DESENTRALISASI FISKAL
RPJPD
harus
selaras
dan
menyesuaikan
dengan
RPJPN
dengan
Pendekatan yang dapat dipakai dalam hubungan keuangan antara pusat dan daerah (Basri
dan Subri, 2005), yaitu:
1. Pendekatan Kapitalisasi (capitalization approach)
Hubungan ini berdasarkan kuasi komersial. Pemerintah pusat melakukan investasi pada
pemerintah daerah. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengelolan investasi
tersebut. Keuntungan dari investasi tersebut dibagi secara proporsional antara
pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan presentase bagian modal investasi yang
ditanamkan. Dalam situasi tertentu, pemerintah pusat dapat menyumbangkan
keuntungan yang menjadi bagianya kepada pemerintah daerah.
2. Pendekatan Sumber Pendapatan (income source approach)
Dalam pendekatan ini, pemerintah pusat memberikan sebagian pendapatan tertentu
kepada daerah. Pemerintah pusat dapat memberikan kewenangan pengelolaan sumber
pendapatan tertantu yang sepenuhnya diserahkan ke daerah atau wewenang untuk
menikmati sebagian dari pungutan yang dilakukan daerah atas nama pusat.
3. Pendekatan Belanja (expenditure approach)
Dasar dari pendekatan ini adalah kebutuhan belanja untuk menjalankan proyek atau
untuk operasional pemerintah daerah. Kekurangan biaya pada suatu proyek dibiayai
oleh pemerintah pusat dengan mempertimbangkan kemampuan daerah dan alokasi
bantuan untuk masing-masing daerah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan
ini adalah kebutuhan pembangunan tidak boleh berbeda secara signifikan apabila
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
4. Pendekatan Komprehensif (comprehensive approach)
Pendekatan ini memberikan wewenang kepada pemerintah untuk mengatur sumber
pendapatannya dan mengatur alokasi belanja sesuai dengan kebutuhan daerah masingmasing. Pemerintah daerah mem[unyai tantangan dalam menyeimbangkan antara
pendapatan dengan belanja. Sumber penerimaan yang dikelola pemerintah daerah
merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD). JIka PAD belum dapat memenuhi
kebutuhan belanja daerah, pemerintah pusat memberikan bantuan/subsidi untuk
menutup fiscal gap tersebut. Pendekatan ini biasa disebut juga sebagai pendekatan
defisit (deficit approach) karena pada umumnya pemerintah daerah tidak dapat
membiayai seluruh belanja yang sudah dianggarkannya.
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan, terdapat berbagai macam dana perimbangan, yaitu DAU (Dana
Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi Khusus), dan DBH (Dana Bagi Hasil). Dana
perimbangan tersebut bertujuan untuk:
a) menjamin terciptanya perimbangan secara vertikal di bidang keuangan antar tingkat
pemerintahan,
b) menjamin terciptanya perimbangan horizontal di bidang keuangan antar pemerintah
di tingkat yang sama, dan
c) menjamin terselenggaranya kegiatan-kegiatan tertentu di daerah yang sejalan
dengan kepentingan nasional.
Menutur Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, DAU adalah dana yang bersumber
dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
DAU digunakan untuk membiayai kekurangan pendapatan pemerintah daerah dalam
pemanfaatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) -nya. DAU bersifat block grant yang
artinya penggunaan DAU diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan
kebutuhan
daerah
untuk
peningkatan
pelayanan
kepada
masyarakat
dalam
Dalam rangka mendukung peningkatan kinerja daerah, mulai tahun 2010 kepada
daerah diberikan Dana Insentif Daerah (DID), yang pada dasarnya merupakan
penghargaan kepada daerah yang berprestasi dari segi pengelolaan keuangan dan
perekonomian daerah. Dana tersebut dialokasikan berdasarkan capaian output dan
outcome pembangunan daerah.
mendorong
2. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah
Pusat dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Daerah
lainnya.
3. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi bertujuan untuk menciptakan kestabilan ekonomi. Kestabilan
ekonomi tercapai apabila ekonomi berada dalam posisi seimbang, melalui
pengendalian harga/pemenuhan kebutuhan dasar, pembukaan lapangan kerja, dan
penurunan jumlah masyarakat miskin.
DAFTAR REFERENSI
Basri, Zainul Yuswar dan Mulyadi Subri, 2005. Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan
Utang Luar Negeri. Jakarta : Rajawali Press.
Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Desentralisasi Fiskal Politik dan Perubahan Kebijakan
1974-2004.Jakarta: Kencana
Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Prudhomme.1995. The Dangers of Decentralization.Paris:The World Bank Research
Observer, vol. 10, no. 2
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat