PTK Ipa Metode Pembelajaran Demonstrasi
PTK Ipa Metode Pembelajaran Demonstrasi
Disusun Oleh :
Catur Bagus Tonny M., S.Pd
NIP: 19700124.199301.1.001
Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan SMP
Negeri 2 Rogojampi hasil karya dari:
Nama
NIP
: 19700124.199301.1.001
Unit Kerja
Judul
Mengetahui
Ketua PD PGRI II
Kabupaten Banyuwangi
NPA:
ii
Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit
kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan SMP Negeri 2 Rogojampi
Pada Hari
Tanggal
Pustakawan
SMP Negeri 2 Rogojampi
Kepala
SMP Negeri 2 Rogojampi
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
karya ilmiah dengan judul Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Belajar IPA Pada Siswa Kelas 8A SMP Negeri 2 Rogojampi Tahun
2010/2011. Penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di
perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan
karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam
rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kab. Banyuwangi
2. Yth. Ketua PD II PGRI Kab. Banyuwangi
3. Yth. Kepala SMP Negeri 2 Rogojampi
4. Yth. Rekan-rekan Guru SMP Negeri 2 Rogojampi
5. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
iv
ABSTRAK
Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Belajar IPA
Pada Siswa Kelas 8A SMP Negeri 2 Rogojampi Tahun 2010/2011
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................
ii
iv
Abstrak ............................................................................................................
vi
BAB
BAB
BAB
II
III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran ......................................................
12
16
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ............................
19
vi
BAB
BAB
IV
19
20
24
25
27
29
C. Pembahasan .......................................................................
37
PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................
39
B. Saran .................................................................................
39
41
vii
BAB I
PENDAHULUAN
tujuan
pembelajaran
ditentukan
oleh
banyak
faktor
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaran yang akan disampaikan.
Tujuan pendidikan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-undang
Nomor
tahuan
1989
yaitu
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
mata pelajaran yang diujikan secara nasional, bertitik tolak dari hal tersebut di
atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang harus dilalukan agar
siswa dalam mempelajari konsep-konsep IPA tidak mengalami kesulitan,
sehingga tujuan pembelajaran khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran IPA
dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh
sebab itu penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep IPA.
Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau
pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang
akan menyampaikan materi pelajaran.
Sedangkan penggunaan metode demonstrasi, yang merupakan salah satu
metode yang telah umum namun jika diterapkan dalam cara dan kondisi yang
tepat maka diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya
didominasi oleh guru tetapi siswa dapat pula berperan secara aktif sebagai pelaku
demonstrasi, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan
intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang
diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian dari latar
belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini memilih judul Penerapan
Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas
8A di SMP Negeri 2 Rogojampi Tahun 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan Hasil Belajar belajar IPA pada siswa kelas 8A
dengan diterapkannya metode demonstrasi?
2. Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar
siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin
mengetahui
peningkatan
Hasil
Belajar
belajar
siswa
setelah
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang
berjudul Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA dengan
metode demonstrasi.
2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan
bantuan metode demonstrasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik.
3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah
satu alternative cara pembelajaran IPA pada siswa dengan pemanfaatan
metode pengajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
F.Batasan Masalah
1. Konsep IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada pokok bahasan
Usaha dan energi.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi.
3. Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas 8A di SMP Negeri 2 Rogojampi
Tahun 2010/2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,
1996: 14).
Sependapat
dengan
pernyataan
tersebut
Sutomo
(1993:
68)
B. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara profesional. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta,
tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan
pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana
konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan
metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
(produk).
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar
meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu tujuan pembelajaran
10
seluruh
potensi
yang
dimilikinya
baik
aspek
kognitif
11
E. Metode Demonstrasi
Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di
mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan
hasil
pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaulasi oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini,
siswa tidak melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh
guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/atau tim
guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya cara melego ke
suatu perusahaan atau instansi, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat,
mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang
dipertunjukkan oleh guru tersebut.
Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik
dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang
diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
Adapun penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa
mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya
mendirikan perusahaan, cara mengelola suatu perussahaan, dengan demonstrasi
siswa dapat mengamati bagian-bagian dari suatu perusahaan juga cara
pengelolaan perusahaan itu sendiri seperti cara memenejemen perusahaan
tersebut. Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara tepat mengatur ,
12
memenej suatu perusahaan baik kecil atau pun besar, sehingga mereka dapat
memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui
kebenaran dari sesuatu teori di dalam praktek.
Bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat
memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
2. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin
tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.
3. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi
yang berhasil. Bila tidak anda harus mengambil kebijaksaaan lain.
4. Apakah anda telah mencoba, atau telah mempatekkan terlebih dahulu, agar
demonstasi itu berhasil.
5. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.
6. Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan
bila perlu, dan siswa bisa bertanya.
7. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa
untuk mengamati dengan baik dan tertanya.
8. Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan itu
berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.
13
14
F. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan
kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motifmotif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan
mateti itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
15
3. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi
dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas
yang pokok.
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas
dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
16
cara
membangkitkan
motivasi
ekstrinsik
dalam
17
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan
belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada
siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha
untuk mencapai TIK tersebut.
3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu
perbuatan.
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,
kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan
akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan
usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang
besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.
Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan
lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai
18
yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi
siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang
dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan
lain sebagainya.
G. Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan
oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik
kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka
19
mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya
rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan
belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka
sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan
penuh dengan variasi.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
terganggu dengan pecahnya perhatian untuk observasi. Dengan cara ini diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
22
23
Putaran 1
Refleksi
Rencana
awal/rancangan
Putaran 2
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Rencana yang
direvisi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Putaran 3
Rencana yang
direvisi
Tindakan/
Observasi
24
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu
seperangkat
rencana
dan
pengaturan
tentang
kegiatan
25
D.
26
mengetahui Hasil Belajar belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes dapat dirumuskan:
X
N
Dengan
: X
= Nilai rata-rata
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS) IPA , dalam hal ini
KKM yang ditentukan adalah 75, artinya siswa dianggap telah tuntas jika
mendapatkan nilai 75 atau diatas 75. Sedangkan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
digunakan rumus sebagai berikut:
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
29
2
50
3
80
4
60
5
40
6
80
7
75
8
60
9
65
10
75
11
70
12
70
13
65
14
75
15
80
16
60
Jumlah
1085
7
9
Jumlah Skor 2250
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3200
Rata-Rata Skor Tercapai 70,31
Keterangan:
No.
Urut
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Jumlah
Skor
30
75
80
75
75
75
80
60
75
75
85
60
50
80
100
90
1165
Keterangan
T
TT
12
4
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
30
: 19
: 13
Klasikal
: Belum tuntas
Uraian
Hasil Siklus I
70,31
19
59,38
31
kegiatan
belajar
mengajar
untuk
siklus
II
32
2
70
3
80
4
75
5
65
6
80
7
75
8
75
9
80
10
75
11
85
12
85
13
65
14
75
15
80
16
65
Jumlah
1210
12
4
Jumlah Skor 2392
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3200
Rata-Rata Skor Tercapai 74,75
Keterangan:
No.
Urut
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Jumlah
Keterangan
T
TT
12
4
Skor
40
80
77
75
75
75
80
60
85
75
85
50
60
80
90
95
1182
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
: 24
:8
Klasikal
: Belum tuntas
33
Uraian
Hasil Siklus II
74,75
24
75,00
34
kegiatan
belajar
mengajar
untuk
siklus
III
35
Skor
Keterangan
T
TT
No.
Urut
Keterangan
Skor
97
17
60
78
18
87
87
19
87
85
20
75
65
21
85
90
22
90
87
23
80
85
24
60
90
25
85
10
75
26
75
11
85
27
85
12
90
28
75
13
75
29
80
14
85
30
87
15
80
31
97
16
65
32
100
Jumlah
1319
Jumlah
1308
14
14
TT
Keterangan:
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
: 28
36
:4
Klasikal
: Tuntas
Uraian
sebesar
82,09 dan dari 32 siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa dan 4 siswa
belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 87,50% (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.
Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaeruhi oleh
adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar dengan
metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
37
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
Penerapan metode demonstrasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan
pada
siklus-siklus
sebelumnya
sudah
mengalami
38
39
temannya serta diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan
untuk
aktivitas
guru
selama
pembelajaran
telah
dan
mengamati
siswa
dalam
mengerjakan
kegiatan
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam
meningkatkan Hasil Belajar belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (70,31%), siklus II
(74,75%), siklus III (82,09%).
2. Penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata
jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengn metode demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi
untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi
UGM.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
43