Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit yang berkaitan dengan otot adalah cedera otot. Cedera otot banyak dialami
mereka yang beraktivitas di dunia olahraga seperti atlet. Tetapi, tidak menutup
kemungkinan orang biasa juga mengalami cedera otot saat berolahraga. Cedera ini
umumnya disebabkan karena kesalahan dalam berolahraga atau karena kecelakaan akibat
benturan dengan lawan seperti pemain sepakbola. Bisa juga disebabkan terjatuh dalam
posisi yang tidak baik, sehingga kaki atau tangan terkilir. Bila seseorang mengalami cedera
otot, otot akan mengalami peregangan.
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau
stress yang berlebihan. Strain aadalah robekan mikroskopis tidak komplek dengan
perdarahan ke dalam jaringan. Pasien-pasien mengalami rasa sakit atau nyeri mendadak
dengan nyeri tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi isometric.
Oleh karena alasan tersebut diatas maka penulis tertarik membahas masalat tersebut
untuk dijadikan suatu makalah.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat akademik. Selain itu
demi menambah wawasan tentang sistem muskuloskeletal khususnya strain. Inilah
yang menjadi dasar tujuan kami dalam pembuatan makalah ini.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian strain
b. Untuk mengetahui tentang klasifikasi strain
c. Untuk mengetahui tentang etiologi strain
d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi strain
e. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan medis strain
f. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik strain
g. Untuk mengetahui tentang pencegahan strain
h. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien strain
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis hanya
membicarakan tentang pengertian, etiologi (penyebab), patofisiologi, manifestasi klinis
(tanda dan gejala), komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis maupun
penatalaksanaan keperawatan, serta asuhan keperawatan pada penderita strain.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan tersebut masalah yang dapat kita rumuskan adalah :
Apa yang dimaksud dengan strain?
Apa saja klasifikasi strain?
Apa etiologi dari strain?
Apa saja patofisiologi strain?
Bagaimana penatalaksanaan medis strain ?
Apa saja pemeriksaan penunjang strain?
Apa saja pencegahan strain?
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien strain?
E. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber
pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa
literatur yang ada. Kemudian kami saling menghubungkan satu sama lain dalam
pembahasan sehingga menjadi karangan lengkap, objektif dan akurat.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini terdiri dari:
BAB I:
PENDAHULUAN
Yang terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan makalah,
rumusan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II:
PEMBAHASAN
Yang terdiri dari : definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan,
pemeriksaan penunjang, pencegahan, serta asuhan keperawatan pada strain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULUS
1. DEFINISI MUSKULUS
Otot (muscle) jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia menjadi
kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Otot
membentuk 43% berat badan. Lebih dari sepertiganya merupakan protein tubuh
dan setengahnya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.
Proses vital di dalam tubuh (seperti kontraksi jantung, kontriksi pembuluh darah,
bernapas, peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot.
2. FUNGSI OTOT
a) Menghasilkan gerakan rangka
b) Mempertahankan sikap dan posisi tubuh
c) Menyokong jaringan lunak
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN Veteran Jakarta
3. JENIS-JENIS OTOT
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot
dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
otot
(tendon),
merupakan
kedua
ujung
yang
mengecil.
Urat otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat.
Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai
berikut ini:
1) Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak
berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
2) Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak
ketika otot berkontraksi.
Otot yang dilatih terus menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi,
Sebaliknya jika otot tidak digunakan (tidak ada aktivitas) akan menjadi
kisut atau mengalami atrofi.
Ciri-ciri otot lurik
Bekerja dibawah kesadaran, artinya menurut perintah otak, oleh karena itu
otot lurik disebut sebagai otot sadar.
LOKASI : semua otot yang melekat pada tulang, otot lidah, langit-langi
(palatinum), pharing, ujung esophagus
b) Otot Polos
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot
yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan
pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom. Otot polos dibangun
oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong atau kumparan halus dengan kedua
ujung meruncing,serta mempunyai satu inti yang letaknya ditengah. Kontraksi
otot polos tidak menurut kehendak, tetapi dipersarafi oleh saraf otonom.
