 2007).
Protein memiliki sifat-sifat yaitu kelarutan protein dalam air, sebagai koloid
hidrofil, bersifat amfoter (penahan pH), bentuk protein tergantung pada pH seperti
asam amino, mengikat ion, pembentuk busa, tidak berdialisa melalui selaput,
denaturasi, dan koagulasi (Riawan, 1990).
Protein terbagi atas protein sederhana dan potein kompleks (Riawan, 1990),
Protein sedehana
Protein kompleks
hidrolisis
hidrolisis
(berkonjugasi)
Ada empat tingkat stuktur dasar protein yaitu struktur primer, sekunder,
tersier, dan kuartener. Stuktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam
amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antara asam amino ialah ikatan
peptida, maka stuktur primer juga menujukkan ikatan peptida yang urutannya
diketahui. Untuk mengetahui jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam protein
dilakukan analisis yang tediri dari beberapa tahap yaitu penentuan jumlah rantai
polipeptida, pemecahan ikatan antara rantai polipeptida, dan analisis urutan asam
amino pada rantai polipeptida (Poedjiadi dan Suriyanti, 2007).
dimana jumlah, macam, dan cara terikatnya (urutan) asam-asam amino mempunyai
peranan penting. Gugus R pada satu rantai polipeptida berada dalam posisi trans
(Riawan, 1990):
H2N
C
R1
R2
C
NH
NH
C
R3
R4
CH
NH
NH
COOH
Rn
n
(Riawan, 1990).
Struktur tersier yaitu rantai-rantai yang berlilit itu bergabung satu dengan
lain dengan pertolongan ikatan yang lemah yakni kata hidrogen dan ven der Waals
sampai terbentuk lapisan, serat, atau biji (Riawan, 1990).
Struktur kuartener yaitu protein terdiri atas dua atau empat rantai polipeptida
yang bergabung oleh gaya bukan ikatan kovalen (bukan ikatan peptida atau ikatan
disulfida). Tidak semua protein mempunyai struktur kuartener (Riawan, 1990).
Analisa protein dilakukan dengan beberapa cara yaitu (1) analisa kualitatif:
test Biuret, test Molish, test Xanthoprotein, test Milon, test Ninhidrin dan (2) analisa
kuantitatif: metode Dumas, spektrofotometri UV, titrasi formol, turbidimetri atau
kekeruhan, dan metode Kjeldahl (Maharani dan Yusrin, 2010).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Volume aquades
Volume Total
induk (mL)
(mL)
(mL)
0,02
0,04
1,96
2,00
0,04
0,08
1,92
2,00
0,06
0,12
1,88
2,00
0,08
0,16
1,84
2,00
0,10
0,20
1,80
2,00
0,12
0,24
1,76
2,00
Konsentrasi (M)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Absorban
610
0.044
620
0.057
630
0.055
0.06
Absorbansi
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
600
610
620
630
Panjang Gelombang
640
Absorban
0,02
-0.009
0,04
0,009
0,06
0,057
0,08
0,065
0,10
0,097
0,12
0,073
Sampel
0,041
Blanko
0.12
y = 0.9743x - 0.0195
R = 0.814
0.1
absorbansi
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0
-0.02
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
Konsentrasi
Grafik 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein
0.14
= 0,062 mg/mL
4.2 Reaksi
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
NH2 CH
NH
CH
NH
NH2 CH
CH
NH
CH
NH
CH
R
NH
CH
OH
Cu2+
O
C
CuSO4
HO
ONa +
O
C
NaOH
NH2 CH
OH
O
CH
R
NH
CH
R
NH2
H3PO4(MoO3)13
O
H2N CHC OH
CH2
H2O
O
H2N CHC OH
CH
H3(PMo13O40)
+
atau
H2(PMo13O40)
OH
O
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini ditentukan kadar protein dalam suatu sampel dengan
menggunakan metode Lowry. Penentuan kadar protein ini didasarkan pada reaksi
protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan
memberikan warna biru yang mana intensitas dari warnanya bergantung pada
konsentrasi dari protein tersebut. Berdasarkan hal inilah sehingga kita dapat
mengukur absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer.
Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan
reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan akan
menghasilkan warna biru. Warna yang terbentuk terutama dari hasil fosfomolibdat
dan fosfotungstat. Oleh karena itu warna yang terbentuk tergantung dari tirosin dan
triptofan yang terdapat dalam protein.
Larutan Lowry yang digunakan pada percobaan ini ada dua macam yaitu
Lowry A dan Lowry B. Asam fosfotungstat dan fosfomolibdat dari larutan Lowry A
berfungsi memberikan warna pada larutan yaitu warna biru, dimana intensitas
warnanya bergantung pada konsentrasi dari protein itu sendiri. Sedangkan pada
pembuatan pereaksi Lowry B, bahan-bahan dalam pereaksi Lowry ini memiliki
fungsi yang berbeda-beda. CuSO4 berfungsi untuk mereduksi fosfomolibdat dan
fosfotungstat, Na-K-Tartrat berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupro
oksida dalam pereaksi Lowry B, sedangkan Na2CO3 digunakan sebagai garam yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar protein
dalam sampel adalah 100,06 mg/mL.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini sebaiknya diperbanyak agar
praktikum beRjalan dengan lancar, cepat, dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Maharani, E. T. dan Yusrin, 2010, Kadar Protein Kista Artemia Curah yang Dijual
Petambak Kota Rembang dengan Variasi Suhu Penyimpanan, Jurnal
Biokimia Protein UNISMU, 1(1): 30-35.
Peodjiadi, A., dan Suyanti, T., 2007, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Riawan, S., 1990, Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono B., dan Suhardi, 1996, Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian, Liberty Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sumardjo, D., 2009, PengantarKimia, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKAN
SARTIKA
Lampiran I
Bagan Kerja
1. Pembuatan Larutan Induk BSA 1 mg/mL
10 mg BSA
Dihomogenkan
Hasil
Preparasi Sampel
Larutan Sampel
Dihomogenkan
Hasil
2 mL larutan standar
Data
2 mL larutan sampel
Lampiran II
Perhitungan
1. Perhitungan Larutan Standar
Pembuatan larutan standar ini didasarkan pada rumus:
V1 M1 = V2 M2
1. Untuk konsentrasi 0,02 mg/mL
= 0,974x
= 0,062