KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini penulis susun sebagai tugas dari mata kuliah Geomorfologi
dengan judul Hasil Bacaan dan Rangkuman Kerapatan Kontur, Kemiringan
Lereng, dan Morfometri , yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kita untuk mempelajari ilmu geomorfologi dan bentuk-bentuk muka
bumi seperti sungai sebagai mahasiswa teknik geologi.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf bila mana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi setiap
orang.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
Bab I : Pendahuluan ....................................................................................................1
1.1
1.2
1.3
1.4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
grid atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkar dibuat garis
horizontal.
Dengan mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis
horizontal tersebut, dapat ditentukan :
kemiringan atau sudut lereng dengan menggunakan rumus
S (%)=[((n-1)Ci)/(D Ps)]
Mencari Kontur Interval dengan menggunakan rumus
Ci=1/2000Ps
Mencari Panjang Diagonal dengan menggunakan rumus
D = (a^2+b^2 )
Dalam mengukur kemiringan lereng dapat dilakukan dengan cara: Metode Blong (1972),
Metode wentworth, Metode Lingkaran, Menggunakan Kompas Geologi
Kelas Kemiringan Lereng antara lain:
Kelas I
Kelas II = 8 15 %
Kelas IV = > 25 45 %
Kelas V = > 45 %
=<8%
2.4 Penentuan dan pengukuran titik detail untuk pembuatan garis kontur.
Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti informasi yang tersajikan
dalam peta.
Dalam batas ketelitian teknis tertentu, kerapatan titik detil ditentukan oleh skala peta dan
ketelitian (interval) kontur yang diinginkan.
Pengukuran titik-titik detail untuk penarikan garis kontur suatu peta dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung.
cara tachymetry pada semua medan dan dapat pula menggunakan sipat datar memanjang ataupun
sipat datar profil pada daerah yang relatif datar. Pola radial digunakan untuk pemetaan topografi
pada daerah yang luas dan permukaan tanahnya tidak beraturan.
Pengukuran langsung
Titik detail dicari yang mempunyai ketinggian yang sama dan ditentukan posisinya dalam
peta dan diukur pada ketinggian tertentu. cara pengukurannya bisa menggunakan cara
tachymetry, atau kombinasi antara sipat datar memanjang dan pengukuran poligon.
Cara pengukuran langsung lebih sulit dibanding dengan cara tidak langsung, namun ada
jenis kebutuhan tertentu yang harus menggunakan cara pengukuran kontur cara langsung,
misalnya pengukuran dan pemasanngan tanda batas daerah genangan.
kebutuhan tertentu yang harus menggunakan cara pengukuran kontur cara langsung, misalnya
pengukuran dan pemasanngan tanda batas daerah genangan.
Penarikan garis kontur diperoleh dengan cara perhitungan interpolasi, pada pengukuran
garis kontur cara langsung, garis-garis kontur merupakan garis penghubung titik-titik yang
diamati dengan ketinggian yang sama, sedangkan pada pengukuran garis kontur cara tidak
langsung umumnya titik-titik detail itu pada titik sembarang tidak sama.
Bila titik-titik detail yang diperoleh belum mewujudkan titik-titik dengan ketinggian yang
sama, posisi titik dengan ketinggian tertentu dicari, berada diantara 2 titik tinggi tersebut dan
diperoleh dengan prinsip perhitungan 2 buah segitiga sebangun. Data yang harus dimiliki untuk
melakukan interpolasi garis kontur adalah jarak antara 2 titik tinggi di atas peta, tinggi definitif
kedua titik tinggi dan titik garis kontur yang akan ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah
posisi titik garis kontur yang melewati garis hubung antara 2 titik tinggi.
Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap posisi titik pertama atau kedua. Titik hasil
interpolasi tersebut kemudian kita hubungkan untuk membentuk garis kontur yang kita inginkan.
maka perlu dilakukan interpolasi linear untuk mendapatkan titiktitik yang sama tinggi.
Interpolasi linear bisa dilakukan dengan cara : taksiran, hitungan dan grafis.
I.
Cara taksiran.
Menafsirkan titik-titik dengan ketinggian yang sama.
II.
Cara hitungan.
Cara ini pada dasarnya juga menggunakan dua titik yang diketahui posisi dan
ketinggiannya, hitungan interpolasinya dikerjakan secara numeris menggunakan
perbandingan linear.
III.
Cara grafis.
Cara grafis dilakukan dengan bantuan garisgaris sejajar yang dibuat pada kertas
transparan. Garisgaris sejajar dibuat dengan interval yang sama disesuaikan dengan
tinggi garis kontur yang akan dicari.
Plateau Daerah dataran tinggi yang luas daerah rendah antara dua buah ketinggian.
Saddle Hampir sama dengan col, tetapi daerah rendahnya luas dan ketinggian yang mengapit
tidak terlalu tinggi.
BAB III
KESIMPULAN
Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai
ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan
laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah
jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya
interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu
dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.
Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relative terhadap bidang datar
yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng,panjang lereng dan
bentuk lereng semuanaya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan.
Semakin besar nilai suatu titik kontur antara satu sama lain, maka akan semakin besar
pula interval atau interpolasi kontur suatu tempat tersebut. Dengan mengetahui nilai suatu tempat
dari tempat satu ke tempat yang lain, maka akan di ketahui pula beda tinggi antara kedua tempat
tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dalmartha, Setyawan, dr. 2014. Topologi dan Batuan. Bandung: Penebar Swadaya
Hariany, Sangad M. dkk. 2014. Kamus Geologi. Bandung: Yayasan Obor Indonesia
http://kasmatyusufgeo10.blogspot.com/2012/11/pengertian-kontur-dan-kemiringan-lereng.html
http://smamuhammadiyahtasikmalayageo.blogspot.com/2010/07/garis-kontur.html
11