Korelasi Indeks Pufa Sebagai Indikator Infeksi Gigi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Rutin Di Rsup DR
Korelasi Indeks Pufa Sebagai Indikator Infeksi Gigi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Rutin Di Rsup DR
Tujuan : Diketahuinya korelasi indeks PUFA sebagai indikator infeksi dengan kadar hemoglobin
pada penderita GGK yang menjalani HD di Instalasi Hemodialisis RSUP Dr. Sardjito tahun 2014
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional
yang dilaksanakan di Instalasi Hemodialisis RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta Bulan Maret tahun
2014. Popuasi penelitian adalah pasien GGK yang menjalani hemodialisis rutin lebih dari 3 bulan
yang bersedia menjadi subjek penelitian. Data diambil dengan menghitung indeks PUFA, indeks
dicatat ketika dilihat ulserasi mukosa mulut karena fragmen akar, fistula atau abses. Data
hemoglobin dicatat dari hasil darah rutin. Data diolah dengan bantuan aplikasi SPSS versi 17.0
menggunakan uji korelasi parametrik Pearson bila normalitas data dengan sebaran normal dan uji
non parametrik Spearman bila normalitas data dengan sebaran tidak normal
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian didapatkan indeks PUFA pasien dengan rata-rata 4.6 Ratarata kadar hemoglobin pada pasien adalah 9.7 . Hasil penelitian untuk mengetahui korelasi indeks
PUFA dengan kadar hemoglobin didapatkan nilai p = 0.655 dengan = 0,05. Nilai p< nilai maka
tidak didapatkan adanya korelasi antara indeks PUFA dengan kadar hemoglobin pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa rutin di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta pada tahun 2014.
Simpulan : Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak adanya korelasi antara indeks PUFA
dengan kadar hemoglobin pada penderita GGK yang menjalani hemodialisis rutin di Instalasi
Hemodialisis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2014. Berdasarkan etiologi ada 5 faktor
yang berkaitan dengan anemia pada penderita GGK yaitu 1. Kehilangan darah, 2. Pemendekan
masa hidup eritrosit, 3. Defisiensi eritropoetin, 4. Defisiensi besi dan 5. Infeksi, sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui korelasi faktor-faktor lain tersebut dengan
kejadian anemia.
Kata kunci : Indeks PUFA, infeksi gigi, anemia, hemoglobin, gagal ginjal kronis
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di
Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal,
dengan prognosis yang buruk dan membutuhkan biaya tinggi. Data pada tahun
1995-1999 menyatakan insiden penyakit ini diperkirakan 100 kasus perjuta
penduduk pertahun dan angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya.
Prevalensi dan insidensi gagal ginjal terus meningkat di dunia tak terkecuali di
Amerika Serikat. Data dari United State Renal Data System (USRDS)
mengindikasikan bahwa gagal ginjal kronik meningkat 104% antara tahun 1990
2001 (Pradeep, 2012).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif
dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal yakni suatu keadaan klinis
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal irreversibel, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal
(Suwitra, 2009). Anemia merupakan satu dari gejala klinik pada gagal ginjal. The
National Kidney Foundations Kidney Dialysis Outcomes Quality Initiative
(K/DOQI) merekomendasikan anemia pada pasien GGK jika kadar hemoglobin <
11,0 gr/dl (hematokrit <33%) pada wanita premenopause dan pasien prepubertas,
dan < 12,0 gr/dl (hematokrit <37%) pada laki-laki dewasa dan wanita
postmenopause (Ishani A et al, 2008). Anemia pada GGK muncul ketika klirens
kreatinin turun kira-kira 40 ml/mnt/1,73m2 dari permukaan tubuh, dan hal ini
menjadi lebih parah dengan semakian memburuknya fungsi ekskresi ginjal (M.
Baldy et al, 2002). Terdapat 3 mekanisme utama yang terlibat pada patogenesis
anemia pada gagal ginjal, yaitu: hemolisis, produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, dan penghambatan respon dari sel prekursor eritrosit terhadap
eritropoetin (M. Baldy et al, 2002).
Pemberian erythropoiesis-stimulating agents/eritropoetin (ESA) digunakan
untuk mempertahankan kadar hemoglobin. Terapi yang sangat efektif dan
menjanjikan telah tersedia menggunakan recombinant human eritropoetin yang
telah diproduksi untuk aplikasi terapi. Seperti yang telah di demonstrasikan
dengan plasma kambing uremia yang kaya eritropoetin, human recombinant
Saat ini belum ada penelitian yang mengevaluasi korelasi indeks PUFA
sebagai indikator infeksi dengan kadar hemoglobin pada penderita GGK yang
menjalani hemodialisis rutin di Unit Hemodialisis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Cross Sectional untuk mengetahui
korelasi antara indeks PUFA sebagai indikator infeksi dengan kadar hemoglobin
pada penderita GGK yang telah menjalani hemodialisis rutin. Penelitian dilakukan
di Unit Hemodialisis RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada tahun 2014 dengan
Populasi target penelitian adalah seluruh pasien GGK yang menjalani
hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Populasi
terjangkau adalah pasien GGK yang menjalani hemodialisis rutin selama
dilakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin tertulis
dari bagian ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Gadjam Mada.
