Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH REKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI

LOGAM TANAH JARANG


POTENSI SUMBER DAYA DAN INDUSTRI
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Dosen : Yeremia Ronald, ST., M.Sc

Disusun oleh :
Sandhi Fardiansyah

(DBD 112 130)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karuniaNya penyusun masih diberi kesehatan jasmani dan rohani. Sehingga
Penyusunan Makalah Rekayasa Bahan Galian Industri dengan judul Logam
Tanah Jarang Potensi Sumber Daya dan Industri di Kalimantan Tengah dapat
berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
Dalam makalah ini dijelaskan tentang tahapan eksploitasi tambang bawah
tanah, metode tambang bawah tanah, pengendalian bahaya dan resiko, regulasi
dan dasar hukum. Kemudian tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pengajar materi Rekayasa Bahan Galian Industri, Ayah dan ibu
yang telah memberi dorongan serta nasihat, Saran dari teman-teman, dan akhirnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,
penyusun mengucapkan terima kasih.
Penyusun berharap dengan adanya Makalah Rekayasa Bahan Galian
Industri dengan judul Logam Tanah Jarang Potensi Sumber Daya dan Industri di
Kalimantan Tengah dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan bagi
semua pihak yang membaca umumnya.
Penyusun telah berupaya dengan optimal dalam penyusunan makalah, tetapi
penyusun yakin dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Masukan
serta kritikan dan saran yang membangun akan penyusun tunggu.

Palangka Raya, 04 November 2014

Penyusun

i
2

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan ..............................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................3
2.1. Sejarah Logam Tanah Jarang ..........................................................3
2.2.

Karakteristik Logam Tanah Jarang ..................................................3

2.3.

Proses Terjadinya Logam Tanah Jarang ..........................................4

2.4.

Sumber Daya Dunia Logam Tanah Jarang ......................................5

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................7


3.1.

Persiapan .........................................................................................7

3.2.

Pengumpulan Data ...........................................................................7

BAB IV HASIL DAN KESIMPULAN .................................................................8


4.1.

Keterdapatan logam tanah jarang di Indonesia ................................8

4.2.

Lokasi Penelitian ..............................................................................9

4.3.

Potensi Logam Tanah Jarang Daerah Pujon ....................................9

4.4.

Pemisahan Logam Tanah Jarang RE dari U dan Th menggunakan


Reagen NaOH .................................................................................10

BAB V KESIMPULAN .......................................................................................13


5.1.

Kesimpulan ....................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Pengolahan Monasite Secara Basah ...................................................12

4
iii

DAFTAR TABEL
Gambar 4.1 Hasil Analisa Logam Tanah Jarang ...................................................10
Gambar 4.1 Klasifikasi Unsur Logam Tanah Jarang .............................................10

iv

ABSTRACT
The occurence of rare earth elements which occur in minerals such as zircon,
monazite and xenotime, in Indonesia are very scarce. Zircon as accessory
mineral can be found in alluvial gold and tin deposits, while monazite and
xenotime occur as accessory minerals in alluvial tin deposit. The existence of
minerals containing that of rare earth elements as accessory minerals, in
mining and processing of gold or tin will be carried away so that these
minerals will be as by product.

Utililization of rare earth metals triggering off the development of technology


of new materials. Many of these material development are applied in industry
to intensity product quality. Position of the rare earth elements in the future
which increasingly strategic needs to be attempted to be able to be developed
continuously remembering that Indonesia has potensial resources to be
endeavored.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Unsur tanah jarang sesuai namanya merupakan unsur yang sangat
langka atau keterdapatannya sangat sedikit, di alam berupa senyawa
kompleks, umumnya senyawa kompleks fosfat dan karbonat. Seiring dengan
perkembangan teknologi pengolahan material, unsur tanah jarang semakin
dibutuhkan, dan umumnya pada industri teknologi tinggi.
Di Indonesia mineral mengandung unsur tanah jarang terdapat sebagai
mineral ikutan pada komoditas utama terutama emas dan timah aluvial yang
mempunyai peluang untuk

diusahakan sebagai produk sampingan yang

dapat memberikan nilai tambah

dari seluruh potensi bahan galian.

Potensi endapan emas aluvial tersebut relatif melimpah dapat dijumpai


tersebar di sebagian pulau-pulau besar di Indonesia.
Penggunaan logam tanah jarang sangat luas dan erat kaitannya dengan
produk industri teknologi tinggi, seperti industri komputer, telekomunikasi,
nuklir, dan ruang angkasa. Di masa mendatang diperkirakan penggunaan
tanah jarang akan meluas,

terutama

unsur

tanah

jarang

tunggal,

seperti neodymium, samarium, europium, gadolinium, dan yttrium.


Potensi besar yang dapat dihasilkan dari komoditas unsur/logam tanah
jarang khususnya dalam jangka panjang dimana teknologi terus berkembang
pesat, memerlukan ketersediaan bahan tersebut. Peluang jangka panjang dan
untuk

pemenuhan bahan

dikembangkan di

Indonesia,

industri

teknologi tinggi yang

akan

maka produk sampingan berupa mineral-

mineral mengandung logam/unsur tanah jarang tersebut dapat dialokasikan


untuk pemenuhan kebutuhan nasional,

yang

disimpan

untuk

alternatif penggunaan pada masa yang akan datang pada industri strategis di
dalam negeri.

71

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana keberadaan logam tanah jarang di muka bumi ?
2. Berapa potensi logam tanah jarang di wilayah Kalimantan Tengah ?
3. Bagaimana industri pengolahan logam tanah jarang di Kalimantan
Tengah?
4. Bagaimana pemanfaatan logam tanah jarang bagi kehidupan ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui keberadaan logam tanah jarang di muka bumi.
2. Untuk mengetahui potensi sumber daya logam tanah jarang di Kalimantan
Tengah.
3. Untuk mengetahui prosen pengolahan logam tanah jarang di Kalimantan
Tengah.
4. Untuk mengatahui pemanfaatan dari logam tanah jarang itu sendiri.

82

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah logam tanah jarang


Kelompok unsur logam tanah jarang pertama kali ditemukan pada
tahun 1787 oleh seorang letnan angkatan bersenjata Swedia bernama Karl
Axel Arrhenius, yang mengumpulkan mineral ytteribite dari tambang
feldspar dan kuarsa di dekat Desa Ytterby, Swedia. Mineral tersebut berhasil
dipisahkan oleh J. Gadoli pada tahun 1794. Tahun 1804 Klaproth dan timnya
menemukan ceria yang merupakan bentuk oksida dari cerium. Tahun 1828,
Belzerius menemukan thoria dari mineral thorit. Tahun 1842 Mosander
memisahkan senyawa bernama yttria menjadi tiga macam unsur melalui
pengendapan fraksional menggunakan asam oksalat dan hidroksida, unsurunsur tersebut yttria, terbia, dan erbia.

Pada tahun 1878 Boisbaudran menemukan samarium. Tahun 1885,


Welsbach memisahkan praseodymium dan neodymium yang terdapat pada
samarium. Boisbaudran tahun 1886 mendapatkan gadolinium dari mineral
ytterbia yang diperoleh J.C.G de Marignac tahun 1880. Ytterbia yang
diperoleh Marignac, pada tahun 1907 mampu dipisahkan oleh L de
Boisbaudran menjadi neoytterium dan lutecium. P.T. Cleve memisahkan tiga
unsur dari erbia dan terbia yang dimiliki Marignac, diperoleh erbium,
holminium dan thalium, sementara L de Boisbaudran memperoleh unsur
lain dinamai dysporsia (http://minerals.usgs.gov.)

2.2 Karakteristik logam tanah jarang


Unsur tanah jarang (UTJ) adalah nama yang diberikan kepada
kelompok lantanida, yang merupakan logam transisi dari Grup 111B pada
Tabel Periodik. Kelompok lantanida terdiri atas 15 unsur, yaitu mulai dari
lantanum (nomor atom 57) hingga lutetium (nomor atom 71), serta
termasuk tiga unsur tambahannya yaitu yttrium, thorium dan. Pemasukan
yttrium, torium dan skandium ke dalam golongan unsur tanah jarang dengan

93

pertimbangan kesamaan sifat. Unsur tanah jarang mempunyai sifat reaktif


tinggi terhadap air dan oksigen, bentuk senyawa stabil dalam kondisi oksida,
titik leleh relatif tinggi, serta sebagai bahan penghantar panas yang tinggi.
Berdasarkan variasi radius ion dan susunan elektron, unsur tanah jarang
diklasifikasikan ke dalam dua subkelompok, yaitu :
Unsur tanah jarang ringan, atau subkelompok cerium yang meliputi
lanthanum hingga europium
Unsur tanah jarang berat, atau subkelompok yttrium yang meliputi
gadolinium hingga lutetium dan yttrium.
Logam tanah jarang (LTJ) tidak ditemukan di bumi sebagai unsur
bebas melainkan paduan berbentuk senyawa kompleks. Sehingga untuk
pemanfaatannya, logam tanah jarang harus dipisahkan terlebih dahulu dari
senyawa kompleks tersebut. Selama ini telah diketahui lebih dari 100 jenis
mineral tanah jarang, dan 14 jenis di antaranya diketahui mempunyai
kandungan total % oksida tanah jarang tinggi. Mineral tanah jarang tersebut
dikelompokkan

dalam

fluorida. Mineral logam

mineral

karbonat,

fospat, oksida, silikat, dan

tanah jarang bastnaesit, monasit, xenotim dan

zirkon paling banyak dijumpai di alam.

2.3 Proses terjadinya logam tanah jarang


Unsur tanah jarang tersebar luas dalam konsentrasi rendah (10 300
ppm) pada banyak formasi batuan. Kandungan unsur tanah jarang yang
tinggi lebih banyak dijumpai pada batuan granitik dibandingkan dengan pada
batuan basa. Konsentrasi unsur tanah jarang tinggi dijumpai pada batuan beku
alkalin dan karbonatit.
Berdasarkan mulajadi, cebakan mineral tanah jarang dibagi dalam
dua tipe, yaitu cebakan primer sebagai hasil proses magmatik dan
hidrotermal, serta cebakan sekunder tipe letakan sebagai hasil proses
rombakan dan sedimentasi dan cebakan tipe lateritik. Pembentukan mineral
tanah jarang primer dalam batuan karbonatit menghasilkan mineral
bastnaesit dan monasit (http://minerals.usgs.gov). Karbonatit sangat kaya
kandungan unsur tanah jarang, dan merupakan batuan yang mengandung

104

UTJ paling banyak dibanding batuan beku lainnya (Verdiansyah, 2006).


Dalam berbagai batuan, mineral tanah jarang pada umumnya
merupakan mineral ikutan (accessory minerals), bukan sebagai mineral
utama pembentuk batuan. Pada zonasi pegmatit, unsur tanah jarang terdapat
pada zona inti, yang

terdiri dari kuarsa dan mineral tanah jarang.

Cebakan primer terutama berupa mineral bastnaesit, produksi terbesar


dunia dari China yang merupakan produk sampingan dari tambang bijih
besi. Cebakan yang lebih umum dikenal dan diusahakan adalah cebakan
sekunder, sebagian besar berupa mineral monasit yang merupakan
rombakan dari batuan asalnya serta telah diendapkan kembali sebagai
endapan

sungai,

danau,

delta,

pantai,

dan

lepas

pantai.

(http://minerals.usgs.gov).
Batuan Granit pembawa oksida unsur tanah jarang, Sn, W, Be, Nb, Ta,
dan Th terdiri dari Granit tipe S atau seri ilmenit. Iklim tropis yang panas
dan lembab menghasilkan pelapukan kimia yang kuat pada granit. Pelapukan
ini menyebabkan alterasi mineral tertentu, seperti feldspar, yang berubah
menjadi mineral lempung. Mineral-mineral lempung seperti kaolinit,
montmorillonit dan illit, merupakan tempat kedudukan unsur tanah jarang
tipe

adsorpsi

ion

(Purawiardi,

2001).

Cebakan tanah jarang tipe

adsorpsi ion lateritik hasil dari lapukan batuan granitik dan sienitik di
wilayah beriklim tropis bagian selatan China merupakan penyumbang
cadangan tanah jarang terbesar kedua di China (Haxel dkk, 2005).

2.4 Sumber daya dunia logam tanah jarang


Sumber daya tanah jarang dunia terdapat dalam beberapa tipe cebakan.
China sebagai penghasil tanah

jarang

terbesar

di

dunia, mempunyai

cebakan tanah jarang dalam bentuk cebakan primer berupa produk


sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan
cebakan lateritik. Mineral tanah jarang di Indonesia dihasilkan sebagai
mineral ikutan pada cebakan timah aluvial dan emas aluvial. Selain itu
sumber daya tanah jarang di Indonesia dijumpai juga bersama dengan
cebakan uranium, seperti dijumpai di daerah Rirang Kalimantan Barat.
11
5

Mineral tanah jarang yang utama adalah bastnaesit, monasit, xenotim,


zirkon, dan apatit. Cadangan terbesar dunia berada di China, diikuti kemudian
oleh Amerika Serikat, Australia dan India. Unsur tanah jarang di China
dan Amerika Serikat terdapat pada

bastnaesit

merupakan

komponen

sumber daya terbesar dunia, sementara sumber daya yang di Brasil, Malaysia,
Sri Langka, India, Afrika Selatan dan Tailand berasal dari mineral monasit
dalam bentuk cebakan sekunder (Rezende dan Cardoso, 2008).
Tambang Mountain Pass penghasil utama LTJ di Amerika Serikat,
dapat mencukupi seluruh kebutuhan dalam negerinya pada tahun 1965
sampai dengan pertengahan 1980-an. Produksi LTJ di China sejak tahun
1985 meningkat tajam, dari sumber utama Tambang Bayan Obo. Cebakan
Bayan Obo berupa cebakan besi-niobium-UTJ. Cebakan tersebut merupakan
bentukan UTJ karbonatit dan oksida besi hidrotermal (Cu-Au-UTJ)
sebagaimana dijumpai di Olympic Dam Australia dan Kiruna Swedia.
Bijih di Bayan Obo mengandung 3 sampai 6% oksida tanah jarang dengan
cadangan sekitar 40 juta ton.

Cadangan besar UTJ di China yang kedua

yaitu cebakan bijih adsorpsi ion lateritik yang merupakan lapukan batuan
granitik dan sienitik di wilayah beriklim tropis bagian selatan China (Haxel
dkk, 2005).

612

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Persiapan
Persiapan

merupakan

serangkaian

kegiatan

sebelum

memulai

pengumpulan dan pengolahan data.Dalam tahap persiapan disusun hal-hal


yang harus dilakukan dengan tujuan efektifitas waktu dan pekerjaan penulisan
karya tulis. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan antara lain :
1) Studi pustaka terhadap materi.
2) Menentukan kebutuhan data.

3.2 Pengumpulan data


Dalam proses perencanaan diperlukan analisis yang teliti, semakin
rumit permasalahan yang dihadapi maka semakin kompleks pula analisis ng
akan dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis data/informasi yang lengkap
dan terkait dengan jembatan tersebut.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1) Metode Deduktif
Adapun jenis-jenis data yang digunakan adalah :
a. Keterdapatan logam tanah jarang di alam.
b. Potensi logam tanah jarang di wilayah Kalimantan Tengah.
c. Industri pengolahan logam tanah jarang dengan metode kimia.
1) Data Primer
Merupakan data yang sangat berkaitan dengan penelitian, meliputi :
a. Potensi sumber daya
b. Lokasi keteredapatan logam tanah jarang
c. Proses pengolahan logam tanah jarang
2) Data Sekunder
Merupakan data yang menunjang penelitian, meliputi :
a. Peta lokasi penelitian
b. Peta daerah keterdapatan logam tanah jarang

13
7

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keterdapatan logam tanah jarang di Indonesia


Indonesia yang pada saat ini merupakan eksportir timah terbesar dunia,
mempunyai potensi mineral tanah jarang yang besar juga. Mineral tanah
jarang sebagai produk sampingan dari penambangan dan pengolahan timah
mempunyai peluang untuk dikembangkan. Potensi mineral tanah jarang tidak
hanya dijumpai di sepanjang jalur timah, akan tetapi juga melimpah sebagai
mineral ikutan terdapat pada endapan emas aluvial terutama di Kalimantan.
Selain itu mineral tanah jarang juga dijumpai dalam jumlah signifikan
berasosiasi dengan cebakan uranium di Kalimantan.
Kemungkinan keterdapatan mineral tanah jarang sebagai mineral
ikutan pada cebakan bijih besi primer yang banyak dijumpai di sepanjang
jalur timah seperti di Belitung, Bangka, Singkep, dan Lingga perlu
diungkap, agar bijih besi yang selama ini diekspor telah memperhitungkan
kandungan mineral ikutannya. Demikian juga prospek unsur tanah jarang
tipe adsorpsi ion lateritik pada komplek granitoid di sepanjang jalur timah,
hanya sebatas indikasi sebagaimana yang ditemukan di daerah Tanjung
Pandan, Belitung hasil penyelidikan Direktorat Sumberdaya Mineral (1996),
sehingga data potensi cebakan UTJ tipe tersebut masih sangat minim.
Pemanfaatan tanah jarang sudah sangat beragam di dunia industri.
Dari

berbagai

macam pemanfaatan

logam

tanah

jarang,

dapat

disimpulkan bahwa material ini merupakan material masa depan. Mengingat


bahwa material tersebut menjadi pemicu lahirnya teknologi baru yang masih
akan terus berkembang seperti LCD, magnet, dan baterai hybrid. Hal ini
mengakibatkan permintaan logam tanah jarang yang akan terus meningkat.
Industri logam tanah jarang menjadi sebuah industri yang menjanjikan yang
akan berpotensi terus berkembang di masa depan.
Potensi besar dari logam tanah jarang tersebut akan sangat
menguntungkan jika

Indonesia turut serta untuk mengembangkannya.

Terlebih lagi pasir mineral tanah jarang sebagai sumber logam tanah jarang,

814

sebagian hanya dijadikan sebagai sampah buangan tambang timah, atau


pemanfaatan pasir darat dan laut untuk bahan urug dari daerah jalur timah
yang belum memperhitungkan kandungan mineral tanah jarang.
Pemanfaatan logam tanah jarang akan mampu membuka Indonesia
terhadap penguasaan dan pengembangan teknologi, terutama teknologi
elektronik. Peningkatan kualitas industri metalurgi di Indonesia,

dan

banyak manfaat yang dapat diperoleh Indonesia dari pengolahan logam


tanah jarang terutama meningkatkan perkembangan industri.

4.2 Lokasi penelitian


Lokasi penelitian merupakan wilayah bekas tambang emas
aluvial, secara administratif termasuk ke dalam wilayah Pujon,
Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, terletak antara
114 14 46,3272 - 114 27 21,2544 BT dan 1 30 32,8644 - 1 14
41,748 LS

4.3 Potensi logam tanah jarang daerah Pujon


Mineral-mineral yang mendominasi dalam seny- awa logam
tanah jarang di daerah penyelidikan adalah Yetrium Lanthanum,
Cerium,

Neody- mium. Berdasarkan hasil

con- toh

konsentrat dulang

analisis terhadap 5

dengan menggunakan metode

Inductively Coupled Plasma (ICP) dapat diketahui kandungan


konsentrasi unsur cerium (Ce), Ytrium (Y), Lantanium (La) dan
Niobium (Nb). Pengambilan conto konsentrat dulang dilakukan di
2 lokasi yaitu di Kota Baru dan Pujon Conto dari daerah Kota Baru.
Hasil analisis mineral jarang yang di dapat dari konsentrat
dulang di daerah pujon mempunyai kandungan Cerium (Ce) antara
496 ppm , Ytrium (Y) 30 ppm (La) 288 ppm dan Niobium (Nb) 174
ppm.dengan kode

conto

PJN

35 A dan

daerah Kota Baru

mempunyai kandungan Cerium (Ce) antara 763 ppm , Ytrium (Y) 45


ppm (La) 445 ppm dan Niobium (Nb) 285 ppm dengan kode conto
PJN48

A. Berdasarkan hasil

analisis tersebut di atas bahwa

915

kosentrasi unsur tanah jarang di daerah Kota Baru lebih tinggi


dibandingkan den- gan daerah Pujon.
Berdasarkan klasifikasi unsur tanah jarang Tabel 6 berdasarkan
Geochemistry in Mineral Explo- ration oleh Arthur W.Rose Herbert
E. Hawkes (1979) maka mineral tanah jarang yang ada di daerah
penyelidikan pada

umumnya mempunyai

nilai

yang

signifikan

sehingga untuk mengetahui nilai tambah keekonomian potensi bahan


galian tersebut maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Tabel 4.1 Hasil Analisa Logam Tanah Jarang


Ca

Nd

288

174

30

PJN 42

PJN 43

PJN 48

763

445

286

45

No

Kode Conto

PJN 35

490

PJN 41

La
Ppm

Tabel 4.2 Klasifikasi Unsur Tanah Jarang

Jenis

Hasil Analisa Mineral Jarang

Ignous rocks(av)

Umaf : RE, 32; Y,5; La4; Ce, 9; Umaf : RE182;Y,25; La,


17; Ce, 66 Gran : RE 226; Y,41; La, 55; Ce, 57 (2.

