Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Embrio adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling awal dari
perkembangan.1 Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual, ketika satu sel
sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh
DNA dari kedua orang tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan
mulai membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiseluler. Hasil dari proses
ini disebut embrio. Pada tumbuhan, istilah embrio hanya dipakai untuk tumbuhan kecil yang
terbentuk dalam biji yang beragam dalam keadaan dormansi , menunggu kondisi lingkungan
yang tepat untuk berkecambah.
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang embrio, sedangkan embrio sendiri
adalah sesuatu yang masih dalam perkembangan awal.2 Tingkat perkembangan awal yang
dimaksud adalah apabila bentuk, struktur maupun fungsinya belum mirip/serupa dengan
bentuk dasar individu dewasa. Ruang lingkup dari ilmu embriologi meliputi organ
reproduksi, sistem reproduksi, gametogenesis, neurulasi, selaput ekstra embrional dan
teratology. Sebagai salah satu disiplinilmu, embriologi telah memilki sub disiplin ilmu yang
lebih khusus, meliputi Discriptive Embriologi, Comparative Embriologi, Experimental
embriologi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa embryogenesis adalah proses
perkembangan embrio setelah terbentuk zigot hasil fertilisasi antara sel gamet jantan
(sperma) dan sel gamet betina (ovum).
Manfaat/kegunaan embriologi adalah memberikan pengertian tentang organ dan
jaringan yang berbeda, berkembang dari satu sel tunggal (zigot). Embriologi berperan
membantu mengungkapkan dari rahasia keturunan, penentuan seks. Embriologi juga
membantu memberikan gambaran perkembangan lapisan-;lapisan yang berhubungan dengan
fetus dan ibu. Membantu memberikan gambaran adanya struktur yang rudimenter dalam
suatu perkembangan. Membantu memberikan gambaran mengenai perkembangan normal dan
perkembangan abnormal.
1

Kusdianti. Embriologi Tumbuhan.2011. h. 1


(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032R._KUSDIANTI/Handout_embrio.pdf.)
2
Ibid., h. 1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Embrio
Telur yang sudah mengalami fertilisasi disebut zigot. Zigot ini akan berkembang
menjadi embrio yang berpotensi untuk membentuk tumbuhan lengkap.3 Pembentukan zigot
melalui suatu perioda dormansi yang bervariasi antara beberapa spesies. Umumnya perioda
ini lebih pendek jika endospermnya seluler daripada yang nuklear. Selama perioda dormansi
ini terjadi perubahan yang jelas. Segera setelah singami , vakuola yang besar pada zigot
mulai mengecil, hal ini menyebabkan ukuiran sel juga tereduksi. Ukuran zigot berkurang
menjadi setengah dari asalnya selama hampir 24 jam setelah polinasi. Penurunan ukuran sel
menyebabkan akumulasi sitoplasma pada ujung kalaza dimana pembelahan pertama zigot
terjadi. Respon yang lain pada singami adalah meningkatnmya jumlah diktiosom yang
berhubungan dengan sintesis dinding sekeliling zigot. Agregat ribosom akan membentuk
polisom, menunjukkan awal aktivitas metabolisme. Zigot dengan polarisasi yang jelas siap
untuk membelah membentuk embrio. Inti yang dikelilingi sejumlah besar plastida dan
mitokondria berada pada ujung kalaza sel (kutub apikal). Di ujung mikropil zigot (kutub
basal) mengandung satu atau beberapa vakuola (Gambar 1.A).
Umumnya pada angiospermae, zigotnya membelah secara transversal, menghasilkan
sel apikal (terminal) yang kecil menuju ke arah dalam kantung embrio dan sel basal yang
besar menuju kearah mikropil.4 Hal yang jarang terjadi pembelahan pertama zigot secara
vertikal (misalnya pada suku Loranthaceae) atau dengan dinding miring (misalnya pada
Triticum sp.). Variasi dalam pola perkembangan embrio selama embriogeni awal adalah
umum terjadi pada monokotil dan dikotil. Dari tahap 2 sel sampai permulaan organ atau
stadium awal diferensiasi biasanya disebut proembrio.5 Perkembangan awal proembrio
pada monokotil dan dikotil adalah sama sampai stadium octant (8 sel). Perbedaannya tampak
pada saat awal terbentuknya kotiledon dan plumula.

