Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum tingkat satuan


pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan
imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

Peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif


membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. National Council of Teachers of Matematics atau NCTM (2000)
menggariskan bahwa dalam mempelajari matematika peserta didik tidak hanya
bergantung pada "apa" yang diajarkan, tetapi juga bergantung pada
"bagaimana" matematika itu diajarkan, atau bagaimana peserta didik belajar.

Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan


peserta didik. Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan
lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian,
ataupun salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu
alternatif pembelajaran bagi peserta didiknya agar dapat memahami konsep-
konsep yang telah diajarkan.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang
tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah
informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara
sistematis (suyitno, 1997:40). Tetapi pada kenyataannya LKS yang telah
dimiliki oleh peserta didik selama ini belum mampu membantu dalam
menemukan konsep, karena hanya berisi materi dan soal-soal. Selain itu
ditinjau dari segi penyajiannya pun kurang menarik.

Model pembelajaran matematika yang efektif dan menarik adalah model


pembelajaran yang memiliki nilai relevansi dengan pencapaian daya
matematika, memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas, mampu
mengembangkan suasana belajar mandiri, menarik perhatian peserta didik dan

1
sejauh mungkin memanfaatkan momentum kemajuan teknologi khususnya
fungsi teknologi informasi.

Thompson, dkk. (2000) menyatakan, "E-learning is instructional content or


learning experiences delivered or enabled by electronic technology."
Pemanfaatan teknologi elektronik dalam pembelajaran memberi penguatan
terhadap pola perubahan paradigma pembelajaran. Sistem e-learning
merupakan bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Penggunaan teknologi informasi dan multimedia menjadi sebuah cara yang


efektif dan efisien dalam menyampaikan informasi. Komputer merupakan
salah satu teknologi informasi yang memiliki potensi besar untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
matematika. Banyak hal abstrak atau imajinatif yang sulit dipikirkan peserta
didik, dapat dipresentasikan melalui simulasi komputer. Latihan dan
percobaan-percobaan eksploratif matematika dapat dilakukan peserta didik
dengan menggunakan program-program sederhana untuk penanaman dan
penguatan konsep, membuat pemodelan matematika, dan menyusun strategi
dalam memecahkan masalah.

Internet merupakan salah satu program yang memanfaatkan media komputer.


Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas
terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa
dengan media ini memang dimungkinkan terselenggaranya proses belajar
mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena internet mempunyai ciri
khas dibanding dengan media yang lain.

Berangkat dari hal itulah penulis menyampaikan gagasan untuk menggunakan


lembar kerja siswa (LKS) matematika interaktif yang diintegrasikan dengan
website sebagai inovasi dalam dunia pendidikan. Gagasan ini diwujudkan
dalam bentuk karya tulis dengan judul ”Lembar Kerja Siswa (LKS)
Matematika Interaktif Model E-Learning (Electronic Learning) Berbasis
Web”.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang diangkat dalam karya tulis
ini adalah sebagai berikut ini.
a. Bagaimana model lembar kerja siswa (LKS) matematika interaktif
model e-learning berbasis web?.
b. Bagaimana pengembangan program lembar kerja siswa (LKS)
matematika interaktif model e-learning berbasis Web pada Mata Pelajaran
Matematika?.

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan krya tulis ini sebagai berikut.
a. Memaparkan model lembar kerja siswa (LKS) interaktif melalui e-
learning berbasis Web sebagai pembelajaran.
b. Mengetahui bagaimanakah pengembangan program pembelajaran dalam
penerapan lembar kerja siswa (LKS) melalui e-learning berbasis Web
pada Mata Pelajaran Matematika.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis sebagai berikut.
a. Memberikan informasi model LKS interaktif berbasis Web yang dapat
dimanfaatkan oleh para peserta didik dan guru serta masyarakat dalam
pembelajaran Matematika.
b. Memberikan informasi mengenai konsep LKS interaktif berbasis Web
dalam pembelajaran matematika.
c. LKS interaktif berbasis Web ini diharapkan mampu memberikan inspirasi
kepada para guru untuk lebih bervariatif dalam menyampaikan mata
pelajaran.
d. LKS interaktif ini dapat direalisasikan menjadi salah satu model
pembelajaran di Indonesia.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan karya tulis ini sebagai berikut.
Bagian Awal Karya Tulis.

3
Bagian pendahuluan dalam karya tulis ini berisi judul karya tulis, lembar
pengesahan dari Unnes, abstrak yang merupakan uraian singkat isi karya
tulis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.
Bagian Isi.
Bagian isi dalam karya tulis ini dibagi menjadi lima bab sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang yang mendasari
penulisan, permasalahan yang akan dicari jawabannya, tujuan dan
manfaat penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II Telaah Pustaka
Berisi teori-teori dan pendapat para ahli yang digunakan untuk
menjawab permasalah.
Bab III Metode Penulisan
Pada bab ini berisi tentang pendekatan penulisan, sumber penulisan,
sasaran penulisan dan tahapan penulisan.
Bab IV Pembahasan
Pada bab ini teori-teori para ahli dianalisis untuk mencari jawaban dari
permasalahan kemudian dideskriptifkan dalam bentuk tulisn maupun
gambar.
Bab V Penutup
Mengemukakan mengenai simpulan atau jawaban dari permasalahan
yang ada, dan berisi saran yang direkomendasikan penulis.
Bagian Akhir Karya Tulis.
Bagian akhir karya tulis ini berisi daftar pustaka dan lampiran daftar
riwayat hidup penulis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran


Matematika

Lembar Kerja Siswa (LKS) Merupakan salah satu jenis alat bantu
pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga
pembelajaran matematika. Secara umum LKS merupakan perangkat
pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas
yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus
dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk
menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan
dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan
pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk
menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.

LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan
disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan
kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta
didik. Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus
memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki materi
(matematika) dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang
efisien dan efektif. (Hidayah, 2007:8)

Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar adalah sebagai


berikut.
1. Memberi pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.
2. Mengecek tingkat pemahaman
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.
3. Mengembangkan dan menerapkan
materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

5
Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses.
4. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar.
6. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40).
Langkah-langkah menyusun LKS adalah sebagai berikut.
1. Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan
bahan ajar LKS.
2. Menyusun peta kebutuhan LKS.
3. Menentukan judul-judul LKS.
4. Penulisan LKS.
a. Rumusan kompetensi dasar LKS diturunkan dari buku
pedoman khusus pengembangan silabus.
b. Menentukan alat penilaian.
c. Menyusun materi.
(Abadi, Hartono, Junaedi, 2005 dalam Rahmawati, 2006:25).

Ada dua macam lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan dalam
pembelajaran di sekolah.
1. Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur.
Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana
untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang
dipakai untuk menyampaiakn pelajaran. LKS merupakan alat bantu
mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi
dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau
lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.

6
2. Lembar Kerja Siswa Berstruktur.
Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas.
LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program
kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan
pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah
disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan
peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat
dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa.
(Indrianto, 1998:14-17).
Rumaharto (dalam Hartati, 2002:22) menyebutkan bahwa LKS yang baik harus
memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut
meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan
kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya
haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS
yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut
haruslah memenuhi asas-asas yang efektif
Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa
untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil
keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada
tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap
penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan
lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk
mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang
topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep
(TIM PPPG Matematika dalam Rahmawati, 2006:27).

B. Tinjauan Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK)

Terdapat beberapa bentuk interaksi pembelajaran berbantukan komputer, yaitu


bentuk latihan dan praktek (drill and pratice), tutorial, permaianan (game),
simulasi (simulation), penemuan interaktif, presentasi atau demonstrasi,
komunikasi tes, sumber informasi, dan pemecahan masalah (problem solving).
(Kusumah, 2006:398).

7
Dalam kegiatan latihan, komputer memberikan soal-soal mengenai suatu topik
untuk dipecahkan oleh peserta didik dan komputer memberikan umpan balik
berdasarkan respon peserta didik tersebut. Kegiatan tutorial dimaksudkan
untuk mengajarkan informasi baru mengenai suatu topik pelajaran. Permainan
dapat berfungsi sebagai penyaji bahan pelajaran baru atau juga sebagai
penguat terhadap pelajaran yang telah diperoleh peserta didik melalui kegiatan
lain. Dalam simulasi atau permodelan, komputer menyediakan simulasi atau
model suatu konsep atau kejadian untuk diberi masukan oleh peserta didik dan
komputer akan memberi respon terhadap masukan tersebut sebagaimana
sistem yang sesungguhnya akan bertindak.

Pola tutorial interaktif diwujudkan dalam bentuk menampilkan suatu materi


melalui komputer sebagai alat untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman
peserta didik dalam topik tertentu, memberi penguatan terhadap respon peserta
didik yang tepat, mendiagnosa kekeliruan, menyediakan pilihan bagi peserta
diidk dengan bakat yang berlainan. Peserta didik dilatih berpikir melalui
pemberian stimulus pertanyaan yang membuat peserta didik berkonsentrasi
pada materi yang disajikan.

Pola tutorial dalam bentuk bahan ajar interaktif disusun secara sistematis
peserta didik memahami konsep melalui teks, hiperteks dan hipermedia.
Melalui hiperteks, tulisan dan materi disajikan dalam bentuk animasi secara
non-linear sehingga akan kelihatan lebih hidup dan bervariasi. Hipermedia
menggunkan beragam jenis media yang terhubung dalam suatu sistem yang
membolehkan penggunanya untuk menggunkan berbagai media lainnya secara
non-linear. Hanya saja model tutorial harus memperhatikan tingkat kesulitan
materi (difficulty level), materi prasyarat (prerequisite) dan keterbatasan
materi (readability). (Kusumah, 2006:399).

Eisenberg dalam Sugilar (1996) mengajukan karakteristik PBK sebagai


berikut.
1. Peserta didik dimungkinkan untuk belajar kapan saja.
2. Peserta didik tak dapat melanjutkan belajar tanpa permasalahan yang
menyeluruh pada materi yang dipelajari.

8
3. Terdapat respon yang segera terhadap setiap pertanyaan yang diberikan
peserta didik.
4. Jika peserta didik menjawab salah dan memalukan maka tak ada orang
lain yang tahu.
5. Memungkinkan setiap peserta didik berperan serta dalam proses belajar,
dan tak ada kemungkinan pelajaran di dominasi oleh segelintir orang.

