Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah suatu substansi antimikrobia yang diperoleh dari atau dibentuk dan
dihasilkan oleh mikroorganisme yang umumnya adalah jamur maupun zat sintetik lain, dan
zat- zat itu dalam jumlah sedikit pun mempunyai daya hambat kegiatan mikroorganisme
yang lain (Anonim, 2003). Antibiotika tersebar di alam dan memegang peranan penting dalam
mengatur populasi mikrobia dalam tanah, air, limbah dan kompos. Antibiotika berbeda dalam
susunan kimia dan cara kerjanya. (Tjay&Rahardja, 2003)
Orang yang pertama kali mempelajari antibiotika secara sistematis adalah Gratia dan
Dath (1924) dengan ditemukannya actinamycetin yang berasal dari Actinomycetes. Sampai
sekarang sudah banyak ditemukan beribu- ribu antibiotik, tetapi tidak semua dapat
digunakan dalam pengobatan. Hal ini terjadi karena bakteri mengalami mutasi yang terjadi
karena pengobatan yang dilakukan tidak dengan semestinya (Indan E, 2003) Satu jenis
antibiotik biasanya hanya ampuh untuk satu kelompok kuman tertentu, tetapi tidak untuk
kuman yang lain. Tetapi ada pula antibiotik yang dapat membunuh berbagai kelompok
kuman. Penggunaan antibiotik sembarang dapat menimbulkan terjadinya resistensi pada
kuman,
artinya
antibiotik
yang
dipakai
menjadi
tidak
ampuh
lagi
dan
berkembangnya
bentuk
resisten
parasit,
tidak
samping, seperti alergi, kerusakan syaraf, iritasi pada ginjal dan saluran gastrointestinalis,
tidak melenyapkan flora normal pada hospesnya, harus dapat diberikan secara oral atau
suntikan,
mempunyai
taraf
kelarutan
yang
tinggi
dalam
zat
alir
tubuh, konsentrasi antibiotik di dalam jaringan atau darah harus dalam jumlah yang cukup
tinggi. (PR Murray, 2005)
Pada dasarnya antibiotik dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu antibiotik alamiah dan
antibiotik sintetis. Antibiotik alamiah merupakan antibiotik yang telah tersedia secara alamiah
yang merupakan hasil metabolisme sekunder dari mikroorganisme tertentu. Antibiotik
alamiah
terdiri
acremonium),
Sulfanomide,
Nitrofuran,
Hidrazide
pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host obat bakteriostatik yang khas
adalah tetracycline, sulfonamidae, dan clindamycin.
Berdasarkan mekanisne kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
a. Penghambatan sintetis dinding bakteri
b. Penghambat membrane sel
c. Penghambatan sintesis protein di ribosom
d. Penghambatan sintesis asam nukleat
e. Penghambatan metabolic (antagonis folat)
Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja, farmakokinetik, farmakodinamik,
serta aktivitas antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kegunaan
di dalam klinik. Karena perbedaan ini juga maka mekanisme resistensi dari masing-masing
golongan juga mengalami perbedaan.
3.Efek samping
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun
tubuh hospes, terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat. Manifestasi gejala dan
derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.(Soebaryo RW, 2007)
Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderita infeksi, terdapat populasi
mikroflora normal, demikian keseimbangan ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya
tidak menunjukkan sifat pathogen. Penggunaan antimikroba,terutama yang berspektum luas
dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang meningkat
jumlah populasinya dapat menjadi patigen. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal
tubuh dapat terjadi di saluran cerna, napas dan kelamin, dan pada kulit. Beberapa keadaan
perubahan ini dapat menimbulkan super infeksi primer dengan suatu antimikroba. Mikroba
penyebab superinfeksi biasanya ialah jenis mikroba yang menjadi dominan pertumbuhannya
akibat penggunaanya antimikroba, misalnya : kandidias sering timbul sebagai akibat antibiotik
berspektrum luas.
Faktor yang memudahkan timbulnya superinfeksi ialah :
a) Adanya faktor atau penyakit yang mengurangi daya tahan pasien.
b) Pengguanaan antimikroba terlalu lama.
c) Luasnya spektrum aktifitasnya antimikroba obat baik tunggal maupun dalam
kombinasi. Makin luas spectrum antimikroba, makin besar kemungkinan suatu
jenis mikroflora tertentu menjadi dominan.
d) Frekuensi kejadian superinfeksi paling rendah ialah dengan penisilin G.
Jika terjadi superinfeksi, tindakan yang perlu diambil untuk mengatasinya ialah :
a) Menghentikan terapi dengan antimikroba yang sedang digunakan.
b) Melakukan biakan mikroba penyebab superinfeksi
c) Memberikan suatu antimikroba yang efektif terhadap mikroba tersebut. Selain
menimbulkan perubahan biologik tersebut, penggunaan antimikroba tertentu
dapat pula menimbulkan gangguan nutrisi atau metabolik, umpamanya
gangguan absorpsi zat makanan oleh Neomisin. (Soebaryo RW, 2007)
Antimikroba tertentu selama jangka waktu tertentu kini telah ditinggalkan.Pada umumnya para
ahli cenderung melakukan individualisasi masa terapi, yang sesuai dengan tercapai respons
klinik yang memuaskan. Namun untuk penyakit tertentu seperti faringitis oleh S. pyogenes,
oaleomielitis, endokarditis, lepra dan tuberkulosis para tetap dipertahankan masa terapi yang
cukup walaupun perbaikan klinis cepat terlihat.(Soebaryo RW, 2007)
Suatu daftar Antimikroba yang dinyatakan efektif dalam uji kepekaan tidak dengan
sendirinya menyatakan bahwa setiap Antimikroba yang tercantum itu akan memberiefektifitas
klinik yang sama. Di sini dokter harus dapat mengenali dan memilih Antimikroba yang secara
klinis merupakan obat terpilih untuk suatu kawan tertentu. Sebagai contoh obat terpilih untuk
infeksi oleh S. Faecalis ialah ampisilin, walaupun secara in vitro kuman tersebut juga dinyatakan
sensitif terhadap sefamandol atau gentasimin.
Tidak semua bagian tubuh dapat ditembus dengan mudah oleh Antimikroba. Jaringan
prostat ialah contoh organ yang sulit dicapai oleh kebanyakan obat dengan kadar yang kuat.
Antiseptik traktus urinarius (misalnya nitrofurantoin, asam nalidiksat, dan lain-lain) hanya
efektif untuk infeksi saluran kemih yang terlokalisasi. Obat-obat ini tidak dapat mencapai kadar
terapeutik untuk infeksi di organ tubuh lain.
Demam tidak selalu disebabkan oleh kuman. Virus, jamur, parasit, reaksi obat, dan dapat
meningkatkan suhu badan. Antimikroba yang lazim diberikan dalam keadaan ini tidak
bermanfaat. Abses, benda asing, jaringan nekrotik, sekuester tulang, batu saluran kemih, mukus
yang banyak, dan lain-lain, merupakan factor-faktor yang dapat menggagalkan terapi dengan
Antimikroba. Tindakan mengatasi faktor mekanik tersebut yaitu pencucian luka, debridemen,
insisi, dan lain-lain, sangat menentukan keberhasilan mengatasi infeksi.
Departemen Farmakologi Dan Terapiotik FKUI. 2007.Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya
Baru. http://dokternasir.web.id/
Departemen Kesehatan RI. Indonesia Sehat 2010 Visi Baru, Misi, Kebijakan, dan Strategi
Pembangunan Kesehatan. [On Line] :URL.www.depkes.go.id
Tjay Tan Hoan, Rahardja Kirana. 2003.Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputinda.
http://www.waspada.co.id/serba-serbi/obat/artikel,php?artikelid=61175-35k (02 Oktober
2012)
Siswoyo.
2010.
Waspadai
Bahayanya
Antibiotik.
Available
online
at
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&article&id=2082:waspadaibahayanya-antibiotik&catid=69:kesehatan&itemid=241 [Diakses tanggal 7 juni 2013].