BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Percobaan
BAB II
DASAR TEORI
2.1
(http://oziadisaputra.wordpress.com/tag/atomic-emition-
spectrometer.html)
2.2
masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm.
Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan
garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yang disebut
dengan garis resonansi. Spektrum atom untuk masing-masing unsur terdiri
atas garis-garis resonansi.(Khopkar,1990).
Pada gambar 1 energi level atom Na dan Mg+, elektron yang
tereksitasi ke tingkat 3p, yang terurai menjadi 2P1/2 dan 2P3/2. Hal ini
bergantung pada total momentum anguler orbital elektron dan total
momentum anguler elektron dan mendasarinya adalah bilangan kuantum
pada elektron terakhir, yang dapat diketahui dari rumus:
2s + 1
c = konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi unsure yang terbakar, semakin besar
pula emisi nyala dan warna juga semakin pekat. Jadi parameter nyala
adalah suatu peralatan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
atom atau unsure yang didasarkan atas pengukuran emisi nyala apabila
unsure tersebut mengalami peristiwa eksitasi.
Fotometer nyala khusus digunakan ntuk menentukan konsentrasi
unsure-unsur yang terdapat dalam golongan Alkali dan Alkali tanah.
Alkali
Alkali tanah
(http://oziadisaputra.wordpress.com/tag/atomic-emition-spectrometer.html)
2.5
Instrumentasi
Diagram optis alat AAS dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
Atomizer
Monokromator
Detektor
D.
E.
Amplifier
Display (Readout)
1. Atomizer
Atomizer adalah alat yang digunakaan untuk mengatomkan senyawa
yang akan dianalisa (sampel). Atomizer terdiri dari sistem pengabut
(nebulizer) dan sistem pembakar (burner), sehingga sistem atomizer ini juga
disebut burner nebulizer system.
a. Nebulizer
Sistem ini berfngsi untuk mengubah larutan menjadi butir-butir
kabut yang berukuran 15-20 m, dengan cara menarik larutan melalui
kapiler dengan penghisap pancaran gas bahan bakar dengan gas oksidan
disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus
kemudian bersama-sama aliran gas bahan bakar masuk ke dalam nyala,
sedang partikel kabut yang besar dialirkan melalui saluran pembuangan.
(Masfufatul H, dkk. 2012)
b. Burner
Merupakan alat dimana campuran gas (bahan bakar dan oksidan)
dinyalakan. Dalam nyala yang bersuhu tinggi itulah terjadi pembentukan
atom-atom analit yang akan diukur. Alat ini terbuat dari logam yang tahan
panas dan tahan korosi. Desain burner harus dapat mencegah masuknya
nyala ke dalam spray chamber. Hal ini disebut blow back dan amat
berbahaya. Burner untuk nyala udara asetilen (suhu 2000 2200 0C)
berlainan dengan untuk nyala nitrous oksida-asetilen (suhu 2900 3000
0
C). Burner harus selalu bersih untuk menjamin kepekaan yang tinggi dan
kedapat ulangan (repeatability) yang baik. Burner head dapat dilihat pada
gambar 3 berikut:
Grating
cahaya, cahaya yang melewati grating berwarna pelangi kemudian cahayacahaya tersebut difokuskan pada focusing mirror menuju exit slit dimana
panjang gelombang dari cahaya tersebut dipilih dengan cara memutar
micrometer secrub pada alat.
3. Detektor
Berfungsi untuk menentukan intensitas radiasi foton dari gas resonansi
yang keluar dari monokromator dan mengubahnya menjadi arus listrik.
Detektor yang paling banyak digunakan adalah photo multifier tube. Terdiri
dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda
yang mampu mengumpulkan elektron. (Sakaria, 2013)
Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan
bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang
mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai
menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk
menambah kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada
instrument utama maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.
( Sumber : http://indahdjumati95.blogspot.com/2013/01/instrumen-instrumenkimia.html)
2.6
Cx
Cx =
Cx = konsentrasi sampel
As = absorbansi larutan standar
Ax = absorbansi sampel
Cs = konsentrasi larutan standar
Rumus diatas hanya dapat digunakan apabila Cs dan Cx mempunyai
konsentrasi yang berdekatan.
b.
Absorbansi
sampel
Y= a+bx
Y=absorbansi x=
konsentrasi a=
intersep b=slope
Gambar
Absorbansi
Konsentrasi sampel
)+(
)vs
Slope (b)
Y = a + bx
Y = absorbansi
X = volume standar
Intersep (a)
10
slope =
intersep =
Cx =
2.7
1.
gangguan
serapan
ini
disebut
serapan
latar
11
garis
serapan
atom
yang
12
diatur
pada
panjang gelombang
garis
unsur yang di
Dengan
C
B
A
matriks
13
dengan
kalsium
fosfat
akan
bereaksi
mudah
kalsium,
bereaksi dengan
sehingga
reaksi
fosfat
antara
dibanding
dengan
refraktori
dapat
dihindarkan. Lalu,
sehingga
atom atom
yang
dianalisa
tidak hanya
teratomisasikan pada keadaan tingkat energi dasar, tetapi atomatom dapat tereksitasi secara termal karena panas atau dapat
terionisasi. Gangguan ini dapar diatasi dengan menambah unsur
atau logam yang berlebihan
yang
14
diatasi
dengan
memilih
parameter
yang
dapat
15
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
AAS Spectra AA-220
Botol Sampel
3.1.2 Bahan yang digunakan
Larutan Standar
Larutan Sampel
Aquades
Analyst
: rifka,evi,ben,ihwan
Comment
:-
16
Sample
:2
Mengklik Ok
Mengklik add methode dan memilih elemen Fe.
Mengklik edit methode dan mengisi form berikut ini :
Type / mode
- Sampling mode
: manual
- Instrument mode
: emission
: Air/asetylene
- Air flow
: 10,00 mL / menit
- Acetylene flow
: 2,00 mL / menit
Measurement
- Meansurement mode
: integration
- Meansurement time
:3s
:5s
- Calibration mode
: concentration
- Replicated standar
:3
- Replicated sampel
:3
Optical
- Lamp position
:1
- Lamp current
:-
- Wave length
: 327,0 nm
- Slit
: 0,2 nm
- Background concentration
: BC off
Standard
Mengisi nilai konsentrasi larutan standar Fe
- Standard 1
: 5,000 mg/L
- Standard 2
: 10,000 mg/L
- Standard 3
: 15,000 mg/L
- Standard 4
: 20,000 mg/L
- Standard 5
: 25,000 mg/L
- Standard 6
: 30,000 mg/L
17
Lalu mengklik Ok
Mengklik label dan mengisi nama sampel berikut ini :
Pada baris satu : Fe 10 ppm 4A
Pada baris dua : Fe 15 ppm 4A
Mengklik analysis, kemudian mengklik ok
Mengklik optimize, akan muncul beberapa kotak yaitu :
Kotak unsur memilih Fe yang diuji, mengklik Ok
Selanjutnya kolom dialog box (WS 5127) pada monitor, mengklik
Ok
Selanjutnya muncul kolom analyst checklist, mengklik Ok
Menyalakan flame dengan menekan tombol hitam pada alat AAS
specta AA-220 dan menahannya hingga nyala api sempurna
Mengecek aliran selang buntu atau tidak dengan perbedaan
bunyi,selang tercelup kedalam aquadest dengan tidak tercelup
Mengklik emission set up,
Muncul kotak present top standard Selanjutnya memasukkan selang
pada botol yang memiliki standar tertinggi, kemudian menunggu
sampai indicator cahaya naik, lalu memindahkan selang kedalam
aquads
dan
mengklik
instrumen
zero.
Kemudian
selang
18
19
Analyst
: rifka,evy,ben,ihwan
Comment
:-
Sample
:1
Mengklik Ok
Mengklik add methode dan memilih elemen Na.
Mengklik edit methode dan mengisi form berikut ini :
Type / mode
- Sampling mode
: manual
- Instrument mode
: emission
: Air/asetylena
- N2O flow
: 10,00 L / menit
- Acetylene flow
: 2,00 L / menit
Measurement
- Meansurement mode
: integration
- Meansurement time
:3s
:5s
- Calibration mode
: concentration
- Replicate standard
:3
- Replicate sample
:3
Optical
- Lamp position
:-
- Lamp current
:-
- Wave length
: 589 nm
- Slit
: 0,2 nm
- Background concentration
: BC off
20
emission
set
up,
timbul
kotak
present
top
: 250 nm/mm
21
22
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1
Data Pengamatan
Pada analisa kualitatif, diperoleh kemungkinan unsur-unsur yang
terkandung dalam sampel ialah sebagai berikut:
Tabel 1 Data unsur pada analisa Kualitatif AES
NO.
( nm )
Intensitas
Kemungkinan Unsur
770.2
1000 P
766.9
1000 P
589.8
500 P
Na
589.2
1000 P
Na
819.8
110 P
Na
818.8
60 P
Na
671.0
70 P
Na
422.8
30 P
Ar
330.3
8P
Na
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan,dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada analisa kuantitatif, terjadi kesalahan sehingga tidak diperoleh
konsntrasi sampel. Sampel 1 (Fe 10 ppm 4A) dan sampel 2 (Fe 15 ppm
4A) adalah UNCAL
2. Pada analisa kualitatif, kemungkinan unsure yang terkandung dalam
sampel adalah K, Na, dan Ar.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anshori JA. 2005. Spektrometri Serapan Atom. Pelatihan Instrumentasi Analisa
Kimia. Universitas Padjajaran
Aris S, dkk. 2011. Makalah Spektrometri Serapan Atom. Banjarmasin: Jurusan
Analisis Kesehatan. Politeknik Kesehatan KEMENKES Banjarmasin.
http://apriliasakari.blogspot.com/2013/10/makalah-kimia-spektrofotometerserapan.html. Diakses pada tanggal 14-01-2014
http://duniainikecil.wordpress.com/2010/10/20/makalah-spektroskopi-serapanatom/. Diakses pada tanggal 9-01-2014
http://dykuza.wordpress.com/category/sains/instrumentasi-kimia/. Diakses pada
tanggal 9-01-2014
http://indahdjumati95.blogspot.com/2013/01/instrumen-instrumen-kimia.html
Diakses pada tanggal 9-01-2014
http://oziadisaputra.wordpress.com/tag/atomic-emition-spectrometer.html.
Diakses pada tanggal 23-01-2014
http://tonimpa.wordpress.com/2013/04/25/makalahatomicabsorptionspectroscopyaas/.
http://www_azwestern_edu-chemnasa-AASprimer-web.html
Diakses
pada
tanggal 4-01-2014
http://www.chemistry.nmsu.edu/Instrumentation/AAS_HCL.html Diakses pada
tanggal 9-01-2014
Khopkar S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press
Masfufatul H, Novi N, Vega I.Z. 2012. Penentuan Kadar Tembaga pada Sampel
Air Limbah Menggunakan Spektrometer Serapan Atom (SSA). Bandung:
25
26
27
28