Manfaat PBK dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan interaksi peserta didik dalam pembelajaran melalui


pengelolaan tanggapan peserta didik dan umpan balik berdasarkan
tanggapan tersebut.
2. Individualisasi belajar yang memperhatikan kemampuan awal dan
kecepatan belajar peserta didik
3. Efektivitas biaya karena dapat direproduksi dan disebarkan dengan biaya
rendah.
4. Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dapat mengendalikan
pembelajaran dan mendapat umpan balik yang segera.
5. Kemudahan untuk mencatat kemajuan peserta didik dalam menguasai
materi yang diberikan.
6. Terjaminnya keutuhan pelajaran karena hanya topik yang perlu saja yang
dituangkan dalam program komputer, sedangkan topik yang tidak relevan
secara sengaja tidak disajikan. (Hannafin dan Peck, 1988 dalam Sugilar,
1996).

Kendala penerapan PBK diantaranya adalah sebagai berikut ini. (Hannafin &
Peck, 1988 dalam Sugilar, 1996)
1. Sangat bergantung pada kemampuan membaca dan keterampilan visual
peserta didik.
2. Membutuhkan tambahan keterampilan pengembangan di luar keterampilan
yang dibutuhkan untuk pengembangan pembelajaran yang lama.
3. Memerlukan waktu pengembangan yang lama.
4. Kemungkinan peserta didik untuk belajar secara tak sengaja (intidental
learning) menjadi terbatas.

9
5. Hanya bertindak berdasarkan masukan yang telah terprogram sebelumnya,
tidak dapat bertindak secara spontan.

Kendala-kendala tersebut dapat diminimalkan dengan :


1. Menggabungkan PBK dengan peralatan lain seperti videodisc dan
audiodisc sehingga tidak terlalu bergantung pada tampilan layar komputer
2. Memilih paket PBK yang sudah dikembangkan pihak lain untuk
menghindari lamanya waktu dan keterampilan mengembangkan PBK
sendiri, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran dan karakteristik
pembelajaran peserta didik.
3. Menempatkan PBK sebagai tambahan dalam kegiatan belajar yang
melibatkan tutor dan bahan yang tercetak. (Hannafin & Peck, 1988 dalam
Sugilar, 1996).
C. E-learning (Electronic Learning)
1. Pengertian e-learning
Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an
(Waller and Wilson, 2001 dalam Siahaan, 2002). Berbagai istilah
digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran
elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning,
virtual learning, atau web-based learning.

Banyak pakar pendidikan memberikan definisi mengenai e-learning,


seperti yang dipaparkan oleh Thompson, Ganxglass dan Simon dalam
Yaniawati (2003) berikut ini, "E-learning is instructional content or
learning experiences delivered or enabled by electronic technology".
Kemudian Thompson juga menyebutkan kelebihan e-learning yang dapat
memberikan fleksibilitas, interaktifitas, kecepatan, visualisasi melalui
berbagai kelebihan dari masing-masing teknologi. Menurut Azwan bin
Abidin & Rozita bt Nawi (2002a) dalam Yaniawati (2003), e-learning
merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem online sebagai
medium perantara di antara guru dan pelajar. Belajar melalui online ini
akan memudahkan kedua belah pihak, karena penyampaian materi ajar
lebih cepat, mudah dan efisien dibanding dengan cara-cara yang lain. Guru

10
dapat memberikan materi pelajaran lewat internet yang dapat diakses
setiap saat dan di mana saja. Peserta didik juga tidak perlu harus selalu
belajar di kelas untuk mendapatkan informasi mengenai materi yang ingin
diperolehnya. Bahkan peserta didik dapat mengembangkan proses
belajarnya dengan mencari referensi dan informasi dari sumber lain.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, e-learning menggunakan sistem


jaringan elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk penyampaian materi
ajar, interaksi ataupun evaluasi pembelajaran. Internet, Intranet, satelit,
tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah media elektronik
yang dimaksudkan dalam system jaringan ini. Dengan sistem jaringan ini
pula, e-learning dapat menghubungkan peserta didik dengan sumber
belajarnya (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah
atau bahkan berjauhan. Interaktifitas dalam hubungan tersebut,
sebagaimana diutarakan di atas, dapat dilakukan secara langsung
(synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous).

2. Fungsi Pembelajaran Elektronik


Setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik didalam kegiatan
pembelajaran di kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen
yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti
(substitusi). (Siahaan, 2002).
a. Suplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta
didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada
kewajiban atau keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya pilihan, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau
wawasan.
b. Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi
pembelajaran yang diterima peserta didik di kelas. Sebagai komplemen

11
berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi
materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai pengayaan, apabila


peserta didik yang dapat menguasai/memahami materi pelajaran pada
saat tatap muka dengan cepat diberikan kesempatan untuk mengakses
materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus
dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang
disajikan guru di dalam kelas.

Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik


yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan
guru secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan
untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang
secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik
semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru
di kelas.

c. Substitusi (Pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan
beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/pembelajaran kepada
para Peserta didiknya. Tujuannya agar para Peserta didik dapat secara
fleksibel mengelola kegiatan pembelajarannya sesuai dengan waktu
dan aktivitas lain sehari-hari Peserta didik. Ada 3 alternatif model
kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1)
sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara
tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3)
sepenuhnya melalui internet.

Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih Peserta


didik tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model
penyajian materi pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian
yang sama. Jika Peserta didik dapat menyelesaikan program

12
pembelajarannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya
melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini,
maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan
yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu
Peserta didik untuk mempercepat penyelesaian pembelajarannya.

3. Manfaat E-Learning
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau
materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan guru
atau instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat
saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang
menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta
didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di
dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan
kebutuhan, guru atau instruktur dapat pula memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-
soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan
dalam rentangan waktu tertentu pula (Siahaan, 2002).

Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 sudut, yaitu dari
sudut peserta didik dan guru:
a. Dari Sudut Peserta Didik
Adanya kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya
fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat
mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta
didik juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. Dengan
kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan
penguasaannya terhadap materi pembelajaran.

b. Dari Sudut Guru


Adanya kegiatan e-learning dari sudut pandang guru atau instruktur
dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

13
1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang
menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan
keilmuan yang terjadi,
2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan
wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih
banyak,
3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan
guru/Guru/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta
didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu
topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan
setelah mempelajari topik tertentu, dan
5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya
kepada peserta didik. (Soekartawi, 2003),

Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A. W. Bates (Bates,


1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) dalam Siahaan (2002) terdiri atas 4 hal,
yaitu:
1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta
didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity)
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta
didik dengan guru atau instruktur, antara sesama peserta didik,
maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance
interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat
konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan
pendapatnya di dalam proses pembelajaran.
Pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang
ada atau yang disediakan guru atau instruktur untuk berdiskusi atau
bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas
ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang

14
cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan
terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu
maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang
yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan
pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan
dari teman sekelas.

2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana


dan kapan saja (time and place flexibility)

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik


dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet,
maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber
belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan
tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada guru
atau instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu
sampai ada janji untuk bertemu dengan guru atau instruktur.
Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada
pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka
Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media
penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia
(UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah
dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih
terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai
“tutorial elektronik”.

3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential


to teach a global audience)

E-learning yang mempunyai fleksibilitas waktu dan tempat, maka


jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan
pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang
dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di

15
mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi
dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan
belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang
membutuhkan.

4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi


pembelajaran (easy updating of content as well as archivable
capabilities)

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai


perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu
mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian
juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar
sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat
dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu,
penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula
dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta
didik maupun atas hasil penilaian guru atau instruktur selaku
penanggung jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar
elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh guru atau
instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik.
Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya
sendiri, harus ada komitmen dari guru atau instruktur yang akan
memantau perkembangan kegiatan belajar dan sekaligus secara
teratur memotivasi peserta didik.
Beberapa manfaat e-learning yang dapat diperoleh dalam penerapannya
bagi organsiasi belajar, adalah sebagai berikut.
1) Peningkatan produktifitas; melalui e-learning waktu
untuk perjalanan dapat direduksi sehingga produktifitas peserta
didik maupun guru tidak akan hilang karena kegiatan perjalanan
yang harus dilakukan untuk memperoleh proses pembelajaran.

16
2) Mempercepat proses inovasi; kompetensi sumber daya
manusia juga dapat mengalami depresiasi. Pembaharuan
kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui e-learning sehingga
kompetensi selalu memberi nilai melalui kreatifitas dan inovasi
sumber daya manusia.
3) Efisiensi; proses pembangunan kompetensi dapat
dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat dan mencakup
jumlah yang lebih besar.
4) Fleksibel dan interaktif; kegiatan e-learning dapat
dilakukan dari lokasi mana saja selama pengguna memiliki koneksi
dengan sumber pengetahuan tersebut dan interaktifitas
dimungkinkan secara langsung atau tidak langsung dan secara
visualisasi lengkap (multimedia) ataupun tidak.

D. Internet Sebagai Media Pembelajaran Elektronik

Sampai sekarang belum ada definisi secara pasti tentang apa arti internet itu.
Akan tetapi secara teoritikal internet dapat diartikan sebagai jaringan kerja
(network) berbagai komputer di seluruh dunia yang semuanya saling terkait.
Jaringan tersebut terdiri mulai PC, jaringan local berskala kecil, jaringan kelas
menengah, hingga jaringan-jaringan utama yang menjadi tulang punggung
internet seperti NSFnet, NEARnet, SURAnet dan lain-lain.

Internet mempunyai potensi yang besar dalam e-learning. Pertama, internet


bisa diakses pada saat-saat (waktu) yang dikehendaki. Dengan adanya sumber
online, peserta didik akan memperoleh data, ide serta berbagai pengetahuan
yang ada. Kedua, peserta didik maupun guru bisa mengeluarkan pendapat
secara bebas mengenai materi ajar tanpa adanya hambatan psikologis,
sebagaimana bila pembnelajaran dilakukan dengan tatap muka. Ketiga,
masyarakat umum dapat pula mengakses, mengkoreksi, dan mengendalikan
aplikasi serta materi ajar. Selebihnya, internet dapat memberikan peluang
untuk mengembangkan wawasan secara lebih luas dengan cara
mengkonfirmasi bahan dengan sumber bacaan dari situs lainnya.