Otot polos terdapat pada alat-alat dalam tubuh, misalnya pada:
o Dinding saluran pencernaan
o Saluran-saluran pernapasan
o Pembuluh darah
o Saluran kencing dan kelamin
Bekerja diluar kesadaran, artinya tidak dibawah pe tah otak, oleh karena itu
otot polos disebut sebagai otot tak sadar.
Terletak pada otot usus, otot saluran peredaran darah otot saluran kemih
dan lain lain
LOKASI: terdapat pada alat atau daerah organ yang berongga saluran
pencernaan makanan (batang kerongkongan, esophagus, lambung, usus
halus, usus kasar), batang tenggorokan, bronkus, pulmo, uterus (rahim),
kantung urine, kantung empedu, pembuluh darah
Peningkatan kerja otot polos seperti gerak peristaltik dilakukan oleh syaraf
parasimpatis, sedangkan penghambatan kerja otot polos dilakukan oleh
syaraf simpatis
c) Otot Jantung
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja
serabutserabutnya bercabang-cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi
oleh saraf otonom.
Letak inti sel di tengah. Dengan demikian, otot jantung disebut juga otot lurik
yang bekerja tidak menurut kehendak. Otot yang ditemukan dalam jantung
bekerja secara terus-menerus tanpa henti. Pergerakannya tidak dipengaruhi sinyal
saraf pusat.
Strukturnya sama seperti otot lurik, gelap terang secara berselang seling dan
terdapat percabangan sel.
BENTUK: terdiri dari beberapa serabut otot yang bercabang dan bersatu
dengan serabut di sebelahnya anastomosoma atau sinsitium; mempunyai
garis gelap dan terang (tidak sejelas pada otot rangka); intinya di tengah
(center); pd interval tertentu terdapat keping-keping interkalar (intercalar
disc), pd intercalar disc terdapat jaringan Purkinye yang berfungsi
mempercepat penghantaran impuls (kecepatan 4 m/detik)
Kerja otot jantung tidak bisa dikendalikan oleh kemauan kita, tetapi bekerja
sesuai dengan gerak jantung. Jadi otot jantung menurut bentuknya seperti
otot lurik dan dari proses kerjanya seperti otot polos, oleh karena itu disebut
juga otot special
d) Miofilamen
Miofilamen
adalah
benang-benang/filamen
halus
yang
berasal
dari
Myofibril berupa serabut ada yang kasar ada yang halus sehingga terkesan
terlihat gelap dan terang (lurik)
Pada umumnya otot ini melekat pada kerangka sehingga disebut juga otot
kerangka
Di susun oleh sel-sel otot (sel yang memiliki kemampuan khusus yaitu :
berkontraksi)
Kemampuan kontraksi ini terjadi karena sel itu memiliki komponen protein aktin
dan myosin
Aktin dan myosin adalah suatu bahan yang dimiliki oleh semua sel yang dapat
bergerak
a) Aktin
1. Terletak pada korteks sel (di dalam sitoplasma tepat di bawah membrane sel)
2. Membentuk konstruksi alur pembelahan
10
polomerisasi)
6. Membentuk filamen halus/tipis pada otot bergaris melintang yang terdiri dari Faktin yang bersosiasi dengan protein regulator troponin dan tromiosin
b) Miosin
1. Tersebar luas dan tidak terbatas pada sel otot
2. BM 470.000 Dalton
3. Di bangun oleh dua subfragmen : meromiosin ringan dan meromiosin berat
4. Mengalami polimerisasi
5. Membentuk filamen tebal otot bergaris melintang dan agregat multimolekuler
11
12
B. DEFINISI STRAIN
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat
terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi (www.promosikesehatan.com).
13
Strain adalah hasil dari penggunaan otot atau struktur sambungan lain yang melebihi
kemampuan fungsional. Strain dapat terjadi pada suatu cedera (akut) atau dapat terjadi
karena efek komulatif dari penggunaan berlebihan yang berangsur-angsur sampai dengan
serangan mendadak. ( gerlach pless burrell,1996)
Strain adaalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan, atau
stress yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan
perdarahan ke dalam jaringan. Pasien mengalami rasa sakit dan nyeri mendadak dengan
nyeri tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi isometric. (Brunner & suddarth, 2001)
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan
tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada
hamstringnya. Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam
melangkahi penuh.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strain adalah
kerusakan pada jaringan otot yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung
akibat dari peregangangan atau penggunaan otot yang berlebihan.
C. KLASIFIKASI
1. Derajat I/Mild Strain (Ringan)
Yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada penguluran unit
muskulotendinous
yang
ringan
berupa
stretching/kerobekan
ringan
pada
14
Nyeri local
Tanda-tandanya :
Bengkak
Komplikasi
Tendonitis
Perioritis
Perubahan patologi
Adanya inflasi ringan dan mengganggu jaringan otot dan tendon namun
tanda perdarahan yang besar.
Penanganan
Nyeri local
Bengkak
15
Tenderness
Tendonitis
Perioritis
Terapi
Adanya stabilitas
Spasme
Kuat
Bengkak
Tendernes
Komplikasi :
Perubahan patologi :
Terapi :
Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
Penanganannya sama dengan derajat kedua.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN Veteran Jakarta
16
Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada
bagian otot yang mengaku. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan
terbentuk benjolan. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan
pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.
E. PATOFISIOLOGI
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,
kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada
bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha bagian bawah), dan otot
guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar
dan membengkak.
17
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:
1. CT scan
2. MRI
Dapat digunakan untuk menentukan derajat dari cedera tersebut.
3. Artroskopi
Tindakan melihat bagian dalam sendi menggunakan kamera dengan lensa fiber optik
melalui sayatan kulit yang sangat kecil.
4. Elektromiografi
Electromyography pada otot berfungsi untuk mendeteksi adanya potensial listrik yang
dihasilkan otot saat kontraksi dan relaksasi sehingga dapat digunakan untuk
mengendalikan suatu sistem.
5. Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan sendi.
18
H. PENCEGAHAN
Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai sepatu yang
sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas. Selalu
melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan
yang tidak berlebihan. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga
dengan jenis yang paling sering adalah strain dan sprain dengan derajat dari yang ringan
sampai berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian
perlengkapan olahraga yang sesuai.
c) Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/sensori, kebas/kesemutan (parstesis)
Tanda: spasme otot.
d) Nyeri/ketidak nyamanan
Gejala: nyeri berat tiba-tiba saat cedera.
Tanda: spasme otot.
e) Keamanan
Tanda:
laserasi
kulit, avulsi
pembengkakan lokal.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ganguan rasa nyaman nyeri b.d bengkak pada daerah ekstremitas.
b) Keterbatasan mobilitas fisik b.d daerah yang nyeri.
c) Resti terhadap disfungsi nerovaskular perifer b.d bengkak.
d) Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d bengkak
19
20
Dx: 2
1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan
persepsi terhadap imobilitas.
Rasional: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan
kemajuan kesehatan.
2. Dorong partisipasi pada aktifitas terapeutik/rekreasi, pertahankan rangsangan
lingkungan. Contoh: radio, tv, koran, barang milik pribadi/lukisan, jam, kalender.
Rasional: memberi kesempatan untuk mengeluarkam energi, memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri.
Dx : 3
a) Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada strain.
Rasional: kembalinya warna harus cepat (3-5 detik), warna kulit putih
menunjukan gangguan arterial, sianosal diduga ada gangguan vena.
b) Pantau TTV, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum/kulit dingin/perubahan
mental.
Rasional: ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi
jaringan.
c) Dorong klien untuk secara rutin latihan jari/sendi distal cedera. Ambulasi segera
mungkin.
Rasional: meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah
khususnya pada ekstremitas bawah.
d) Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk pembengkakan dan
pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang cedera dan dibandingkan dengan
yang tidak cedera. Perhatikan penampilan/luasnya.
Rasional: peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat diduga ada
pembengkakan jaringan/edema umum tetapi dapat menunjukan perdarahan.
Catatan: peningkatan 1 inchi pada paha orang dewasa dapat sama dengan
akumulasi 1 unit darah.
Kelompok 5. S1 Keperawatan.2010. UPN Veteran Jakarta
21
Dx: 4
1. Mandiri
a. Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu / pigmentasi atau
kegemukan / kurus
Rasional : kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilitas fisik dan
gangguan status nutrisi
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan
c. Ubah posisi sering ditempat tidur atau kursi, bantu latihan rentang gerak pasif
atau aktif
Rasional : memperbaiki sirkulasi / menurunkan waktu satu area yang
mengganggu aliran darah
d. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban / ekskresi
Rasional : terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan
e. Periksa sepatu atau sandal kesempitan dan ubah sesuai kebutuhan
Rasional : edema dependen dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit,
meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kali
f. Hindari obat intramuskuler
Rasional : edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi
obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/ terjadinya infeksi.
2. Kolaborasi
Berikan tekanan alternative atau kasur, kulit domba, perlindungan siku atau tumit.
Rasional : menurunkan tekanan pada kulit dapat memperbaiki sirkulasi kulit.
22
1) Data Fokus
DATA SUBJEKTIF
1. Klien mengatakan nyeri pada
daerah kaki kiri.
DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran: compos mentis
2. TTV:
TD : 120 / 90 mmhg
RR : 22 x/menit
N : 82 x / menit
S : 36,5o C
jam.
2. Klien mengatakan sering terbangun
pada malam hari di karenaakan
nyeri pada kaki.
sendiri.
sepertiga tengah.
malam hari.
operasi.
9. Klien tampak terganggu tegang dan 10. Muka klien tampak pucat.
gelisah dengan kondisi ruang
perawatan yang ramai.
2) Analisa Data
NO
DATA
DX
1
DS:
MASALAH
Gangguan
PENYEBAB
Terputusnya
jaringan tulang
jam.
2. Klien mengatakan sering terbangun
pada malam hari di karenaakan nyeri
pada kaki.
3. Klien mengatakan sakit kaki kirinya
saat bergerak.
DO:
1. Kesadaran: composmentis
2. TTV :
TD : 120 / 90 mmhg
24
RR : 22 x/menit
N : 82 x / menit
S : 36,5 o C
3. Terlihat bengkak pada bahu sebelah
kiri.
4. Klien terlihat meringis kesakitakitan
pada saat di lakukan penekanan di
bagian
cruris
di
bagian
sinistra
sepertiga tengah.
2
DS:
Gangguan
Kerusakan
muskuloskele-
fisik
tal
Kecemasan
Rencana
tungkai
belakang
klien
terkulai.
4. Klien
tampak
di
bantu
untuk
melakukan aktifitas.
5. Klien tampak berbaring lemah di
tempat tidur.
3
DS:
1. Klien
mengatakan
sedikit
stress
pembedahan
dan kehilangan
status
kesehatan.
25
dengan
kondisi
ruang
DO:
1. Kesadaran composmentis
2. TTV :
TD : 120 / 90 mmhg
RR : 22 x/menit
N : 82 x / menit
S : 36,5 o C
3. Klien terlihat ketakutan pada saat
pemeriksaan
4. Klien terlihat stress pada saat di
mintai persetujuan untuk dilakukan
operasi
Muka klien tampak pucat
3) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang.
b. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
c. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status
kesehatan.
26
4) Intervensi
NO.
DX
1
TUJUAN DAN
KRITERIA
INTERVENSI
RASIONAL
HASIL
Setelah dilakukan
Untuk mengetahui
Asuhan
komprehensif termasuk
kesesuaian intervensi
keperawatan 3 x
lokasi, karakteristik,
24 jam nyeri
berkurang sampai
lanjutkan
dengan hilang
2. Observasi reaksi
Untuk mengetahui
dengan KH:
adanya gangguan
1. Klien
nyamanan.
nonverbal.
melaporkan
3. Gunakan teknik
nyeri
komunikasi terapeutik
berkurang dg
untuk mengetahui
pengkajian tengtang
scala 2-3
riwayat kesehatanya.
