1.
2.
3.
4.
5.
Faktor predisposisi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Olahraga
Kecelakaan lalu lintas
Jatuh ketika anak belajar berjalan
Penganiayaan
Pemeriksaan radiografi
No. Fraktur
Fraktur orbita
1.
(blow-out
fracture)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan
oftalmologi:
- Inspeksi palpebra,
kornea, pupil, bilik mata
depan
- Slit-lamp examination
- Funduskopi
2.
3.
Fraktur nasoorbitoethmoid
4.
Fraktur zigoma
1. Kelembutan ketika
menyentuh
hidung
2. Pembengkakan hidung atau
wajah
3. Memar hidung atau di bawah
mata
(mata hitam)
4. Deformitas hidung (hidung
bengkok)
5. Mimisan
6. Ketika menyentuh hidung,
yang
berderak atau suara berderak
atau
sensasi seperti yang terbuat dari
rambut
menggosok antara 2 jari
7. Nyeri dan kesulitan bernafas
keluar
dari lubang hidung
1. Pembengkakan atau laserasi
pada
hidung dan dahi
2. Nyeri pada mata,dahi,dan
hidung
3. Parasthesi (baal) pada dahi
4. Diplopia
5. Telechantus
6. CSF rhinorrhea
1. Asimetri wajah pada
tonjolan malar dan arkus
zigomatik. Pipi menjadi lebih
rata dengan sisi
kontralateral atau sebelum
trauma.
2. Palpasi zygomatic
1. Halo sign
2. Roentgen waters, PA,
dan lateral
3. CT Scan axial dan
coronal
1.Rontgen
a. Foto Waters
- Terlihat teardrop sign
yang berarti
ada herniasi dari konten
orbital ke
sinus maksila atau bisa
5.
Fraktur maksila
juga
menandakan adanya
perdarahan
di sinus maksila.
- Kerusakan pada
frontozygomatic
suture dan body of the
zygoma.
b. Foto Submental vertex
Untuk mengevaluasi
arkus
zygomatik.
2.CT scan 3 dimensi
CT scan pada potongan
axial maupun coronal
merupakan gold standard
pada pasien dengan
kecurigaan fraktur zigoma,
untuk mendapatkan
pola fraktur, derajat
pergeseran, dan evaluasi
jaringan lunak orbital.
-Plain radiograph/roentgen
Waters and
submentalvertical
views of the paranasal
sinuses.
6.
Fraktur mandibula
Pemeriksaan Bimanual
Klas 3: Fraktur yang melibatkan regio bergigi dengan perubahan letak sedang hingga berat
Klas 4: Fraktur prosesus alveolaris dimana satu atau beberapa garis fraktur bergabung
dengan fraktur tulang fasial
7. Impacted fracture
Fraktur dimana satu fragmen terdorong masuk ke fragmen tulang lainnya.
8. Atrophy fracture
fraktur spontan yang disebabkan atropi tulang pada daerah edentulous mandibula
9. Complicated atau complex fracture
Fraktur dimana sumber traumanya melibatkan jaringan lunak atau bagian lainnya, seringkali
simple atau coumpond
FRAKTUR MAKSILA
Le Fort I (horizontal): Fraktur dari septum nasal hingga tepi lateral piriformis, horizontal
diatas apek gigi, melewati bawah zygomaticomaxillary junction, dan pterygomaxillary
junction hingga pterygoid plates
Le Fort II (pyramidal): Meluas dari nasal bridge atau dibawah sutura nasofrontalis hingga
processes frontal maxilla, inferolaterally ke tulang lacrimal dan inferior dinding orbital atau
dekat dg foramen orbita inferior hingga dinding anterior sinus maxillary, dibawah zygoma,
melewati fissura pterygomaxillary dan pterygoid plates
Le Fort III (transversal):
Sutura nasofrontal dan frontomaxillary, meluas ke posterior diantara dinding medial orbita
hingga nasolacrimal groove dan tulang ethmoid. Fraktur meluas ke dasar orbita hingga fissura
orbital inferior, meluas ke superolaterally hingga dinding lateral orbita, ke zygomaticofrontal
junction dan zygomatic arch. Intranasal, fraktur meluas ke dasar perpendicular plate tulang
ethmoid, hingga vomer dan pterygoid plates sampai dasar sphenoid