Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)


RUANG 23 PSIKIATRI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa

Oleh:
Desak Gede Prema Wahini
(105070201131010)

JURUSAN KEPERAWATAN-K3LN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)
RUANG 23 PSIKIATRI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa

Oleh:
Desak Gede Prema Wahini
(105070201131010)

JURUSAN KEPERAWATAN-K3LN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)
RUANG 23 PSIKIATRI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen MHN

Oleh:
Desak Gede Prema Wahini
(105070201131010)

Telah diperiksa kelengkapannya pada:


Hari

Tanggal

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik

Perseptor Akademik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan

lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas.
Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi
koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu diantaranya perubahan

nilai

budaya,

perubahan

sistem kemasyarakatan,

pekerjaan,

serta akibat

ketegangan antar idealisme dan realita yang dapat menyebabkan terganggunya


keseimbangan mental emosional. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dari
perubahan tersebut, akibatnya akan menimbulkan ketegangan atau stres yang
berkepanjangan sehingga dapat menjadi faktor pencetus dan penyebab serta juga
mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang dapat mempengaruhi stres adalah
pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini (Suliswati, 2005).
Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stresor psikologis. Yang
merupakan suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya
perubahan

dalam

kehidupan

seseorang

hingga

orang

tersebut

terpaksa

mengadakan adaptasi dalam menaggulangi stressor tersebut. Pasien yang


mengalami gangguan jiwa kronik sering kali hanya berdiam diri dirumah tanpa
melakukan kegiatan apapun. Hal ini yang dapat menyebabkan pasien dikucilkan
dalam masyarakat. Pada pasien dengan Gangguan Proses Pikir terdapat
kerusakan pada kemampuan individu melakukan aktivitas diakibatkan suatu
keyakinan tentang isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan. Perilaku individu
dengan gangguan proses pikir yang tidak normal, memungkinkan terjadinya isolasi
sosial pada pasien. Keadaan ini dapat mempengaruhi kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Isolasi Sosial tampak dari ketidakmampuan
seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.
Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa
dengan gangguan proses pikir untuk mencegah terjadinya isolasi sosial adalah
terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.

1.2

Tujuan
Tujuan umum TAKS untuk pasien dengan gangguan proses pikir yaitu peserta

dapat meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu


dalam anggota kelompok. Tujuan khususnya adalah:
1. Peserta mampu menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.
2. Peserta mampu memilih topik yang ingin dibicarakan.
3. Peserta mampu memberi pendapat tentang topik yang dipilih.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien

Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan gangguan proses


pikir agar mempunyai kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan
1.3.2

yang jelas, ringkas dan relevan.


Manfaat Bagi Terapis
Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara

1.3.3

holistic.
Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan Strategi

Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien.


Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan
kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan sebagai aplikasi
dari pelayanan Mental Health Nurse yang optimal pada klien dengan

1.3.4

Gangguan Proses Pikir.


Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukkan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistik
pada pasien dengan Gangguan Proses Pikir, pada khususnya, sehingga
diharapkan keberhasilan terapi lebih optimal.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Gangguan Proses Pikir
2.1.1 Pengertian
Gangguan proses pikir adalah suatu tindakan atau keadaan dimana individu
mengalami kerusakan dalam mengoperasikan aktivitas. Gangguan proses pikir juga
didefinisikan sebagai suatu keyakinan tentang isi pikir yang tidak sesuai dengan
kenyataan (tidak cocok dengan intelegensi latar belakang kebudayaan).
Proses berfikir pada manusia meliputi proses pertimbangan (judgment),
pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berfikir
yang normal mengandung arus idea, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan
dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan. (Febrianty, 2012).

Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi proses berfikir manusia, misalnya


faktor somatik (gangguan otak, kelelahan), fak-tor psikologik (gangguan emosi,
psikosa), dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial ya-ng lain) yang sangat
mempengaruhi perhatian atau konsentrasi manusia yang bersangkutan. Kita dapat
membedakan tiga aspek proses berfikir, yaitu : bentuk pikiran, arus pikiran dan isi
pikiran. Distorsi pada proses berfikir dapat disebabkan karena gangguan organik
maupun gangguan psikologik terkait gangguan kecemasan, gangguan panik,
gangguan depresi maupun kondisi psikotik. (Kandel, 1991; Kasper,1999; Lieberman,
1999).
Kelompok

gangguan

psikotik

yang

bersifat

organik

meliputi

demensia

(Alzheimer, vaskular, penyakit lain, ytt), sindrom amnesik organik (selain kausalitas
alkohol, zat psikoaktif lain), delirium, gangguan mental organik (dengan kausa
kerusakan otak, disfungsi otak, dan penyakit fisik), gangguan kepribadian dan perilaku (akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak) Sedangkan kelompok gangguan
psikotik yang bersifat fungsional meliputi gangguan skizofrenia, gangguan skizotipal
dan gangguan gangguan proses pikir (APA, 1994; PPDGJ III, 1993; Sadock, dalam
Febriyanti, 2012).
2.1.2 Tanda dan Gejala
i.