2. Ekspresi
wajah tenang
sebelumnya.
4. Kontrol faktor lingkungan Untuk mengurangi
klien dapat
istirahat dan
tidur
pencahayaan, kebisingan.
meringakan Nyeri
klien.
meredakan nyeri
penanganan nyeri
dengan tindakan
(farmakologis/non
keperawatan
farmakologis).
6. Ajarkan teknik non
Mencegah cidera
farmakologis (relaksasi,
selanjutnya,
meminimalkan
mengetasi nyeri..
gerakan fragmen
fraktur.
merasakan atau
mengurangi rasa nyeri.
8. Melakukan perubahan
posisi dengan perlahan.
Mengontrol edema
dengan memperbaiki
drainase.
9. Meninggikan ekstremitas
jantung
mengalami trauma
Edema dan
perdarahan kedalam
jaringan yang
mengalami trauma
mengakibatkan
ketidaknyamanan
nyeri yang tidak
tertahankan
menunjukan sindrom
kompratemen.
Setelah dilakukan
untuk mengetahui
asuhan
dalam melakukan
tingkat kemampuan
keperawatan 3x
ambulasi
pasien
24 jam terjadi
peningkatan
Ambulasi:
muskuloskletel klien
Tingkat
mobilisasi,
kembali
Perawtan
diri dengan KH :
1. Peningkatan
aktivitas fisik
untuk mengajarkan
klien melakukan
aktifitas secara
mandiri
28
untuk mengetahui
tingkat keberhasilan
dan proses ambulansi
sebelumnya
Pendidikan kesehatan
1. Edukasi pada pasien dan
Memberikan
keluarga pentingnya
ambulasi dini.
kepada keluarga
pentingnya ambulansi
pasien
3. Berikan reinforcement
menigkatkan rasa
dilakukan pasien.
percaya diri.
Kolaborasi dg fisioterapi
mencapai proses
penyembuhan yang
cepat.
Setelah dilakukan
1. Berikan dorongan
tindakan
keperawatan 3x24
kehilangan status
dapat diatasi/
berkurang.
Untuk mengurangi
rasa cemas
Privacy dan
lingkungan yang
nyaman dapat
Dengan Kriteria
mengurangi rasa
hasil :
cemas.
1. Klien dapat
menyatakan
memberikan
kecemasan yang
menangani pasien.
ketenangan.
29
dirasakan.
2. Klien dapat
beristirahat
dari gejala-gejala
dengan tenang.
kecemasan.
3. Ekspresi wajah
ceria/rileks.
Untuk mengurangi
rasa cemas.
Kemampuan
klien untuk
pemecahan masalah
mengekspresikan
perasaannya .
lingkungan nyaman
dan mendukung
diberikan.
Untuk mengurangi
ketegangan klien
Informasi yang
diberikan dapat
membantu
komunikasi terapeutik.
mengurangi
kecemasan/ansietas.
Untuk menghindari
kemungkinan yang
diprogramkan.
tidak diinginkan.
Untuk meningkatkan
harga diri klien.
Post op
1. dorong pasien
pasien mampu
berpartisipasi dalam
memperoleh kembali
pengembangan program
kemandirian dengan
terapi
30
terapi
2. Gunakan pendekatan dan
sentuhan.
Meyakinkan klien
agar dapat mudah
dalam melkukan
tindakan-tindakan
3. ajarkan penggunaan
cedera akibat
penggunaan modalitas
dicegah melaui
pemakalannya agar
keamananya terjamin
mengurangi rasa
cemas klien
Mencegah terjadinya
Membantu
melepaskan beban
sehingga klien dapat
merasakan tidak
terbebani.
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi
pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan
otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera
memar dan membengkak.
4.2 Saran
Dengan adanya tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang bagaimana penyakit strain
dan dapat melakukan perawatan yang baik serta menegakkan asuhan keperawatan yang
baik. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur untuk
menambah wawasan dari ilmu yang telah di dapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. EGC. Jakarta
FK.UI. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke-3. Media Aesculaplus.
http://www.promosikesehatan.com/tips.php
33