Nama
: Tn. H. AK
Usia
: 60 th
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Watestani
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: Tamat SD
Suku/Bangsa
: Madura, Indonesia
Agama
: Islam
: 26 Januari 2014
ANAMNESA
Keluhan Utama
Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas muncul sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasa muncul setelah menghabiskan 2 buah
durian. Sesak makin lama makin bertambah berat dan tidak muncul tiba-tiba. Sesak
dirasa makin berat setelah
menyangkal sesak makin berat saat aktivitas sehari-hari (seperti mandi). Pasien
mengaku bila istirahat sampai memerlukan 3 tumpukan bantal. Pasien menyangkal
sering terbangun malam-malam karena sesaknya. Keluhan sesak seperti ini sudah
dirasakan sejak kurang lebih satu tahun terakhir ini tetapi tiap kali sesak
diberobatkan ke mantri. Pasien dibawa dalam keadaan sadar.
Pasien juga mengeluhkan batuk yang muncul bila merasa capek sejak satu
tahun terakhir. Terkadang mengeluarkan dahak berwarna kuning tanpa darah.
Pasien mengaku tidak ada keluarga atau tetangga yang menderita batuk lama.
Pasien juga mengaku tidak pernah dan tidak sedang minum obat dalam jangka
waktu 6 bulan. Pasien juga mengeluhkan mudah lelah saat bekerja. Didapatkan
1
adanya keringat dingin bila sesak muncul. Tidak mengeluhkan nyeri dada dan
dada berdebar. Tidak mengeluhkan demam lama maupun demam sebelum sesak
yang ini. Tidak mengeluhkan batuk dan pilek. Tidak mengeluhkan penurunan berat
badan dalam beberapa bulan. Tidak mengeluhkan mual dan muntah.
Saat ini, BAB lancar seperti biasanya. BAK sering (sampai 20 kali) dan banyak
sejak 2 hari yang lalu setelah minum obat dari dokter spesialis penyakit dalam (tapi
pasien lupa nama obatnya dan diminum sekali sehari saat pagi).
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat darah tinggi yang baru diketahui sejak bulan september 2013.
- Riwayat penyakit jantung (jantung membesar) yang baru diketahui sejak bulan
september 2013.
- Riwayat merokok tidak didapatkan.
- Riwayat asma tidak didaptkan.
- Riwayat pengobatan 6 bulan tidak didaptkan.
- Riwayat alergi makanan dan obat tidak didapatkan.
- Riwayat kencing manis tidak didaptkan.
- Riwayat penyakit ginjal tidak didaptkan.
Riwayat Psikososial
-
Pendidikan
: Tamat SD
Pekerjaan
: Petani
Kebiasaan
Olahraga
Alkohol
Makanan
porsi makanan selalu lebih dari cukup. Penderita suka makanan asin.
Mempunyai kebiasaan mengkonsumsi segelas kopi tiap hari.
2
.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum (Tgl. 26/01/2014)
Keadaan umum : Tampak sesak
Kesadaran
Suhu badan
: 36,2C (aksiler)
Nadi
: 80 kg/ 165 cm
Gizi
: Lebih
: Bulat
Rambut
: Sulit dicabut
Mata
: Edema palpebra (-), ptosis (-), Exoftalmus (-), Skelra ikterus (-),
Telinga
Mulut
: Sianosis (+), Mukosa bibir kering (-), Pursed lip breathing (+)
Leher:
Kelenjar Limfe
Trakea
: Di tengah
Kelenjar Tiroid
Vena jugularis
: Tidak meningkat
3. Thorax:
Bentuk
: Normal
Kulit
Depan
Belakang
3
INSPEKSI
Ka
Ki
Ka
Ki
Bentuk
Simetris
Pergerakan
Simetris
Simetris
PALPASI
Pergerakan
Fremitus
Sama
Raba
Nyeri
PERKUSI
Suara Ketok
Sonor
Nyeri Ketok
AUSKULTASI
Suara Nafas
Ronkhi
Wheezing
Vesikuler
Ictus
: Tidak tampak
Palpasi:
Ictus
sinistra
Thrill
: Tidak ada
Perkusi:
Batas kanan : ICS IV, 2 jari lateral dari Parasternal line dextra
Batas kiri
Auskultasi:
S1S2 tunggal regular, gallop (-), murmur (-)
6. Abdomen:
Inspeksi:
Bentuk
: Flat, supel
: mengkilat(-)
Auskultasi:
Peristaltik usus (+) N
Palpasi:
Nyeri tekan
: tidak ada
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
Undulasi
: (-)
Perkusi:
Timpani
