Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Perawatan Luka
Makalah ini disusun agar dapat mengetahui prosedur perawatan luka guna
memudahkan mahasiswa dalam melakukan praktik asuhan keperawatan dengan
perawatan luka. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
perawatan luka. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Watampone, 05 November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Prosedur Perawatan Luka Oleh : ASNIAR ASDAR
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.............................i
DAFTAR ISI.......................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................1
B. Rumusan Masalah.......................4
C. Tujuan Penuisan......................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi......................................................................................................................
B. Etiologi........................................................................................................................
C. Jenis-jenis Luka.......................................................................................................
D. Proses Penyembuhan Luka............................................................................................
E. Trend dan Isu Perawatan Luka........................................................................................
F.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit
terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh
terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang
menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan
penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi
sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon
yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan
berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur
anatomi, fungsi dan penampilan.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga
kesehatan
dan
pasiennya
memanfaatkan
terapi
canggih
yang
sesuai
dengan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Penyembuhan Luka
Prosedur Perawatan Luka Oleh : ASNIAR ASDAR
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses
pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan
fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2006).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel
secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal.
Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan
penampilan.
B. Etiologi / Penyebab Luka
Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum
memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor
yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan
dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
1. Trauma
2. Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia
3. Gigitan binatang atau serangga
4. Tekanan
5. Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
6. Immunodefisiensi
7. Malignansi
8. Kerusakan jaringan ikat
9. Penyakit metabolik, seperti diabetes
10. Defisiensi nutrisi
11.Kerusakan psikososial
12. Efek obat-obatan
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka dengan multifaktor.
C. Jenis-jenis Luka
1.
Berdasarkan Kategori
a.
Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar;
tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril
Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction;
tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan
disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi
b.
Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan
lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan
3.
Berdasarkan Descriptors
a.
Aberasi
Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat
alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
c.
Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko
infeksi
d.
Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
4.
Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan
atau system genitourinary, risiko infeksi rendah
b.
Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary,
risiko infeksi
c.
Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko
tinggi infeksi
d.
Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi
Klasifikasi luka
a.
Berdasarkan penyebab
1)
2)
Superficial
Hanya jaringan epidermis
2)
Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis
3)
Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan
jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur
yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang
Hemostasis
Inflamasi
1.
Hemostasis
Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang
menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering
dihubungkan dengan nyeri, secara klasik rubor et tumor cum calore et dolore.
Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses
penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah
pekerjaan dari PMNs (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan
pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMNs ke sekitar jaringan.
Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan
awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah
sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan
kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah
makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan
kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor
pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan
epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).
3.
10
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya
berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara
klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan
mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih
dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya
satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang
kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi.
Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari
kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut
angiogenesis. Sel-sel roofer dan sider adalah keratinosit yang bertanggungjawab
untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit
berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.
4.
sesudah perlukaan.
Tabel 1. Fase penyembuhan luka
Fase
penyembuhan
Waktu
Hemostasis
Inflamation
Segera
Hari 1-4
Proliferation
Granulation
Hari 4 21
Contracture
Remodeling
Hari 21 2
Sel-sel yang
berperan
Platelets
Neutrophils
Analogi
membangun
rumah
Capping off
conduits
Unskilled laborers
to clean uap the site
Macrophages
Lymphocytes
Angiocytes
Neurocytes
Supervisor Cell
Specific laborers at
the site:
Plumber
Electrician
Fibroblasts
Keratinocytes
Framers
Roofers and Siders
Fibrocytes
Remodelers
11
tahun
Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi
dua komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah
pergantian sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan
repair adalah tipe penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair
merupakan proses yang lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi
oleh intention primer, sekunder dan tersier.
1.
Intension primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
a.
b.
c.
d.
2.
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki
sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang
12
cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar
daripada penyembuhan primer.
3.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa
granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka
dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka
primer mengalami infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan
kemudian dijahit. Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan
lebih dalam daripada intension primer atau sekunder
13
yang berlebihan, metode wet to dry dianggap sebagai metode debridemen mekanik
dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada luka. Dari metode
perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau tidak menjadi
pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka, seperti proses fisiologis
pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan,
meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis
balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan
nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan
luka hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode
perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi
mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome
yang berkualitas dan biaya yang lebih murah.
2.
b.
c.
Mengaktivasi
protease
permukaan
luka
untuk
mengangkat
jaringan
devitalisasi/yang mati
d.
e.
f.
Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang
tipis
g.
Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari balutan
kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi penggantian balutan dan
meningkatkan
kecepatan
penyembuhan
dapat
menghemat
biaya
yang
dibutuhkan.
14
b.
c.
d.
Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat
diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.
2.
b.
c.
Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke
sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
3.
15
Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul
tidak terduga dan tidak pada setiap orang.
b.
c.
Mengabsorbsi drainase.
d.
Indikasi :
a.
b.
c.
d.
Menyiapkan alat
b.
Menyiapkan pasien
c.
Perkenalkan diri
d.
Jelaskan tujuan
e.
f.
Persetujuan pasien
g.
Tekhnis pelaksanaan
Peralatan
a.
Gunting pembalut
b.
Plaster
c.
16
d.
Pembalut
e.
Alkohol 70 %
f.
Betadine 10 %
g.
Bensin/ Aseton
h.
i.
NaCl 0,9 %
j.
Pincet anatomi 1
k.
Pinchet chirurgie 1
l.
m. Kapas Lidi
n.
Kasa Steril
o.
p.
Prosedur Pelaksanaan
a.
b.
c.
Cuci tangan.
d.
e.
Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau NaCl.
f.
Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah
dari dalam ke luar.
g.
h.
Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
dengan larutan desinfektan.
i.
j.
Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan
kasa steril
k.
l.
Rapikan pasien.
17
2.
b.
c.
Menyiapkan alat
b.
Menyiapkan pasien
c.
Perkenalkan diri
d.
Jelaskan tujuan
e.
f.
Persetujuan pasien
g.
Tekhnis pelaksanaan
Peralatan
a.
Gunting pembalut
b.
Plaster
c.
d.
Pembalut
e.
Alkohol 70 %
f.
Betadine 2 %
g.
H2O2, savlon
h.
Bensin/ Aseton
i.
j.
NaCl 0,9 %
k.
Pincet anatomi 1
l.
Pinchet chirurgie 2
Kapas Lidi
o.
Kasa Steril
18
p.
q.
Sarung Tangan
r.
Prosedur Pelaksanaan
a.
b.
c.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang
berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari
cairan tubuh.
d.
Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang ada.
e.
Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah
dari dalam ke luar.
f.
g.
Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
dengan larutan desinfektan.
h.
i.
j.
Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan
kasa steril.
k.
l.
Rapikan pasien.
o.
p.
q.
r.
Saat melepas atau memasang balutan, perhatikan tidak merubah posisi drain atau
menarik luka.
s.
Alat pelindung mata harus dipakai bila terdapat resiko kontaminasi okuler
seperti cipratan mata.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan memalukan
pembalutan, dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
Jika luka sudah membaik atau sembuh, disarankan agar balut tekan tetap
digunakan dengan tujuan untuk mengontrol risiko pembengkakkan, memperbaiki system
saraf dan mencegah risiko terjadinya luka ini kembali. Sebelum kita melakukan
intervensi terhadap luka, ada baiknya kita melakukan pengkajian terlebih dahulu.
Melakukan pengkajian luka secara komprehensif pada klien yang tepat merupakan
komponen penting dalam manajemen luka. Kemampuan untuk melakukan pengkajian
luka tersebut membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup.
Perencanaan perawatan luka sangat dibutuhkan namun dalam perencanaan tersebut
dibutuhkan juga keterangan-keterangan atau fakta dari hasil evaluasi rencana tersebut.
B. Kritik Dan Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi
sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah
berikutnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
Black, Joyce M., Hawks JH, 2006, Medikal Surgical Nursing, (Edisi. 8),.
Philadelpia: WB Saunders Company
2.
3.
Perry & Potter, 1999. Buku Ajar Fundamental Of Nursing Vol.2. Jakarta : EGC
4.
Luka dan Perawatannya (Ismail S.Kep, Ns, M.Kes), Manajemen Luka (Moya
J. Morison, 2003).
5.
6.
21