17
Keserasian dan sinergi antara berbagai piranti yang terlibat dalam sistem
elektronis, serta dukungan penguasaan bahasa yang baik, akan menjadikan
Internet sebagai satu alternatif pembelajaran yang efektif. Pembelajaran
berbasis web merujuk kepada pengajaran yang disampaikan melalui jaringan
WWW di mana bahan pengajaran, kumpulan diskusi, ujian dan lain-lain
adalah berlandaskan web. Menurut B.H. Khan (2001) dalam Hardjito (2002)
sistem pembelajaran berbasis web merupakan sistem pembelajaran yang
terbuka dan fleksibel.

Alternatif sistem pengajaran yang ditawarkan oleh sistem pembelajaran


berbasis web ini akan meningkatkan minat dan motivasi untuk memperoleh
pengetahuan-pengetahuan baru yang tidak mungkin dapat diterima dari sebuah
kelas tradisional. Contohnya, penggunaan e-mail sebagai alat komunikasi
untuk bertukar-tukar pengumuman dalam suasana yang tiada batasan.

18
BAB III

METODE PENULISAN

A. Pendekatan Penulisan

Pendekatan penulisan karya tulis ini menggunkan studi deskriptif yaitu


mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang
merupakan pendukung untuk menyelesaikan permaslahan yang ada mengenai
lembar kerja siswa (LKS), metode interaktif, dan model pembelajaran melalui
internet (Web). Data tersebut kemudian dianalisis untuk dirumuskan solusi
yang tepat dari permasalahan karya tulis ini.

B. Sumber Penulisan

Sumber data yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ini adalah sebagai
berikut.
1. Studi Pustaka
Berdasarkan permasalahan yang muncul, penulis mencari sumber-sumber
pustaka yang relevan, mempelajari, dan menuangkannya dalam telaah
pustaka.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan berupa penghimpunan berbagai dokumen
yang ada dalam majalah, surat kabar, jurnal maupun buletin ilmiah yang
kemudian dihimpun berdasarkan prioritas manfaat sebagai landasan teori.

C. Sasaran Penulisan

Sasaran penulisan karya tulis ini adalah seluruh peserta didik di Indonesia
pada jenjang SD, SMP, dan SMA.

D. Tahapan Penulisan

Melihat permasalahan yang muncul ditengah masyarakat, penulis mencari


data-data dan pendapat para ahli yang relevan untuk memberikan solusi yang
tepat. Kegiatan analisis dilakukan dengan observasi terhadap buku-buku, hasil
penelitian, naskah, dan sumber-sumber lain yang relevan dengan

19
permasalahan yang diangkat. Proses analisis data yang dilakukan dalam
penulisan karya tulis ini mencakup tiga komponen pokok sebagai berikut ini.

1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi dari data yang diperoleh berdasarkan sumber pustaka. Reduksi
data merupakan bagian dari analisis data yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, dan membuang data yang tidak penting
agar simpulan dapat diambil.
2. Sajian Data
Sajian data merupakan susunan informasi yang dapat ditarik dalam
penulisan karya tulis ini yang disajikan secara lengkap baik data yang
diperoleh melalui studi pustaka maupun dokumentasi kemudian dianalisis
dengan kategori dalam permasalahan yang ada guna memperoleh sajian
data yang jelas dan sistematis. Data yang telah terorganisir ini kemudian
dijabarkan secara deskriptif dalam bentuk tulisan atau gambar.
3. Penarikan Simpulan
Data yang telah direduksi dan didiskriptifkan dalam bentuk sajian data
kemudian diinterpretasikan. Setelah itu barulah ditarik simpulan akhir
yang sistematis dan perumusan saran yang relevan dengan permasalahan
yang dikaji

20
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Interktif Berbasis Web

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Web

Model lembar kerja siswa (LKS) pada karya tulis ini mempunyai
pengertian lembar kerja bagi para peserta didik yang disajikan dalam
bentuk pertanyaan yang dapat mengkonstruk pemahaman peserta didik
tanpa harus didampingi oleh guru. Dalam penggunaan LKS ini digunakan
Web sebagai media penyampaiannya kepada peserta didik. Web
digunakan karena mempunyai jaringan luas dan akan memberikan
kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk memilih waktu, tempat
maupun materi yang akan dipelajari.

LKS interaktif ini memiliki karakteristik sendiri dan berbeda dengan LKS
yang beredar di sekolah saat ini. Adapun perbedaan LKS konvensional
dan LKS interaktif berbasis web terlihat pada tabel berikut.

LKS interktif berbasis


No Perbedaan LKS Konvensional
Web
1. Materi Disajikan dalam Disajikan dalam bentuk
bentuk deskriptif pertanyaan yang dapat
mengkonstruk
pemahaman peserta didik
2. Gambar, grafik Disajikan dalam Disajikan bergerak dan
maupun tulisan keadaan diam langkah per langkah,
ketika peserta didik tidak
mengerti dapat diulang.
3. Komunikasi Dilakukan dengan Dua arah (ketika peserta
satu arah didik memberikan
jawaban atau respon LKS
ini akan memberikan
respon/umpan balik)
4. Isi Menekankan banyak Menekankan pada

21
pada soal-soal. penanaman konsep
matematika, soal hanya
dijadikan sebagai
pengantar pemahaman
peserta didik
5 Tampilan Disajikan pada Disajikan lebih menarik
lembaran kertas. dengan tampilan gambar
yang disukai oleh anak-
anak dan tampilannya
lebih hidup.
Tabel 1. Perbedaan LKS konvensional dan LKS interaktif berbasis Web

Dari tabel tersebut terlihat jelas perbedaan antar kedua LKS. Berdasarkan
tabel tersebut pula dapat diprediksi bahwa LKS interaktif ini akan mampu
diterima di dunia pendidikan sebagai sebuah pelengkap dalam proses
pembelajaran matematika.

