Anda di halaman 1dari 6

5 Ancaman pasar bebas ASEAN 2015

bagi Indonesia
Posted on 10 April 2014 by dianarizky14

5 Ancaman pasar bebas ASEAN 2015 bagi


Indonesia
Woman sues police after using Taser on her
crotch (BWNToday)

Pemerintah menggelar rapat koordinasi terkait kesiapan Indonesia mengikuti Masyarakat


Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 di Jakarta, Rabu (12/3). Kesimpulannya, pemerintah tak
akan mundur atau menunda keterlibatan dalam liberalisasi barang dan jasa tersebut.
Saya kira on track. Tingkat score card kita 84 persen dari pelaksanaan Indonesia terhadap MEA,
jadi itu sesuai rencana, kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa usai rapat di Kemenko
Perekonomian.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa ini mengingatkan bahwa
tingkat kepatuhan negara lain di kawasan tak jauh beda. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi
pemerintah mengurungkan niat bergabung dalam MEA.
Selain itu, MEA mencakup pula kerja sama intensif di bidang keamanan dan sosial budaya.
Sehingga Kemenlu percaya keuntungan yang didapat Indonesia lebih besar bila bergabung di
dalamnya.
Ketua Pembina ASEAN Competition Institute (ACI), Soy Martua Pardede menilai persaingan di
pasar bebas ASEAN bakal sangat ketat dan tidak ditemui di regional lainnya semisal Eropa atau
Amerika. Sehingga, mutlak untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meyakini, Indonesia harus siap menghadapi
perubahan ekonomi besar dalam satu tahun mendatang.
SBY menekankan perlunya perubahan mental dan cara pandang dalam menghadapi perdagangan
bebas di negara-negara kawasan. Sebab, tak hanya anggota ASEAN, negara maju lain juga ikut
serta di dalamnya.
Jangan kita hanya melihat segala sesuatunya sebagai ancaman, tapi juga lihat sebagai peluang,
ucapnya.
Dari semua pendapat positif tersebut, Indonesia juga menghadapi ancaman menjelang
diselenggarakannya pasar bebas ASEAN. Apa saja ancaman tersebut buat rakyat Indonesia?
Berikut merdeka.com mencoba merangkumnya.

1. Rakyat kecil sasaran kesengsaraan

Lembaga swadaya Indonesia for Global Justice (IGJ) menuding pemerintah tidak memiliki
strategi dan rencana yang tepat untuk melindungi kepentingan petani, nelayan, buruh, dan
pedagang tradisional, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai efektif 2015.
Hal ini berpotensi mendorong hilangnya akses rakyat terhadap sumber daya alam dan tingginya
angka kemiskinan di pedesaan. Direktur Eksekutif IGJ Riza Damanik menyatakan, nelayan,
petani, buruh, maupun pedagang pasar tradisional adalah kelompok paling dirugikan atas
pemberlakuan MEA tahun depan.
Alasannya, pemerintah tidak memiliki strategi dan rencana aksi yang melibatkan petani, buruh,
nelayan, dan pedagang tradisional. Seakan mereka dibiarkan sendirian menghadapi bahaya
AEC, ujarnya.
2. Sumber kekayaan Indonesia dikuras pihak asing

Indonesia for Global Justice (IGJ) khawatir? sektor pertanian dan perikanan adalah dua dari 12
sektor strategis yang masuk dalam prioritas kerja sama ASEAN. Di dalam negeri, kedua sektor
ini tidak saja strategis dan penting bagi kepentingan domestik rakyat Indonesia, tapi juga
menghadapi kegentingan yang cukup serius baik secara kualitas maupun kuantitas.Bukti
nyatanya adalah kontribusi sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, terhadap PDB tidak
lagi besar, bahkan cenderung menurun sejak tahun 2011. Data BPS menyebutkan tahun 2011
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 14,70 persen dan mengalami penurunan hingga
14,43 persen pada 2013.
Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah dalam waktu yang sangat singkat
ini. Jangan pada akhirnya rakyat dipaksa menghadapi AEC 2015 sendirian tanpa persiapan kata
Direktur Eksekutif IGJ Riza Damanik.
3. Indonesia kembali dijajah

Indonesia berpotensi kembali dijajah oleh negara lain ketika Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) mulai berlaku pada 2015. Pasalnya, 80 persen pengangguran di Tanah Air berpendidikan
rendah.Bandingkan dengan Malaysia dan Singapura, 80 persen penganggurannya justru lulusan
SMA dan perguruan tinggi.
Mereka akan mendesak di MEA nanti menggunakan standar Bahasa Inggris. Kita sudah degdegan saja. Apa yang bisa kita lakukan, ucap Pengamat Ekonomi Hendri Saparini.
4. Hancurkan pengusaha kecil

Lembaga CIMB Research melansir laporan terkait kesiapan negara-negara anggota ASEAN
menjalankan liberalisasi barang dan jasa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015.

Hasilnya, masih banyak hambatan di enam sektor yang akan mulai dibuka dalam waktu dekat
itu.Chief Executive Officer CIMB Group Nazir Razak membenarkan, kebijakan MEA bisa
membunuh usaha kecil menengah (UKM) di ke-10 negara anggota ASEAN. Tapi, itu hanya akan
menimpa pengusaha yang tidak siap. Bila mau menangkap peluang, Nazir yakin pengusaha kecil
menengah bakal diuntungkan karena bisa bebas melakukan ekspansi ke seluruh Asia Tenggara.
Harus saya akui, akan ada pihak yang kalah seiring liberalisasi tersebut. Saya selalu bilang pada
pelaku usaha kecil menengah, MEA memberi kesempatan bagi kita menangguk keuntungan
besar, ujarnya.
5. Industri perbankan kalah bersaing

Perbankan nasional dinilai belum siap untuk menghadapi era keterbukaan ekonomi di Asean
pada 2015. Soalnya, perbankan nasional masih perlu meningkatkan tata kelola perusahaan yang
baik atau Good Corporate Governance (GCG). Berita buruknya bahwa sering sekali di dalam
hal yang menyangkut kesepakatan internasional termasuk di Asean, Indonesia selalu menjadi
negara yang tidak siap. Saya khawatir Indonesia tidak siap menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) 2015, kata Ketua Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono.
Sigit menilai perbankan nasional baru siap pada 2020.
Cr : http://www.merdeka.com/uang/5-ancaman-pasar-bebas-asean-2015-bagi-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai