Pembimbing :
dr. Kamal Agung W, Sp.B
Disusun Oleh:
Winda Tryani
G4A013024
SMF BEDAH
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan serta disetujui presentasi kasus dan referat dengan judul :
Disusun Oleh:
Winda Tryani
Purwokerto,
G4A013024
September 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan
karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan presentasi kasus dan referat ini.
Presentasi kasus dan referat yang berjudul Ileus Obstruktif Parsial ec Tumor
Colon Tranversum ini merupakan salah satu syarat ujian kepanitraan klinik
dokter muda SMF Bedah RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Kamal Agung W, Sp.B
sebagai pembimbing atas waktu yang diluangkan, bimbingan, dan saran yang
sifatnya membangun dalam penyusunan presentasi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih
belum sempurna serta banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembimbing serta seluruh pihak.
Purwokerto,
September 2014
Penulis
I. KASUS
A.
B.
IDENTITAS PASIEN
a.
Nama
: Ny. S
b.
Umur
: 50 tahun
c.
Jenis kelamin
: Perempuan
d.
Pekerjaan
e.
Agama
: Islam
f.
Alamat
g.
Tanggal masuk
: 12 Agustus 2014
h.
Tanggal periksa
: 12 Agustus 2014
i.
Nomor CM
: 887215
ANAMNESIS
a.
Keluhan Utama
Tidak BAB sejak 11 hari yang lalu.
b.
c.
2.
d.
e.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
f.
C.
d.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
b.
Kesadaran
c.
Vital Sign
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 120 x/menit
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 36,80C
Tinggi Badan
: 156 cm
Berat Badan
: 45 kg
Status Generalis
1.
Kepala
Mata
Hidung
4.
Telinga
5.
Mulut
(-)
6.
Leher
7.
Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
e.
Status lokalis
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstrimitas
Superior
Inferior
Massa (-)
Lendir (+)
D.
Darah (-)
Feses (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
: 9,6
Leukosit
: 13150
Hematokrit
: 32
Eritrosit
: 4,9
Trombosit
: 633.000
MCV
: 65,4
MCH
: 19,6
MCHC
: 30,0
RDW
: 23,2
MPV
: 9,5
Hitung Jenis
Basofil
: 0,2
Eosinofil
: 0,0
Batang
: 0,4
Segmen
: 81,6
Limfosit
: 11,2
Monosit
: 6,6
Kimia Klinik
Albumin
: 2,71
Ureum
: 86,7
Kreatinin
: 0,91
Glukosa sewaktu : 94
b.
Natrium
: 140
Kalium
: 3,9
Klorida
: 88
E.
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi : puasakan pasien, pasang monitor, pasang NGT dan DC
Farmakologi: Usul pemberian injeksi analgetik, injeksi antibiotic, resusitasi
RL 2 jalur
F.
G.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
RESUME
a.
Anamnesis
Pasien mengeluh tidak bisa BAB dan tidak bisa kentut 11 hari yang
lalu, jauh sebelum keluhan tidak bisa BAB, pasien dapat BAB tapi
sulit dan perlu mengejan kuat dan konsistensi BAB kecil-kecil
konsistensi keras, warna kuning kecoklatan dan terdapat lendir
dirasakan sekitar 1 bulan. Keluhan lain seperti mual dan muntah sejak
1 minggu yang lalu. Nyeri perut awalnya dirasakan diregio epigastrik
kemudian menjalar ke regio perut kanan atas kemudian ke seluruh
region abdomen.
b.
Pemeriksaan Fisik
Vital sign
: N 120 x/menit
Status generalis
tampak cekung, mulut mukosa basah -/-, akral dingin, dan kapilarirefil
tidak kembali cepat ; kesimpulan dehidrasi sedang.
Status lokalis
atau jalanya makanan dalam usus karena suatu sebab ditandai dengan
adefekasi dan afflatus.
H.
DIAGNOSIS KERJA
Ileus Obstruktif Parsial ec Tumor Colon Tranversum
I.
DIAGNOSA BANDING
1.
2.
Ileus Paralitik
3.
4.
Appendisitis
5.
J.
K.
II.
A.
REFERAT
Pendahuluan
Ileus Obstruktif merupakan salah satu penyebab akut abdomen,
dimana penderita dengan keluhan nyeri pada abdomen disertai mual,
muntah, perut distensi dan obstipasi. Penderita biasa baru datang untuk
memeriksakan diri pada dokter setelah keadaan ileus obstruksi semakin
parah.
Obstruksi
usus
disebabkan
berbagai
penyebab
sehingga
Anatomi
a. Usus Halus
Usus halus berbentuk tubuler, dengan panjang 6 meter pada orang
dewasa, yang terbagi atas tiga segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Duodenum
merupakan
segmen
yang
paling
proksimal,
terletak
b. Usus Besar
Usus besar terdapat diantara anus dan ujung terminal ileum, dimulai
dair ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5m dan lebarnya 5-6cm.
Usus besar terdiri atas segmen awal (sekum), dan kolon asendens,
tranversum, desenden, sigmoid, rectum, dan anus. Sisa makanan dan yang
tidak tercerna dan tidak diabsorpsi di dalam usus halus didorong ke dalam
usus besar oleh gerak peristaltik kuat muskularis eksternus usus halus.
Residu yang memasuki usus besar itu berbentuk semi cair; saat mencapai
bagian akhir usus besar, residu ini telah menjadi semi solid sebagaimana
feses umumnya. Meskipun terdapat usus halus, sel-sel goblet pada epitel
usus besar jauh lebih banyak dibandingkan dengan usus halus. Sel goblet ini
juga bertambah dari dari bagian sekum ke kolon sigmoid. Usus besar ini
tidak memiliki plika sirkularis maupun vili intestinales, dan kelenjar
intestinalterletak lebih dalam dari pada usus halus.6
mesentricus
dan
akhirnya
mencapai
nodi
lymphatici
untuk jejunum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis
(nervus
vagus)
dari
pleksus
mesenterikus
superior.7
Rangsangan
simpatis
menghambat
nyeri,
sedangkan
serabut-
dipersarafi
serabut-serabut
simpatis
dari
pleksus
saraf
Fisiologi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan
absorbsi nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dari
dalam mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, asam klorida dan pepsin
terhadap makana yang masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat
dalam sekret pancreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH
optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu
proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan
permukaan yang lebih luas untuk kerja lipase pancreas.9
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah
usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada
brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil di absorbsi.
Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat-zat yang dimakan
dengan secret pancreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan
peristaltic mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainya dengan
kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinyu isi
lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk
digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga
diabsorbsi. Pergererakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan
absorbs bahan-bahan makanan dapat berlangsung secara maksimal.
Pergerakan usus halus terdiri dari; pergerakan mencampur (mixing) atau
pergerakan segmentasi yang mencampur makanan dengan enzim-enzim
pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi. Pergerakan polpusif
atau gerak peristaltic yang mendorong makanan kea rah usus besar.10
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktivitas otot polos usus halus
yang terdiri dari 2 lapis, yaitu lapisan otot longitudinal dan otot sirkuler.
Otot yang terutama berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur
makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh
makanan akan kembali ke posisinya semula. Gerakan ini berulang terus
menerus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan
mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya di
absorbs.9
Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang
lambat yang merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran
cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada
duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltic pada
usus halus mendorong makanan menuju kearah kolon dengan kecepatan 0,5
sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat daripada
bagian distal. Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan biasanya menghilang
setelah berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm.9
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama
diatur oleh adanya gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi
yang disebabkan oleh adanya sel-sel pace maker yang terdapat pada dinding
usus halus, diamana aktivitas dari sel-sel ini dipengaruhi oleh sitem saraf
dan hormonal. Aktivitas gerakan peristaltic akan meningkat setelah makan.
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum
sehingga menimbulkan reflex peristaltic yang akan menyebar ke dinding
usus halus. Sebaliknya sekretindan glucagon menghambat pergerakan usus
Definisi
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi
dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus.
Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.11
Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi
intestinal untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi
Intestinal ini merujuk pada adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik
parsial atau total dari usus besar dan usus halus.11
E.
Etiologi
Ileus obstruktif sering dijumpai dan merupakan penyebab terbesar
pembedahan pada akut abdomen. Hal ini terjadi ketika udara dan hasil
sekresi tak dapat melewati lumen intestinal karena adanya sumbatan yang
menghalangi. Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya disebabkan
oleh tiga mekanisme ; 1) blokade intralumen (obturasi), 2) intramural atau
lesi intrinsik dari dinding usus, dan 3) kompresi lumen atau konstriksi akibat
lesi ekstrinsik dari intestinal. Berbagai kondisi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi intestinal biasanya terjadi melalui satu mekanisme
utama. Satu pertiga dari seluruh pasien yang mengalami ileus obstruktif,
ternyata dijumpai lebih dari satu faktor etiologi yang ditemukan saat
dilakukan operasi.12
paling
umum
dari
ileus
obstruksi
adalah
adhesi
Lesi Ekstrinsik
Lesi Intrinsik
Benda Asing
Adhesi
Kongenital
Iatrogenik
Tertelan
Batu Empedu
Cacing
Intususepsi
Pengaruh Cairan
-
Barium
Feses
Meconium
Benda Asing
Hernia
- Eksternal
- Internal
Massa
-
Inflamasi
Anomali
organ
- Divertikulitis
atau
pembuluh
- Drug-induced
darah
- Infeksi
Organomegali
- Coli ulcer
Akumulasi Cairan
Neoplasma
Neoplasma
Post Operatif
Volvulus
Tumor Jinak
Karsinoma
Karsinoid
Limpoma
Sarcoma
Trauma
F. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga
kelompok:15
a.Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu
empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
G.
Patofisiologi
Respon Usus Halus Terhadap Obstruksi
Normalnya, sekitar 2 L asupan cairan dan 8 L sekresi dari gaster,
intestinal dan pankreaticobilier ditansfer ke intestinal setiap harinya.
Meskipun aliran cairan menuju ke intestinal bagian proksimal, sebagian
besar cairan ini akan diabsorbsi di intestinal bagian distal dan kolon. Ileus
obstruktif terjadi akibat akumulasi cairan intestinal di proksimal daerah
obstruksi disebabkan karena adanya gangguan mekanisme absorbsi normal
proksimal daerah obstruksi serta kegagalan isi lumen untuk mencapai daerah
distal dari obstruksi. Akumulasi cairan intralumen proksimal daerah
obstruksi terjadi dalam beberapa jam dan akibat beberapa faktor. Asupan
cairan dan sekresi lumen yang terus bertambah terkumpul dalam intestinal.
Aliran darah meningkat ke daerah intestinal segera setelah terjadinya
obstruksi, terutama di daerah proksimal lesi, yang akhirnya akan
meningkatkan sekresi intestinal. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
kepekaan vasa splanknik pada daerah obstruksi terhadap mediator vasoaktif.
Pengguyuran cairan intravena juga meningkatkan volume cairan intralumen.
Sekresi cairan ke dalam lumen terjadi karena kerusakan mekanisme absorpsi
dan sekresi normal. Ileus obstruktif menyebabkan dilatasi proksimal usus
akibat akumulasi sekresi GI dan udara yang tertelan. Dilatasi usus ini
merangsang aktivitas sekretori sel, menyebabkan akumulasi lebih cair. Hal
ini menyebabkan peningkatan peristaltik atas dan di bawah obstruksi,
dengan diare dan flatus awal perjalanan penyakit. Distensi lumen
menyebabkan terjadinya kongestif vena, edema intralumen, dan iskemia.
Volvulus
Terjadi saat obstruksi terdapat di dua tempat. Volvulus merupakan
sebab yang paling sering dan dapat juga menyebabkan terjadinya perputaran
mesenterium. Obstruksi di bagian distal dari usus besar juga dapat
menyebabkan terjadinya closed loop obstruction jika katup ileocekal masih
tersisa. Saat tekanan intralumen di segmen obstruksi meningkat, sekresi
cairan ke dalam lumen meningkat sementara absorbsinya menurun.
Kepentingan klinis yang mungkin terjadi akibat fenomena ini ialah
meningkatnya resiko kejadian strangulasi. Distensi pada obstruksi gelung
tertutup terjadi sangat cepat sehingga biasanya strangulasi terjadi lebih
dahulu bahkan sebelum gejala klinis dari obstruksi tampak jelas.
Obstruksi Parsial Intestinal
Pada obstruksi parsial, lumen tak sepenuhnya tersumbat. Adhesi
merupakan penyebab tersering dari gangguan ini dan jarang sekali
mengakibatkan terjadinya strangulasi. Obstruksi parsial kronis dapat
menyebabkan terjadinya penebalan dinding intestinal akibat hipertrofi otot.