Timpani
Timpani
Timpani
Timpani
Timpani
Timpani
Timpani
Timpani
Shifting dullness
: (-)
5
7. Extremitas:
Akral Hangat :
Edema
= 5.280.000/mm3
(n)
WBC
= 10.400/mm3
(n)
Hb
= 14,0 g/dl
(n)
Trombosit
= 330.000/mm
(n)
LED
= 7/jam
(n)
SGOT
= 39 U/l
()
SGPT
= 57 U/I
()
BUN
= 19,1 g/dl
(n)
Serum Kreatinin
= 0,7 mg/dl
(n)
Asam Urat
= 8,2 mg/dl
(n)
GDA
= 91 mg/dl
(n)
Total kolesterol
= 206 mg/dl
()
Trigliserida
= 143 mg/dl
(n)
Faal Hati
Faal Ginjal
Profil Lipid
EKG 12 Sadapan
Kesimpulan: Irama Sinus Takikardi 117x/menit, Left Atrial Enlargement, Left Ventricular
Hipertrophy
Planning :
Diagnosis : EKG, Foto Rontgen Thorax PA
7
Terapi :
Bed Rest
Diet Rendah garam Rendah lemak Tinggi serat
Pembatasan cairan
O2 Nasal 4 lpm
Hasil konsul dokter spesialis:
Infus RL 8 tetes/menit
Digoxin 2x 1/2tablet
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2005, dari 58
juta kematian di dunia 17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh penyakit
jantung dan pembuluh darah terutama oleh serangan jantung (7,6 juta) dan stroke
(5,7 juta). Pada tahun 2015 diperkirakan kematian penyakit jantung dan pembuluh
darah di dunia meningkat menjadi 20 juta (9).
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) yaitu penyakit yang
menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh-pembuluh darah. Beberapa penyakit
yang termasuk kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi,
penyakit jantung koroner (termasuk angina pektoris, infark miokard akut), penyakit
pembuluh darah otak (TIA= Transient Ischaemic Attack,stroke), penyakit jantung
hipetensi, penyakit jantung rematik, gagal jantung, penyakit jantung katup, penyakit
pembuluh darah perifer, penyakit jantung bawaan, kardiomiopati, dan lain-lain (9).
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung (15).
Selain itu gagal jantung merupakan sindrom kardiovaskuler yang paling kompleks
untuk diobati karena gagal jantung mempunyai banyak etiologi serta adanya
berbagai kelainan hemodinamik, metabolik dan neuroendokrin yang timbul pada
gagal jantung. Disamping sifat penyakit yang kompleks, gagal jantung adalah suatu
keadaan yang progresif dengan prognosis yang buruk. Menurut penelitian
Framingham dalam waktu 2 tahun setelah diagnosis, 37% dari pasien laki-laki dan
38% pasien wanita akan meninggal. Dalam periode 6 tahun angka kematiannya
sangat tinggi pada gagal jantung yang berat yaitu 82% pada laki-laki dan 67% pada
wanita dan terjadi kekambuhan pada 63% pada wanita dan 70% pada laki-laki.
Disamping itu terdapat angka kejadian stroke 4 kali lebih sering dibandingkan
dengan populasi umum (11). Prevalensi gagal jantung kongestif akan meningkat
seiring dengan meningkatnya populasi usia lanjut, karena populasi usia lanjut
dunia bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, malahan
9
relatif bertambah besar pada negara berkembang termasuk Indonesia selain itu
semakin bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi penanganan
infark miokard mengakibatkan perbaikan harapan hidup penderita dengan
penurunan fungsi jantung (4). Insidensi gagal jantung dalam setahun diperkirakan
2,3-3,7 per seribu penderita pertahun (18). Sedangkan menurut studi Framingham,
kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia lebih dari 45 tahun adalah 7,2
kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan.
Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, tetapi
dengan
bertambah
majunya
fasilitas
kesehatan
dan
pengobatan
dapat
angka
perawatan,
memperlambat
progresifitas
penyakit
dan
saling
melengkapi
untuk
penatalaksanaan
penderita
gagal
jantung.
Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut dan kronik ditujukan untuk
memperbaiki gejala dan prognosis, meskipun penatalaksanaan secara individual
tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi. Sehingga semakin cepat kita
mengetahui penyebab gagal jantung akan semakin baik prognosisnya (20). Obat
obat yang biasa digunakan untuk gagal jantung kronis antara lain adalah golongan
diuretik (loop dan thiazide), angiotensin converting enzyme inhibitors, beta blocker
(carvedilol, bisoprolol, metoprolol), digoxin, spironolakton, vasodilator (hydralazine /
nitrat), antikoagulan, antiaritmia, serta obat positif inotropik (13).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
jantung untuk metabolisme jaringan yang lebih besar dari normal. Suatu
keadaan high output bila kemudian terjadi sindrom gagal jantung, maka
memenuhi kebutuhan metabolisme yang meninggi. Keadaan ini disebut
sindroma gagal jantung high output. Gagal jantung Low Output disebabkan
oleh hipertensi, kardiomiopati dilatasi, kelainan katup dan perikard.
Sedangkan Gagal Jantung High Output
12
a. Kelas I (asimtomatik)
Penderita penyakit jantung tanpa limitasi aktivitas fisik. Aktifitas fisik
sehari-hari tidak menimbulkan dypsnea atau kelelahan.
b. Kelas II (ringan)
Penderita penyakit jantung disertai sedikit limitasi dari aktifitas fisik. Saat
istirahat tidak ada keluhan. Aktivitas sehari-hari menimbulkan dypsnea
atau kelelahan.
c. Kelas III (sedang)
Penderita penyakit jantung disertai limitasi aktifitas fisik yang nyata. Saat
istirahat tidak ada keluhan. Aktivitas fisik yang lebih ringan dari aktivitas
sehari-hari sudah menimbulkan dypsnea atau kelelahan.
d. Kelas IV (berat)
Penderita penyakit jantungyang tidak mampu melakukan setiap aktivitas
fisik tanpa menimbulkan keluhan. Gejala-gejala gagal jantung bahkan
mungkin sudah nampak saat istirahat. Setiap aktifitas fisik akan
menambah beratnya keluhan.
Walaupun sulit untuk memprediksi prognosis pada seseorang, pasien
dengan gejala pada istirahat (NYHA IV) memiliki angka mortalitas sebanyak
30-70% pertahun, dimana pasien dengan gejala pada aktivitas moderat
(NYHA II) memiliki angka mortalitas tahunan sebanyak 5-10%. Sehingga
status fungsional merupakan suatu prediktor penting untuk outcome pasien
(7).
2.4 Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi
cukup penting untuk mengetahui penyebab dari gagal jantung. Di negara
berkembang penyakit arteri koroner dan hipertensi merupakan penyebab
terbanyak sedangkan di negara berkembang menjadi penyebab terbanyak
adalah penyakit jantung katup dan penyakit jantung akibat malnutrisi (14).
Penyakit jantung koroner pada Framingham Study dikatakan sebagai
penyebab gagal jantung pada 46% laki-laki dan 27% wanita (14). Faktor resiko
koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat
13
berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat badan
serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan
sebagai faktor resiko independen perkembangan gagal jantung (21). Setelah
infark miokard luas, proses remodelling terjadi dengan hipertrofi regional dari
segmen non infark serta penipisan dan dilatasi daerah yang infark. Akibat dari
proses remodeling terjadi perubahan bentuk dan ukuran ventrikel kiri (6).
Hipertensi telah dibuktikkan meningkatkan resiko terjadinya gagal jantung
pada beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertrofi
ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
meningkatkan resiko terjadinya infark miokard serta memudahkan untuk
terjadinya
aritmia
baik
itu
aritmia
atrial
maupun
aritmia
ventrikel.
14
juga
dapat
miokardium
penyakit
arteri
koroner,
hipertensi,
kardiomiopati, miokarditis
2. Penyakit katub
3. Penyakit jantung kongenital
4. Penyakit perikardium
5. Aritmia
6. Obat-obatan
7. Anemia/Hipoksia
2.5 Patofisiologi (6)
Bila
terjadi
gangguan
kontraktilitas
miokard
primer
atau
beban
II
plasma
dan
aldosteron.