B. Struktur Embrio
Setelah pembuahan, zigot membelah berkali-kali menjadi embrio. Embrio ini
mempunyai potensi untuk membentuk tanaman yang sempurna. Embrio mempunyai poros
3

Hartanto Nugroho, Struktur & Perkembangan Tumbuhan, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2010), h. 156
Ibid., h. 156
5
Kusdianti. loc. cit.
4

embrional. Poros embrional pada diotil menyebabkan terjadinya dua kutub, yaitu kutub yang
ada dibagian atas (epikotil) dan yang ada di bagian bawah (hipokotil). Epikotil akhirnya
menjadi pucuk embrionik (plumula), hpokotil akan menghasilkan batang, sedangkan bagian
bawah hipokotil akan menghasilkan calon akar.
Embrio pada monokotil bentuknya silindris karena mempunyai satu kotiledon,
sedangkan pada dikotil mungkin bilobus (dua lobi) karena mempunyai dua kotiledon.6
C. Embriogenesis pada Dikotil (Capsella bursa pastoris)
Telur yang sudah difertilisasi disebut zigot. Zigot membelah asimetris membentuk sel
terminal (apikal) yang kecil dan sel basal lebih besar (Gambar 1 B). Sel terminal selanjutnya
berkembang menjadi embrio, sedangkan sel basal selanjutnya membelah melintang
membentuk suspensor.7 Suspensor merupakan bagian embrio yang letaknya berdekatan
dengan radikula dan berfungsi untuk menancapkan badan embrio ke dalam kandung lembaga.
Sel terminal membelah memanjang membentuk proembrio tetrad. (Gambar 1 C). Suspensor
membelah melintang beberapa kali (Gambar1 D). Sel apikal membelah vertikal dengan
bidang pembelahan tegak lurus bidang pertama, pada tahap ini proembrio berada pada tahap
kuadran (Gambar 1.E). Setiap sel kuadran membelah melintang menghasilkan stadium oktan
(Gambar 1F). Setiap oktan membelah periklinal menghasilkan protoderm di sebelah luar
yang akan berdiferensiasi menjadi epidermis. Sel sebelah dalam akan membentuk meristem
dasar, sistem prokambium, hipokotil . Pada tahap ini proembrio berada pada tahap globular
(Gambar1. H, I, J K). Embrio tahap globular kemudian mengalami pendataran dibagian
apeks, pada tahap ini embrio pada tahap jantung (Gambar 1 L)8

Nugroho, op. cit., h. 157


Kusdianti, op. cit., h. 2
8
Nugroho, op. cit., h. 158
7

Gb 1. Embriogenesis Capsella bursa pastoris. A. Zigot. B. stadium 2 sel. Ca lebih kecil dari cb. CG. ca mulai mengadakan pembelahan dengan dinding longitudinal cm telah menjadi banyak sel.
Sedangkan ci lebih membesar (tidak membelah). Embrio stadium bulat (globular). H-L.
pembelahansel-sel suspensor berlanjut. Sel bagian ujung bertambah besar. Proembrio semakin
membesar.

Pada ke dua sisi embrio tahap jantung akan membelah lebih cepat dibandingkan
bagian tengah sehingga membentuk embrio tahap torpedo (Gambar 2.A). Pemanjangan ini
terus terjadi membentuk embrio tahap kotiledon Suspensor membantu embrio masuk
kedalam endosperm untuk mendapatkan makanan (Gambar 2. B). Embrio tahap kotiledon
yang terus tumbuh akan melengkung didalam ovulum (Gambar 2 C.) Disini dapat dilihat
suspensor sudah mengecil.

Gb 2. Embrio tahap Kotiledon pada Capsella bursa pastoris. A. embrio stadium jantung (hati) awal
atau mulai terbentuknya kotiledon. B. embrio stadium torpedo. C-D. embrio dewasa dengan 2
kotiledon, batang suspensor memendek, sel bagian ujung masih tampak.
4

D. Embriogenesis pada monokotil (Najas)


Perkembangan embrio pada monokotil yang lengkap dapat dilihat pada Najas. Zigot
membelahan melintang yang asimetris membentuk sel apikal yang kecil dan sel basal yang
besar. Sel basal membesar tanpa membelah membentuk haustorium sel tunggal. 9 Seluruh
embrio berasal dari sel apikal. Sel apikal membelah melintang menjadi 2 sel (c dan d). Sel d
membelah melintang (m dan ci) membentuk embrio tahap 4 sel (tetrad) yang linier (Gambar
3 B). Pada sel c dan m terjadi dua kali pembelahan vertikal membentuk 2 deret sel masingmasing 4 buah sel (Gambar 3.C). Bagian q terdiri dari 4 sel yang disebut quadran. Quadran q
membelah perklinal membentuk 4 sel luar bakal dermatogen mengelilingi 4 sel aksial
(Gambar 3..E). Sel pada deret m membelah vertikal dan memanjang, kemudian membentuk
proembrio tahap globular (Gambar 3. F). Proembrio menjadi berbentuk oval, bagian tengah
mebentuk pemula plerom (Gambar3. G). Pada bagian q terjadi pembelahan yang lebih cepat
dari sel disebelahnya, yang mengubah kesimetrisan pada proembrio. Pertumbuahn yang cepat
pada deret q membentuk kotiledon tunggal. (Gambar 3. H). Sisi yang lain pertumbuhannya
lambat, dan tumbuh menjadi pemula epikotil/ initial apeks (Gambar 3. I).

Gb 3. Embriogenesis pada Najas. A. proembrio stadium 2 sel. Ca lebih kecil di banding cb. B-F. ca
mengalami pembelahan berkali-kali dengan berbagai cara sampai terbentuk proembrio stadium bulat.
Cb tidak berperan selama perkembangan embrio. G. bentuk embrio menjadi spaeris, tampak adanya
sumbu embrio. H-I. awal terbentuknya kotiledon pada embrio (non simetris)

Ibid., h. 159

E. Embriogenesis pada Gymnospermae (Pinus)


Setelah fertilisasi, zigot segera berkecambah untuk melakukan pembelahan untuk
membentuk proembrio. Sebelum mulai pembelahan, inti zigot yang berada ditengah akan
membelah dua kali membentuk empat inti (Gambar 4. A). Ke-empat inti ini bermigrasi ke
ujung kalaza dari archegonium (Gambar 4.B), kemudian membelah 1 kali membentuk 8 inti.
Ke-delapan inti ini, membentuk dinding sehingga terbentuk 8 sel tersusun dalam 2 deret,
masing-masing 4 sel (Gambar 4.C). Sel pada deret yang paling bawah membelah lagi
membentuk 3 deret yang masing-masing 4 sel. Deret sel ke-4 paling atas dibentuk dengan 4
inti bebas yang terpisah dengan didnding tidak sempurna. Enam belas sel (16) yang simetris
disebut proembrio Sel paling bawah, yang terjauh dari ujung mikropil disebut deret embrio. 10
Masing-masing sel akan berkembang menjadi satu embrio. Se-sel diatas sel embrional
disebut deret suspensor. Deret ketiga dari bawah disebut deret rosset.

Gb 4. Embriogenesis pada Pinus (Proembrio). A. inti zigot membelah menjadi empat inti. B. inti
bermigrasi ke ujung kalaza dari arkegonium. C-F. pembelahan inti zigot. G. proembrio terdiri dari 16
sel.

Sel suspensor memanjang dan mendorong sel embrional keluar dari archegonium dan
masuk kedalam jaringan pada prothallus betina, untuk selanjutnya melakukan pertumbuhan.
10

Kusdianti, op. cit., h. 4

Keempat sel suspensor membelah memanjang sehingga terpisah satu dengan lainnya.
Masing-masing sel suspensor memiliki satu sel embrional pada ujungnya.yang membelah
cepat (Gambar 5 B).

Gb 5. Perkembangan lanjut. A-C. sel proembrio di bawah puncak memanjang beberapa kali ukuran
semula, membentuk suspensor. D-E. pemanjangan suspensor yang akhirnya menjadi berkelok-kelok

Pemanjangan suspensor, yang akhirnya menjadi berkelok-kelok, mendorong embrio


yang belu matang menuju ke jaringan gametofit betina, dan sementara itu rongga menjadi
terbentuk akibat aktivitas enzim.11
Sel embrional membelah membentuk quadrant dan oktan. Masing-masing oktan akan
menjadi embrio potensial, yang berasal dari satu sel embrional saja. Ke-empat embrio
potensial dibentuk dari satu sel telur yang difertilisasi. Embriogeni seperti ini disebut
poliembrioni. Pada perkembangan selanjutnya salah satu embrio potensial inti akan tumbuh
lebih cepat dari yang lainnya. Satu embrio potensial, melalui pembelahan, pembesaran dan
differensiasi akan berkembang menjadi biji., yang lainnya akan mati. Prothallus tumbuh dan
membesar, sel-sel ini menjadi terisi makanan yang akan digunakan untuk pertumbuhan
embrio tersebut.

F. Endosperm
Endosperm adalah jaringan nutritive berisi karbohidrat, lemak, dan protein untuk
perkembangan embrio yang paling umum pada Angiospermae.12 Secara fungsi, gametofit
betina pada Gymnospermae berdiferensiasi sebelum fertilisasi dan haploid sedangkan pada
anggiospermae adalah hasil fertilisasi dan biasanya triploid. Endosperm dapat dikonsumsi

11
12

Siti Sutarmi, Botani Umum 3, (Bandung : Angkasa Bandung, 2010), h. 197


Nugroho, op. cit., h. 151

selama perkembangan embrio, maka biji disebut non endospermous misalnya pada kacang.
Dapat juga endosperm tetap ada sampai biji berkecambah misalnya pada sereal. Endosperm
cair atau ekstrak embrio dari buah yang belum matang selain dapat mendukung pertumbuhan
embrionya juga mendukung embrio anggiosperm lain. Selain itu juga mengionduksi
differensiasi embrio dan plantlet pada kultur jaringan. Endosperm ini kaya akan zat pengatur
tumbuh yaitu auksin, sitokinin dan giberillin. Embrio akan tumbuh jika endosperm
berkembang baik. Jika endosperm tidak ada, ada jaringan lain sebagai penyedia makanan.

G. Perkembangan endosperm
1. Endosperm nuklear :
Tipe endosperm ini pembelahan inti endosperm primer tidak diikuti oleh
pembentukan dinding, sehingga didalam kantung embrio terdapat beberapa ribu inti
bebas. Kondisi ini dapat dikonsumsi oleh embrio yang berkembang atau menjadi
selular. Pembenatukkan dinding sentripetal yaitu dari tepi ke pusat. Tingkat
selulerisasi sangat bervariasi, umumnya endosperm akan berbentuk selular tetapi pada
Phaseolus, selurarisasi terjadi hanya disekitar embrio. Tipe ini ditemukan pada 161
familia Angiospermae
2. Endosperm selular :
Tipe ini ditandai tidak adanya tahap inti bebas. Pembelahan inti endosperm
primer diikuti oleh pembentukan dinding. Pada tipe endosperm ini umumnya dapat
ditemukan haustorium, pada ujung kalaza atau mikropil atau keduanya.Tipe ini
ditemukan pada 72 familia Angiospermae baik dikotil maupun monokotil (Araceae
dan Lemnaceae).
3. Endosperm helobial :
Tipe ini ditemukan pada 17 familia Angiospermae, 14 diantaranya adalah
monokotil. Inti endosperm primer bergerak ke ujung kalaza, kemudian membelah
menghasilkan 2 sel yang tidak sama besar. Sel yang kecil pada kalaza tetap tidak
membelah atau dapat membelah 1 atau 2 kali, dapat tetap sebagai inti bebas atau
kadang-kadang menjadi seluler. Sel yang besar pada ujung mikropil akan membentuk
inti bebas.13

