PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan lain
dalam suatu industri. Penggunaan air industri dapat memanfaatkan air permukaan, air
sebagai sumber air. Penggunaan air permukaan dan air tanah mengharuskan untuk
mengolah air. Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan
lain dalam suatu industri. Untuk itu diperlukan penyediaan air bersih yang secara
kualitas memenuhi standar yang berlaku dan secara kuantitas dan kontinuitas harus
memenuhi kebutuhan industri sehingga proses produksi tersebut dapat berjalan
dengan baik. Dengan adanya standar baku mutu untuk air bersih industri, setiap
industri memiliki pengolahan air sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan industri
(Hardayanti, 2006).
Air pendingin merupakan salah satu jenis air yang diperlukan dalam proses
industri. Kualitas air pendingin akan mempengaruhi integritas komponen atau struktur
reaktor, karena pada dasarnya air sebagai pendingin akan berhubungan langsung dengan
komponen atau struktur reaktor. Air yang digunakan sebagai pendingin harus memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan komponen atau struktur yang dirumuskan dalam
spesifikasi kualitas air pendingin (Lestari, 2006). Dalam memenuhui spesifikasi dari air
pendingin maka dilakukan pengolahan terhadap air pendingin tersebut dengan berbagai
metode dan teknologi peralatan yang bervariasi. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan mencoba menjelaskan mengenai air pendingin atau biasa disebut dengan cooling
water.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Apakah definisi air pendingin (cooling water) itu?
2. Apa saja jenis air pendingin yang digunakan dalam proses industri?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui definisi mengenai air pendingin (cooling water)
2. Mengetahui jenis air pendingin yang digunakan dalam proses industri.
3. Mengetahui komponen sistem air pendingin.
4. Memahami masalah yang sering terjadi dalam air pendingin.
5. Mengetahui teknologi yang berhubungan dengan air pendingin.
BAB II
ISI
A.
Pengertian Umum
Air pendingin (cooling water) adalah suatu system yang menggunakan air sebagai
media dan berfungsi menurunkan suhu/temperature dalam suatu proses industri. Air
pendingin (cooling water) mempunyai arti yang cukup penting dalam kehidupan suatu
pabrik atau industri.
Sebagai contoh, bila air pendingin tidak stabil atau tidak berfungsi dengan baik,
maka pesawatmesin akan terganggu operasinya karena kondisinya yang semakin panas
sehingga efisiensi dari system itu akan menurun.
Untuk menjaga kondisi air pendingin tetap stabil, maka gangguan terhadap air
pendingin tersebut harus kita hilangkan antara lain :
1. Kerak dan pengerakkan
2. Korosi
3. Pertumbuhan lumut dan mikroba
4. Kotoran-kotoran (fouling)
Faktor-faktor yang menyebabkan air dipilih sebagai pendingin yang baik adalah :
1. Terdapat banyak sekali dan murah
2. Mudah memakainya
3. Tiap unit volume air dapat membawa jumlah panas yang besar
4. Pada
batas-batas
suhu
penggunaan
yang
normal
tidak
terjadi
B.
dilaluioleh aliran air pendingin disebut sebagai sistem air pendingin (cooling water
system). Sistem air pendingin dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis resirkulasi dan jenis
sekalilewat (once-through). Pada jenis resirkulasi, air pendingin yang telah digunakan,
digunakan kembali untuk keperluan yang sama, sedangkan pada sistem sekali-lewat air
yang telah digunakan langsung dibuang. Jenis resirkulasi dibagi lagi dalam dua jenis,
yaitu resirkulasi terbuka dan resirkulasi tertutup. Pada sistem resirkulasi terbuka sebagian
air yang telah digunakan diuapkan untuk mendinginkan bagian air sisanya. Pada sistem
resirkulasi tertutup, pendinginan kembali tidak dengan cara memanfaatkan panas laten
penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar panas. Pada subbab berikut, akan dijelaskan mengenai persyaratan air pendingin serta metoda
pengendalian terhadap masalah yang sering timbul pada sistem air pendingin. Metoda
pengendalian tersebut meliputi sistem air pendingin resirkulasi terbuka, system air
pendingin resirkulasi tertutup, dan sistem air pendingin sekali-lewat.
terjadinya korosi
Pendingin Menara pendingin (cooling tower) merupakan bagian dari sistem air pendingin
yang memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisma. Algae dapat berkembang dengan baik pada bagian yang cukup
mendapat sinar matahari, sedangkan "lendir" (slime) dapat berkembang pada hampir di
seluruh bagian dari sistem air pendingin ini. Mikroorganisma yang tumbuh dan
berkembang tersebut merupakan deposit (foul) yang dapat mengakibatkan korosi lokal,
penyumbatan dan penurunan efisiensi perpindahan panas. Penggunaan air yang
memenuhi persyaratan dapat mencegah timbulnya masalah-masalah dalam sistem air
pendingin. Persyaratan bagi air yang dipergunakan sebagai air pendingin tidak seketat
persyaratan untuk umpan ketel. Contoh persyaratan untuk air pendingin untuk sistem
resirkulasi terbuka ditunjukkan pada tabel berikut :
parameter
1. Konduktivitas (mhos/cm)
2. Turbiditas (ppm)
3. Suspended Solid (ppm)
4. Total Hardness (ppm as CaCO3)
5. Total iron (ppm as Fe)
6. Residual chlorine (ppm as Cl2)
7. Silicate (ppm as SiO2)
8. Total Chromate (ppm as CrO4)
9. Ph
C.
Nilai
<1000
<10
<10
<100
<1,0
0,5-1,0
<150
1,5-2,5
6,5-7,5
alkalinitas dalam air sirkulasi cukup rendah, dan mencegah pengendapan kerak pada
permukaan logam. Untuk maksud pertama dapat ditempuh dua cara, yaitu :
2. Pengendalian Korosi
Pengendalian korosi dilakukan dengan cara menambahkan chemicals yang
berfungsi sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai adalah polifosfat,
kromat, dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis inhibitor yang
digunakan harus tepat, karena suatu inhibitor hanya dapat bekerja efektif setelah
kadarnya mencapai harga tertentu. Kadar minimum yang dibutuhkan oleh suatu inhibitor
agar dapat bekerja secara efektif disebut batas kritis. Pemakaian inhibitor yang melebihi
batas kritis akan menambah biaya operasi. Jika kadar inhibitor turun di bawah batas
kritis, bukan saja menjadi tidak efektif, tetapi dapat pula menyebabkan pitting.
D.
Setelah mendinginkan proses pabrik air langsung dibuang. Contohnya pada pabrik
yang ada di tepi sungai atau laut, air sungai/laut setelah dipakai pendinginan proses dalam
pabrik dibuang lagi ke sungai atau ke laut.
Air pendingin digunakan sebagai pendingin pada heat exchanger hanya
dilewatkan sekali, selanjutnya langsung dikembalikan lagi ke badan air. Once through
systems digunakan bilamana kebutuhan air pendingin sangat banyak, ketersediaan sumber
air banyak dan murah serta memiliki fasilitas untuk menangani buangan air panas dari air
pendingin yang sudah digunakan. Once through system dimana air pendingin akan
melewati HE hanya sekali. Mineral-mineral dalam air akan relatif tetap jumlahnya, tidak
berubah. Polusi suhu yang disebabkan discharge dari sistem ini menjadi perhatian
lingkungan.
Keuntungan menggunakan Once through systems :
Korosi
Fouling
E.
Proses Pendinginan
Pada sistem pendingin terbuka (cooling tower), penguaan harus selalu terjadi,
karena efek pendinginan diperoleh dari proses penguapan air. Bagian air sesudah
mendinginkan prses pabrik/industry, dilanjutkan hingga bersinggungan dengan udara
pada menara pendingin. Macam-macam kontak antara air dan udara dalam menara
pendingin diantaranya adalah :
1. Counter Current
Pada sistem ini bagian-bagian dari air bersinggungan secara axial dengan udara
dalam menara pendingin
2. Cross Flow
Bagian-bagian air berpotongan dengan udara membentuk sudut 90o di dalam
menara pendingin.
F.
untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan
mengemisikannya ke atmosfer. Prinsip kerja menara pendingin berdasarkan pada
pelepasan kalor dan perpindahan kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor
berlangsung dari air ke udara. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana
sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir.
Sehingga air yang tersisa didinginkan secara signifikan.
bak/basin. Pada menara pendingin juga dipasang katup make up water untuk menambah
kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses evaporative cooling
tersebut sedang berlangsung.
G.
Cooling tower adalah salah satu bagian dari suatu cooling tower dengan proses
open recirculating system. Cooling tower adalah sebuah bangunan dari kayu yang
biasanya berbentuk kubus ataupun kerucut/silinder dengan menggunakan kipas
penghisap/penghembus udara. Pada tugas pengambilan air pendingin menjadi panas,
untuk mendinginkan kembali biasanya air dihujankan kembali pada menara pendingin,
dimana bagian-bagian air bersinggungan dengan udara yang dihisap.dihembus oleh kipas
(fan).
Ada banyak jenis klasifikasi menara pendingin, namun pada umumnya
pengklasifikasian dilakukan berdasarkan sirkulasi air yang terdapat di dalamnya. Menurut
J.R. Singham menara pendingin dapat diklasifikasikan atas tiga bagian, yaitu:
1. Menara pendingin basah (wet cooling tower)
2. Menara pendingin kering (dry cooling tower)
3. Menara pendingin basah-kering (wet-dry cooling tower)
massa jenis antara udara atmosfer dengan udara kalor lembab di dalam menara pendingin
yang bersuhu lebih tinggi daripada udara atmosfer di sekitarnya. Karena perbedaan
massa jenis ini maka timbul tekanan dorong yang mendorong udara ke atas. Biasanya
menara pendingin tipe ini mempunyai tinggi yang besar dan dapat mencapai ketinggian
puluhan meter. Menara pendingin aliran angin alami dapat dibagi menjadi dua
jenis,yaitu:
Menara pendingin aliran angin alami aliran lawan arah
Dari kedua jenis menara pendingin ini, menara pendingin aliran angin alami aliran
silang kurang disukai karena lebih sedikit memberi tahanan terhadap aliran udara di
dalam menara, sehingga kecepatan udaranya lebih tinggi dan mekanisme perpindahan
kalornya kurang efisien. Menara aliran angin alami aliran lawan arah lebih sering
digunakan karena mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
Memiliki konstuksi yang kuat dan kokoh sehingga lebih tahan terhadap
tekanan angin
melalui bukaan-bukaan yang cukup besar pada kecepatan rendah dan bergerak melalui
bahan pengisi (filling material). Kipas dipasang pada puncak menara dan membuang
udara kalor dan lembab ke atmosfer. Aliran udara masuk menara pada dasarnya
horizontal, tetapi aliran di dalam bahan pengisi (filling material) ada yang horizontal
seperti yang terdapat pada menara pendingin aliran silang (cross flow) dan ada pula yang
vertikal seperti menara pendingin aliran lawan arah (counter flow). Aliran lawan arah
lebih sering dipakai dan dipilih karena efisiensi termalnya lebih baik daripada aliran
silang.
Keunggulan menara pendingin aliran angin mekanik adalah:
Terjaminnya jumlah aliran udara dalam jumlah yang diperlukan pada segala
hibrida (hybrid tower). Menara hibrida terdiri dari cangkang beton, tetapi ukurannya
lebih kecil dimana diameternya sekitar dua pertiga diameter menara aliran angin
mekanik. Di samping itu, terdapat sejumlah kipas listrik yang berfungsi untuk mendorong
angin. Menara ini dapat dioperasikan pada musim dingin tanpa menggunakan kipas,
sehingga lebih hemat listrik.
Beberapa
didinginkan oleh udara atmosfer di dalam menara. Menara ini boleh menggunakan jujut
jenis alami seperti pada gambar. Operasi kondensor pada jenis ini harus dilakukan pada
tekanan 0,17 sampai 0,27 kPa. Pada jenis ini, digunakan kondensor terbuka atau
kondensor jet. Kondensat jatuh ke dasar kondensor dan dari situ dipompakan oleh pompa
resirkulasi ke kumparan bersirip di menara, yang kemudian didinginkan dan
dikembalikan ke kondensor.
Gambar 12. Skematik instalasi menara pendingin kering tak langsungdengan kondensor
permukaan konvensional
Menara pendingin kering tak langsung dengan sirkulasi bahan pendingin 2 fase.
Menara pendingin ini tidak menggunakan air pendingin, tetapi menggunakan
suatu bahan pendingin, seperti dengan menggunakan amoniak sebagai bahan perpindahan
kalor antara uap dan air, sehingga perpindahan kalor dapat terjadi dengan perubahan fasa,
yaitu pendidihan di dalam tabung kondensor dan kondensasi di dalam tabung menara.
Amoniak cair yang hampir jenuh masuk kondensor permukaan dan diuapkan menjadi uap
jenuh dan uap jenuh tersebut dipompakan lagi ke kondensor. Pendidihan dan kondensasi
ini mempunyai koefisien perpindahan kalor yang lebih tinggi daripada
sisi tabung,
sehingga menghasilkan beda suhu yang lebih rendah antara uap dan amoniak dan antara
amoniak dan udara.
Gambar 13. Skematik instalasi menara pendingin kering tak langsung dengan sirkulasi bahan
pendingin 2 fase
penampung air dingin. Sedangkan udara ditarik dalam dua arus melalui bagian kering dan
basah. Kedua arus menyatu dan bercampur di dalam menara sebelum keluar. Oleh
karena arus pertama dipanaskan secara kering dan keluar dalam keadaan yang kering
(kelembaban relatif rendah) daripada udara sekitar, sedangkan arus kedua biasanya jenuh.