Angiotensin
II
merupakan
sistem
RAA
dan
neurohormonal
berikutnya
menyebabkan
atrium
dan
tekanan
serta
volume
akhir
diastolik ventrikel,
Dengan
interaksi
kompleks
dari
faktor-faktor
yang
saling
disfungsi
salah
satu
ventrikel
potensial
dapat
Ortopnea
Ortopnea yang didefinisikan sebagai sesak nafas yang terjadi pada
posisi berbaring, biasanya merupakan manifestasi lanjut dari gagal
jantung dibandingkan dyspnea deffort. Hal ini terjadi akibat redistribusi
dari cairan sirkulasi splaknikus dan extremitas bawah kedalam sirkulasi
pusat selama berbaring disertai dengan peningkatan tekanan kapiler
pulmoner. Batuk nokturnal (batuk yang dialami pada malam hari)
20
merupakan gejala yang sering terjadi pada proses ini dan seringkali
menyamarkan gejala gagal jantung yang lain. Ortopnea umumnya
meringan setelah duduk tegak atau berbaring dengan lebih dari 1
bantal. Walaupun ortopnea biasanya merupakan gejala yang relatif
spesifik pada gagal jantung. Ini dapat pula juga terjadi pada pasien
dngan obesitas abdominal atau asites dan pasien dengan penyakit
pulmoner dimana mekanisme pernafasan membutuhkan posisi tegak
(7).
Gejala Lainnya
Gejala lainnya gagal jantung dapat pula datang dengan keluhan
gastrointestinal. Anoreksia, nausea dan pernafasan penuh yang
berkaitan dengan nyeri abdominal merupakan gejala yang sering
dikeluhkan dan dapat berkaitan dengan edema pada dinding usus
dan/atau kongesti hepar dan regangan kapsulnya yang dapat
mengakibatkan nyeri pada kuadran kanan atas. Gejala serebral, seperti
disorientasi, gangguan tidur dan mood, dapat pula diamati pada pasien
gagal jantung berat, terutama pasien lanjut usia dengan arteriosklerosis
serebral dan perfusi serebral yang menurun. Nokturia umum terjadi
pada gagal jantung dan dapat berperan dalam insomnia (7).
prognosis
merupakan
tujuan
tambahan
lainnya
pada
seiring
(abdominojugular
dengan
reflux
peningkatan
positif).
23
tekanan
Pemeriksaan
vena
abdomen
jugularis
dan
takipneu
dan
seringkali
menandakan
gangguan
ekspirasi (cardiac asthma). Jika tidak ditemukan pada pasien yang tidak
memiliki penyakit paru sebelumnya, rales tersebut spesifik untuk gagal
jantung. Perlu diketahui bahwa rales jarang ditemukan pada pasien
dengan gagal jantung kronis, bahkan dengan tekanan pengisian
ventrikel kiri yang meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan drainase limfatik dari cairan alveolar (7). Seringkali sulit
untuk dibedakan dengan ronchi yang diakibatkan karena penyakit paru
(12). Efusi pleura terjadi karena adanya peningkatan tekanan kapiler
pleura dan mengakibatkan transudasi cairan ke dalam rongga pleura.
Karena vena pleura mengalir ke vena sistemik dan pulmoner. Efusi
pleura paling sering terjadi dengan kegagalan biventrikuler. Walaupun
pada gagal jantung efusi pleura sering bilateral, namun pada efusi
pleura unilateral yang sering terkena adalah rongga pleura kanan (7).
e. Pemeriksaan Abdomen, hepatomegali merupakan tanda penting pada
pasien gagal jantung. Jika ditemukan pembesaran hepar biasanya nyeri
pada perabaan dan dapat berdenyut selama sistole jika regurgitasi
trikuspid terjadi (7). Asites dapat timbul pada gagal jantung lanjut (12).
Asites terjadi sebagai konsekuensi peningkatan tekanan pada vena
hepatika
dan
drainase
vena
pada
peritoneum.
Jaundice
juga
atrium.
Bila
gambaran
EKG
dan
foto
dada
keduanya
radionuklide
atau
multigated
ventrikulografi
dapat
28
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
penderita
dengan
gagal
jantung
meliputi
ditujukan
untuk
memperbaiki
gejala
dan
prognosis
meskipun
Subsider
Mengurang keluhan
Meningkatkan kapasitas latihan
Mengurangi aktifitas neuroendokrin
Meningkatkan survival
Memperbaiki hemodinamik
Mengurani aritmia
Mengurangi aktivas neuroendokrin
paru
sehingga
vaksinasi
terhadap
influenza
dan
jantung.
Kausa
Pengobatan
Revaskularisasi
Penggantian katub
Iskemia miokard
Intracardiac defibrillator
Dll.
Dll.
2.
Masalah
Preload
Pengobatan
meningkat
menyebabkan
retensi
(Edema, Ascites)
Venodilator
31
(Diuretika
tombak
merupakan
pengobatan
ujung
sampai
tercapainya euvolemik)
Aldosteron
antagonis
dapat
jantung
rendah,
ACE inhibitor
ARB
Kontraktilitas menurun
Tingkatkan AV blok
Dapat diberikan Digitalis
Takikardi sinus
Diuretik
Kebanyakan dari manifestasi klinik gagal jantung sedang hingga berat
diakibatkan oleh retensi cairan yang menyebabkan ekspansi volume dan
gejala kongestif. Diuretik adalah satu-satunya agen farmakologik yang
dapat mengendalikan retensi cairan pada gagal jantung berat dan
sebaiknya digunakan untuk mengembalikan dan menjaga status volume
pada pasien dengan gejala kongestif (sesak nafas, ortopnea dan edema)
atau tanda peningkatan tekanan pengisian (rales, distensi vena jugularis,
edema perifer). Furosemide, torsemide dan bumetanide bekerja pada loop
of henle dengan menginhibisi reabsobsi Na, K dan Cl pada bagian
asenden loop of henle. Thiazide dan metolazone mengurangi reabsorbsi
Na Cl pada bagian awal tubulus kontortus distal; dan diuretik hemat
kalium (antagonis aldosteron) seperti spironolakton bekerja pada tingkat
duktus koligentes (7).
32
baik
hipokalemia
loop
diuretic
sedangkan
maupun
spironolakton,
thiazid
dapat
eplerenone
menyebabkan
dan
triamteren
ACE inhibitor
ACE inhibitor telah terbukti bermanfaat pada semua jenis sindrom gagal
jantung karena disfungsi ventrikel kiri (11). ACE inhibitor mempengaruhi
sistem renin-angiotensin dengan menginhibisi enzim yang berperan
terhadap konversi angiotensin menjadi angiotensin II (Haarisson). ACE
inhibitor mengurangi vasokonstriksi, meningkatkan fungsi pompa dan
meningkatkan aliran darah ke ginjal dan otot rangka serta menstabilkan
remodelling ventrikel kiri (7,11). Karena retensi cairan dapat menurunkan
efek ACE inhibitor, dianjurkan untuk diberikan diuretik sebelum memulai
terapi ACE inhibitor. Akan tetapi penting untuk mengurangi dosis diuretik
selama pemberian ACE inhibitor dengan tujuan mengurangi kemungkinan
hipotensi simptomatik. ACE inhibitor sebaiknya dimulai dengan dosis
rendah diikuti peningkatan dosis secara bertahap jika dosisi rendah dapat
ditoleransi (Harisson).
Efek samping yang kebanyakan terjadi berkaitan dengan supresi sistem
renin-angiotensin. Penurunan tekanan darah dan azotemia ringan dapat
terjadi selama pemberian terapi dan biasanya ditoleransi dengan baik
sehingga dosis tidak perlu diturunkan. Akan tetapi jika hipotensi diikuti
dengan rasa pusing atau disfungsi renal menjadi lebih berat maka penting
untuk menurunkan dosisnya. Pada retensi potassium yang tidak berespon
dengan diuretik, dosis ACE inhibitor juga perlu diturunkan (7).
ARB
Obat ini ditoleransi dengan baik pada pasien yang tidak dapat diberikan
ACE inhibitor karena batuk, rash kulit dan angioedema. Walaupun ACE
inhibitor dan ARB menghambat sistem renin-angiotensin, kedua obat ini
bekerja dalam mekanisme yang berbeda. ACE inhibitor memblokir enzim
yang berperan dalam mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
ARB memblokir efek angiotensin II pada reseptor angiotensin tipe I.
Beberapa
penelitian
klinik
menunjukkan
manfaat
terapeutik
dan
penambahan ARB pada terapi ACE inhibitor pada pasien gagal jantung
kronis. Baik ACE inhibitor maupun ARB memiliki efek serupa terhadap
34
Digitalis
Digoxin harus digunakan untuk mengendalikan laju frekuensi ventrikel
pada pasien dengan gagal jantung dan fibrilasi atrium. Digoxin juga
bermanfaat pada pasien dengan gagal jantung yang mempunyai irama
sinus. Selain merupakan inotropik positif, digoxin diketahui mempunyai
pengaruh penting lainnya pada gagal jantung yaitu meliputi supresi
terhadap neuro-endokrin, khususnya inhibisi nervus simpatik dan
vasodilatasi arteri. Kejadian keracunan digitalis pada pasien rawat jalan
biasanya sedikit berkisar 1 kali pada terapi yang telah dijalani selama 20
tahun. Adanya insufisiensi ginjal akan menambah resiko keracunan.
