KEUANGAN NEGARA
Perbandingan antara Standar Umum pada SPKN, ISSAI,
dan GAGAS
Kelompok 2
Aditia (134060018248/03)
Fatimah Ermawati (134060018041/09)
Nararia Sanggrama Wijaya (134060018069/15)
Rikki Okto Saputra (134060018085/22)
CONTENTS
A.
2.
3.
4.
5.
SISTEMATIKA .................................................................................................................................... 4
B.
INTOSAI ............................................................................................................................................ 5
2.
C.
2.
Independensi .................................................................................................................................. 17
3.
4.
Pemeriksaan
Keuangan
2. RUANG LINGKUP
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan
terhadap entitas, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini berlaku bagi:
a. Badan Pemeriksa Keuangan.
b. Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar Pemeriksaan ini dapat digunakan oleh aparat pengawas intern pemerintah termasuk
satuan pengawasan intern maupun pihak lainnya sebagai acuan dalam menyusun standar
pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya
g. Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, SPPIA-IIA, Latest Revision
December 2003.
untuk memberikan opini terhadap suatu laporan keuangan, maka standar yang berlaku adalah
Standar pemeriksaan keuangan. Namun demikian, untuk beberapa pemeriksaan lainnya, mungkin
terjadi tumpang-tindih tujuan pemeriksaan. Misalnya, jika tujuan pemeriksaan adalah untuk
menentukan keandalan ukuran-ukuran kinerja, maka pemeriksaan tersebut bisa dilakukan melalui
pemeriksaan kinerja maupun pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Apabila terdapat pilihan
diantara standar-standar yang berlaku, pemeriksa harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna
dan pengetahuan pemeriksa, keahlian, dan pengalaman dalam menentukan standar yang akan
diikuti. Pemeriksa harus mengikuti standar yang berlaku bagi suatu jenis pemeriksaan (Standar
Pemeriksaan Keuangan, Standar Pemeriksaan Kinerja, atau Standar Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu).
Demi
penyempurnaan
dan
penyesuaian
dengan
perkembangan
kebutuhan
maupun
perkembangan ilmu pemeriksaan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) akan memantau penerapan
dan perkembangan standar pemeriksaan.
5. SISTEMATIKA
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini disusun menjadi tujuh buah standar yang terdiri
menurut sistematika sebagai berikut:
PSP 01 : STANDAR UMUM
PSP 02 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN
PSP 03 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN
PSP 04 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA
PSP 05 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA
PSP 06 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU
PSP 07 : STANDAR
PELAPORAN
PEMERIKSAAN
1. INTOSAI
The International Organization of Supreme Audit Inistitutions (INTOSAI) adalah organisasi BPK
sedunia yang bertindak sebagai payung organisasi pemeriksa eksternal pemerintah. INTOSAI
menyediakan kerangka kerja bagi lembaga pemeriksa, untuk mendukung pembangunan serta
memberi pengetahuan dan meningkatkan kapasitas profesional, selama lebih dari 50 tahun.
INTOSAI memiliki empat tujuan, yaitu
1. Professional Standards, membangun kerangka kerja yang efektif dalam mengadaptasi standar
profesional yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan para anggota institusi,
2. Capacity Building, terfokus pada kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas organisasi yang
relevan untuk mayoritas anggota INTOSAI,
3. Knowledge Sharing, membangun fitur-fitur yang penting seperti keterbukaan, berbagi, dan
kerja sama,
4. Model International Organization, berhubungan dengan organisasi dan tata kerja INTOSAI.
ISSAI 12 The Value and Benefits of Supreme Audit Institutions making a difference to
the lives of citizens
Nilai Inti dari US-GAO terkait akuntabilitas , integritas , dan kehandalan tercermin dalam semua
pekerjaan yang dilakukan. US-GAO beroperasi di bawah standar profesional ketat mengenai review
dan referensi; semua fakta dan analisis dalam pekerjaan US-GAO benar-benar diperiksa akurasinya.
Selain itu, kebijakan audit konsisten dengan Fundamental Auditing Principles (Level 3) of the
International Standards of Supreme Audit Institutions. .
Pekerjaan US-GAO dilakukan atas permintaan komite kongres atau subkomite atau diamanatkan
oleh undang-undang umum atau laporan komite. US-GAO juga melakukan penelitian di bawah
wewenang Pengawas Keuangan Umum. US-GAO mendukung pengawasan kongres dengan:
operasi lembaga audit untuk menentukan apakah dana federal dibelanjakan secara efisien dan
efektif;
melaporkan tentang bagaimana program dan kebijakan pemerintah akan mencapai tujuannya;
mengeluarkan keputusan dan pendapat, seperti tawaran putusan protes dan laporan tentang
peraturan badan hukum .
Adapun standar pemeriksaan yang dikeluarakan oleh US-GAO ialah Generally Accepted
Government Auditing Standards (GAGAS), atau biasa juga disebut The Yellow Book. Standar
tersebut terdiri atas 7 bagian, yakni:
1. PERSYARATAN KEMAMPUAN/KEAHLIAN
Standar umum pertama dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ialah mengenai kompetensi
pemeriksa. Standar yang tertuang pada paragraf 3 Pernyataan Standar Pemeriksaan 1 tersebut
menyatakan bahwa: Pemeriksa secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai
untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Maksud dari paragraf standar tersebut ialah semua
organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaaan
dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi
pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan
evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan
pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Sifat, luas, dan formalitas dari proses tersebut
akan tergantung pada berbagai faktor seperti jenis pemeriksaan, struktur dan besarnya organisasi
pemeriksa.
Persyaratan kemampuan tersebut berlaku bagi organisasi pemeriksa secara keseluruhan, dan tidak
dengan sendirinya harus berlaku secara individu. Suatu organisasi pemeriksa dapat menggunakan
pemeriksanya sendiri atau pihak luar yang memiliki pengetahuan, keahlian, atau pengalaman di
bidang tertentu, seperti akuntansi, statistik, hukum, teknik, disain, dan metodologi pemeriksaan,
teknologi informasi, administrasi negara, ilmu ekonomi, ilmu sosial, atau ilmu aktuaria.
Persyaratan mengenai kompetensi secara kolektif tersebut juga dinyatakan dalam standar
pemeriksaan lainnya, yakni di International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) dan
Generally Accepted Government Accounting Standards (GAGAS).
International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI) menyatakan dalam salah satu
General Principles yang tertuang dalam ISSAI 100 Fundamental Principles of Public-sector Auditing
mengenai audit team management and skills. Standar umum tersebut menyatakan bahwa :
Auditors should possess or have access to the necessary skills. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
9
individu-individu dalam tim audit harus secara kolektif memiliki pengetahuan dan keahlian yang
dibutuhkan agar dapat menyelesaikan proses audit dengan baik. Di antaranya ialah pemahaman
dan pengalaman atas jenis pemeriksaan yang dilaksanakan, pengetahuan mengenai standar dan
peraturan terkait dengan pemeriksaan, pemahaman atas bidang di mana entitas terperiksa
beroperasi, dan kemampuan serta pengalaman untuk menetapkan sebuah professional
judgement. Senada dengan SPKN, ISSAI juga menekankan pentingnya peran organisasi untuk
melakukan rekruitmen dan pengembangan serta pelatihan personil sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan. Secara detil, ISSAI juga menambahkan agar organisasi menyediakan manual dan
petunjuk tertulis terkait dengan pelaksanaan audit serta memberikan resources yang cukup.
Mengenai kompetensi pemeriksa, Government Accountability Office (GAO) mengaturnya dalam
GAGAS, tepatnya pada paragraf 3.69 dalam General Standards yang mengatur tentang
Competence. Paragraf tersebut menyatakan bahwa : The staff assigned to perform the audit must
collectively possess adequate professional competence needed to address the audit objectives and
perform the work in accordance with GAGAS. Hampir identik dengan SPKN, GAGAS kemudian
menambahkan dalam paragraf 3.70, agar standar tersebut terpenuhi, organisasi audit juga harus
memastikan para pemeriksa memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pemeriksaan. Serta memiliki proses rekrutmen, pengembangan berkelanjutan, penugasan dan
evaluasi untuk mempertahankan kompetensi pemeriksa. Salah satu poin yang membedakan ialah
dalam paragraf 3.71, GAGAS menjelaskan bahwa kompetensi merupakan hasil perpaduan antara
pendidikan dan pengalaman. Maka, kompetensi tidak secara mutlak dapat direfleksikan dari
berapa tahun pengalaman seseorang melakukan pemeriksaan. Pemeriksa juga harus memiliki
komitmen untuk terus belajar dan mengembangkan diri untuk mempertahankan kompetensi yang
ia miliki. Pada gilirannya, kompetensi memungkinkan pemeriksa untuk membuat professional
judgement.
jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk
melaksanakan pemeriksaan. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal
yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan yang khusus dan unik di mana entitas yang
diperiksa beroperasi. Sedikitnya 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 tahun dari
periode 2 tahun.
Contoh topik pendidikan yang disarankan tertuang dalam paragraf 8 Pernyataan Standar
Pemeriksaan 1, yakni: perkembangan mutakhir dalam metodologi dan standar pemeriksaan,
prinsip akuntansi, penilaian atas pengendalian intern, prinsip manajemen atau supervisi,
pemeriksaaan atas sistem informasi, sampling pemeriksaan, analisis laporan keuangan,
manajemen keuangan, statistik, disain evaluasi, dan analisis data. Pendidikan yang dimaksud dapat
juga mencakup topik tentang pekerjaan pemeriksaan di lapangan, seperti administrasi negara,
struktur dan kebijakan pemerintah, teknik industri, keuangan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan
teknologi informasi.
Guna memastikan bahwa pemeriksa memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan yang diatur
dalam paragraf 6, paragraf 7 dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan 1 menyatakan bahwa
organisasi pemeriksa harus menyelenggarakan dokumentasi tentang pendidikan yang sudah
diselesaikan.
Apabila terdapat tenaga ahli intern dan ekstern yang membantu pelaksanaan tugas pemeriksaan,
maka ia harus memiliki kualifikasi atau sertifikasi yang diperlukan dan berkewajiban memelihara
kompetensi profesional dalam bidang keahlian mereka, tetapi tidak diharuskan unutk memenuhi
persyaratan pendidikan berkelanjutan di atas. Akan tetapi, pemeriksa yang menggunakan hasil
pekerjaan tenaga ahli intern dan ekstern harus yakin bahwa tenaga ahli tersebut memenuhi
kualifikasi dalam bidang keahlian mereka dan harus mendokumentasikan keyakinan tersebut.
Terkait dengan pendidikan berkelanjutan, INTOSAI tidak mengaturnya dengan spesifik dengan
menetapkan jumlah jam pendidikan yang harus ditempuh dalam periode tertentu, namun hanya
menyatakan bahwa : auditors should maintain their professional competence through ongoing
professional development pada paragraf 39 ISSAI 100 - Fundamental Principles of Public-sector
Auditing. Selain tidak menetapkan jumlah jam pendidikan yang harus dipenuhi dalam periode
tertentu, INTOSAI juga tidak memberi saran spesifik mengenai topik pendidikan yang sebaiknya
ditempuh oleh pemeriksa dan tidak menyatakan tanggung jawab organisasi pemeriksa untuk
mendokumentasikan pengembangan berkelanjutan yang ditempuh oleh pemeriksa.
11
GAO sendiri mengatur secara khusus mengenai pendidikan berkelanjutan, yakni pada paragraf 3.76
hingga 3.78 dalam General Standards untuk pemeriksa dan paragraf 3.79 hingga 3.81 untuk tenaga
ahli intern dan ekstern. Serupa dengan SPKN, GAO secara spesifik mengatur bahwa pemeriksa yang
melakukan pemeriksaan berdasarkan GAGAS harus menyelesaikan setiap 2 tahun, minimal 24 jam
pendidikan yang secara langsung terkait dengan pemeriksaan entitas pemerintah atau lingkungan
yang khusus dan unik di mana entitas yang diperiksa beroperasi. Pemeriksa juga perlu
menyelesaikan setiap 2 tahun, 56 jam pendidikan tambahan yang secara langsung dapat
meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa.
Mengenai topik pendidikan yang sebaiknya ditempuh oleh pemeriksa, diatur dalam paragraf 3.77
dalam General Standards dari GAGAS. Dalam paragraf tersebut dinyatakan bahwa, penentuan topik
pendidikan, baik untuk memenuhi kuota 80 jam dan 24 jam, diserahkan kepada professional
judgement individu pemeriksa setelah berkonsultasi dengan pejabat berwenang dalam organisasi
pemeriksa tersebut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam judgement pemeriksa ialah
pengalaman pemeriksa, tanggung jawab yang diemban dalam melaksanakan pemeriksaan, dan
lingkungan di mana tempat entitas diperiksa beroperasi.
Kewajiban organisasi pemeriksa untuk memastikan pemeriksa memenuhi ketentuan pendidikan
berkelanjutan yang disyaratkan diatur secara lebih mendetil di dalam Government Auditing
Standards: Guidance on GAGAS Requirements for Continuing Professional Education.
GAO juga mengatur ketentuan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga ahli intern dan ekstern yang
membantu pelaksanaan pemeriksaan pada paragraf 3.79 hingga paragraf 3.81 dalam General
Standards. Sedikit berbeda dengan SPKN yang membebaskan tenaga ahli intern dan ekstern dari
ketentuan spesifik mengenai jam pendidikan yang harus dipenuhi, GAGAS memiliki ketentuan yang
lebih mendetil. Bagi tenaga ahli ekstern yang membantu pemeriksaaan dan tenaga ahli intern yang
hanya menjadi konsultan dalam pemeriksaan, tim pemeriksa harus memastikan bahwa mereka
telah berkualifikasi dan kompeten di bidangnya, namun tidak harus memenuhi ketentuan
pemenuhan jam pendidikan sebagaimana yang disyaratkan. Tetapi bagi tenaga ahli intern yang
menjadi bagian dari tim pemeriksa harus memenuhi syarat pendidikan berkelanjutan sebagaimana
telah dijelaskan pada paragraf 3.76.
12
2) Apabila pemeriksaan memerlukan reviu yang luas terhadap suatu sistem informasi, maka
dalam tim pemeriksa harus ada pemeriksa yang mempunya keahlian di bidang
pemeriksaan atas teknologi informasi.
3) Apabila pemeriksaan meliputi reviu atas data teknik yang rumit, maka tim pemeriksa perlu
melibatkan tenaga ahli di bidang tersebut.
4)
13
b. Pemeriksa yang ditugaskan untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan secara kolektif harus
memiliki keahlian yang dibutuhkan serta memiliki sertifikasi keahlian yang berterima umum.
c. Pemeriksa yang berperan sebagai penanggung jawab pemeriksa keuangan harus memiliki
sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional.
Mengenai kemampuan kolektif yang harus dimiliki oleh pemeriksa, INTOSAI sendiri menjelaskan
dalam paragraf 39 ISSAI 100 Fundamental Principles of Public-Sector Auditing bahwa pemeriksa
perlu pemahaman dan pengalaman atas jenis pemeriksaan yang dilaksanakan, pengetahuan
mengenai standar dan peraturan terkait dengan pemeriksaan, pemahaman atas bidang di mana
entitas terperiksa beroperasi, dan kemampuan serta pengalaman untuk menetapkan sebuah
professional judgement. Khusus mengenai kemampuan berkomunikasi, INTOSAI meletakkannya
dalam satu standar umum tersendiri pada paragraf 43 ISSAI 100 Fundamental Principles of PublicSector Auditing, yang berbunyi : Auditors should establish effective communication throughout the
audit process.
Pada paragraf 39 ISSAI 100 Fundamental Principles of Public-Sector Auditing juga memungkinkan
tim pemeriksa untuk melibatkan bantuan tenaga ahli untuk pelaksanaan pemeriksaan yang
membutuhkan teknik dan pengetahuan khusus.
Pada GAGAS, kemampuan kolektif yang harus dimiliki oleh tim pemeriksa diatur dalam paragraf
3.72 dalam General Standards. Kemampuan/keahlian kolektif yang disyaratkan pun hampir sama
persis dengan yang disyaratkan dalam SPKN, yakni:
a. pengetahuan mengenai standar dan penerapannya serta pendidikan, kemampuan, dan
pengalaman untuk menerapkannya dalam kegiatan pemeriksaan
b. pengetahuan umum mengenai lingkungan di mana entitas terperiksa beroperasi
c. keterampilan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan maupun tulisan
d. keterampilan yang memadai untuk pemeriksaan yang dilaksanakan; misalnya keterampilan
dalam :
1) sampling statistik maupun non-statistik jika diperlukan dalam pemeriksaan;
2) teknologi informasi jika pemeriksaan melibatkan reviu atas sistem informasi;
3) keahlian teknis jika poemeriksaan melibatkan review atas data teknik yang rumit;
14
4) metode audit atau teknik analisis yang khusus, seperti penggunaan metode survey
yang rumit, estimasi aktuaria, atau tes analisis statistik; atau
5)
Berikut tabel yang berisi ringkasan mengenai perbedaan standar umum mengenai kompetensi
pemeriksa pada ketiga standar tersebut.
Uraian
Sumber
SPKN
ISSAI
GAGAS
Competence,
paragraph 3.69
Pernyataan Standar
collectively
possess
adequate professional
pemeriksaan
competence
needed to address the
audit objectives and
perform the
work
in
accordance
with GAGAS.
Persyaratan
Setiap
tahun
harus Tidak
Pendidikan
Berkelanjutan
ditempuh
secara
dengan
langsung
meningkatkan
kecakapan
ditetapkan
profesional
pemeriksa
SPKN.
untuk
melaksanakan
pemeriksaan. Sedikitnya 24
jam dari 80 jam pendidikan
tersebut harus dalam hal
yang
berhubungan
15
serupa
yang
dalam
langsung
dengan
pemeriksaan
keuangan
jawab Organisasi
organisasi
dalam menyelenggarakan
memastikan
dokumentasi
persyaratan
pendidikan
pendidikan
diselesaikan
Organisasi
harus
menyelenggarakan
tentang
yang
dokumentasi
sudah
tentang
berkelanjutan
Topik
pendidikan Perkembangan
profesional
berkelanjutan
dalam
metodologi
yang standar
disarankan
Diserahkan
dan
kepada
professional judgement
pemeriksaan,
individu
pemeriksa
setelah
berkonsultasi
dengan
pejabat
berwenang
supervisi,
organisasi
atas
pemeriksaaan
sistem
sampling
informasi,
dalam
pemeriksa
tersebut
pemeriksaan,
keuangan,
Kemampuan/Keahlian
Standar
Pemeriksa
terhadap
jenis dilaksanakan,
pemeriksaan
yang pengetahuan
ditugaskan
ditetapkan
terkait
di
pendidikan,
atas
yang dilaksanakan.
b. Pengetahuan
tentang
umum
lingkungan
pengalaman
untuk
menetapkan
sebuah
professional judgement
yang
memadai
untuk
pemeriksaan
yang
dilaksanakan
2. INDEPENDENSI
Berdasarkan SPKN
Dalam pemerikasaan, pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of
interest) dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Selain itu, pemeriksa juga
bertanggung jawab untuk mempertahankan independensi dalam sikap mental (independent in
fact) dan independensi dalam penampilan perilaku (independent in appearance) pada saat
melaksanakan pemeriksaan. Bersikap obyektif merupakan cara berpikir yang tidak memihak, jujur
17
secara intelektual, dan bebas dari benturan kepentingan. Bersikap independen berarti
menghindarkan hubungan yang dapat mengganggu sikap mental dan penampilan obyektif
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan. Untuk mempertahankan obyektivitas dan
independensi maka diperlukan penilaian secara terus-menerus terhadap hubungan pemeriksa
dengan entitas yang diperiksa.
Pernyataan standar umum kedua adalah : Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan
dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya
bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga
pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan
tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.
Pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta
dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan
independensinya sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang obyektif dan tidak memihak
terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Dalam menggunakan tenaga ahli, pemeriksa harus memperlakukan tenaga ahli tersebut seperti
anggota tim pemeriksaan sehingga perlu menilai kemampuan tenaga ahli tersebut untuk
melaksanakan sebagian pekerjaan pemeriksaan dan melaporkan hasilnya secara tidak memihak.
Dalam melakukan penilaian ini, pemeriksa harus memberlakukan ketentuan independensi
menurut Standar Pemeriksaan kepada tenaga ahli dan memperoleh representasi dari tenaga ahli
tersebut mengenai independensi tenaga ahli. Apabila tenaga ahli memiliki gangguan terhadap
independensi, pemeriksa tidak boleh menggunakan hasil pekerjaan tenaga ahli tersebut.
Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu
gangguan pribadi, ekstern, dan atau organisasi. Apabila satu atau lebih dari gangguan independensi
tersebut mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas
pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Dalam
keadaan pemeriksa yang karena suatu hal tidak dapat menolak penugasan pemeriksaan, gangguan
dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup pada laporan hasil pemeriksaan.
a. Gangguan Pribadi
Organisasi pemeriksa harus memiliki sistem pengendalian mutu intern untuk membantu
menentukan apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensi. Organisasi
18
Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau
sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan
pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.
2) Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas
atau program yang diperiksa.
3)
Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam
kurun waktu dua tahun terakhir.
4)
5) Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek pemeriksaan,
seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun
dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
6) Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program,
yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah.
7) Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau
pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program
entitas yang sedang berjalan atau sedang diperiksa.
8) Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kapasitas yang dapat
mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa, misalnya sebagai seorang
direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas atau program yang
diperiksa atau sebagai anggota manajemen dalam setiap pengambilan keputusan,
pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas, aktivitas atau program yang
diperiksa.
9)
Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial, sebagai
akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat
pemerintahan tertentu.
19
10) Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah sebagai
pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh
suatu entitas atau program yang diperiksa.
11) Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah
menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau program yang
diperiksa.
12) Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan.
Organisasi pemeriksa dan pemeriksanya mungkin menghadapi berbagai keadaan yang dapat
menimbulkan gangguan pribadi. Oleh karena itu organisasi pemeriksa harus mempunyai sistem
pengendalian mutu intern yang dapat mengidentifikasi gangguan pribadi dan memastikan
kepatuhannya terhadap ketentuan independensi yang diatur dalam Standar Pemeriksaan. Untuk
itu, organisasi pemeriksa antara lain harus:
1)
2)
b. Gangguan Ekstern
Gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau
mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil
pemeriksaannya secara independen dan obyektif. Independensi dan obyektifitas pelaksanaan
suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi apabila terdapat:
20
1) Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup
pemeriksaan secara tidak semestinya.
2)
Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan
atau pemilihan sampel pemeriksaan.
3)
4) Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa.
5) Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat
berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi pemeriksa tersebut dalam
melaksanakan pemeriksaan.
6)
7) Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil
pemeriksaan, simpulan pemeriksa, atau penerapan suatu prinsip akuntansi atau kriteria
lainnya.
8)
Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain sebabsebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan pemeriksaan.
c. Gangguan Organisasi
Independensi organisasi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi, dan struktur
organisasinya. Dalam hal melakukan pemeriksaan, organisasi pemeriksa harus bebas dari
hambatan independensi.
Pemeriksa yang ditugasi oleh organisasi pemeriksa dapat dipandang bebas dari gangguan terhadap
independensi secara organisasi, apabila melakukan pemeriksaan di luar entitas tempat ia bekerja.
Berdasarkan INTOSAI
Independensi diatur secara khusus oleh INTOSAI terutama dalam Lima Declaration of Guidelines
on Auditing Precepts yang menjadi cikal bakal standar yang dikeluarkan oleh INTOSAI. Adapun
independensi yang diatur dalam Lima Declaration terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
Section 5: Independensi Supreme Audit Institutions (SAI)
1.
SAI dapat menyelesaikan tugas-tugas mereka secara obyektif dan efektif hanya jika mereka
independen dari entitas yang diaudit dan dilindungi terhadap pengaruh luar.
21
2.
Meskipun lembaga negara tidak dapat benar-benar independen karena mereka adalah
bagian dari negara secara keseluruhan, SAI harus memiliki independensi fungsional dan
organisasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.
3.
Pembentukan SAI dan independensi mereka akan diatur dalam Konstitusi ; Rincian dapat
diatur dalam undang-undang. Secara khusus, gangguan independensi dan mandat Audit SAI
harus dijamin.
orang-orang yang harus membuat keputusan untuk SAI dan menyampaikan keputusan tersebut
kepada pihak ketiga.
2.
Independensi anggota, harus dijamin oleh konstitusi. Secara khusus, prosedur untuk
pemberhentian dari kantor juga harus diwujudkan dalam Konstitusi dan tidak mengganggu
independensi anggota. Metode pengangkatan dan pemberhentian anggota tergantung pada
struktur konstitusi masing-masing negara.
3.
Dalam karir profesional mereka, staf audit dari SAI tidak boleh dipengaruhi oleh organisasi
yang telah diaudit dan tidak harus bergantung pada organisasi tersebut.
SAI harus dilengkapi dengan sarana keuangan untuk memungkinkan mereka untuk
Jika diperlukan, SAI berhak untuk mengajukan permohonan langsung untuk sarana
keuangan yang diperlukan untuk badan publik memutuskan pada anggaran nasional.
3.
SAI berhak untuk menggunakan dana yang diberikan kepada mereka di bawah judul
Dengan berdasarkan independensi dalam Lima Declaration, SAI umumnya mengakui delapan
prinsip inti yang dituangkan dalam ISSAI 10 Mexico Declaration on SAI Independence, sebagai
persyaratan utama dari audit sektor publik yang tepat .
1.
2.
The independence of SAI heads and members (of collegial institutions), including security of
diangkat, diangkat kembali, atau dihapus oleh proses yang menjamin independensi
mereka dari eksekutif ( lihat Pedoman Issai - 11 dan Praktik yang Baik Terkait SAI Independence
);
-
diberikan janji dengan persyaratan yang cukup panjang dan tetap, untuk memungkinkan
mereka untuk melaksanakan mandat mereka tanpa takut akan pembalasan ; dan
-
kebal terhadap penuntutan untuk setiap tindakan , masa lalu atau sekarang , bahwa hasil
A sufficiently broad mandate and full discretion, in the discharge of SAI functions
penggunaan uang publik, sumber daya, atau aset, oleh penerima atau penerima manfaat
Dengan tetap menghormati hukum yang berlaku oleh Legislatif yang berlaku, SAI bebas dalam:
pemilihan masalah audit;
perencanaan , pemrograman , pelaksanaan , pelaporan , dan tindak lanjut audit mereka ;
organisasi dan manajemen kantor mereka ; dan
penegakan keputusan mereka di mana penerapan sanksi merupakan bagian dari mandat mereka
.
SAI tidak boleh terlibat atau terlihat untuk terlibat, dengan cara apapun, apapun, dalam
pengelolaan organisasi yang mereka mengaudit. SAI harus memastikan bahwa personil mereka
tidak berkembang terlalu dekat hubungan dengan entitas yang mereka audit, sehingga mereka
tetap objektif dan muncul obyektif.
SAI harus memiliki kebijaksanaan penuh dalam melaksanakan tanggung jawab mereka, mereka
harus bekerja sama dengan pemerintah atau badan publik yang berupaya untuk meningkatkan
penggunaan dan pengelolaan dana publik .
23
SAI harus menggunakan pekerjaan yang tepat dan standar audit, dan kode etik , berdasarkan
dokumen resmi dari INTOSAI , International Federation of Accountants , atau badan-badan
penetapan standar lain yang diakui .
SAI harus menyerahkan laporan kegiatan tahunan kepada Legislatif dan lain negara - badan seperti
yang dipersyaratkan oleh konstitusi , undang-undang , atau peraturan - yang seharusnya mereka
membuat tersedia untuk umum .
4.
SAI harus memiliki kekuatan yang memadai untuk mendapatkan akses ke semua dokumen dan
informasi yang diperlukan tepat waktu, bebas, langsung, dan gratis.
5.
SAI seharusnya tidak dibatasi dari pelaporan hasil pekerjaan audit mereka. SAI diwajibkan oleh
hukum untuk melaporkan setidaknya setahun sekali pada hasil kerja audit mereka.
6.
The freedom to decide the content and timing of audit reports and to publish and disseminate
them
SAI bebas untuk
-
- menentukan waktu laporan audit mereka kecuali persyaratan pelaporan spesifik ditentukan
oleh hukum.
-
menerbitkan dan menyebarkan laporan mereka , setelah mereka telah secara resmi
diajukan atau disampaikan kepada otoritas yang tepat - seperti yang dipersyaratkan oleh
hukum
SAI dapat mengakomodasi permintaan khusus untuk investigasi atau audit oleh Legislatif, secara
keseluruhan, atau salah satu komisi, atau pemerintah.
7.
SAI menyerahkan laporan mereka kepada Legislatif, salah satu komisi, atau dewan pelaksana suatu
auditee untuk meninjau dan menindaklanjuti rekomendasi yang spesifik untuk tindakan korektif .
SAI memiliki sistem tindak lanjut mereka sendiri internal untuk memastikan bahwa entitas yang
diaudit benar alamat dan rekomendasi.
SAI menyerahkan laporan tindak lanjut kepada Legislatif , salah satu komisi , atau dewan yang
mengatur auditee , yang sesuai , untuk pertimbangan dan tindakan , bahkan ketika SAI memiliki
kekuatan hukum mereka sendiri untuk tindak lanjut dan sanksi .
24
8.
Sedangkan pernyataan standar dalam ISSAI 100 Fundamental Principles Public Sector Auditing
menggambarkan isi dari Lima Declaration adalah sebagai berikut: Auditors should comply with the
relevant ethical requirements and be independent.
Prinsip-prinsip etika harus diwujudkan dalam perilaku profesional auditor. Organisasi harus
memiliki kebijakan menangani persyaratan etika dan menekankan perlunya kepatuhan setiap
auditor. Auditor harus tetap independen sehingga laporan mereka akan digunakan oleh pengguna.
Berdasarkan GAGAS
GAGAS (generally accepted government auditing standards) mempunyai standar umum guna
memberikan panduan untuk melakukan audit keuangan, keterlibatan atestasi, dan audit kinerja.
Standar-standar umum, bersama dengan prinsip-prinsip etika yang menyeluruh membangun dasar
bagi kredibilitas kerja auditor. Standar-standar umum menekankan pentingnya independensi
organisasi audit dan auditor individu; pelaksanaan pertimbangan profesional dalam kinerja kerja
dan penyusunan laporan terkait; kompetensi staf; dan kontrol dan jaminan kualitas.
Dalam seluruh aspek yang terkait dengan audit, baik organisasi audit maupun individu auditor
harus independen. Independensi terdiri dari:
a.
Independence of mind
Kondisi pemikiran yang memungkinkan kinerja audit tidak dipengaruhi oleh hal yang dapat
mempengaruhi professional judgement. Sehingga setiap individu dapat bertindak dengan
integritas, objective dan skeptisme professional.
b.
Independence in appereance
25
Tidak adanya keadaan yang akan menyebabkan pihak ketiga memiliki pengetahuan
tentang informasi yang relevan, untuk cukup menyimpulkan bahwa integritas, objektivitas,
atau skeptisisme profesional organisasi Audit atau anggota tim audit telah dikompromikan.
Auditor dan organisasinya harus menjaga independensi sehingga opini, temuan, kesimpulan,
judgement, dan rekomendasi menjadi tidak memihak atau dipandang memihak oleh pihak ketiga.
Auditor harus menghindari situasi yang dapat menyebabkan pihak ketiga untuk menyimpulkan
bahwa auditor tidak independen dan dengan demikian tidak mampu melakukan penilaian yang
obyektif dan tidak memihak pada semua isu yang terkait dengan melakukan audit dan pelaporan
pekerjaan.
Auditor harus independen dari entitas yang diaudit selama:
1.
setiap periode waktu dalam periode yang dicakup oleh laporan keuangan atau subyek
audit, dan
2.
periode keterlibatan profesional, yang dimulai ketika auditor baik menandatangani surat
keterlibatan awal maupun perjanjian lainnya untuk melakukan audit atau mulai melakukan audit,
mana yang lebih awal. Periode berlangsung untuk seluruh durasi dari hubungan profesional (audit
yang berulang bisa mencakup banyak periode) dan diakhiri dengan pemberitahuan formal maupun
informal, baik oleh auditor atau entitas yang diaudit, dari pengakhiran hubungan profesional atau
oleh penerbitan laporan, mana yang terakhir. Dengan demikian, periode keterlibatan profesional
tidak selalu berakhir dengan penerbitan laporan dan mulai lagi dengan awal audit tahun berikutnya
atau audit berikutnya dengan tujuan yang sama.
Pertimbangan praktis independensi terdiri dari empat bagian yang saling terkait:
a.
persyaratan dan panduan tentang independensi bagi organisasi audit yang secara
persyaratan dan panduan tentang independensi bagi auditor melakukan layanan nonaudit,
termasuk indikasi layanan nonaudit tertentu yang selalu mengganggu dan tidak mengganggu
independensi; dan
26
d.
Banyak situasi yang berbeda dalam mengevaluasi ancaman terhadap independensi. Oleh karena
itu, Gagas menetapkan kerangka kerja konseptual yang digunakan auditor untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menerapkan pengamanan untuk mengatasi ancaman terhadap independence.
Kerangka konseptual membantu auditor dalam menjaga independensi pikiran dan independensi
dalam penampilan. Hal ini dapat diterapkan untuk banyak variasi dalam keadaan yang menciptakan
ancaman terhadap independensi dan memungkinkan auditor untuk mengatasi ancaman terhadap
independensi yang dihasilkan dari kegiatan yang tidak secara khusus dilarang oleh GAGAS. Jika tidak
ada perlindungan yang tersedia untuk menghilangkan ancaman yang tidak dapat diterima atau
menguranginya ke tingkat yang dapat diterima, independensi akan dianggap terganggu.
Ancaman independensi adalah kondisi yang dapat mengganggu independensi. Adapun jenis
ancaman akan mempunyai dampak yang berbeda seperti dampak yang signifikan adalah adanya
kompromi terhadap professional judgement auditor.
Kategori ancaman adalah sebagai berikut:
a) Self-interest threat - ancaman yang kepentingan finansial atau lainnya yang akan mempengaruhi
penilaian auditor atau perilaku;
b) Self-review threat - ancaman yang auditor atau organisasi audit yang telah memberikan layanan
nonaudit tidak akan tepat dalam mengevaluasi hasil penilaian sebelumnya yang dibuat oleh jasa
yang dilakukan sebagai bagian dari layanan nonaudit ketika membentuk keputusan yang
signifikan untuk audit;
c) Bias threat - ancaman bahwa auditor akan mengambil posisi yang tidak objektif, sebagai akibat
dari keyakinan politik , ideologi , sosial , atau lainnya,;
d) Familiarity threat - ancaman bahwa aspek-aspek hubungan dengan manajemen atau karyawan
dari auditee , seperti hubungan dekat atau lama , atau dari anggota keluarga langsung atau
dekat, akan menyebabkan auditor untuk mengambil posisi yang tidak objektif;;
e) Undue influence threat - ancaman bahwa pengaruh atau tekanan eksternal akan mempengaruhi
kemampuan auditor untuk membuat penilaian independen dan obyektif;
27
f) Management participation threat - ancaman yang dihasilkan dari pengambilan auditor tentang
peran manajemen atau melakukan fungsi-fungsi manajemen atas nama entitas pelaksana audit;
and
g) Structural threat - ancaman penempatan organisasi audit dalam badan pemerintah , dalam
kombinasi dengan struktur badan pemerintah yang diaudit , akan mempengaruhi kemampuan
organisasi audit untuk melakukan pekerjaan dan melaporkan hasil obyektif.
Safeguards (pengamanan) adalah kontrol yang dirancang untuk menghilangkan atau mengurangi
ancaman ke tingkat yang dapat diterima untuk independensi. Berdasarkan kerangka konseptual,
auditor menerapkan pengamanan yang membahas fakta-fakta spesifik dan keadaan di mana
ancaman terhadap independensi. Dalam beberapa kasus, beberapa pengamanan mungkin
diperlukan untuk mengatasi ancaman. Sebagai contoh:
-
Melibatkan organisasi audit yang lain untuk melaksanakan kembali bagian audit
prosedur internal di entitas yang memastikan pilihan obyektif layanan nonaudit; dan
struktur pemerintahan di entitas yang memberikan pengawasan dan komunikasi yang tepat
Auditor harus mengevaluasi ancaman terhadap independensi dan membedakan antara ancaman
yang dapat diterima maupun yang harus dieliminasi ataupun dikurangi sampai dengan level dapat
diterima.
Jasa nonaudit
28
Sebelum auditor setuju untuk menyediakan layanan nonaudit untuk suatu entitas yang diaudit,
auditor harus menentukan apakah menyediakan layanan tersebut akan menciptakan ancaman bagi
independensi, baik dengan sendirinya atau bersama dengan layanan nonaudit lain yang disediakan.
Auditor harus mendokumentasikan pertimbangan kemampuan manajemen untuk secara efektif
mengawasi layanan nonaudit yang akan dilakukan.
Contoh kegiatan yang dianggap tanggung jawab manajemen dan karena itu akan merusak
independensi jika dilakukan untuk entitas yang diaudit meliputi:
a.
b.
memimpin dan menerima tanggung jawab atas tindakan karyawan entitas yang diaudit
dalam kinerja rutin mereka , kegiatan berulang ;
c.
d.
melaporkan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola atas nama manajemen
;
e.
f.
g.
h.
i.
mengembangkan sistem pengukuran kinerja suatu entitas yang diaudit ketika sistem yang
menjabat sebagai anggota pemungutan suara komite manajemen suatu entitas yang diaudit
Dalam melaksanakan jasa nonaudit, auditor harus memperoleh jaminan bahwa manajemen
melakukan fungsi sebagai berikut:
1.
29
2.
3.
4.
Secara alami, layanan nonaudit tertentu secara langsung mendukung operasi entitas dan
mengganggu kemampuan auditor untuk menjaga independensi dalam pikiran dan penampilan.
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh auditor yang berhubungan langsung dengan kinerja audit,
seperti memberikan saran dan menanggapi pertanyaan sebagai bagian dari audit, tidak dianggap
layanan nonaudit menurut GAGAS.
Seorang auditor yang sebelumnya melakukan layanan nonaudit untuk suatu entitas yang
merupakan subjek calon audit harus mengevaluasi dampak dari layanan nonaudit terhadap
independensi sebelum menerima audit. Jika layanan nonaudit dilakukan pada periode yang akan
dicakup oleh audit, auditor harus
(1) menentukan apakah layanan nonaudit secara tegas dilarang oleh Gagas dan, jika tidak,
(2) menentukan apakah ancaman terhadap independensi ada dan mengatasi setiap ancaman
dicatat sesuai dengan kerangka kerja konseptual.
Auditor mungkin dapat menyediakan layanan nonaudit tanpa mengganggu independensi jika
a)
b)
auditor telah menetapkan bahwa persyaratan untuk melakukan layanan nonaudit telah
dipenuhi , dan
c)
ancaman yang signifikan terhadap independensi telah dihilangkan atau dikurangi ke tingkat
Untuk audit laporan keuangan dan pemeriksaan atau meninjau keterlibatan, layanan nonaudit
dilakukan selama periode yang dicakup oleh laporan keuangan mungkin tidak mengganggu
independensi auditor sehubungan dengan laporan keuangan pada kondisi berikut:
a)
b)
layanan nonaudit terkait hanya untuk periode sebelum periode yang dicakup oleh laporan
keuangan; dan
c)
laporan keuangan untuk periode yang layanan nonaudit tidak berhubungan diaudit oleh
auditor lain (atau dalam kasus pemeriksaan atau meninjau keterlibatan, diperiksa, terakhir, atau
diaudit oleh auditor lain yang sesuai).
bersama dengan perlindungan diterapkan, sesuai dengan kerangka kerja konseptual untuk
independensi seperti yang dipersyaratkan;
2.
terletak di dalam badan pemerintah dan dianggap independen berdasarkan pada pengamanan ;
3.
Dokumen pertimbangan kemampuan manajemen entitas yang diaudit untuk secara efektif
mendokumentasikan pemahaman auditor dengan entitas yang diaudit auditor yang akan
SPKN_BPK
ISSAI_INTOSAI
Standar umum kedua
Standar umum
PSP 01 Standar Umum - ISSAI
1
Lima
SPKN
Declaration
of
Per BPK RI Nomor 01
Guidelines on Auditing
Tahun 2007
Precepts
- ISSAI
10
Mexico
Declaration on SAI
Independence
31
GAGAS_GAO US
General standard
Government
Auditing
Standard 2011 Revision
Chapter
3
General
standards
Pernyataan standar
Jenis independensi
Jenis
gangguan 1.
independensi
2.
3.
GAngguan pribadi
Gangguan Ekstern
Gangguan
organisasi
1. Independence of
Supreme Audit
Institutions
2. Independence of the
members and officials
of Supreme Audit
Institutions
3. Financial
independence of
Supreme Audit
Institutions
32
1. Independence of mind
2. Independence
in
appereance
1.
2.
3.
4.
5.
Self-interest threat
Self-review threat
Bias threat
Familiarity threat
Undue influence
threat
6. Management
participation
threat
7. Structural threat
Pemeriksa harus menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama dalam
menerapkan Standar Pemeriksaan yang digunakan. Keputusan pemeriksa tidak menerapkan
standar tertentu dalam pelaksanaan pemeriksaan harus dicatat dalam kertas kerja pemeriksaan.
33
Dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa pemeriksa tidak dapat mematuhi Standar
Pemeriksaan yang berlaku dan juga tidak dapat mengundurkan diri dari penugasan pemeriksaan.
Dalam keadaan demikian, pemeriksa harus mengungkapkan masalah tersebut dalam lingkup
pemeriksaan di dalam laporan hasil pemeriksaannya, yaitu tidak dipatuhinya Standar Pemeriksaan
yang berlaku, alasan yang mendasarinya, dan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan akibat tidak
dipatuhinya Standar Pemeriksaan tersebut.
Menerapkan kemahiran profesional secara cermat dan seksama memungkinkan pemeriksa untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa salah saji material atau ketidakakuratan yang
signifikan dalam data akan terdeteksi. Keyakinan mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti dan
karakteristik penyimpangan. Pemeriksaan yang dilaksanakan menurut Standar Pemeriksaan
mungkin tidak akan mendeteksi salah saji material atau ketidakakuratan yang signifikan, baik
karena kesalahan, kecurangan, tindakan melanggar hukum, atau pelanggaran aturan. Walaupun
Standar Pemeriksaan ini meletakkan tanggung jawab kepada setiap pemeriksa untuk menerapkan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama, tidak berarti bahwa tanggung jawabnya
tidak terbatas, dan tidak berarti juga bahwa pemeriksa tidak melakukan kekeliruan.
Keterkaitan antara Standar Umum SPKN dengan International Standards of Supreme Audit
Institutions (ISSAI) dan Generally Accepted Government Accounting Standards (GAGAS).
Di dalam chapter 3 terkait standar umum dalam GAGAS yang di rancang oleh US-GAO, disebutkan
bahwa pernyataan standar umum menurut GAGAS terkait dengan pernyataan standar umum
ketiga yang ada di dalam Standar Umum SPKN adalah Professional Judgment. Standar Umum
terkait professional judgement ini hampir sama dengan pernyataan standar umum ketiga yang ada
di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara BPK, yaitu Penggunaan Kemahiran Profesional
Secara Cermat dan Seksama. Dalam standar umum terkait professional judgement yang diterbitkan
oleh GAGAS tersebut dinyatakan dalam paragraph 3.60 bahwa Auditors must use professional
judgment in planning and performing audits and in reporting the results. Hal ini senada dengan
bunyi dari pernyataan standar umum SPKN yang menyatakan bahwa Dalam pelaksanaan
pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Sementara itu, di dalam standar umum
yang diterbitkan oleh INTOSAI melalui ISSAI-100 tentang Fundamental Principles of Public Sector
Auditing terkait mengenai profesionalisme auditor, dinyatakan bahwa Auditors should maintain
appropriate professional behaviour by applying professional scepticism, professional judgment and
due care throughout the audit. Seperti yang telah disebutkan di atas, pernyataan standar yang
34
disebutkan oleh GAGAS dan ISSAI-100 sama-sama menyatakan bahwa sikap professional dari
auditor harus dipertahankan selama menjalankan tugasnya, yaitu selama proses audit, yang
dijabarkan oleh SPKN dan GAGAS melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan audit.
Selanjutnya, terkait dengan professional judgement, GAGAS menyatakan dalam paragraph 3.61
bahwa Professional judgment includes exercising reasonable care and professional skepticism. Hal
ini senada dengan pernyataan dalam SPKN bahwa Pemeriksa harus menggunakan kemahiran
profesional secara cermat dan seksama, serta Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk
melaksanakan skeptisme professional. Lebih lanjut mengenai hal tersebut, GAGAS menyatakan
bahwa Reasonable care includes acting diligently in accordance with applicable professional
standards and ethical principles. Professional skepticism is an attitude that includes a questioning
mind and a critical assessment of evidence. Professional skepticism includes a mindset in which
auditors assume neither that management is dishonest nor of unquestioned honesty. Senada
dengan yang telah disebutkan dalam SPKN, reasonable cares disini dimaksudkan bahwa pemeriksa
harus selalu menggunakan profesionalismenya secara cermat dan seksama, sesuai dengan standar
professional dan kode etik, yang dijelaskan di dalam SPKN sebagai standar pemeriksaan dan
integritas, obyektivitas, dan independensi sebagai bagian dari kode etik. Sementara itu, terkait
dengan hal di atas, ISSAI-100 dalam paragraph 37 menyatakan bahwa The auditors attitude
should be characterised by professional scepticism and professional judgement, which are to be
applied when forming decisions about the appropriate course of action. Auditors should exercise
due care to ensure that their professional behaviour is appropriate. Sama dengan pernyataan
dalam SPKN dan GAGAS, bahwa sikap profesionalisme dari auditor tercermin melalui professional
skeptism, professional judgement, dan due care. Lebih lanjut mengenai due care, ISSAI-100
mengartikan due care sebagai Due care means that the auditor should plan and conduct audits in
a diligent manner. Auditors should avoid any conduct that might discredit their work. ISSAI-100
tidak menyebutkan secara terinci mengenai maksud dari diligent manner dan might discredit
their work seperti yang lebih jelas disebutkan GAGAS dan SPKN sebagai standar professional dan
kode etik. Namun diligent manner dan might discredit their work yang disebutkan di dalam
ISSAI-100 dapat diasosiasikan pada standar-standar dan kode etik yang berlaku karena untuk
menghindari sikap-sikap yang dapat mendiskreditkan perkerjaan auditor, maka auditor haruslah
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan aturan yang ada untuk menjamin pekerjaan yang
dilaksanakannya tersebut.
alert and questioning attitude when assessing the sufficiency and appropriateness of evidence
obtained throughout the audit. It also entails remaining open-minded and receptive to all views and
arguments. Ketiga standar tersebut, baik SPKN, GAGAS dan ISSAI-100 sama-sama menyatakan
bahwa skeptism professional adalah yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan. Lebih lanjut dijelaskan di dalam SPKN
dan GAGAS, skeptism professional termasuk cara berpikir dimana auditor berasumsi bahwa
manajemen tidak jujur maupun menganggap kejujuran manajemen tidak diragukan lagi. Hal ini
menandakan bahwa seorang auditor tidak boleh langsung memepercayai semua bukti dan asersiasersi yang didapatkan dari manajemen yang diperiksa. Auditor dengan sikap skeptism professional
harus mengevaluasi dari setiap bukti dan asersi-asersi dari manajemen sebelum menyatakan
keyakinan atas bukti dan asersi dari manajemen tersebut.
Pernyataan standar yang disebutkan dalam ISSAI-100 hanya mencakup hal-hal seperti yang telah
dijelaskan di atas. Sementara itu, lebih lanjut di dalam pernyataan standar umum yang diterbitkan
oleh GAGAS, dijelaskan hal-hal berikut terkait dengan professional judgement:
Menggunakan professional judgment penting untuk auditor dalam melaksanakan semua aspek
tanggung jawab profesional mereka, termasuk mengikuti standar independensi dan kerangka
konseptual terkait; menjaga objektivitas dan kredibilitas; menugaskan staf kompeten untuk
audit; mendefinisikan lingkup pekerjaan; mengevaluasi, mendokumentasikan, dan melaporkan
hasil pekerjaan; dan mempertahankan kontrol kualitas yang sesuai selama proses audit.
yang dapat mengurangi ancaman yang telah diidentifikasi. Auditor menggunakan professional
judgment dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi setiap ancaman terhadap independensi,
termasuk ancaman terhadap pandangan atas independensi.
Pertimbangan auditor terhadap tingkat risiko masing-masing audit, termasuk risiko yang dapat
terjadi pada kesimpulan yang tidak tepat, juga penting. Dalam konteks risiko audit,
melaksanakan professional judgement dalam menentukan kecukupan dan kesesuaian bukti
yang digunakan untuk mendukung temuan dan kesimpulan berdasarkan tujuan audit dan
rekomendasi yang dilaporkan merupakan bagian integral dari proses audit.
Sementara standar ini menempatkan tanggung jawab pada setiap auditor dan organisasi audit
untuk melakukan professional judgement dalam perencanaan dan pelaksanaan audit, itu tidak
berarti tanggung jawab tak terbatas, juga tidak menyiratkan infalibilitas pada baik itu individu
auditor atau organisasi audit. Jaminan mutlak tidak dapat dicapai karena faktor-faktor seperti
sifat bukti dan karakteristik kecurangan. Professional judgement tidak berarti menghilangkan
segala keterbatasan yang mungkin atau kelemahan yang terkait dengan audit tertentu,
melainkan mengidentifikasi, menilai, mitigasi, dan menjelaskan hal tersebut.
Berikut tabel yang berisi ringkasan perbedaan antara standar umum mengenai profesionalisme
pada ketiga standar tersebut.
Uraian
SPKN
ISSAI
GAGAS
Profesional Judgment
Sumber
chapter 3 Professional
ketiga Paragraf 27
Judgment,
paragraph
3.60
Pernyataan Standar
Dalam
pemeriksaan
pelaksanaan Auditors
serta maintain
should Auditors
must
use
pemeriksaan,
wajib menggunakan
sikap yang
Profesional
mencakup
selalu
dan
maintaining
pikiran
yang professional
an
evaluasi questioning
when
pemeriksaan
sufficiency
attitude assessment
assessing
of
the evidence.
and
appropriateness
evidence
that
attitude
of
obtained
throughout
the audit
Due Care
diligently
secara
manner.
menentukan
jenis
pemeriksaan
dan
standar
yang
diterapkan
akan
terhadap
pemeriksaan;
menentukan
lingkup
pemeriksaan,
with
in
memilih metodologi
38
principles.
tidak
dapat
mematuhi
maka
diungkapkan
di
harus
dalam
Jawab Penerapan
profesionalnya
secara
professional
judgement tidak berarti
tanggung
jawab
terbatas,
juga
jawab pemeriksa
menyiratkan
tidak
tak
tidak
itu
melakukan kekeliruan.
individu auditor
4. PENGENDALIAN MUTU
Standar umum yang keempat dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yaitu tentang
pengendalian mutu. Dalam standar tersebut dinyatakan bahwa Setiap organisasi pemeriksa yang
melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian
mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang
kompeten (pengendalian mutu ekstern).
