TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tanaman Ketapang (Terminalia catappa L)
a. Sistematika tanaman Ketapang (Terminalia catappa L.)
Kingdom
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Sub division
: Angiospermae
Class
: Dicotyledeneae
Order
: Myrtales
Family
: Cumbretaceae
Genus
: Terminalia
Species
b. Nama Daerah
Nama daerah tanaman ketapang (Terminalia catappa L.) di
beberapa wilayah Indonesia antara lain hatapang (Batak), katapieng
(Minangkabau), katapang (Sunda), talisei, tarisei, salrise (Sulawesi
Utara), lisa, klihi (Nusa Tenggara), ketapas (Timor Timur), dan kalis,
kris (Papua Barat) (Heyne, 1987).
c. Morfologi Tanaman Ketapang (Terminalia catappa L.)
Ketapang (Terminalia catappa L.) mempunyai penampilan sebagai
berikut tinggi pohon mencapai 40 meter, cabang-cabangnya tumbuh
mendatar dan bertingkat seperti pagoda. Daun ketapang lebar berbentuk
bulat telur dengan pangkal daun runcing dan ujung daun lebih tumpul,
tepi daun rata, tulang daun berbentuk menyirip dan daging daun yang
tipis dan lunak. Bunga ketapang berukuran kecil dan terkumpul di
ujung ranting, berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8-25
cm. Buah ketapang berbentuk bulat telur agak gepeng, berwarna hijau
kekuningan saat masih muda dan menjadi ungu kemerahan saat matang.
Ketapang tersebar secara luas di seluruh wilayah Indonesia, mudah
ditemukan di daerah pesisir pantai, halaman perkantoran, tepi jalan atau
taman-taman rekreasi dan dataran rendah hingga ketinggian sekitar 500
meter diatas permukaan laut (Thomson dan Evans, 2006).
d. Kandungan Tanaman Ketapang (Terminalia catappa L.)
Zat-zat yang terkandung pada pohon ketapang di antaranya
violaxanthin, lutein, dan zeaxanthin, serta dapat ditemukan juga
dalam
senyawa
fenol
yang
merupakan
benzene
secara
langsung
dengan
mengganggu
fungsi
sel
kualitatif
kandungan
senyawa
flavonoid
2. Pengolahan Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1979).
Beberapa tahapan dalam pembuatan simplisia adalah sebagai berikut :
1) Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada bagaian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau
bagian tanaman saat panen, waktu panen, lingkungan tempat tumbuh.
2) Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Simplisia harus bebas
dari bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun,
akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya.
3) Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor
lainnya yang melekat pada bahan simplisia, air yang digunakan adalah
air bersih yang berasal dari mata air, sumur atau PAM.
4) Perajangan
Perajangan bahan simplisia untuk memperluas permukaan bahan baku
agar semakin cepat kering.
5) Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak dan simplisia dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama. Suhu terbaik untuk pengeringan tidak melebihi 60C.
6) Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu
gosong, bahan yang rusak atau dibersihkan dari kotoran.
7) Pengepakan dan Penyimpanan
Simplisia perlu ditempatkan dalam wadah yang inert (tidak mudah
bereaksi dengan bahan lain), tidak beracun, dan mampu melindungi
simplisia dari cemaran mikroba, kotoran dan serangga. Penyimpanaan
simplisia perlu memperhatikan suhu, kelembaban dan sirkulasi udara.
8) Pemeriksaan Mutu Simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik dan
makroskopik.
(Gunawan dkk, 2004)
3. Metode Ekstraksi
Ektraksi atau penyarian merupakan kegiatan penarikan zat-zat aktif
yang didapat dari bagian tanaman obat. Ekstrak adalah sedian kering,
kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung
kemudiaan seluruh atau sebagian pelarutnya diuapkan dan serbuk atau
sederhana.
Remaserasi
berarti
dilakukan
pengulangan
4) Infusa
Infusa adalah sedian cair yang dibuat dengan menyari mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90C selama 15 menit.
Pembuatannya yaitu dengan mencampur simplisia dengan derajat
halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian
panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90C sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas melalui
: Prokaryota
Division
: Protophyta
Classis
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Familia
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
(Bergey et al., 1994)
beberapa strain
: Protophyta
Class
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Familia
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus
(Dwijoseputro, 1994)
Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang hidup di permukaan
tubuh (Darmadi, 2004; Jawetz, et al., 1996). Menurut Pelczer dan Chan
(2005) antiseptik merupakan suatu substansi yang melawan infeksi atau
mencegah pertumbuhan atau kerja mikroorganisme dengan cara
menghancurkan
atau
menghambat
pertumbuhan
dan
aktivitas
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Tidak diabsorpsi
(Darmadi, 2004)
Tiga mekanisme kerja menurut Jawetz, et al., (1996) dalam
antiseptik
dalam
membunuh
mikroorganisme
Gel
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan (Depkes RI, 1995). Gel merupakan bentuk
sediaan semi padat dan mengandung banyak air. Penampilan gel
transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi. Gel
mempunyai
sifat
yang
menyejukkan,
melembabkan,
mudah
Swelling
Gel
dapat
mengembang
dengan
menyerap
cairan
dengan
penambahan volume.