Hipokalemi (disebabkan penggunaan digitalis) meningkatkan resiko
keracunan digitalis. Amiodaron dan quinidine meningkatkan konsentrasi
digoxin serum karena interaksi farmakologik (11).
Agen inotropik
Pemberian inotropik ditujukan pada gagal jantung akut yang disertai
hipotensi dan hipoperfusi perifer. Obat inotropik dan/atau vasodilator
digunakan pada penderita gagal jantung akut dengan tekanan darah 85100 mmHg. Jika tekanan sistolik <85 mmHg maka inotropik dan/atau
vasopresor
merupakan
pilihan
(1,2,16).
Agen
inotropik
positif
Efek
hemodinamika
ini
secara
bersamaan
menghasilkan
diperlukan
pada
hipoperfusi
berat,
akan
tetapi
terdapat
sedikit
merupakan
suatu
inhibitor
fosfodiesterase
III
yang
kardiogenik,
pada
psein
yang
membutuhkan
dukungan
Vasokonstriktor
Vasokonstriktor digunakan untuk mendukung tekanan darah sistemik
pada pasien dengan gagal jantung. Dari ketiga agen yang biasanya sering
digunakan, dopamin merupakan pilihan pertama untuk terapi pada situasi
36
Vasodilator lain
Selain diuretik, vasodilator intravena adalah pengobatan paling berguna
untuk gagal jantung akut. Dengan menstimulasi guanil siklase dalam sel
otot halus. Nitrogliserin, nitropruside dan nestritida menghasilkan efek
dilatasi pada resistensi arterial dan venous capacity pada pembuluh darah
sehingga menurunkan tekanan pengisian ventrikel kiri, penurunan mitral
regurgitasi dan memperbaiki kardiak output tanpa meningkatkan heart
rate atau menyebabkan aritmia.
Pemberian nitrat (sublingual, buccal dan intravena) mengurangi preload
serta tekanan pengisian ventrikel dan berguna untuk pasien dengan agina
serta gagal jantung. Pada dosis rendah bertindak sebagai vasodilator
vena dan pada dosis yang lebih tinggi menyebabkan vasodilatasi arteri
termasuk arteri koroner. Sehingga dosis pemberian harus adekuat
sehingga terjadi keseimbangan antara dilatasi vena dan arteri tanpa
mengganggu perfusi jaringan. Kekurangannya adalah toleransi terutama
pada pemberian intravena dosis tinggi, sehingga pemberiannya hanya 1624 jam (18).
Nitropruside dapat digunakan sebagai vasodilator yang diberikan pada
gagal jantung refrakter, diberikan pada pasien gagal jantung yang disertai
krisis hipertensi. Pemberian nitropruside dihindari pada gagal ginjal berat
dan gangguan funsi hati. Dosis 0,3-0,5 ug/kg/menit (2,19). Keterbatasan
37
dihasilkan
ventrikel.
Pemeberiannya
akan
memperbaiki
penggunaan
nitrogliserin.
Ketiga
obat
tersebut
dapat
Obat-obat lain
Pada gagal jantung memiliki peningkatan resiko terjadinya kejadian
tromboembolitik. Pada penelitian klinis, angka kejadian stroke mulai dari
1,3-2,4%
per
tahun.
Penurunan
fungsi
ventrikel
kiri
dipercaya
Intervensi mekanik
Penanganan invasif yang dapat dikerjakan adalah Pompa balon intra
aorta, pemasangan pacu jantung, implantable cardioverter defibrilator,
ventricular assist device. Pompa balon intra aorta ditujukan pada
penderita gagal jantung berat atau syok kardiogenik yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan disertai regurgitasi mitral atau
ruptur septum interventrikel. Pemasangan pacu jantung bertujuan untuk
mempertahankan laju jantung dan mempertahankan sinkronisasi atrium
dan ventrikel diindikasikan pada penderita dengan bradikardi yang
simptomatik
dan
blok
atrioventrikular
derajat
tinggi.
Implantable
Prognosa
39
10-20
II
10-20
III
50-70
IV
70-90
40
Dua faktor teratas merupakan prediktor indipenden dari prognosa yang buruk
(11) .
41