Menara pendingin basah-kering mempunyai keunggulan:
Udara keluar tidak jenuh sehingga mempunyai kepulan yang lebih sedikit
yang selanjutnya bias mengurangi flow air dan juga mengurangi perpindahan panas pada
flow tersebut.Proses pengendapan itu terjadi misalkan :
Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O
Mg(HCO3)2 MgCO3 + CO2 + H2O
Metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembentukan kerak antara lain :
a. Mengendalikan kerak dengan pH
Dalam keadaan asam lemah ( kira kira pH 6,5 ). Asam sulfat yang paling sering
digunakan untuk ini, memiliki dua efek dengan memelihara pH dalam daerah yang benar
dan mengubah kalsium karbonat, Ini memperkecil resiko terbentuknya kerak kalsium
karbonat dan membiarkan cycle yang tinggi dari konsentrasi dalam system.
2. Terjadinya Korosi
Air yang mengandung oksigen dalam kondisi jenuh atau bersifat agresif terhadap
sistem logam dan mendorong terjadinya akumulasi dari hasil korosi yang selanjutnya
akan bias mengurangi laju perpindahan panas. Korosi adalah suatu proses elektrokimia
dimana suatu metal (missal: besi, baja) kembali dalam status alamiahnya, missal: Fe
Oxida atau karat. Korosi terjadi pada akibat pH rendah, Selain pH ada beberapa jenis
mikroorganisme yang menyebabkan korosi seperti nitrifying bacteria dan Sulfate
Reducing Bacteria (SRB) yang dapat menghasilkan asam sulfida (H2S). Bakteri ini
memiliki kemampuan untuk mengubah ion sufate (SO4) menjadi asam sulfida (H2S)
yang sangat korosif menyerang logam besi, logam lunak. Bakteri ini hidup sebagai
anaerobik ( tanpa udara ).
Contoh :
Fe Fe3+ + 2e4Fe + 3O2 2Fe2O3
2Fe2O3+ H2O Fe(OH)3
3. Terjadinya Fouling
Padatan yang tersuspensi jumlahnya di dalam air pendingin jumlahnya bias
bertambah atau semakin pekat, karena partikel-partikel yang ada di udara bias terjaring
oleh air di dalam menara pendingin. Ditambahn dengan hasil korosi, semua padatan itu
terbawa oleh aliran dan bias mengendap pada permukaan perpindahan panas ataupun
pada perpipaan. Peristiwa semacam ini tidak hanya mengurangi efisiensi perpindahan
panas tetapi juga mendorong terjadinya korosi yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi oksigen yang terjadi pada bagian bawah endapan tersebut.
1. Neraca Massa
Dasar utama neraca massa pada sistem air pendingin adalah Apapun yang masuk
harus keluar (segera atau mati). Dari dasar ini kemudian muncul banyak variasi sesuai
dengan kebutuhan, salah satu bentuk pokok dari prinsip dasar itu adalah:
M = E +B
Yaitu Make up (M) sama dengan Evaporasi (E) dan Fow down (B)
2. Siklus Konsentrasi (N)
Tingkat pemakaian zat-zat yang ada pada air pendingin dihitung berdasarkan
pengukuran konsentrasi dalam air pendingin dan air umpan (make up) dengan rumusan :
N=
Dimana :
Sebagai zat pengukuran yang baik ialah : Ion Khlorida, Kalsium, Natrium, atau
Magnesium
3. Evaporasi (E)
Pada open recirculating system, penguapan harus slalu terjadi karena efek
pendinginan diperoleh dari panas penguapan. Rate penguapan dipengaruhi banyak faktor
diantaranya :
Bada suhu antara air pendingin panas (inlet tower) dengan suhu air pendingin dingin
(outlet tower, selisih ini disebut Range.
Rate evaporasi sebenarnya sulit diukur karena bervariasi tergantung cuaca dan iklim.
Sebagai patokan :
E = 1% dari recycle rate per 5oC range
= 0,002 (E) (dT)
Keterangan : E = Evaporasi (m3 jam)
R = Recycle rate (m3 /jam)
dT = Range Pendingin (OC)
4. Retention Time
Waktu tinggal rata-rata air pendingin di dalam sistem sebelum keluar lewat blow
down biasanya dinyatakan dalam jam atau hari.
Retention Time = V/B
Retention Time berguna untuk menghitung waktu tinggal ion dalam sistem pendingin di
bawah pengaruh penambahan dan pengurangan yang kontinu.
