Definisi
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid
yang hiperaktif. Dimana tirotoksikosis itu sendiri adalah manifestasi klinis kelebihan
tiroid yang beredar dalam sirkulasi (Djokomoeljanto, 2009).
Etiologi
Tabel 1
Penyebab Tirotoksikosis
Penyebab Tirotoksikosis
Hipertiroidisme Primer
a. Penyakit Graves
b. Struma
multinodulatoksik
Tirotoksikosis tanpa
Hipertiroidisme
a. Hormone
tiroid
berlebih
Hipertiroidisme Sekunder
a. TSH-secreting tumor
b. Tirotoksikosis gestasi
b. Tiroiditis subakut
c. Resistensi
c. Adenoma toksik
c. Silent thyroiditis
tiroid
d. Destruksi kelenjar :
litium
e. Karsinoma tiroid yang
radiasi,
hormone
adenoma,
infark
berfungsi
f. Struma ovarii (ektopik)
(Djokomoeljanto, 2009).
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada hipertiroidisme khususnya pada penyakit Graves
dikenal dengan istilah TRIAD, yang terdiri dari :
a. Hipertiroidisme
Biasanya gejalanya tidak tahan panas, keringat bertambah, penurunan berat
badan ringan sampai berat, berbagai derajat diare, kelemahan otot, gelisah atau
gangguan psikis lain, kelelahan berlebihan dengan tidak dapat tidur dan tremor
pada tangan (Guyton, 2008).
b. Oftalmopati
Terjadi penojolan bola mata (eksoftalmus) karena pembengkakan edematosa
jaringan retroorbital dan pengendapan mukopolisakarida dalam jumlah besar
pada ruang-ruang ekstrasel, disamping itu juga ditandai dengan lid lag,
lakrimasi, eye pain (Guyton, 2008).
c. Dermopati
Pada kulit biasanya ditandai dengan kulit hangat, halus, lembab , rambut halus,
onycholysis vitiligo, alopecia, pretibial myxoedema (thyroid dermopathy)
(Guyton, 2009).
Gambaran utama penyakit Graves secara garis besar dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
a. Tiroidal
1) Adanya goiter
2) Hipertiroidisme
b. Ekstratiroidal
1) Oftalmopati
2) Infiltrasi Kulit lokal ( Price, 2006).
Pathogenesis
Proses pengeluaran hormone tiroid yang normal adalah sebagai berikut:
Hipotalamus
Hipofisis
Tiroid
(menerima
TRH/TIH)
Kurang Lebih
Pengeluaran TIH
Reseptor TSH/TIH
(tiroid inhibiting
hormon)
Kadar hormon
Sekresi hormone
Pengeluaran Pengeluaran
tiroid di tubuh
tiroid ke pembuluh
hormon
hormon
tiroid
tiroid (T3&
dihentikan
T4)
*Keterangan:
Panah hitam
Dari bagan tersebut dapat diketahui bahwa apabila terjadi suatu peningkatan
kadar hormone tiroid didalam tubuh maka akan terjadi feedback negative menuju
hipotalamus. Ketika feedback negative diterima oleh hipotalamus, maka akan terjadi
pengeluaran hormone inhibiting yang akan menurunkan sekresi/pembuatan hormone
tiroid. Proses ini terjadi ketika tiroid tidak mengalami suatu kelainan, apabila terjadi
suatu kelainan pada tiroid maka proses yang akan terjadi adalah sebagai berikut
(Guyton, 2008).
Hipotalamus
Hipofisis
Tiroid
(menerima
TRH/TIH)
Lebih
Pengeluaran TIH
Reseptor TSH/TIH
(Tiroid inhibiting
hormon)
Stimulating
Imunoglobulin)
Kadar hormon
Sekresi hormone
Pengeluaran Pengeluaran
tiroid di tubuh
tiroid ke pembuluh
hormon
hormon
tiroid tidak
tiroid
makin meningkat
dihentikan
(T3&T4)
Gambar 2
Regulasi sekresi hormone tiroid yang tidak normal
Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan hormone tiroid.
Hal ini disebabkan oleh penutupan reseptor TSH dan TIH oleh Tiroid Stimulating
Inhibitor yang akan merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormone tiroid
secara terus menerus. Ketika produksi hormone tiroid telah dirasa cukup oleh tubuh,
maka tubuh akan memberikan umpan balik negative kepada hipotalamus untuk
mengeluarkan TIH (Tiroid Inhibiting hormone) yang akan menurunkan produksi
hormone tiroid. Dalam kejadian ini, TIH tidak akan memberikan efek kepada kelenjar
tiroid karena reseptornya ditutupi oleh TSI sehingga kelenjar tiroid akan melanjutkan
proses produksi hormone tiroidnya (Guyton, 2008).
Patofisiologi
TSI yang diproduksi rupanya dapat menembus plasenta pada kasus
kehamilan, sehingga menyebabkan torotoksikosis neonatus. Selain itu antibodi ini
akan mengaktivasi sel T, misalnya T Helper dan T cytotoxic. T Helper akan
menginfiltrasi musculus extraocular pada daerah orbita kemudian mensekresikan
sitokin (antara lain IFN, TNF, dan IL-1). Infiltrasi sel TH dan sitokin pada daerah
orbita akan menyebabkan aktivasi fibroblas sehingga terjadi fibrosis. Selain itu,
sitokin tersebut akan menyebabkan sintesis glukosaminoglikans yang meningkat,
dimana ia akan menjebak air di otot dan menyebabkan kasus pembengkakan sehingga
terjadi manifestasi oftalmopati berupa exoftalmus atau proptosis (Jameson &
Weetman, 2005).
TSI
dapat
mengaktivasi
reseptor
TSH
sedemikian
rupa
sehingga
proksimal. Selain itu akan terjadi peningkatan aktivitas myocardial yang ditandai
dengan fibrilasi Arteri, sinus takikardi, palpitasi meningkat, curah jantung meningkat
yang menyebabkan bissing murmur saat auskultasi), dan memperburuk gejala angina
pektoris. Selain itu aktivasi saraf simpatis akan menyebabkan retraksi palpebrae yang
menyebabkan lid lag (Jameson & Weetman, 2005).
Hormon thyroid sendiri dapat menyebabkan berbagai kelainan jika kadarnya
berlebihan dalam tubuh. Di tulang ia akan meningkatkan resorpsi calsium dari tulang
sehingga terjadi hiperkalsemia di plasma darah hingga berujung pada hiperkalsiuria.
Di tractus digestivus ia akan menurunkan waktu transit makanan sehingga absorpsi
nutrien menurun dan defekasi meningkat. Hal inilah yang menyebabkan pasien
mengalami penurunan berat badan. Di gonad, ia akan menyebabkan hipomenore
hingga amenore pada wanita dan ginekomastia pada pria. Kemudian di kulit hormon
thyroid akan menyebabkan kulit hangat dan lembut, sekresi keringat meningkat pada
telapak tangan dan ketiak (hiperhidrosis), intoleransi panas, pruritus, urtikaria, dan
hiperpigmentasi kulit. Bahkan pada rambut ia menyebabkan rambut yang menjadi
lebih halus dan rentan, berisiko untuk terjadi allopecia (Jameson & Weetman, 2005).
Penegakan Diagnosis
a. Pemeriksaan klinis
Klinis dengan indeks wayne dan index new castle
1. Indeks Wayne
Gejala yang baru timbul
ada
tidak
Tanda-tanda
ada
tidak
+1
+3
-3
Berdebar-debar
+2
+2
-2
Kelelahan
+2
Eksoftalmos
+2
+1
Gerakan hiperkinetik
+4
+1
-5
+5
Keringat berlebihan
+3
+2
-2
Keguguran
+2
+1
-1
+3
Atrium fibrilasi
+4
-3
-3
<80/menit
+3
-3
80-90/menit
>90/menit
+3
Klinis dianggap ada hipertiroidi bila skor 20 atau lebih. Bila kurang 10,
dianggap tidak ada hipertiroidi klinis dan 10 19 meragukan.
-2
Psychological precipitant
Frequent checking
Increased appetite
Goiter
Thyroid bruit
Exophthalmos
Lid retraction
Hyperkenesia
Pulse rate
Interpretasi :
Meragukan : 24-39
Toksik
: 40-80
Grade
Score
15 24
25 34
35 44
45 55
12
>55
16
Present
-5
Absent
Present
-3
Absent
Present
-3
Absent
Present
Absent
Present
Absent
Present
18
Absent
Present
Absent
Present
Absent
Present
Absent
Present
Absent
>90/menit
16
80 90 /menit
<80/menit
Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Menghindari panas
2) Olahraga teratur
3) Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori
per hari baik dari makanan maupun dari suplemen.
4) Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari
untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.
5) Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar
metabolisme
b. Farmakologi
1) Obat Anti Tiroid
a) Propiltiourasil (PTU)
Propiltiourasil tersedia dalam bentuk tablet 50 mg. biasanya diberikan
dengan dosis 100 mg setiap 8 jam, bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai
600 mg sehari (Wardhini, 2003).
b) Metimazol
Tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg. Dosis dianjurkan 5 mg sampai
10 mg setiap 8 jam (Wardhini, 2003).
c) Karbimazol
Suatu derivate metimazol. Tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg.
Dosis dianjurkan 5 mg sampai 10 mg setiap 8 jam (Wardhini, 2003).
d) Metiltiourasil
Terdapat dalam bentuk tablet 25 mg dan 50 mg. dosisnya sehari 200 mg
terbagi dalam 2 atau 4 dosis (Wardhini, 2003).
Obat anti tiroid ini memiliki efek menghambat sintesis hormone tiroid dan
berefek imunosupresif . PTU juga menghambat konversi T 4 T3. Indikasi nya
pengobatan ini pertama pada Graves. Obat jangka pendek prabedah
(Djokomoeljanto, 2009).
2) Obat golongan penyekat beta
a) Propranolol hidroklorida (80 mg/hari)
Untuk
mengendalikan
manifestasi
klinis
tirotoksikosis
efek yang berarti pada jaringan lain disekitarnya. Efek samping yang menonjol
dari pengobatan yodium radioaktif adalah hipotiroidisme.
Kejadian hipotiroidisme sangat dipengaruhi oleh besarnya dosis. Makin
besar dosis yang diberikan makin cepat dan makintinggi angka kejadian
hipotiroidisme. Oleh karena itu setelah pemberian yodium radioaktif, fungsi
tiroid perlu dipantau selama 3 sampai 6 bulan pertama. Setelah keadaan eutiroid
tercapai fungsitiroid cukup dipantau setiap 6 sampai 12 bulan sekali, yaitu
untuk mendeteksi adanya hipotiroidisme (Wardhini, 2003).
Sumber :
Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. 2008. Hormon Tiroid: Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Djokomoeljanto, R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, Dan Hipertiroidisme:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing
Wardhini dan B. Suharto. 2003. Hormon Tiroid dan Antitiroid: Farmakologi Dan
Terapi. Jakarta: FKUI
Price, S.A. & Wilson, L.M., 2006. Patofisiologi, KonsepKlinisProses-Proses Penyakit
Volume 2, Edisi 6. Jakarta: EGC
American Association for Clinical Chemistry. 2011. Grave Disease; Tests. America: AACC