Kemajuan teknologi komputer dan internet turut mendukung


perkembangan model pembelajaran. Penggunaan komputer tidak terbatas
dan memiliki potensi yang besar sebagai media dalam pembelajaran
matematika. Penggunaan LKS matematika interaktif berbasis web ini akan
mampu membantu peserta didik dalam mencapai tujuan dari kurikulum.
Peserta didik dapat mengatur kecepatan belajarnya, disesuaikan dengan
tingkat kemampuannya. Mereka dapat mengulang beberapa kali sehingga
benar-benar menguasai materi yang harus dipahaminya. LKS ini juga
dapat diperbaharui sewaktu-waktu jika memang dipandang masih ada
kekurangan dan tidak relevan dengan perkembangan jaman. Penggunan
Web sebagai media penyampaian LKS dimaksudkan agar peserta didik
dapat memilih waktu dan tempat untuk belajar.

2. Konsep Model LKS Matematika Interaktif dan Web

Model LKS matematika interaktif berbasis web berbeda dengan LKS yang
beredar di sekolah-sekolah. LKS matematika interaktif berbasis web ini
digunakan untuk menyampaikan materi dengan serangkaian pertanyaan-

22
pertanyaan sebagai pengantar peserta didik dalam mengkonstruk
pemahamannya. Serangkaian pertanyaan tersebut satu dengan yang lain
saling terkait. Sehingga peserta didik harus belajar menggunakan LKS ini
secara runtut dari awal sampai akhir. Peserta didik mempelajari materi
yang disajikan melalui pertanyaan sehingga rumus atau konsep itu
ditemukan sendiri oleh peserta didik.

Secara garis besar LKS matematika interaktif terdiri dari 3 bagian sebagai
berikut ini.

a. Menu Utama LKS

Di dalam menu utama terdapat menu pilihan untuk menjalankan


lembar kerja siswa (LKS). Adapun tampilan LKS interaktif sebagai
berikut.

a
c
d

e b

f
g

Gambar 1. Tampilan menu utama LKS

Keterangan:
a. Judul berisi jenjang
pendidikan dan kelas
b. Tampilan Inti LKS
merupakan bagian untuk menampilkan pertanyaan, gambar
maupun grafik.
c. Home untuk perintah
kembali ke halaman Web utama.
d. Materi untuk menuju
halaman materi pembelajaran.

23
e. LKS merupakan
menu pilihan model LKS 1/LKS 2/LKS 3
f. Tujuan untuk
menunjukan tujuan pembelajaran.
g. Manfaat untuk
menunjukan manfaat pembelajaran.

b. Lembar Kerja Siswa

a
d
b
e

c
f

g .
Gambar 2. Tampilan soal LKS
Keterangan:
a. Perintah kepada pengguna LKS
b. Gambar ataupun grafik yang dipelajari mempunyai animasi.
c. Pertanyaan-pertanyaan dan kolom jawaban.
d. Tombol menuju ke menu utama.
e. Tombol pilihan soal tapi pengguna disarankan memilih soal
secara urut karena pertanyaan disusun runtun dan sistematis.
f. Tombol menuju simpulan materi.
g. Tombol Next untuk menuju soal selanjutnya dam tombol Back
untuk kembali ke soal sebelumnya.

Tampilan simpulan dari materi yang dipelajari sebelumnya tampak


pada gambar berikut.

24
a

c b

Gambar 3. Tampilan simpulan LKS

Keterangan:
a. Gambar yang dipelajari dan dicari rumus atau konsep.
b. Pertanyaan yang menggarahkan peserta didik untuk dapat
menemukan materi yang telah dipelajari.
c. Menu-menu pilihan

c. Desain Website

Homepage merupakan halaman awal (index) munculnya sebuah siteus


dalam internet. Pada tampilan homepage terdapat menu – menu pilihan
untuk memberikan informasi yang lebih lengkap. Seperti pada
tampilan gambar 4.
JURUSAN MATEMATIKA
a UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG b
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA
INTERAKTIF
Home SD/MI SMP/MTs SMA/MA Download c
PENDIDIKAN DI INTERNET
User
Internet mempunyai potensi yang besar dalam e-learning.
f Password Pertama, internet bisa diakses pada saat-saat (waktu) yang
dikehendaki. Dengan adanya sumber online, peserta didik
akan memperoleh data, ide serta berbagai pengetahuan yang d
Daftar Masuk
ada. Kedua, peserta didik maupun guru bisa mengeluarkan

Dinas Pendidikan pendapat secara bebas mengenai materi ajar tanpa adanya
hambatan psikologis, sebagaimana bila pembnelajaran
e Google
dilakukan mengendalikan dengan tatap muka. Ketiga,
E-dukasi
masyarakat umum dapat pula mengakses, mengkoreksi, dan
aplikasi serta materi ajar. Selebihnya, internet dapat
memberikan peluang untuk mengembangkan wawasan

Gambar 4 . Tampilan hompage LKS matematika intearktif

25
Keterangan:
a. Logo adalah lambang pembuat web dan LKS matematika interaktif
b. Nama lembaga pembuat Web dan LKS
c. Menu Pilihan
1. Home merupakan menu
kembali ketampilan awal website.
2. Jenjang Pendidikan
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) digunakan untuk memilih
jenjang pendidikan dan kelas. Khusus untuk SD/MI dimulai
dari kelas 5. Adapun contoh menu pilihan tersebut sebagai
berikut.