39
Sistem pengendalian mutu yang disusun oleh organisasi pemeriksa harus dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa organisasi pemeriksa tersebut:
1.
2.
Telah menetapkan dan mematuhi kebijakan dan prosedur pemeriksaan yang memadai
Bila kita bandingkan Standar ini dengan standar yang terdapat pada Generally Accepted
Government Accounting Standards (GAGAS) dan pada International standards of supreme audit
institutions (ISSAI), kedua standar tersebut juga mencantumkan pengendalian mutu.
Dimana dalam GAGAS disebutkan bahwa Each audit organization performing audits in accordance
with GAGAS must:
a.
Establish and maintain a system of quality control that is designed to provide the audit
organization with reasonable assurance that the organizatioan and its personnel comply with
professional standards and applicable legal and regulatory requirements, and
b.
Have an external peer review performed by reviewers independent of the audit organization
The firm and its personnel comply with professional standards and applicable legal and
Reports issued by the firm or engagement partners, are apprpriate in the circumstances.
Disini kita bisa lihat bahwa baik SPKN, GAGAS, maupun ISSAI sama-sama menekankan organisasi
untuk membuat dan memiliki suatu sistem kendali mutu yang memadai. Namun disini kita juga
dapat menemukan perbedaan antara standar-standar tersebut mengenai jangka waktu dilakukan
review, dimana dalam GAGAS disebutkan untuk dilakukan review oleh pihak ketiga paling tidak
sekali dalam 3 tahun sedangkan dalam SPKN review oleh pihak ketiga tersebut dilakukan paling
tidak sekali dalam 5 tahun. Sedangkan dalam ISSAI tidak diatur mengenai review oleh pihak ketiga
mengenai sistem pengendalian mutu.
Sifat dan lingkup sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa bergantung pada beberapa
faktor, seperti ukuran, tingkat otonomi kegiatan yang diberikan kepada pemeriksa dan organisasi
pemeriksa, sifat pekerjaan, struktur organisasi, pertimbangan mengenai segi biaya dan
40
manfaatnya. Sehingga, sistem pengendalian mutu yang disusun oleh organisasi pemeriksa secara
individu akan bervariasi. Dan hal ini tercantum dalam ketiga standar tersebut.
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dicantumkan syarat bagi Pemeriksa atau organisasi
pemeriksa yang mereview pengendalian mutu pemeriksaan yang meliputi hal berikut:
a.
Pemeriksa tersebut harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang mutakhir mengenai
pemeriksa yang direview, pegawainya, dan entitas yang diperksa (yang pelaksanaan
pemeriksaannya dipilih untuk direview). Suatu organisasi pemeriksa dilarang mereview organisasi
pemeriksa lainnya yang baru saja melaksanakan review mengenai pengendalian mutu pemeriksaan
terhadap organisasi pemeriksa tersebut.
c.
review atas pengendalian mutu pemeriksaan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari on-thejob training, pendidikan dan pelatihan maupun kombinasi keduanya.
Sementara untuk review atas pengendalian mutu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
Pemeriksa tersebut harus memilih salah satu pendekatan dibawah ini untuk menentukan
Memilih pemeriksaan yang secara memadai dapat mewakili penugasan pemeriksaan oleh
pemeriksa, termasuk satu atau lebih penugasan pemeriksaan yang dilaksanakan berdasarkan
standar pemeriksaan ini.
c.
Review atas mutu pemeriksaan meliputi penilaian kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu organisasi pemeriksa, termasuk pula prosedur pengawasan terkait pelaporan pemeriksaan,
dokumentasi pemeriksaan yang diperlukan, serta wawancara dengan staf profesional organisasi
pemeriksa yang direview untuk menentukan pemahaman dan kepatuhan terhadap kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu pemeriksaan.
d.
Review harus cukup komprehensif untuk memberikan dasar yang memadai untuk
menyimpulkan bahwa sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa yang direview telah
dilaksanakan sesuai dengan standar profesional. Pemeriksa harus mempertimbangkan mengenai
41
kecukupan dan hasil pengwasan organisasi pemeriksa yang direview dalam perencanaan prosedur
review secara efisien.
e.
Laporan tersebut harus meliputi lingkup review, termasuk setiap keterbatasan yang ada, dan harus
mengungkapkan suatu opini mengenai apakah sistem pengendalian mutu pemeriksaan yang
dilakukan organisasi pemeriksa yang direview telah memadai dan sesuai dengan standar
profesional.
Syarat-syarat yang tercantum pada SPKN diatas, ternyata tidak dicantumkan baik di dalam GAGAS
maupun pada ISSAI. Namun pada GAGAS maupun iSSAI sudah tercantum mengenai elemenelemen pada quality assurance yang terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
Human resources,
e.
f.
Monitoring of quality
walaupun secara sekilas terdapat perbedaan antara syarat pada SPKN dengan elemen-elemen
pada GAGAS dan ISSAI namun bila ditelusuri lebih rinci syarat pada SPKN dengan elemen pada
GAGAS dan ISSAI itu saling berhubungan. contohnya pada syarat di SPKN dicantumkan bahwa
pemeriksa dharus menyiapkan laporan tertulis untuk mengkomunikasikan hasil reviewnya,
sedangkan pada elemen di GAGAS dan ISSAI terdapat pembahasan mengenai documentation and
reporting. sehingga bisa ditarik kesimpulan walau namanya dan pembagiannya berbeda namun
intinya kedua hal tersebut saling berkaitan.
Berikut tabel yang berisi ringkasan mengenai perbedaan standar umum mengenai pengendalian
mutu pada ketiga standar tersebut.
42
Uraian
Sumber
SPKN
ISSAI
GAGAS
Chapter
Quality
pertama Paragraf 34
Pernyataan Standar
with accordance
with
dan
pengendalian
sistem
mutu
mutu
ekstern)
a. establish
and
maintain a system
of quality control
that is designed to
provide the audit
organization
with
reasonable
assurance that the
organization and its
personnel
with
comply
professional
standards
and
applicable
legal
and
regulatory
requirements,and
b. have an external
peer
performed
review
by
reviewers
independent of the
audit organization
being reviewed at
43
Tidak ditetapkan
3 tahun sekali
Tidak ditetapkan
Ada
Tidak ditetapkan
Ada
Tidak ditetapkan
Ada
Sistem Pengendalian
Mutu
Syarat
reviu
pelaksanaan Ada
atas
Sistem
Pengendalian Mutu
Syarat
pemeriksa Ada
Sistem
Pengendalian Mutu
Elemen
Sistem Ada
Pengendalian Mutu
44
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pemeriksa Keuangan. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Government Accountability Office. 2011. Government Auditing Standards. U.S. Government Accountability
Office Report GAO-12-331G.
International Organization of Supreme Audit Institutions. ISSAI 100 - Fundamental Principles of PublicSector Auditing. International Organization of Supreme Audit Institutions.
45