Klien

mengungkapkan

sesuatu

yang

diyakininya

(tentang

agama,

kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi


ii.
iii.
iv.
v.
2.1.3

tidak sesuai dengan kenyataan.


Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan.
Takut, kadang panik.
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas.
Ekspresi tegang, mudah tersinggung.

Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Proses Pikir


(1) Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
- Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
- Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbic
- Gangguan tumbuh kembang
- Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
b. Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia
c. Faktor Psikologis
- Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitivitas
- Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
- Konflik perkawinan
- Komunikasi double bind
- Sosial budaya
- Kemiskinan
- Ketidak harmonisan sosial
- Stress yang menumpuk

(2) Faktor Presipitasi


a. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari
kelompok.
b. Faktor biokimia
Penelitian tentang

pengaruh

dopamine,

inorefinefrin,

lindolomin,

zat

halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita


c. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata.

2.2 Rentang respons


Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang
respon gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut (stuart dan
sundeen, 1998 hal 302) :
RENTANG RESPON
Respon adaptif

Respon maladaptif
maladaptif

Pikiran logis

Distorsi pikiran

Persepsi akurat

Ilusi

Emosi konsisten

Reaksi emosi berlebihan

Gangguan proses
pikir/delusi/gangguan proses

pikir

Halusinasi
Sulit brespon emosi

dengan pengalaman atau kurang


Perilaku sesuai
Perilaku aneh

Perilaku disorganisasi

Menarik diri

Isolasi sosial

Berhubungan sosial

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok


a. Definisi kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001).
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus
ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart
dan laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok,
ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam
berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.

b. Tujuan dan Fungsi Kelompok

Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain


serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada
pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu
satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok
merupakan laboraturium tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota
kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota
kelompok yang lain.
c. Jenis Terapi Kelompok
1. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus terapi

kelompok adalah

membuat sadar

diri (self-awareness),

peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.


2. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal.
Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group.
Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut:
a. Mencegah masalah kesehatan
b. Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c. Mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
3. Terapi Aktivitas Kelompok
Wilson dan Kneisl (1992), menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi,
dan

teknik

kreatif

untik

menfasilitasi

pengalaman

seseorang

serta

meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai
terapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari, dan
literatur. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas
kelompok.
4. Stimulasi Sensori.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi melatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami, diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Terapi

aktivitas kelompok orientasi realita melatih klien mengorientasikan pada


kenyataan yang ada disekitar klien. Terapi aktivitas kelompok Stimulasi Sensori
untuk membantu klien melakukan Stimulasi Sensori dengan individu yang ada
disekitar klien.

BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
3.1 KARAKTERISTIK KLIEN DAN PROSES SELEKSI
Karakteristik klien
a. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik
c. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya.
d. Klien dengan gangguan proses pikir dan/atau isolasi sosial.
e. Klien yang mudah diajak berinteraksi.
Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat gangguan proses pikir dan/atau isolasi
sosial.
b. Mengumpulkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik masalah
gangguan proses pikir dan/atau isolasi sosial untuk mengikuti TAK.

3.2 TUGAS DAN WEWENANG


1. Tugas Leader dan Co-Leader
-

Memimpin acara: menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.

Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien

Memberikan motivasi kepada klien

Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan

Memberikan reinforcement positif terhadap klien

2. Tugas Fasilitator
-

Ikut serta dalam kegiatan kelompok

Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien

Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung

Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif

Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan klien lainnya

Membantu melakukan evaluasi hasil

3. Tugas Klien
-

Mengikuti seluruh kegiatan

Berperan aktif dalam kegiatan

Mengikuti proses evaluasi

3.3 PERATURAN KEGIATAN


1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir.
2. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan.
3. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi peringatan lisan.
3.4 TEKNIK PELAKSANAAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Tema

: Terapi aktivitas kelompok sosialisasi kemampuan bercakap-cakap

Sasaran
Hari/ tanggal
Waktu
Tempat
Terapis:

topik tertentu.
: Pasien gangguan proses pikir dan/atau isolasi sosial.
: Kamis, 13 November 2014
: 30 menit
: Ruang Rehabilitasi, R. 23 Psikiatri, RSSA
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Leader
Co Leader
Fasilitator 1
Fasilitator 2
Fasilitator 3
Fasilitator 4

Tahapan Sesi:
A.

: Desak Gede Prema Wahini


: Rio Pranata
: Megawati
: Pius Yance
: Hamdian
: Sri Rezeki

Sesi 4: Bercakap-cakap denga topik tertentu

Tujuan
Sesi 4: Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan
anggota kelompok.

B.

Sasaran
1. Kooperatif.
2. Tidak terpasang restrain.

C.

Nama Klien
1. Ifan Safalas
2. Endah
3. Suryanto
4. Sri

D. Setting
Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran.
Ruangan nyaman dan tenang.
E. MAP

L
K

C
Keterangan :
L : Leader
C: Co Leader
F : Fasilitator
K : Klien
F.

Alat dan Bahan


Bola plastik kecil seukuran bola tenis
Buku catatan kecil
Bolpoin
Nametag

G. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab

H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri
3. Tahap kerja
SESI 4
a. Leader, co-leader, dan fasilitator menyanyikan sebuah lagu dan edarkan
bola plastik berlawanan dengan arah jarum jam.
b. Pada saat lagu dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan.

Dimulai dari terapis sebagai contoh. Misalnya, cara bicara yang baik atau
cara mencari teman.
c. Menuliskan pada flipchart/whiteboard topik yang disampaikan secara
berurutan.
d. Mengulangi a, b, dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan
topik yang ingin dibicarakan.
e. Menyanyikan lagu lagi dan edarkan bola plastik. Pada saat dihentikan,
anggota yang memegang bola memilih topik yang disukai untuk
dibicarakan dari daftar yang ada.
f. Mengulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topik.
g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.
h. Menyanyikan lagu lagi dan edarkan bola tenis. Pada saat dihentikan,
anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang topik yang
i.
j.

dipilih.
Mengulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
Memberi pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.

4. Evaluasi Hasil
Sesi 4: TAKS
Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
a. Kemampuan verbal : menyampaikan topik
No.
1
2
3
4

Aspek yg dinilai
Menyampaikan
dengan jelas
Menyampaikan
secara ringkas
Menyampaikan
yang relevan
Menyampaikan
secara spontan
Jumlah

Nama klien

topik
topik
topik
topik

b. Kemampuan verbal : memilih topik


No.
1
2
3
4

Aspek yg dinilai
Memilih topik dengan
jelas
Memilih topik secara
ringkas
Memilih topik yang
relevan
Memilih topik secara
spontan

Nama klien

Jumlah
c. Kemampuan verbal : memberi pendapat
No.
1
2
3
4

Aspek yg dinilai

Nama klien

Memberi
pendapat
dengan jelas
Memberi
pendapat
secara ringkas
Memberi
pendapat
yang relevan
Memberi
pendapat
secara spontan
Jumlah

d. Kemampuan nonverbal
No.
1
2
3
4

Aspek yg dinilai
Kontak mata
Duduk tegak
Menggunakan bahasa
tubuh yg sesuai
Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
Jumlah

Nama klien

BAB IV
HASIL EVALUASI
a. Kemampuan verbal : menyampaikan topik
No.
1
2
3
4

Aspek yg dinilai
Menyampaikan
dengan jelas
Menyampaikan
secara ringkas
Menyampaikan
yang relevan
Menyampaikan
secara spontan
Jumlah

Nama klien

topik
topik
topik
topik

b. Kemampuan verbal : memilih topik


No.
1
2
3
4

Aspek yg dinilai

Nama klien

Memilih topik dengan


jelas
Memilih topik secara
ringkas
Memilih topik yang
relevan
Memilih topik secara
spontan
Jumlah

c. Kemampuan verbal : memberi pendapat


No.
1

Aspek yg dinilai
Memberi
pendapat
dengan jelas

Nama klien

2
3
4

Memberi
pendapat
secara ringkas
Memberi
pendapat
yang relevan
Memberi
pendapat
secara spontan
Jumlah

d. Kemampuan nonverbal
No.
1
2
3
4

Aspek yg dinilai

Nama klien

Kontak mata
Duduk tegak
Menggunakan bahasa
tubuh yg sesuai
Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
Jumlah

DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan
Remaja, Widya Medika, Jakarta.

Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan,
Sagung Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th
edition, Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition,
Mosby, St.Louis.
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa.Edisi 1. Bandung:
RSJP.2000
Direja. S. H, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika
Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperatan Jiwa. Gunarsa, Aep (ed).
Bandung : PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai