PENDAHULUAN
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di
mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide,
sensasi (obsesi) atau tingkah laku yang membuat mereka selalu ingin melakukan
sesuatu (kompulsif). Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana
membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan
penderitaan. Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 3% dari populasi.1
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide atau bayangan mental yang
mendesak ke dalam pikiran secara berulang. Istilah kompulsi menunjuk pada
dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu. Sering
suatu pikiran obsesif mengakibatkan suatu tindakan kompulsif. Tindakan
kompulsif dapat berupa berulang kali memeriksa pintu yang terkunci, kompor
yang sudah mati atau menelepon orang yang dicintai untuk memastikan
keselamatannya.2
DSM IV membuat diagnosis gangguan obsesif kompulsif bila orang
terganggu oleh obsesi atau kompulsi yang berulang, atau keduanya sedemikian
rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu lebih dari satu
jam dalam sehari, atau secara signifikan mengganggu hal-hal rutin yang normal,
mengganggu fungsi kerja atau sosial.
Gangguan obsesif kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan
jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat.
Referat ini disusun untuk menambah pengetahuan tentang apa yang dimaksud
dengan gangguan obsesif kompulsif, bagaimana mendiagnosisnya dan terapi apa
yang harus diberikan kepada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defiuisi
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang
mengganggu (intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang
disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau
menghindari.
Obsesi
meningkatkan
kecemasan
seseorang,
sedangkan
hal tersebut muncul tanpa dapat dicegah, dan individu merasakannya sebagai
hal yang tidak rasional dan tidak dapat dikontrol (Fausiah &Widury, 2007).
Sedangkan kompulsi menurut Davison & Neale adalah perilaku atau
tindakan mental yang berulang, dimana individu merasa didorong untuk
menampilkannya agar mengurangi stres. (Fausiah & Widury, 2007).
Dalam DSM-IV TR mendefinisikan kompulsi sebagai berikut :
1. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa)
atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata
dalam hati) yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai
respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus
dipenuhi secara kaku.
2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan,
akan tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan
dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk
menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan.
Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran
seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol,
dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga
menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
B. Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi
umum diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti
memperkirakan bahwa gangguan obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak
10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan
gangguan obsesif-kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering keempat
setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat, dan gangguan depresif
berat. 1
(CT scan) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI) telah menemukan adanya
penurunan ukuran kaudata secara biateral pada pasien dengan gangguan
obsesif-kompulsif. Baik penelitian pencitraan otak fungsional maupun
struktural konsisten dengan pengamatan bahwa prosedur neurologis yang
melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam pengobatan pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif. Suatu penelitian MRI baru-baru ini melaporkan
peningkatan waktu relaksasi T1 di korteks frontalis. 1
Genetika. Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan
obsesif-kompulsif
telah
secara
konsisten
menemukan
adanya
angka
biologis
lainnya.
Penelitian
elektrofisiologis,
penelitian
Jadi, objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang
terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan. 1,3
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan
bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan
pikiran obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku
kompulsif atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan.
Secara bertahap, karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan
dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar
menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsif yang dipelajari. 1,3
c. Faktor Psikososial
Faktor kepribadian. Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan
obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid. Dengan
demikian, sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk
perkembangan gangguan obsesif-kompulsif. Hanya kira-kira 15 sampai 35
persen pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki sifat obsesional
pramorbid.1
Faktor psikodinamika. Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme
pertahanan psikologis utama yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan
sifat karakter obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan
pembentukan reaksi. 1,3
Isolasi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi
seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi
isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari
komponen idesional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil
sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien
secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang
berhubungan dengannya. 1
Undoing. Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls
mungkin dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas,
Pikiran,
impuls,
atau
bayangan-bayangan
tidak
semata-mata
makan,
menarik
rambut
jika
terdapat
trikotilomania,
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan
depresi.
penderita
gangguan
obsesif
kompulsif
seringkali
juga
diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain
menghilang.
Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami
sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya
sendiri sebagai makhluk psikologis.
Tetapi kira-kira separuh dari semua pasien memiliki pertahanan yang kecil
terhadap kompulsi. Kira-kira 80 persen dari semua pasien percaya bahwa
kompulsi adalah irasional. 1
F. Diagnosis Bandimg
Kondisi medis
kadang-kadang
komplikasi
trauma
dan
pascaensefalitik.
Gejala
karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering
dan hampir setiap hari terjadi. 1
Kondisi psikiatrik
Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesifkompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia,
dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat
dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh
kurang kacaunya sifat gejala, dan oleh tiikan pasien terhadap gangguan
mereka. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat
gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan
kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat disertai oleh gagasan
obseisf, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat. 1,3
Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesifkompulsif
adalah
hipokondriasis,
gangguan
dismorfik
tubuh,
dan
Farmakoterapi
Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan
dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat
Terapi perilaku
Walaupun beberapa perbandinga telah dilakukan, terapi perilaku sama
Psikoterapi
Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien
Terapi lain
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,
BAB III
KESIMPULAN
adanya
pengulangan
pikiran
obsesif
atau
kompulsif,
dimana
membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan
penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala gejala obsesif
atau tindakan kompulsif, atau kedua duanya, harus ada hampir setiap hari
selama sedikitnya 2 minggu berturut turut.
Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif
diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak,
genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan
faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk
penatalaksanaan gangguan obsesif kompulsif antara lain terapi farmakologi
(farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila
kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat
periodik
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Comprehensive Textbook of Psychiatry
vol.2 6th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.
2. Gangguan obsesif kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan
Jiwa; rujukan ringkas dari PPDGJ III. Maslim R, penyunting. Jakarta;
2003.76
3. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th ed. DSM-IV
Washington DC: American Psychiatry Association, 1994.
4. Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you recognize
baffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.
5. Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 25965