SMP/MTs Kelas VII


Kelas VIII
Kelas IX Semester I Materi
Semester II
Persiapan UN
Gambar 5. Contoh tampilan pemilihan jenjang pendidikan dan materi

Peserta didik atau pengguna dapat memilih jenjang pendidikan


apa yang akan dipelajari beserta materinya.
3. Download merupakan menu
yang digunakan untuk mendowload LKS yang ada.
d. Artikel atau berita pendidikan merupakan suatu
informasi terkini yang ada di dunia pendidikan, sekaligus
merupakan tempat pererta didik atau pengguna dapat saling
berhubungan dengan peserta didik yang lain lewat saran maupun
komentar.
e. Link ke situs lain Web LKS matematika interaktif ini
juga menyediakan menu untuk mengakses situs yang lain.
f. Login menu yang mengharuskan peserta didik untuk
menjadi anggota dalam situs sebelum menggunakan LKS. Setelah
menjadi anggota peserta didik akan mendapatkan akses untuk

26
menggunakan LKS, berkomunikasi dengan pengguna atau peserta
didik yang lain, dan download LKS matematika interaktif.

3. Pembuatan LKS Matematika Interaktif

Pembuatan LKS matematika interaktif berbasis web secara garis besar


terdiri dari tiga langkah sebagai berikut.

a. Membuat LKS matematika interaktif


Pembuatan LKS ini dimulai dengan pembuatan konsep LKS. Konsep
ini ditulis dalam bentuk script atau naskah, naskah tersebut kemudian
dikonsultasikan kepada para ahli matematika. Hal ini dilakukan agar
LKS yang disusun nantinya tidak ada kesalahan pada materinya.
Ketika naskah tersebut terdapat kesalahan, maka naskah diperbaiki.
Dan setelah naskah tidak terjadi kesalahan, maka akan dilanjutkan ke
proses mendesain LKS dalam komputer.

Desain model Lembar Kerja Siswa (LKS) ini dirancang dengan


menggunakan software program aplikasi SWiSHmax. Desain ini
kemudian diberikan animasi supaya lebih menarik tetapi tetap
memperhatikan aturan-aturan yang ada dalam matematika. Setelah
mendesain model LKS dan memberikan efek animasi pada obyek
LKS, selanjutnya desain tersebut dirubah kebentuk HTML atau format
swf. Format inilah yang akan digabung dengan web yang akan
diupload ke dalam internet.

b. Membuat Homepage dan Web didesain


Sebelum membuat web, homepage didesain dengan menggunakan
software Macromedia Dreamweaver MX, atau dapat dibuat dengan
memakai bahasa htm, asp, php, dan bahasa pemrograman yang lain.
Dalam pembuatan homepage ini memerlukan kekreatifan untuk
memperoleh tampilan yang indah. Semakin kreatif, maka tampilan
hompage dan Web semakin indah. Hal ini akan membuat peserta didik
lebih tertarik dan nyaman untuk belajar matematika.

c. Menggabungkan LKS matematika interaktif dengan Web

27
Setelah LKS interaktif dan Web dibuat langkah selanjutnya adalah
menggabungkan keduanya. Menggunakan bahasa program yang telah
tersedia dalam Dreamweaver MX atau bahasa htm, asp, php atau yang
lain.

Setelah dihasilkan LKS matematika interaktif berbasis web ini, untuk


selanjutnya dilakukan uplaod ke internet. Upload ini dapat dilakukan
dengan menginduk atau mengikuti server yang telah ada atau membuat
server sendiri.

B. Pengenlan dan Pengembangan LKS Matematika Interaktif Berbasis Web

Untuk mempopulerkan penggunaan LKS matematika interaktif berbasis web


di dunia pendidikan, maka perlu diadakan pengenalan. Seperti terus
berkembangnnya teknologi setelah LKS ini dikenal di dunia pendidikan perlu
adanya pengembangan. Konsep pengenalan dan pengembangan LKS interaktif
ini dalam dunia pendidikan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini.

1. Pengenalan di Sekolah-Sekolah.
Melalui pengenalan LKS matematika di sekolah-sekolah merupakan upaya
yang efektif. Pengenalan ini sekaligus merupakan upaya pengembangan
LKS karena dari sekolah-sekolah akan memberikan masukkan, saran
maupun kritik mengenai kekurangan dan kesalahan didalam LKS ini.

2. Pelatihan dan Seminar


Sebagai suatu hal yang baru LKS matematika interaktif belum dikenal dan
cara penggunaan belum diketahui. Melalui pelatihan dan seminar akan
dijelaskan cara penggunaan dan manfaat yang diperoleh menggunakan
LKS ini, dengan demikian peserta pelatihan akan mengetahui dan dapat
menggunakannya sebagai alat bantu pembelajaran matematika di sekolah.

3. Penelitian Lebih Lanjut


Penelitian lebih lanjut dapat digunkan sebagai upaya pengenalan sekaligus
upaya pengembangan LKS matematika interaktif ini. Sebagai upaya
pengenalan penelitian akan memberikan gambaran kepada sekolah dan
dunia pendidikan. Melalui penelitian lebih lanjut dapat pula

28
mengembangkan LKS karena akan diketahui keefektifan dan kekurangan
yang ada.

Lembar kerja peserta didik (LKS) matematika interktif berbasis web memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan LKS berbasis web dibanding dengan
model LKS yang lain adalah sebagai berikut ini.

1. Peserta didik diajak untuk menemukan rumus dan konsep dengan


pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki sebelumnya melalui
serangkaian pertanyaan yang membangun. Hal ini menjadikan pemahaman
dan penguasaan materi akan lebih lama dalam ingatan karena peserta didik
yang menemukan rumus maupun konsep itu sendiri.
2. LKS matematika interaktif bebasis web ini mampu untuk menampilkan
gambar-gambar yang abstrak (sulit dibayangkan) semisal bangun ruang,
grafik dan sebagainya. Gambar maupun grafik ini dapat ditampilkan
dengan bentuk dan animasi yang lebih nyata dan menarik sehingga peserta
didik akan belajar dengan suasana senang. Hal ini akan menjadikan materi
yang disampaikan akan secara cepat dipahami peserta didik.

Kekurangan LKS berbasis web adalah sebagai berikut ini.

1. Pembuatan LKS berbasis web membutuhkan waktu yang lama dan


biaya yang tidak sedikit. Namun kendala ini dapat diatasi dengan adanya
kerja sama yang baik antara semua pihak yang terkait.

2. Kemampuan peserta didik dalam menjalankan komputer maupun


internet masih kurang. Namun hal ini masih bisa diselesaikan dengan
adanya latihan dan mata pelajaran teknologi infomasi di sekolah, serta
LKS ini juga dilengkapi dengan petunjuk cara penggunaanya.
Jadi kekurangan dari LKS berbasis web dapat diatasi dengan solusi yang tepat.

29
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.
1. Model LKS matematika interaktif berbasis web menggunakan berbagai
pertanyaan yang sistematis dan berstruktur dalam menyampaikan materi.
Serangkaian pertanyaan ini dimaksudkan agar peserta didik mampu
menemukan konsep atau rumus matematika yang baru dengan
menggunkan pemahaman yang telah dimiliki melalui bantuan pertanyaan
yang ada di dalam LKS.
2. Pengenalan dan pengembangan LKS matematika interaktif ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Promosi ke sekolah-sekolah.
b. Pelatihan dan seminar.
c. Penelitian lebih lanjut.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan diatas, penulis merumuskan saran
sebagai berikut.
1. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut LKS matematika
interaktif berbasis web sebagai upaya penyempurnaan dan mengetahui
keefektifan penggunaan LKS ini dalam peningkatan kemampuan
matematika peserta didik.
2. Apabila terbukti keefektifan LKS matematika interaktif, perlu
adanya tindak lanjut oleh guru, sekolah maupun instansi-intansi yang
terkait dalam dunia pendidikan.

30
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Digital Learning. Sabtu, 22 Mei 2004. http://www.impalaunibraw.org
didownload pada tanggal 20 Mei 2007.

Hardjito. 2002. Internet Untuk Pembelajaran. http://www.pustekkom.go.id. Di


download pada tanggal 21 Mei 2007.

Hidayah, Isti, dkk. 2006. Workshop Pendidikan Matematika 2. Semarang :


Jurusan Matematika UNNES.

Indrianto, Lis. 1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa Dalam Pengajaran


Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika.
Semarang: IKIP Semarang.

Kusumah, Yaya S. 2006. Studi Tentang Penerapan Model Pembelajaran


Matematika Berbasis Komputer Tipe Interaksi Tutorial Dalam Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa (Makalah) dalam Prosiding
Konferensi Matematika XIII. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA
Unnes bekerjasama dengan Badan penerbit Universitas Diponegoro.

Rahmawati, Laili. 2006. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika


Siswa SMP Salafiyah Pekalongan Kelas VII Semester II Tahun 2005/2006
dalam Pembelajaran Garis dan Sudut Melalui Implementasi metode Inkuiri
dengan Memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) (Skripsi). Tidak
diterbitkan.

Siahaan, Sudirman. E-Learning (Pembelajaran Elektronik)


Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran di
http://www.balitbang.org. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.

Soekartawi. 2003. Beberapa Kesulitan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran


Berbasis Web Pada Sistem Pendidikan Jarak Jauh (Obstacles in Applying
Web-based Learning for Distance Education System.
http://www.seamolec.or.id. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.

Sugilar. 1996. Hubungan literasi komputer dengan sikap terhadap pembelajaran


berbantuan komputer (tesis). PPS - IKIP Jakarta.
http://www1.bpkpenabur.or.id/jelajah/02/sosial.htm. didownload pada
tanggal 15 Mei 2007.

Suyitno, Amin, dkk. 1997. Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.


Semarang: FMIPA Unnes.

Yaniawati, R. Poppy. 2000. Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran


Matematika Yang Berbasis Kompetensi. http://www.jurnalkopertis4.org.
didownload pada tanggal 15 Mei 2007.

31

Anda mungkin juga menyukai