Kriteria inklusi penelitian adalah : 1). Usia 18-65 tahun, 2). Menjalani
hemodialisis rutin minimal 3 bulan, 3). Hemodialisis dilakukan 2 kali seminggu,
4). Telah menggunakan eriropoetin minimal 3 bulan, 5). Menyatakan kesediaan
mengikuti penelitan dengan mengisi informed consent. Kriteria eksklusi adalah ;
1). Menderita keganasan dan kejadian iskemik akut, 2). Diketahui mengalami
perdarahan, 3). Diketahui mengalami gangguan saluran cerna aktif.
Protokol Penelitian
1. Pasien yang menjadi subyek penelitian adalah penderita GGK yang telah
menjalani
40
21
65,6%
34,4%
32
29
52,5%
47,5%
13
27
21
21,3%
44,3%
34,4%
11
11
2
37
18,0%
18,0%
3,3%
60,7%
8
39
14
13,1%
63,9%
23,0%
43
18
42
18
1
70,5%
29,5%
73,8%
21,3%
4,9%
Mean
SD
CI 95%
p-value
Kadar Hemoglobin
61
10.26
1.12
10.17-10.38
0.367
Index PUFA
61
2.66
2.73
2.46-2.85
0.031
Log_Index PUFA
61
0.34
0.33
0.18-0.59
0.001
Kesimpulan
Sebaran data normal
Sebaran data tidak
normal
Sebaran data tidak
normal
Berdasarkan tabel diatas didapatkan kadar hemoglobin pasien dengan ratarata 10,26 masih dalam kategori anemia ringan. Indeks PUFA pasien yang
menjalani HD rutin 2,66. Uji normalitas data hemoglobin didapatkan nilai p 0,367
dengan kesimpulan sebaran data normal sedangkan indeks PUFA didapatkan nilai
p 0,031 dengan kesimpulan sebaran data tidak normal. Telah dilakukan
transformasi data kualitas hidup namun sebaran data masih tidak normal nilai p
0,001. Oleh karena itu dilakukan uji non-parametrik Spearman untuk mengetahui
ada tidaknya korelasi antara kadar hemoglobin pasien dengan indeks PUFA.
Tabel 3: Hasil analisis uji Spearman
Variabel
Kadar Hemoglobin
Indeks PUFA
0,05
p-value
0,090
SIMPULAN
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak adanya korelasi antara kadar
hemoglobin dengan indeks PUFA pada penderita GGK yang menjalani
hemodialisa rutin di Unit Hemodialisis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun
2014. Berdasarkan etiologi ada 5 faktor yang berkaitan dengan anemia pada
penderita GGK yaitu 1. Kehilangan darah, 2. Pemendekan masa hidup eritrosit, 3.
Defisiensi eritropoetin, 4. Defisiensi besi dan 5. Infeksi. Sehingga diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui korelasi faktor-faktor lain tersebut
dengan kadar hemoglobin pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pradeep, A. Chronic Kidney Disease [Internet]. c2012[updated 2012 Jan
20;cited 2014 Jul 23]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview#showall
2. Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Aru W Sudoyo, Bambang
Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, Siti Setiati, editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jili d II. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI;2010.Hal.1038-1039.
3. Ishani A, Solid C, Weinhandl E, et al. Association between number of months
below K/DOQI haemoglobin target and risk of hospitalization and
death. Nephrol Dial Transplant. 2008;25:16831689.
4. M.Baldy, Catherine dalam : Gangguan Sel Darah Merah. Patofisiologi,
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol.1, ed. 6. Jakarta: EGC 2002
halaman 256
5. Gaweda AE, Jacobs AA, Aronoff GR, et al. Model predictive control of
erythropoietin administration in the anemia of ESRD. Am J Kidney
Dis. 2008;51:7179.
6. Gunnell J, Yeun JY, Depner TA, et al. Acute-phase response predicts
erythropoietin resistance in hemodialysis and peritoneal dialysis patients. Am
J Kidney Dis. 1999;33:6372.
7. Baelum V, van Palenstein Helderman WH, Hugoson A, Yee R, Fejerskov O.
A global perspective on changes in the burden of caries and periodontitis:
implications for dentistry. J Oral Rehab 2007;34:872906.
8. Monse B, Heinrich-Weltzien R, Benzian H, et al. PUFA An index of clinical
consequences of untreated dental caries. Community Dent Oral Epidemiol
2010; 38: 7782
9. Browner.W.S., Black.D., Newman.T.B dan Hulley. Estimating Sample Size
and Power. Designinng Clinical Resarch An Epidemiological Approach.
Williams & Wilkins. Baltimore. 1988.
10. Lancet. Oral health: Prevention is key (editorial). Lancet. 2009; 373: 1.
11. Leal SC, Bronkhorst EM, Fan M, Frenck-en JE. Untreated cavitated dentine
lesions: Impact on children's quality of life. Caries Res. 2012: 46: 102-106.
(Source: The Iraqi Virtual Science Library. www.ivsl.org).
12. Massry SG, Glassock RJ dalam: Text Book of Nephrology Vol.2, Ed 2.
Baltimore: Williams&Wilkins 1983
13. Schooley JC, Kullgren B, Allison AC. Inhibition by interleukin-1 of the action
of erythropoietin on erythroid precursors and its possible role in the
pathogenesis of hypoplastic anaemias. Br J Haematol 1987; 67: 1117
14. de Francisco ALM, Braun J, Burnier M et al. Intra-patient (Pt) haemoglobin
(Hb) variability and erythropoiesis stimulating agent (ESA) type: is there a
difference? [abstract PUB352]. Presented at American Society of Nephrology
Annual Congress, 1419 November 2006, San Diego, USA