5. Time Cycle (Waktu Siklus)
Waktu yang diperlukan seluruh air pendingin (V) untuk melewati lingkar
pendingin sebanyak satu kali. Secara matematis sama dengan V/R. Berguna untuk
mengetahui kecepatan tanggapan sistem air pendingin terhadap penambahan bahan-bahan
kimia. Time cycle biasanya dinyatakan dalam menit.
Pada pH dibawah 4,3 rate korosi akan menjadi semakin besar karena lenyapnya
seluruh nilai alkalinya dan pada nilai pH dibawahnya akan timbul asam mineral
bebas yang bersifat agresif terhadap metal.
2. Hardness Kalsium
Kalsium berinteraksi dengan fosft organic maupun anoganik membentuk lapisan
pelindung korosi. Harga terkecil yang diperlukan 50ppm sebagai CaCO3. Bila lapisan di
bawah ini sebaiknya digunakan inhibitir seng atau molibdat.
Pada kadar kalsium tinggi (>10.000 ppm sebagai CaCO3 perlakuan organic dan
basa mungkin akan memberikan masalah pengendapan. Perlakuan terbaik untuk ini
adalah fosfat terstabilkan dengan pH netral.
3. Alkalinitas
Parameter ini paling susah dikendalikan karena di satu pihak dapat memberikan
perlindungan terhadap korosi secara alamiah tetapi juga mempunyai potensi pergerakan.
Pada nilai pH sirkulasi air sekitar 7 dengan alkalinitas sekitar 50 ppm CaCO3, perlakuan
terbaik adalah fosfat terstabilkan atau molibdat. Bila alkainitas air 200 ppm CaCO3,
perlakuan organic, seng, alkali, dan molibdat memerlukan asam untuk menurunkan
alakalinitas.
4. Besi
Ion besi di atan 4 ppm tidak diperkenankan bila perlakuan fosfat terstabilkan
dipergunakan. Besi berbentuk endapan besi fosfat yang menyebanbkan terjadinya korosi
di bawah endapan.
5. Silika
Silika sering kali merupakan penghambat siklus konsentrasi. Pada tingkat
konsentrasi 150 200 ppm, silica amorf mulai menjadi masalah bersama dengan
magnesium pada pH>8,0 silika dapat menimbulkan masalah meskipun konsentrasi di
bawah 180 ppm. Untuk kondisi demikian perlakuan fosfat terstabilkan adalah yang
terbaik.
6. Phosphat
Kadar fosfat yang tinggi dalam air make up, paling baik digabung dengan
merlakuan fosfat terstabilkan. Fosfat hamper selalu ada dalam air baku terutama air
olahan menggunakan polifosfat, bila kadar orthofosfat dalam air sirkulasi 4-8 pm,
perlakuan organic atau seng dapat digunakan tanpa perlu modifikasi.
Seng alkali
..
4000
Molibdat
..
3000
Organik
..
4000
Fosfat
terstabilkan
menggunakan
fosfat
alkali
(basa)
umumnya
menggunakan senyawa fosfat organic dan sering disebut sebagai perlakuan organik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ialah sebagai berikut:
1. Air pendingin adalah air limbah yang berasal dari aliran air yang digunakan untuk
penghilangan panas dan tidak berkontak langsung dengan bahan baku, produk antara
dan produk akhir.
2. Ada tiga system air pendingin yang biasa digunakan di industri yaitu : Once through
system, Open evaporative recirculating, Closed non-evaporative recirculating.
3. Sistem air pendingin utama meliputi kondensor, pompa air pendingin utama, dan
cooling tower serta dilengkapi dengan beberapa komponen bantu.
4. Masalah dalam air pendingin ialah, korosi, scale, fouling, dan biological
contamination.
5. Menara pendingin jenis natural draft dan menara pendingin mekanik draft
merupakan dua teknologi menara pendingin yang banyak digunakan.
B. Saran
Sebaiknya dalam perancangan sebuah pabrik memperhatikan aspek-aspek yang
berpengaruh dalam penggunaan air pendingin dan parameter yang mengaturnya untuk
memaksimalkan efisiensi dan nilai ekonomi dari proses produksi.
TUGAS UTILITAS
AIR PENDINGIN DAN SISTEM PENDINGINAN AIR
DISUSUN OLEH :
Aprilia Laila
21030112130049
Ignatius Ivan
21030112140047
21030112130055
Mario Lorenso
21030112120026
Minaco Rino
21030112140043
Ninda Yunita
21030112110044
Rizkia Ramadhina
21030112130074
Suad Fatihati
21030112130050
Theresia Avila
21030112140053
Yodha Galih
21030112130030
2014