Sedimentary rocks
(av)

Ls : RE, 24; Y,4; La4; Ce, 8; ss : RE 52; Y,10; La, 7; Ce,


15 Sh : RE 228; Y,35; La, 39; Ce, 76 (2).(RE includes y, La,
Ce, Pr, Nd, Pm, Sm, Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb,and Lu.

Soil (med)

Y,27 La,33 (3)

Plannt ash (med)

Y,<5, La,38;Ce, 0.06 ppb (3)

Plannt water (av)

Y, 0,07 ppm, La,0.2 ppb (2)

4.4 Pemisahan logam tanah jarang (RE) dari U dan TH menggunakan


reagen NaOH
Pemurnian atau pemisahan logam tanah jarang (RE) dari U dan TH
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu ekstraksi, resin penukar ion dan
pengendapan. Umpan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah reagen
10
16

RECl3. Pada proses ekstraksi jenis pelarut yang banyak di gunakan dalam
industry pengolahan Uranium, Thorium maupun RE anatara lain Amine,
TBP, D2EHPA. Pelarut tersebut sangat sulit membentuk kompleks dengan
ion klorida, maka untuk mengekstraksi RE dari RECl3 harus dilakukan
methasis terlebih dahulu untuk menjadi RE(NO3)3 atau RE2(SO4)3. Sehingga
prosesnya panjang dan tidak efektif.
Dengan resin penukar ion, pemisahan RECl3 dari U dan Th dapat
menggunakan jenis resin Dowex 2 dan Amberlite IRA-400 hasil penelitian
berdasarkan pustaka, dengan menggunakan RECl3 dari monasite dan resin
IRA-400 diperoleh rekoveri RE 0%

ThO2 1% dan U >99% dari hasil

tersebut terlihat hasil uranium terabsorbsi cukup tinggi sedangkan RE dan Th


rendah sekali, resin tersebut hanya cocok untuk mengadsorbsi dan masih
diperlukan jenis resin lain untuk mengadsorbsi Th.
Pemisahan RE, U dan Th dengan umpan larutan RECl3 yang berasal
dari bijih Rirang pernah diteliti. Melalui system pengendapan, hasil
penelitiannya menyatakan bahwa pada kondisi pengendapan ph 10 didapat
rekoveri RE mendekati 100%, rekoveri U<3% dan thorium tidak terdeteksi.
Dari kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa system pengen dapan untuk
memisahkan RE dari U dan Th diperoleh hasil yang lebih baik, disamping
cara kerjanya lebih mudah dan sederhana di bandingkan sistem lain. Dengan
demikian pada penelitian ini dipilih sistem pengendapan, tetapi tidak
menutup kemungkinan digunakan sistem lain bilamana hasilnya tidak
memuaskan.

17
11

Gambar 4.1 Pengolahan monasite secara basa

18
12

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Tanah jarang sebagai komoditas yang berkaitan dengan

teknologi

tinggi mempunyai prospek di masa depan yang baik untuk dikembangkan.


Mineral-mineral tanah jarang di Indonesia telah dihasilkan sebagai produk
sampingan dari penambangan dan pengolahan emas aluvial dan timah
aluvial. Produk sampingan sebagai komoditas yang dihasilkan dari
pengusahaan komoditas utamanya, meskipun belum mempunyai nilai
ekonomi yang signifikan pada saat ini, namun prospek di masa depan yang
akan menunjang pengembangan tekonologi tinggi dan teknologi alternatif
perlu untuk ditangani dengan baik. Apabila belum dijual perlu disimpan dan
ditangani agar ketika nantinya dimanfaatkan dapat diambil kembali dengan
mudah dan tidak menjadi turun nilai ekonomi, serta kualitas dan kuantitasnya.
Potensi logam tanah jarang pada daerah pujon terbilang cukup potensial.
Sehingga bagaimana caranya agar perusahaa-perusahaan pertambangan dapat
mengolah logam tersebut dan mengekstraknya dalam bentuk unsur murni.
Dan meningkatakan nilai ke-ekonomisan dari logam tanah jarang tersebut.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemisahan logam tanah
jarang yaitu RECl3 melalui reaksi pengendapan menggunakan senyawa
RE(OH)3 diperoleh kondisi pengendapan terbaik RE(OH)3 ph 9.8 NaOH 1 N
dengan waktu 3 jam. Pada kondisi tersebut didapatkan rekoveri RE2O3
99,79%, Th 4,25%, U dan PO4 tidak diambil dan komposisi produk RE(OH)3
98,868%, Th(OH)4 0,009%, dan lain-lain 1,123%.