13

Kusdianti, op. cit., h. 7-8

H. Poliembrionik
Poliembrionik adalah adanya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Orang yang
pertama kali melaporkan adanya poliembrionik adalah Antoni van Leeuwenhoek pada tahun
1719, yaitu yang terjadi pada biji jeruk.14 Embrio yang terbentuk lebih dari satu dalam satu
biji ini tidak selalu menjadi dewasa atau matang., tetap tidak berkembang atau berdegenerasi.
Poliembrionik terbentuk karena :
1. Pembelahan pada saat proembrio (Gambar 6.)
a. Zigot membelah tidak teratur membentuk kelompok sel yang tumbuh simultan dan
membentuk beberapa embrio (Gambar 6.A)
b. Proembrio membentuk tunas kecil yang dapat berfungsi sebagai embrio (Gambar
6.B)
c. Embrio yang membentuk filamen menjadi bercabang dan masing-masing tumbuh
menjadi embrio (Gambar 6 C)
2. Berasal dari sel-sel dalam kandung lembaga selain sel telur ( sinergid)
3. Adanya lebih dari 1 kantung embrio atau kandung lembaga dalam 1 ovulum
4. Berasal dari sel sporofitik (sel-sel soma) pada 1 ovulum (embrio adventitif) (Gambar
7.)15

Gb 6. pembelahan proembrio. A. zigot membentuk kelompok sel, tiga diantaranya membelah


membentuk embrio yang bebas. B-C. embrio yang terbentuk tumbuh tunas (cabang) pada bagian sisi
embrio dan masing-masing cabang akan tumbuh menjadi embrio.

14
15

Nugroho, op. cit., h. 169


Ibid.

Gb 7. Embrio adventitif pada Eranthis hiemalis. Embrio berasal dari suspensor embrio dewasa
yang diperlakukan dengan larutan bufer asam.

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa embriologi pada Dikotil
(Capsella bursa pastoris) telur yang sudah difertilisasi disebut zigot. Zigot membelah
asimetris membentuk sel terminal (apikal) yang kecil dan sel basal lebih besar. Secara
embriologi pada monokotil najas, zigot membelahan melintang yang asimetris membentuk
sel apikal yang kecil dan sel basal yang besar. Sedangkan Embriogenesis pada
Gymnospermae (Pinus) setelah fertilisasi, zigot segera berkecambah untuk melakukan
pembelahan untuk membentuk pro embrio. Sebelum mulai pembelahan, inti zigot yang
berada ditengah akan membelah dua kali membentuk empat inti

11

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB


Nugroho, Hartanto. 2010. Struktur & Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya
Sutarmi, Siti. 2010. BOTANI UMUM 3. Bandung: Angkasa Bandung
Ismail, N., 2011. Makalah Gymnospermae. File:///E:/SPT/materi%20gymnospermae. Diakses
pada tanggal 15 September 2014 pukul 16.00 wib
Kusdianti. 2011. Embriologi Tumbuhan.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032R._KUSDIANTI/Handout_embrio.pdf. Diakses pada tanggal 12 september 2014
pukul 16.30 wib

12

Anda mungkin juga menyukai