2.
Syneresis
Syneresis merupakan proses keluarnya cairan yang terjerat dalam gel
akibat adanya kontraksi matriks dalam sistem gel. Syneresis dapat
terjadi selama penyimpanan dan perubahan temperatur dapat
Rheologi
Larutan pembentukan gel dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastik yang khas dengan ditunjukkan
oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran. Keuntungan
dari bentuk sediaan gel diantaranya tidak lengket, tidak mengotori
pakaian, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak meninggalkan
lapisan berminyak pada kulit, viskositas gel tidak mengalami
perubahan yang berarti selama penyimpanan.
(Lieberman et al., 1989)
Sediaan gel umumnya mengandung bahan aktif dan komponen
Daerah
Konsentrasi (%)
15 - 20
15 20
Organik
Eterselulosa
Metilselulosa
5 - 10
Etilselulosa
5 - 10
Hidroksietilselulosa
10 - 15
Etilhidroksietilselulosa
10 - 15
Natriumkarboksimetilselulosa
6 - 12
Natriumkarboksimetilamilopektin
25
Natrium alginat
26
Tragakan
25
Carbomer
0,5 2
Polivinil alkohol
12 15
Polivinil pirolidon
10 15
Tabel 1. Bahan Pembentuk Gel (Voight, 1994; Rowe et al., 2009)
Formula yang dapat dijadikan alternatif untuk memformulasikan
beberapa senyawa aktif adalah :
Bahan
Fungsi
Ekstrak daun ketapang
Senyawa aktif
Karbopol (0,5%)
Pembentuk gel
Trietanolamin (0,5%)
Penetral
Propilen glikol (15%)
Humektan
Aquades ad
Pelarut pembentuk gel
Tabel 2. Formula Pembuatan Gel
8.
Monografi Bahan
a. Aquades
Aquades atau air murni adalah air yang dimurnikan yang yang
diperoleh dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion,
osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang
memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan
lain. Pemerian berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, pH
antara 5,0 dan 7,0 (Depkes RI, 1995). Aquades berfungsi untuk
Konsentrasi (%)
Emulsifying agent
0,1 0,5
Gelling agent
0,5 2,0
Suspending agent
0,5 1,0
Tablet binder
5,0 10,0
2.
3.
daun kesum dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% mempunyai efek
antibakteri terhadap Escherichia coli dan pada ekstrak metanol daun
kesum konsentrasi 15% memiliki potensi sebagai antiseptik.
C. Rancangan Penelitian
1.
2.
Cara Analisis
Data yang didapatkan terdiri dari dua bagian, yaitu data penilaian
stabilitas sediaan dan data hasil pengukuran diameter zona hambat dan
zona bunuh masing-masing formula. Data hasil uji stabilitas sediaan gel
diantaranya pengukuran pH, daya sebar, viskositas, homogenitas,
konsistensi dan organoleptis dianalisis secara deskriptif, sedangkan data
hasil pengukuran diameter zona hambat dan zona bunuh masing-masing
formula dianalisis menggunakan uji ANAVA satu jalan program SPSS
dengan taraf kepercayaan 95%. Apabila terdapat pengaruh konsentrasi
formula terhadap zona hambat dan zona bunuh, dilanjutkan dengan uji
Turkey HSD (Sign. > 0,5%) dan untuk mengetahui konsentrasi paling
efektif terhadap zona hambat dan zona bunuh dilakukan dengan uji
Duncan.
3.
D. Kerangka Teori
Ekstrak daun ketapang
(Terminalia catappa L.)
Senyawa flavonoid
Mendenaturasi
protein sel bakteri
dan merusak
permeabilitas
dinding sel
bakteri
Gel antiseptik
tangan bahan aktif
alkohol 60%
Senyawa tanin
Mendenaturasi
protein sel bakteri
dan merusak
permeabilitas
dinding sel
bakteri
Mendenaturasi
protein dengan
jalan dehidrasi
dan merusak
permeabilitas
dinding sel
bakteri
E. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel tergantung
F. Hipotesis
1. Gel ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa L.) mempunyai efek
antiseptik terhadap bakteri E. coli dan S. aureus.
2. Gel ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa L.) pada konsentrasi
tertentu memiliki efektivitas sebagai antiseptik terhadap bakteri E. coli
dan S. aureus.