1913

DAFTAR PUSTAKA

.., 2008. Neraca Sumber Daya Mineral Tahun 2007. Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung

Ahmad, T., Edi, S., Afan, T., 1996. Laporan Eksplorasi Logam Langka
di Daerah Tikus dan Badaw, Kabupaten Belitung, Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.

Aryanto, N.C.J., Widodo, Raharjo, P., 2008. Keterkaitan Unsur Tanah Jarang
Thd Mineral Berat Ilmenit dan
Rutil Perairan Pantai Gundi, Bangka. Puslitbang Geologi Kelautan,
Bandung

Djunaedi, E.K., dan Putra, C., 2006. Inventarisasi Potensi Bahan Galian pada
Wilayah PETI, di Daerah Kamipang, Kabupaten Katingan, Provinsi
Kalimantan Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Erni, R.A., Susilaningtyas, Hafni, L.N., Sumarni, Widowati, dan Rusydi,


2004. Penentuan Kondisi
Dekomposisi

Optimal

Bijih

Uranium

Rirang

Kalan,

Pusat

Pengembangan Geologi Nuklir-BATAN

Haxel, G.B., Hedrick, J.B., and., Orris G.J, 2005. Rare Earth Elements
Critical Resources for High
Technology, US Geological Survey

Herman, D.Z., Suhandi, Fujiyono, H., dan Putra, C., 2005. Pemantauan
dan

Evaluasi

Konservasi

di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi

Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,


Bandung

20
14

Hutamadi, R., Suherman, W., Pertamana, Y.,

2007. Inventarisasi Potensi

Bahan Galian Pada Wilayah


Bekas Tambang, Daerah Karimun, Kepulauan Riau. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.

Gunradi, R., dan Djunaedi, E.K., 2003. Evaluasi Potensi Bahan Galian pada
Bekas Tambang dan Wilayah PETI di Daerah Monterado, Kabupaten
Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Bandung

Purawiardi, R., 2001. Endapan Unsur-unsur Tanah Jarang dan Batuan Granit.
Majalah Metalurgi Volume 16
Nomor 1, Juni 2001, LIPI, Serpong

Rezende,

M.M.,

dan

Cardoso,

V.R.S.,

2008.

Rare

Earth.

Brasil.

http:/www.dnpm.gov.br.

Rohmana dan Gunradi, R., 2006. Inventarisasi Bahan Galian Pada Wilayah
PETI, Daerah Kotarawaringin
Barat, Kalimantan Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Rohmana dan Tain, Z., 2006. Inventarisasi Bahan Galian pada Wilayah PETI
Daerah Kampar, Provinsi Riau,
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Setiady D., Sianipar, A., Rahardiawan, R., Adam, Y., dan Sunartono., 2008.
Kandungan Unsur Tanah
Jarang Sedimen Permukaan Dasar Laut, Puslitbang Geologi Kelautan,
Bandung

Suharji, Ngadenin, Wagiyanto, dan Surnama, 2006. Peningkatan Kwalitas Estimasi


Cadangan Uranium dan Unsur Tanah

21
15

Jarang Sebagai Asosiasinya di Sektor Rirang Hulu, Kalimantan Barat, PPGNBATAN, Jakarta
Suprapto, S.J., 2008. Geokimia Regional Sumatera: Conto Endapan Sungai
Aktif Fraksi -80 Mesh. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.

Verdiansyah, O., 2006. Karbonatit: Petrologi dan Geologi Ekonomi. UGM.


Jogjakarta

Widhiyatna, D., Pohan, M.P., Putra, C., 2006. Inventarisasi Bahan Galian Pada
Wilayah Bekas Tambang,di Daerah Belitung, Bangka-Belitung. Pusat Sumber
Daya

16
22

LAMPIRAN A

Peta lokasi daerah penelitian

23

LAMPIRAN B

Peta geologi regional daerah penelitian

24

LAMPIRAN C

Sebaran bekas tambang

25

Anda mungkin juga menyukai