Anda di halaman 1dari 24

BAB I

DASAR-DASAR KEFARMASIAN
Standar Kompetensi
Memahami dasar-dasar kefarmasian

Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan ruang lingkup kefarnasian
2. Menjelaskan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
3. Menjelaskan Undang-Undang Narkotika, Undang-Undang
Psikotropika , dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Materi Pembelajaran
A. Dasar-Dasar Kefarmasian
1. Sejarah Kefarmasian
2. Hierarki Perundang-undangan
3. Pekerjaan Kefarmasian
B. Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
1. Ketentuan Umum
2. Pengamanan dan Pengunaan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional
4. Pengamanan Makanan dan Miknuman
5. Pengamanan Zat Adiktif
C. Undang-Undang Narkotika, Undang-Undang Psikotropika ,
dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
1. Narkotika
2. Psikotropika
3. Perlindungan Konsumen

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu:
1. Memahami sejarah kefarmasian
2. Menjelaskan hierarki undang-undang kefarmasian
3. Menjelaskan mengenai pekerjaan kefarmasian
4. Memahami ketentuan umum Undang-Undang Kesehatan No.36
Tahun 2009
5. Memahami dan menjelaskan pengamanan dan penggunaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Memahami pelayanan kesehatan tradisional
7. Memahami pengamanan makanan, minuman dan zat adiktif
8. Memahami peraturan perundang-undangan narkotika
9. Memahami peraturan perundang-undangan psikotropika
10.Memahami peraturan perundang-undangan perlindungan
konsumen
A. Dasar-Dasar Kefarmasian
Kata farmasi dari bahasa Yunani pharmacon artinya :
Cantik atau elok.
Berubah menjadi racun, selanjutnya menjadi obat atau bahan obat .
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang
sesuai,untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan
pencegahan penyakit.
Farmasi mencakup pengetahuan mengenai :
identifikasi, pemilahan (selection), kerja farmakologi, pengawetan ,
penggabungan , analisis , dan pembakuan obat dan sediaan obat
(medicine)
Pengetahuan kefarmasian juga mencakup :
Penyaluran dan penggunan obat yang sesuai dan aman,baik melalui
resep (prescription) dokter berizin,dokter gigi.dan dokter hewan,
maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan
atau menjual langsung kepada pemakai.

Ditinjau dari objek materinya ,farmasi memiliki kerangka dasar :


Ilmu-ilmu alam, kimia, biologi, fisika dan matematika.
Ditinjau dari objek formalnya ,ilmu farmasi merupakan bagian ruang
lingkup dari ilmu-ilmu kesehatan.

Ilmu farmasi pada perkembangan selanjutanya mengadopsi tidak


hanya ilmu kimia,biologi . fisika dan matematika, tetapi juga ilmuilmu terapan , seperti pertanian, teknik, ilmu kesehatan , bahkan
behavior science.
Secara umum farmasi terdiri dari :
farmasi teoritis dan
farmasi praktis.
Farmasi teoritis dibangun oleh beberapa cabang ilmu pengetahuan ,
yang secara garis besar terdiri dari :
farmasi fisika
kimia farmasi
farmasetika dan
farmasi sosial.

Farmasi praktis terdiri dari dua bagian besar ,yakni :


Farmasi industri dan
Farmasi pelayanan

1. Sejarah Kefarmasian
Sejak tahun 1240 ,bidang farmasi dipisahkan secara resmi dari
bidang kedokteran dengan dikeluarkannya dekrit oleh Raja Jerman
Frederick II.
Pemisahan antara dokter
pengobatan modern yang
berlaku di berbagai negara
dan apoteker menyiapkan
pasien.

dan apoteker merupakan konsep


berlaku saat ini sebagaimana yang
di dunia, yakni dokter menulis resep
obat serta menyerahkannya kepada

Dekrit yang kemudian dinamakan Magna Charta dalam bidang


farmasi itu juga yang mewajibkan seorang farmasis melalui
pengucapan sumpah untuk menghasilkan obat yang dapat
diandalkan sesuai ketrampilan dan seni meracik, dalam kualitas
yang sesuai dan seragam.
Dektrit kefarmasian ini dikembangkan sampai saat ini dalam
bentuk kode etik apoteker dan sumpah apoteker.
Undang-undang no. 12 tahun 2011 memgatur tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan . Beberapa istilah
penting dalam undang-undang ini antara lain :
3

Pembentukan peraturan perundang-undangan


adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang
mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan , dan pengundangan.
Peraturan perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang memuat hukum yang mengikat
secara umum dan dientuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
Pengundangan
adalah penempatan peraturan perundang-undangan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita
Negara
Republik Indonesia,Lembaran Daerah, Tambahan
Lembaran Daerah, atau Berita Daerah,

2. Hierarki Perundang-undangan
Hierarki adalah penjenjangan setiap jenis peraturan perundangundangan yang didasarkan pada asas bahwa peraturan perundangundangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
(Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2011).
Karena itu , Hierarki tidak dapat ditukar tempat dan juga karena
telah disusun berdasarkan tinggi rendahnya badan pembuatnya.
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia menurut Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
2. Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat
3. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undangundang
Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan
bersama Presiden
Peraturan pemerintah pengganti undang-undang adalah
peraturan perundang-undangan yangh ditetapkan Presiden
dalam hal kegentingan yang memaksa.

4. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan undangundang sebagaimana mestinya
5. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan
6. Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan Daerah Provinsi adalah peraturan perundangundangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubenur
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan perundangundangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota
dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota.

3. Pekerjaan Kefarmasian
Peraturan yang khusus mengatur tentang pekerjaan kefarmasian
adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yan petunjuk teknis
pelaksanaannya tertuang dalam Permenkes No.889 Tahun 2011.
Dalam peraturan tersebut , terdapat definisi sebagai berikut :

a. Pekerjaan kefarmasian
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian
mutu
sediaan
farmasi,
pengamanan,
pengadaan,pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter,pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat, dan obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

b. Tenaga Kefarmasian
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian , yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian

c. Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker

d. Tenaga teknis kefarmasian


Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu
apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang
terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi,
dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi.
Surat tanda registrasi berupa Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) bagi Apoteker dan
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
(STRTTK) bagi tenaga teknis kefarmasian.
STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri.
Menteri mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi
Nasional (KFN) dan STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi
STRA dan STRTTK berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka 5 tahun apabila yang bersangkutan
memenuhi syarat.
Apoteker yang telah memiliki STRA dan Tenaga Teknis
Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK harus melakukan
pekerjaan kefarmasian sesuai dengan pendidikan dan kompetensi
yang dimiliki.

Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK


mempunyai wewenang untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
dibawah bimbingan dan pengawasan Apoteker yang telah
memiliki STRA sesuai dengan pendidikan dan ketrampilan
yang dimiliki.
.
Setiap tenaga kefarmasian yang melaksanakan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat
tenaga kefarmasian bekerja.
Surat Izin Kerja dapat berupa :

a. SIPA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di


fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek, puskesmas atau
instalasi farmasi rumah sakit).
b. SIPA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas pelayanan
kefarmasian sebagai
apoteker
pendamping.
c. SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas pelayanan kefarmasian di luar apotek dan instalasi
farmasi rumah sakit (fasilitas produksi dan fasilitas distribusi
atau penyaluran )
d. SIKTTK bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
Surat izin tersebut dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yangb berwenang di
kabupaten/kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.

Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian


Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi :
a. Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi
b. Pekerjaan kefarmasian dalam produksi sediaan farmasi
c. Pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi
d. Pekerjaan kefarmasian dalam pelayanan sediaan farmasi
Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi
Pengadaan sediaan farmasi dilakukan pada fasilitas produksi, fasilitas distribusi
atau penyaluran , dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi.
Pengadaan sediaan farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat , dan
khasiat sediaan farmasi.
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
Pekerjaan kefarmasian dalam produksi sediaan farmasi harus memiliki apoteker
penanggung jawab.
Apoteker penanggung jawab dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau
tenaga teknis kefarmasian.
Industri farmasi harus memiliki 3 orang apoteker penanggung jawab masingmasing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap
produksi.
Industri obat tradisional dan pabrik kosmetik harus memiliki sekurang-kurangnya
1 orang apoteker sebagai penanggung jawab.
Pekerjaan kefarmasian dalam produksi sedian farmasi harus memenuhi ketentuan
cara pembuatan yang baik yang ditetapkan oleh Mentri.
Industri Farmasi

Ketentuan mengenai industri farmasi diatur dalam Peraturan Mentri Kesehatan


Republik Indonesia No. 1799 /Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi.
Beberapa istilah penting yang terdapat dalam ketentuan umum peraturan tersebut,
antara lain:
Obat
Adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia.
Bahan Obat
Adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan
dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
Industri Farmasi
Adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Farmakovigilans
Adalah seluruh kegiatan tentang pendeteksian , penilaian (assessment),
pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan
penggunaan obat.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Yang selanjutnya disebut Kepala Badan , adalah Kepala Badan yang tugas dan
tanggiung jawabnya di bidang pengawsaan obat dan makanan.
Direktur Jendral
Adalah direktur jendral pada Kementrian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
Mentri Kesehatan
Adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jendral.
Industri farmasi yang membuat obat dab/atau bahan obat yang termasuk dalam
golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi narkotika
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang
Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi antara lain:
a. Berbadan usaha berupa Perseroan Terbatas
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

d. Memiliki minimal 3 orang Apoteker Warga Negara Indonesia


secaratetap ,masing-masing sebagai penangung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung ,dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
farmasi dan
f. Persyaratan pada poin a dan poin b dikecualikan bagi pemohon industri
farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Industri Farmasi mempunyai fungsi :
a. Pembuatan obat dan/atau bahan obat
b. Pendidikan dan pelatihan, dan
c. Penelitian dan Pengembangan
Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh industri farmasi antara lain :
a. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB
b. Industri Farmasi wajib melakukan farmakovigilans . Apabila dalam
melakukan farmakovigilans industri farmasi menemukan obat dan/atau
bahan obat hasil produksinya tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan
keamanan , khasiat/kemanfaatan, dan mutu, industri farmasi wajib
melaporan hal tersebut kepada Kepala Badan.
c. Pembuatana sediaan radio farmaka hanya dapat dilakukan oleh industri
farmasi dan/atau lembaga setelah mendapat pertimbangan dari lembaga
yang berwenang di bidang atom,dengan harus memenuhi
persyaratan
CPOB.
Industri Farmasi yang menghasilkan obat dapat mendistribusikan atau
menyalurkan hasil produksinya langsung kepada Pedagang Besar Farmasi,
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit , Pusat Kesehatan Masyarakat ,Klinik dan
Toko Obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Industri Farmasi yang menghasilkan bahan obat dapat mendistribusikan atau
menyalurkan hasil produksinya langsung kepada Pedagang Besar BahaN Baku
Farmasi dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Industri Farmasi wajib menyampaikan laporan industri farmasi secara berkala
mengenai kegiatan usahanya 6 bulan sekali, meliputi jumlah dan nilai produksi
setiap obat yang dihasilkan, dan satu tahun sekali, yaitu laporan tahunan produksi
dan pemasaran.
Laporan Industri Farmasi disampaikan kepada Direktur Jendral dengan tembusan
kepada Kepala Badan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan tentang Industri Farmasi dapat
dikenakan sanksi admistrasi berupa :
Peringatan secara tertulis

Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk


penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau
bahan obat yang tidak memenuhi standard dan persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan , atau mutu
Perintah pemusnakan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/keamanan ,atau mutu
Penghentian kegiatan sementara
Pembekuan izin industri farmasi
atau
Pencabutan izin industri farmasi

Industri Obat Tradisional


Ketentuan mengenai Industri Obat Tradisional diatur dalam Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha
Obat Tradisional.
Dalam Peraturan Mentri ini, tercantum beberapa pengertian penting antara lain:
Obat Tradisional
Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan,bahan mineral ,sedian sarian (galenik) , atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Industri Obat Tradisional
Yang selanjutnya disebut IOT, adalah industri yang membuat semua bentuk
sediaan obat tradisional.
Industri Ekstrak Bahan Alam
Yang selanjutnya disebut IEBA, adalah industry yang khusus membuat sediaan
dalam bentuk ekstrak sebgai produk akhir.
Usaha Kecil Obat Tradisional
Yang selanjutnya disebut UKOT, adalah usaha yang membuat semua bentuk obat
tradisional ,kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen.
Usaha Mikro Obat Tradisional
Yang selanjutnya disebut UMOT, adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat
tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar , dan rajangan
Usaha Jamu Racikan
Adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki
perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar
obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen.
Usaha Jamu Gendong

10

Adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat
tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan
langsung kepada konsumen
Menteri
Adalah mentri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Direktur Jendral
Adalah direktur jendral pada Kementrian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Yang selanjutnya disebut Kepala Badan ,adalah Kepala Badan
tanggung jawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan.

yang tugas dan

Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan


Yang selanjutnya disebut Kepala Balai, adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Industri Kosmetik
Dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Disebutkan bahwa Industri Obat Tradisional dan pabrik kosmetik harus memiliki
sekurang-kurangnya 1 orang Apoteker sebagai Penanggung Jawab.
Tugasnya adalah sebagai tenaga kefarmasian untuk menjankan tugas dan fungsi
produksi dan pengawasan mutu.
Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi

11

Kelompok
I.

Pembagian Kelompok
Nama Kelompok Nama Siswa
PEO (Pedagang
Dera Gama
Eceran Obat)
Desi Sriyuniar
Elvin Aditya
Hermina

Jabatan
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota

II.

IOT (Industri
Obat Tradisional)

M.Jeni Muslim
Muna Adillah
Nova Warisman
Indri Prastiwi

Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota

III.

PBF (Pedagang
Besar Farmasi)

Panji Akbar
Pipit Novitasari
Rinrin Nuryadi
Novita rahayu

Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota

IV.

Apotek Rakyat

Rohmat Hidayat
Sinta Tabroni
Siti Debie
Gunawan
Suci Yulia
Agustin

Ketua
Sekretaris
Anggota

Cianur, 24 Januari 2014

12

Anggota

Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


Ketentuan Umum
Beberapa istilah yang perlu diketahui dari UU Nomor 36 tahun 2009 adalah
sebagai berikut :
Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik,mental, spiritual,maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sumber daya di bidang kesehatan
adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekan kesehatan, sediaan farmasi, dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
,pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Perbekalan kesehatan
adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
Sediaan farmasi
adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.
Alat kesehatan
adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan
adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan , baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah ,pemerintah daerah ,dan/atau masyarakat.
Obat
adalah bahan atau paduan bahan , termasukproduk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan , peningkatan
kesehatan , dan kontrasepsi untuk manusia.

13

Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bhan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun -temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat ditrerapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Teknologi kesehatan
adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk membantu
melakukan diagnosis, pencegahan, dan penanganan permsalahan kesehatan
manusia.
Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu ,terintegrasi, dan berlesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam benetuk pencegahan penyakit,peningkatan
kesehatan
,pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerntah
dan/atau masyarakat.
Pelayanan kesehatan tradisional
adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun-temurun secara empiris yang
dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berazaskan :
- perikemanusiaan
- keseimbangan
- manfaat
- pelindungan
- penghormatan terhadap hak dan kewajiban
- keadilan
- jenis kelamin yang nondiskriminatif dan
- norma-norma agama
Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya ,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan :
- promotif
- preventif
- kuratif dan
- rehabilitatif

14

yang dilaksanakan secara :


- terpadu
- menyeluruh dan
- berkesinambungan
Dalam bidang farmasi dan makanan, penyelenggaraan
upaya kesehatan
dilaksanakan melalui kegiatan berikut :
a. Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
b. Pelayanan kesehatan tradisional
c. Pengamanan makanan dan minuman
d. Pengamanan zat adiktif
Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Tradisional
Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi
a. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan
b. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunaan ramuan
Pengamanan Makanan dan Minuman
Pengamanan Zat Adiktif

Undang-Undang Narkotika, Undang-Undang Psikotropika , dan


Undang-Undang Perlindungan Konsumen

15

Narkotika UU No.35 Tahun 2009


a. Penyesuaian
Definisi Narkotika
Adalah zat atau obat yang berasal tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semisintesis , yang dapat menyebabkan penurunan atau
pengurangan kesadaran,hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangnya rasa nyeri,dan dapat menimbulkan ketergantungan.
b. Penggolongan
Narkotika dibagi tiga golongan yaitu ;
Golongan I,
Terdiri dari 65 macamn
Antara lain :
Tanaman Papaver somniferum L. dan semua bagian-bagiannya termasuk
buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
Opium mentah, yaiut getah yang membeku sendiri , diperoleh dari buah
tanaman Papaver somniferum L yang hanya mengalami pengolahan
sederhana untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan
kadar morfinnya.
Opium masak, yaitu terdiri dari :
Candu
Jicing
Jicingko
Tanaman Coca, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk
serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui
perubahan kimia.
Kokain mentah
Kokaina
Tanaman ganja, semua tanaman genus Canabis dan semua bagian dari
tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja , atau
bagian
tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
Tetrahydrocannabinol dan semua isomer serta semua bentuk
stereokimianya.
Amfetamina
Heroina
Opium obat
Tiofentanil
Golongan II
Terdiri dari 86 macamn
Contoh :
Alfasetilmetadol
Alfameprodina
16

Alfametadol
Alfaprodina
Alfentanil
Allilprodina
Anileridina
Asetilmetadol
Benzetidin
Benzilmorfina
Betameprodina
Betametadol
Betaprodina
Betasetikmetadol
Benzi?tramida
Dekstromoramida
Diampromida
Difenoksilat
Difenoksin
Dihidromorfina
Fentanil
Metadona
Morfina
Petidina
Sufentanil
Tebaina
Golongan III
Terdiri dari 14 macamn
Yaitu :

1. Asetildihidrokodeina
2. Dekstropropoksifena
3. Dihidrokodeina
4. Etilmorfina
5. Kodeina
6. Nikodikodina
7. Nikokodina
8. Norkodeina
9. Polkodina
10.Propiram
11.Buprenorfina
12.Garam-garam dari narkotika dalam golongan tersebut di
atas.
13.Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan
narkotika

17

14.Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain


bukan narkotika

Narkotika Golongan I
Dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali
dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.


Dalam jumlah terbatas , dapat digunakan untuk :
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
reagensia diagnostik
reagensia laboratorium
setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Sebagai reagensia
diagnostik secara terbatas dipergunakan untuk
mendeteksi suatu zat/bahan/benda yang digunakan seseorang apakah
termasuk narkotik atau bukan.
Potensi Ketergantungan Narkotika Golongan I sangat tinggi.
Sebagai reagensia laboratorium secara terbatas dipergunakan untuk
mendeteksi suatu zat/bahan/benda yang disita atau ditentukan oleh
penyidik apakah termasuk narkotik atau bukan.

Narkotika Golongan II dan Golongan III yang berupa :


bahan baku, baik alamai atau sintesis, yang digunakan untuk produksi obat
diatur dengan Peraturan Mentri.
Narkotika Golongan II
adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.

c. Prekursor

18

adalah zat atau bahan dasar atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika.
Tabel 1
No. Nama Prekursor Narkotika
1.
Acetic anhydride
2.
N-Acetylanthranilic acid
3.
Ephedrine
4.
Ergometrine
5.
Ergotamine
6.
Isosafrole
7.
Lysergic acid
8.
3,4-Methylenedioxyphenyl-2propane
9.
Norephedrine
10. 1-Phneyl-2-propanon
11. Piperonal
12. Potassium permanganat
13. Pseudoephedrine
14. Safrole

Tabel 2
No. Nama Prekursor Narkotika
1.
Acetone
2.
Anthranilic acid
3.
Ethyl ether
4.
Hydrochloric acid
5.
Methyl ethyl ketone
6.
Phenylacetic acid
7.
Piperidine
8.
Sulphuric acid
9.
Toluene

Prekursor Farmasi ada 25 jenis :


No. Nama Prekursor Farmasi

19

Keterangan

Keterangan

d.
e.
f.
g.
h.
i.

Pengadaan
Penyaluran
Penyerahan
Penyimpanan
Pemusnahan
Pelaporan

Psikotropika
a. Penyesuaian
b. Penggolongan
c. Prekursor
d. Pengadaan
e. Peredaran
f. Penyimpanan dan pemusnahan
g. Pelaporan
Perlindungan Konsumen
a. Ketentuan umum
b. Azas dan tujuan
c. Perlindungan konsumen di bidang kesehatan
d. Perlindungan pasiean
e. Peredaran

20

ULANGAN HARIAN
Nama
Kelas
Hari/Tanggal
Mata Pelajaran

:
:
:
: Undang-undang Kesehatan

Pilihlah satu jawaban yang paling benar !


1. Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib mencantumkan
nama produk (a) daftar bahan (b)
berat bersih atau isi bersih (c)
tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa (d)
semuanya benar (e)
2. Tempat-tempat di bawah ini adalah kawasan tanpa rokok
fasilitas pelayanan kesehatan (a)
tempat proses belajar mengajar (b)
tempat anak bermain/ibadah
angkutan umum,tempat kerja (d)
semuanya benar (e)
3. Di bawah ini adalah syarat sediaan farmasi berupa obat,
sudah mendapat izin edar (a) memenuhi syarat Farmakope Indonesia (b)
aman, berkhasiat/bermanfaat (c) bermutu dan terjangkau (d)
semuanya benar (e)
4. Sediaan farmasi menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 adalah
obat (a)
bahan obat (b)
obat tradisional (c)
kosmetika (d)
alat kesehatan (e)
5. Zat atau bahan senyawa pirolidin yang dikenal sebagai nikotin terdapat dalam
tanaman
Nicotiana tabacum (a)
Nicotiana officinale (b)
Curcuma domestica (c)
Languas galanga (d)
Curcuma xanthorrhiza (e)
6. Di bawah ini adalah persyaratan kadar kandungan nikotin dan tar per batang rokok , yaitu.
15 mg dan 2 mg (a) 1,5 mg dan 2 mg (b)
150 mg dan 200 mg (c)
15 mg dan 20 mg (d)
150 mg dan 20 mg (e)
7. Senyawa polinuklir hidrokarbon yang bersifat karsinogenik adalah..
Nikotin (a)
Tar (b)
Karbon (c)
Oksidasi (d)
Reduksi (e)
8. Menerima dan menolak pengobatan adalah hak masyarakat dalam rangka..
Pelayanan kesehatan (a)
Peningkatan kesehatan (b)
Perlindungan pasien
Keselamatan pasein (d)
Perlindungan dokter (e)
9. Lembaga nonpemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan
menangani perlindungan komsumen adalah definisi dari.
a. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
b. Badan penyelesaian sengketa konsumen
c. Badan Perlindungan konsumen nasional
d. Pelaku usaha e. semua salah
10. Pelaku usaha dilarang menawarkan , mempromosikan,atau mengiklankan obat, obat tradisional ,
suplemen makanan, alat alat kesehatan , dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan
pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain. adalah bunyi dari .
a. pasal 13 ayat 2 Undang- Undang No. 9 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
b. pasal 13 ayat 2 Undang- Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Komsumen
c. pasal 13 ayat 2 Undang- Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
d. pasal 13 ayat 2 Undang- Undang No. 5 Tahun 2009 Tentang Psikotropika
e. pasal 13 ayat 2 Undang- Undang Dasar 1945 Tentang Perlindungan Konsumen
Jawaban
1
2

Nilai :

21

10

ULANGAN HARIAN
Nama
Kelas
Hari/Tanggal
Mata Pelajaran

:
:
:
: Undang-undang Kesehatan

Isilah titik di bawah ini dengan singkat dan jelas !


1. Xanax, lexotan dan dan dumolid termasuk golongan obat
..
2. Narkotika diimpor oleh PT
3. Narkotika
yang hanya bisa digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan adalah narkotika golongan ..
4. Pelaporan psikotropika dilakukan setiap.
.
5. Zat atau bahan dasar atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan narkotika /psikotropika adalah definisi dari
narkotika /psikotropika.
6. Semprit suntik (siringe), pipa pemadatan , ..dan anhidrida
asam asetat adalah alat dan bahan yang peredarannya di bawah
pengawasan pemerintah.
7. Pemusnahan narkotka yang telah rusak di apotek harus disaksikan oleh
petugas ..
8. Potassium permanganat dan acetone termasuk precursor .
9.

Petidina
termasuk
golongam

narkotika

psikotropika

10. Amobarbital dan pentobarbital termasuk psikotropika golongam.


11. Apotik yang memerlukan narkotika dapat dipesan ke PBF PT...

Nilai :
Benar/11 x 100 =

Pemeriksa,

No. HP

22

BAB II
PENGGOLONGAN OBAT
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran

BAB III
PENGGOLONGAN PKRT DAN ALAT
KESEHATAN
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran

BAB IV
CPOB,CPKB , DAN CPOTB
Standar Kompetensi
1. Memahami CPOB,CPKB dan CPOTB
2. Memahami dasar-dasar kefarmasian

Kompetensi Dasar
1.
2.
3.
4.
5.

Menjelaskan ketentuan CPOB


Menjelaskan ketentuan CPKB
Menjelaskan ketentuan CPOTB
Menjelaskan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Menjelaskan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB)

23

Materi Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran

24

Anda mungkin juga menyukai