Perpanjangan waktu kontraksi dan peningkatan kelompok kontraksi
merupakan karakteristik yang dapat ditemukan. Kelainan motoris ini dan
kemungkinan
berhubungan
dengan
pertumbuhan
bakteri
dapat
lambat karena posisinya yang berada paling distal dari saluran pencernaan
dan karena sebagian besar cairan telah diabsorbsi di usus halus. Distensi
yang terjadi secara perlahan ini memungkinkan kolon untuk beradaptasi dan
dekompresi dapat terjadi karena katup ileocecal yang inkompeten. Seperti
disebutkan sebelumnya, katup ileocecal yang kompeten dapat menyebabkan
terjadinya closed loop obstruction. Dilatasi cecal dan penipisan dinding
cecum akibat penambahan diameter dapat meningkatkan resiko terjadinya
rupture. Rupture dapat disebabkan oleh iskemia yang terjadi pada dinding
kolon, diastasis dari lapisan otot, ataupun karena invasi bakteri di dinding
kolon. Obstruksi kolon
hiperperistaltik.
H.
Manifestasi Klinis
Obstruksi dapat diklasifikasikan parsial atau totalis, sederhana atau
strangulasi. Tidak ada gambaran klinis khas untuk mendeteksi awal obstruksi
strangulasi. Nyeri perut sering digambarkan sebagai kram perut dan sifatnya
intermiten (berkala/ hilang timbul) merupakan gejala yang paling menonjol
Diagnosis
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu
harus ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboratorium harus dilihat
sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang seharusnya
dilakukan segera. Diagnosa ileus obstruktif diperoleh dari :
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat
ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena
pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia.10 Pada ileus obstruktif
usus halus, kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus
obstruktif usus besar, kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada
ileus obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif
usus besar onset muntah lama.10
defance
muscular
involunter
atau
rebound
dan
d. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik
gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush)/borborygmi
(suara seperti air dalam botol yang di kocok / seperti suara ombak.
Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di
atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising
usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa
juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif
strangulata.
Bagian
akhir
yang
diharuskan
dari
pemeriksaan
adalah
prediktif dari ileus obstruktif letak tinggi dan ileus obstruktif komplit
antara lain: (1) adanya deferensial air-fluid level di usus halus, (2)
dilatasi usus lebih dari 25 mm. Studi ini menemukan bahwa ketika 2
temuan yang hadir, obstruksi kemungkinan besar letak tinggi atau ileus
obstruksi totalis. Ketika temuan kedua ini tidak ada maka ileus
obstruksi letak rendah (parisial) atau tidak ada obstruksi.24
Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus
halus ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto
abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas
foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai
70-80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat
ditemukan beberapa gambaran, antara lain: 25
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4) Posisi supine dapat ditemukan :
a) distensi usus
b) step-ladder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang
berderet.
b. Enteroclysis
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan
juga untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna
jika pada foto polos abdomen memperlihatkan gambaran normal
namun dengan klinis menunjukkan adanya obstruksi atau jika
penemuan foto polos abdomen tidak spesifik. Pada pemeriksaan ini
juga dapat membedakan adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren
dan kerusakan akibat radiasi. Enteroclysis memberikan nilai prediksi
negative yang tinggi dan dapat dilakukan dengan dua kontras. Barium
merupakan kontras yang sering digunakan. Barium sangat berguna dan
aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak terjadi iskemia usus
maupun perforasi. Namun, penggunaan barium berhubungan dengan
terjadinya peritonitis dan penggunaannya harus dihindari bila dicurigai
terjadi perforasi.20
Pemeriksaan
enzim
transaminase
sebagai
penanda
adanya
Barium enema
Dengan adanya endoskopi, barium enema semakin digunakan.
Pada keadaan dimana endoskopi/ kolonoskopi tidak tersedia
barium enema dapat digunakan untuk diagnosis, lokasi, fiksasi
dengan jaringan sekitar, kanker sinkronos, ataupun lesi prakanker,
seperti polips, chronis ulcerative colitis.
CT Scan
Terutama ditujukan untuk melihat adanya metastase pada hepar,
KGB para aorta, ataupun infiltrasi langsung ke organ sekitar.
MRI
Digunakan untuk menggantikan CT Scan, terutama jika terdapat
kontra indikasi penggunaan kontras .
PET Scan
Digunakan untuk melihat adanya metastase dari kanker kolon dan
tidak untuk mendiagnosis tumor kolon primer.
Kolonoskopi
Kolonoskopi merupakan standar emas untuk mendiagnosis
kanker kolon. Digunakan untuk melihat adanya lesi prakanker,
untuk skring, dan melihat gambaran macros tumor dan biopsy.
J.
Penatalaksanaan
Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan
kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium yang membutuhkan penggantian
cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat. Urin
harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter. Setelah urin adekuat,
KCl harus ditambahkan pada cairan intravena bila diperlukan. Pemeriksaan
elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan leukosit, dilakukan untuk
menilai kekurangan cairan. Antibiotik spektrum luas diberikan untuk
umum,
pasien
dengan
obstruksi
intestinal
komplit
walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus
telah berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi
sama sekali belum baik.
Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai
diare pasca bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit
serta menjaga keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap
dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila
telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai
selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah
toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari
ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan
disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.
K. Komplikasi
Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan
keseimbangan elektrolit dan cairan, serta iskemia dan perforasi usus yang
dapat menyebabkan peritonitis, sepsis, dan kematian.16
L. Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi
dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau
jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas
sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan
dilakukan dengan cepat. 20
KESIMPULAN
1. Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan
menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari
sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi
distensiatau dilatasi usus.
2. Adhesi, hernia, dan tumor mencakup 90% etiologi kasus obstruksi
mekanik usus halus. Adhesidan hernia jarang menyebabkan obstruksi
pada colon. Penyebab tersering obstruksi pada colon adalah kanker,
diverticulitis, dan volvulus.
3. Gejalanya antara lain tidak BAB, tidak kentut, disertai dengan mual,
muntah dan jika kondisi ini berlangsung lama dapat menyebabkan
dehidrasi, demam, perut kembung, nyeri perut diawali dari daerah
epigastrik kemudian nyeri dirasakan secara intermiten terutama ketika
peristaltic.
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
6th,
2011,
from
emedicine:
http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview
12. Thompson,
J.
S.
2005.
Intestinal
Obstruction,
Ileus,
and
14. van der Wal JB, Iordens GI, Vrijland WW, van Veen RN, Lange J, Jeekel
J. Adhesion prevention during laparotomy: long-term follow-up of a
randomized clinical trial. Ann Surg. Jun 2011;253(6):1118-21. [Medline].
15. Yates K. 2004. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM,
Murray L, Brown AFT, Heyworth T, editors. Textbook of adult
emergency medicine. 2nd ed. New York: Churchill Livingstone. p.306-9
16. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A
Spectrum of causes. JPMI 2009 Volume 23 No 2 page 188-92
17. Sheedy SP, Earnest F 4th, Fletcher JG, Fidler JL, Hoskin TL. CT of smallbowel ischemia associated with obstruction in emergency department
patients: diagnostic performance evaluation. Radiology. Dec
2006;241(3):729-36. [Medline].
18. Bickle IC, Kelly B. 2002. Abdominal X Rays Made Easy: Normal
Radiographs. studentBMJ April 2002;10:102-3
19. Sheedy SP, Earnest F 4th, Fletcher JG, Fidler JL, Hoskin TL. CT of smallbowel ischemia associated with obstruction in emergency department
patients: diagnostic performance evaluation. Radiology. Dec
2006;241(3):729-36. [Medline].
20. Nobie, B. A. (2009, November 12). Obstruction, Small Bowel. Retrieved
June
6th,
2011,
from
emedicine:
http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview
21. Evers, B. M. 2004. Small Intestine. In T. c. al, Sabiston Textbook Of
Surgery (17 ed., pp. 1339-1340). Philadelphia: Elseviers Saunders
22. Di Saverio S, Coccolini F, Galati M, Smerieri N, Biffl WL, Ansaloni L, et
al. Bologna guidelines for diagnosis and management of adhesive small
bowel obstruction (ASBO): 2013 update of the evidence-based guidelines
from the world society of emergency surgery ASBO working group.
World J Emerg Surg. Oct 10 2013;8(1):42. [Medline].
23. Thompson WM, Kilani RK, Smith BB, Thomas J, Jaffe TA, Delong DM,
et al. Accuracy of abdominal radiography in acute small-bowel
obstruction: does reviewer experience matter?. AJR Am J Roentgenol. Mar
2007;188(3):W233-8. [Medline].
24. Lappas JC, Reyes BL, Maglinte DD. Abdominal radiography findings in
small-bowel obstruction: relevance to triage for additional diagnostic
imaging. AJR Am J Roentgenol. Jan 2001;176(1):167-74. [Medline].
25. Moses, S. 2008. Mechanical Ileus. Retrieved Agustus 24, 2014, Available
at : http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/MchnclIls.htm
26. Khan, A. N. (2009, September 11). Small Bowel Obstruction. Retrieved
Agust
24th,
2014,
Available
at
emedicine:
http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview
27. Manuaba. M, Tjakra. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid
Peraboi 2010. Denpasar : Sagung Seto