Anda di halaman 1dari 30

MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

(dr. Nengah Adnyana Oka M., M.Kes.)


Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki
produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat dapat dilihat dari dimensi
produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai salah satu
modal produksi atau prakondisi yang dibutuhkan seseorang sehingga dapat beraktivitas yang
produktif. Salah satu upaya mewujudkannya dalam industri dikembangkan konsep kesehatan dan
keselamatan kerja (K3). Dimensi konsumsi menjelaskan manfaat sehat sebagai kondisi yang
dibutuhkan setiap manusia untuk dinikmati sehingga perlu disyukuri. Dimensi ini melahirkan
pemahaman upaya manusia untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan agar terhindar dari
penyakit dan masalah kesehatan. Usaha-usaha preventif dan promotif seperti gizi, sanitasi, konseling
genetika, asuransi, estetika termasuk di dalamnya.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan menggerakkan potensi seluruh masyarakat. Konsep
kesehatan masyarakat berkaitan dengan perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan bertahan
lama bila dilandasi kesadaran sendiri (internalisasi) sehingga konsep upaya sehat dari, oleh dan untuk
masyarakat sangat tepat diterapkan.
Pemerintah Indonesia sudah mengembangkan konsep Desa Siaga yang menggunakan
pendekatan pengenalan dan pemecahan masalah kesehatan dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri.
Peranan petugas kesehatan sebagai stimulator melalui promosi kesehatan dilakukan dengan
memberikan pelatihan penerapan Desa Siaga. Kegiatan diwujudkan melalui rangkaian pelatihan
mengidentifikasi masalah kesehatan dengan mengenalkan masalah kesehatan dan penyakit yang
banyak terjadi dalam lingkungan mereka dilanjutkan survey mawas diri (SMD) dan aplikasi upaya
mengatasi yang disepakati masyarakat berupa musyawarah masyarakat desa (MMD). Harapan
pemerintah agar upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat lebih cepat dan lebih awet
karena masyarakat mampu mandiri untuk sehat.
Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalaah kesehatan masyarakat oleh petugas
kesehatan maka tidak akan memiliki dasar pemahaman yang kuat. Implikasinya akan terjadi
semakin jauh kesenjangan pemahaman konsep penyakit dan masalah kesehatan antara petugas
kesehatan dan masyarakat sehingga gagal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Masalah Kesehatan Masyarakat
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia perlu dibagi
menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan
pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan
ibu dan anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah
kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti
kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.
1. Masalah Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di Amerika Serikat memiliki
urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan.
Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah kesehatn sebagai akibat
masih rendah pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait
tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat.
Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa
pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap
terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan
sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Jenis perilaku ini
cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.
Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber
pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan
atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran
terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat.

Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang mendasari
perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang dilandasi motif. Bila
seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat yang diharapkan oleh petugas
kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.
Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat
(reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan
perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki
perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
2. Masalah Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh
positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah
kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih,
pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan
makanan.
a. Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar
bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah
cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang
menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat
berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang
tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain luas bangunan
rumah minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan tinja,
pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gudang
dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah sehat dapat
menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial yang
mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan
masalah sosial.
b. Penyediaan air bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak dan mencuci. Air minum
yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal sebagai air yang dikonsumsi. Syarat air
minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air minum
sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu di bawah suhu
udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung
zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumbersumber air minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan
air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang
membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum.
Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit
seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.
c. Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri atau
tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat yang dibuang
karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang
tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan.
Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar tidak
menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi bau dan
mengganggu estetika. Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa
jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit
disebarkan melalui perantaraan kotoran.
Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya, memiliki 2
tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah serta pemusnahan dan
pengolahan sampah.
Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran air dan tanah sehingga
pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidah berbahaya. Syarat pengolahan

limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia. Pengolahan air limbah dilakukan
secara sederhana dan modern. Secara sederhana pengolahan air limbah dapat dilakukan
dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan irigasi, sedangkan secara modern
menggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (SPAL/IPAL).
d. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar dan lain-lain
sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan makanan (pabrik atau industri
makanan) dan tempat penjualan makanan (toko, warung makan, kantin, restoran, cafe, dll).
Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta pengolahan
limbah dan sampah.
3. Masalah Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal. Tercapainya
pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan
prosedur pelayanan.
Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat masyarakat untuk memanfaat
pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia
(petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana
pendukung) seta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).
a. Petugas kesehatan yang profesional
Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis keperawatan, paramedis
non keperawatan dan non medis (administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi dan taat prosedur.
Saat ini masyarakat banyak menerima pelayanan kesehatan di bawah standar akibat kedua
syarat di atas tidak dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi karena
kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata melahirkan petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan tidak sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan
dan motif ekonomi sering menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal.
Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan keterpaksaan.
Walaupun pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan di
Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan maupun program
peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga kesehatan tetapi belum seluruh
petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan yang
masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan aspek preventif dan promotif
dalam pelayanan kesehatan belum dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat
paradigma sehat dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan
hanya pada saat sakit.
b. Sarana bangunan dan pendukung
Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat ini diatasi dengan
konsep Desa Siaga yaitu konsep memandirikan masyarakat untuk sehat. Sayangnya kondisi
tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih dominannya perilaku sakit.
Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan Operasional
Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana pelayanan kesehatan rujukan
telah banyak meningkatkan mutu sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia.
c. Pembiayaan kesehatan
Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat mendapatkan akses pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Faktor yang merupakan faktor pendukung (enabling factors)
masyarakat untuk berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalui asuransi kesehatan
maupun dana pendamping. Sebut saja asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil (PT.
Askes), polisi dan tentara (PT. Asabri), pekerja sektor industri (PT. Jamsostek), masyarakat
miskin (Jamkesmas Program Keluarga Harapan), masyarakat tidak mampu (Jamkesda)
bahkan masyarakat umum (Jampersal dan asuransi perorangan). Namun tetap saja masalah
pembiayaan kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu
terkait kesadaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih dominan sehingga upaya
kuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung menyebabkan dana tidak tercukupi atau

habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan perubahan paradigma masyarakat menjadi
Paradigma Sehat melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas kesehatan secara terus menerus.
4. Masalah Genetik
Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik tidak hanya
penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Mellitus, infertilitas dan lain-lain tetapi juga
masalah sosial seperti keretakan rumah tangga sampai perceraian, kemiskinan dan kejahatan.
Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan
kurang paham terhadap penyebab genetik, disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan.
Agar masyarakat dapat berperilaku genetik yang sehat diperlukan intervensi pendidikan kesehatan
disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat dan
penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui konseling genetik,
penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya pemeriksaan genetik dapat
mengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah kesehatan pada keturunannya.
SIMPULAN
Kesehatan masyarakat memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
menggerakkan seluruh potensi masyarakat. Dapat diartikan bahwa perilaku sehat masyarakat harus
ditingkatkan dan dipelihara oleh petugas kesehatan. Kondisi masalah kesehatan di Indonesia sebagian
besar terkait perilaku masyarakat dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung menuju
perilaku hidup sehat. Upaya merubah perilaku masyarakat menjadi perilaku sehat dapat dilakukan
dengan pendidikan kesehatan atau secara khusus promosi kesehatan. Atas dasar keadaan tersebut
maka wajib bagi petugas kesehatan memiliki kompetensi melakukan promosi kesehatan.
PENUGASAN 1
Setelah membaca dan memahami makalah di atas maka buatlah sebuah makalah dengan topik
masalah-masalah kesehatan di tempat tinggal saudara masing-masing berikut usulan pemecahan
masalah yang saudara usulkan. Makalah disusun minimal 10 halaman (Sampul sampai Daftar
Pustaka) dengan spasi 1,5 huruf Times New Roman ukuran 12 menggunakan kertas Kuarto tepi kanan,
atas dan bawah 3 cm serta tepi kiri 4 cm. Setiap makalah mengandung unsur Pendahuluan, Isi
(Pembahasan) dan Penutup (Simpulan dan Saran).
Tugas dikumpulkan sebagai nilai harian 1 dan prasyarat ujian IKM-Promosi Kesehatan-Epidemiologi
paling lambat tanggal 1 Pebruari 2013 (dapat dititipkan kepada Ibu Evelyn Susianawati/ BAAK).

Pada umumnya sekitar 90% penyebab hipertensi tidak diketahui dan


faktor turunan memegang peranan besar. Hipertensi jenis ini dikenal
sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Ada juga hipertensi
yang penyebabnya diketahui, yang disebut dengan hipertensi sekunder.
Hipertensi Primer
Merupakan hipertensi yang memiliki beberapa kemungkinan
penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer terjadi
karena kondisi masyarakat yang memiliki asupan garam cukup tinggi,
lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena faktor genetik. Namun gengen (bagian kromoson yang sangat kecil yang menghasilkan protein
penentu sifat individu) untuk hipertensi belum teridentifikasi. Penelitian
terkini difokuskan pada faktor genetik dalam memengaruhi sistem ReninAngiotensin-Aldosteron, yaitu sistem yang membantu mengatur tekanan
darah melalui keseimbangan garam dan kondisi arteri.
Hipertensi Sekunder
Merupakan hipertensi yang disebabkan karena gangguan pembuluh darah
atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal, kelenjar adrenal, dan aorta.
Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5% 10% berasal dari penyakit
ginjal, dan sekitar 1% 2% karena kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab lain yang jarang adalah
feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan
hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrnalin).

Komplikasi
Seiring berjalannya waktu, tekanan berlebihan pada dinding arteri Anda akan merusak
pembuluh darah dan organ-organ Anda. Hipertensi yang berkepenjangan merusak dinding
arteri organ Anda yang lembut. Semakin tinggi tekanan darah Anda, semakin besar kerusakan
yang ditimbulkan pada tubuh Anda.
Hipertensi yang memperkeras dan mempertebal arteri disebut dengan istilah aterosklerosis
yang bisa mengakibatkan serangan jantung fatal, stroke dan komplikasi lainnya.
Hypertension yang melemahkan beberapa bagian arteri Anda hingga membentuk semacam
balon disebut aneurisma. Pecahnya gelembung tersebut secara mendadak dapat
mengakibatkan kematian.
Gagal jantung dapat terjadi ketika jantung Anda mengalami kesulitan memompa darah ke
arteri-arteri Anda. Akibatnya, jantung menebal dan ketika hal itu terjadi, pembuluh darah
menuju jantung Anda tidak sanggup menahan otot-otot jantung yang menebal.
Konsekuensinya dapat menyebabkan gagal jantung.
Hipertensi mempersempit dan memperlemah pembuluh-pembuluh darah sensitif pada ginjal
Anda dan dapat merusaknya. Jika rusak, ginjal Anda tidak dapat menjalankan fungsi dengan
baik.
Pembuluh-pembuluh darah yang sensitif pada mata Anda dapat menyempit akibat hipertensi
yang berkepanjangan. Akibatnya, pembuluh-pembuluh darah tersebut sobek dan
menyebabkan kebutaan.
Apa yang bisa Anda lakukan
Tersedia perawatan yang efektif untuk mengontrol hipertensi Anda serta mencegah
komplikasi. Hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah membuat janji temu dengan
kardiolog atau ahli jantung. Gabungkan pengobatan Anda dengan gaya hidup sehat dan Anda
akan baik-baik saja.

Referensi
http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/DS00100/DSECTION=symptoms
http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/DS00100
http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/DS00100/DSECTION=causes
http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/DS00100/DSECTION=risk-factors
http://www.mayoclinic.com/health/high-bloodpressure/DS00100/DSECTION=complications

Faktor Risiko
Ada banyak faktor risiko hipertensi. Beberapa di antaranya:

Usia. Kebanyakan pria mengalami hipertensi pada usia paruh baya sementara wanita
mengalaminya setelah menopause.
Hipertensi lebih umum terjadi pada orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih.
Keturunan. Jika ayah atau ibu Anda menderita hipertensi, Anda punya kecenderungan
yang sama pula.
Kelebihan berat badan atau obesitas.
Gaya hidup bermalas-malasan atau lebih banyak duduk.
Merokok, termasuk merokok pasif.
Faktor makanan terlalu banyak asupan garam atau sodium, asupan potasium yang
rendah.
Kekurangan vitamin D.
Terlalu banyak konsumsi alkohol.
Kadar stres yang tinggi.
Kolesterol tinggi, diabetes, penyakit ginjal, apnea tidur atau gangguan bernapas pada
saat tidur, dan dalam beberapa kasus kehamilan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi.

Pada anak-anak, hipertensi dapat disebabkan oleh masalah ginjal atau jantung, makanan yang
tidak sehat serta kurang berolahraga.

Dalam rilis yang diterima Okezone, Senin (7/05/2012), Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS,
DTM&H, DTCE, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI memaparkan beberapa upaya yang dilakukan pemerintah melalui Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar Puskesmas
melakukan
kegiatan
pencegahan
seperti
berikut:
Pencegahan

primer

Pencegahan primer berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko hipertensi
sebelum penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer dilaksanakan melalui berbagai upaya, seperti
promosi kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup sehat, yakni diet yang sehat dengan cara
makan cukup sayur dan buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok.

Pencegahan

sekunder

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila
ditemukan
kasus,
maka
dapat
dilakukan
pengobatan
secara
dini.

Pencegahan

Tertier

Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut,
serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup. Dalam
pencegahan tertier, kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup penderita.
Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat,
serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi
seperti
penyakit
ginjal
kronik,
stroke,
dan
jantung.
Penanganan respons cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat
penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik.

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan


tekanan darah di atas nilai normal (140/90 mm Hg atau lebih).Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI bahkan
menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7%.
Hipertensi merupakan bahaya diam-diam yang bisa mematikan. Karena, tidak ada gejala
atau tanda khas untuk peringatan dini. Bahkan banyak orang merasa sehat dan energik bisa
menyimpan gejala hipertensi. Berdasarkan Riskesdas 2007, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis, kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL), Tjandra Yoga Aditama.
Hipertensi bukan saja penyakit mematikan, tapi juga pemicu terjadinya penyakit jantung dan
stroke. Meski demikian, hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah, tentunya dengan upaya
perbaikan gaya hidup dan mengatasi faktor risikonya. Upaya-upaya ini tidak hanya
ditujukan untuk orang sehat, tapi juga kelompok risiko tinggi maupun pasien hipertensi itu
sendiri, katanya.
Caranya yakni :
1. Pertahankan berat badan ideal. Atur pola makan, antara lain tidak
mengonsumsi makanan tinggi garam dan tinggi lemak, serta perbanyak
konsumsi
buah
dan
sayur
2. Olahraga teratur. Sedapat mungkin atasi stres dan emosi
3.
Hentikan
kebiasaan
merokok
4.
Hindari
minuman
beralkohol
5. Periksa tekanan darah secara berkala. Dan lakukan pengecekan ulang
minimal setiap 2 tahun untuk kelompok nomotensi dan setiap tahun untuk
kelompok pre hipertensi, yaitu tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau
diastolik
80-90mmHg
dan
6. Bila diperlukan konsumsi obat-obatan penurunan tekanan darah serta makan
secara teratur

MAKALAH HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan


penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun
jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang
yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka
morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya
interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai
penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap
timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,828,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat
pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup
masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi
seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol,
dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana definisi hipertensi ?
b. Bagaimana mengukur tekanan darah ?
c. Menjelaskan penyebab hipertensi ?
d. Menjelaskan gejala-gejala hipertensi ?
e. Menjelaskan akibat dari hipertensi ?
f. Bagaimana pencegahan hipertensi ?
g. Menjelaskan pengobatan hipertensi ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi.

b. Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah.


c. Untuk mengetahui penyebab hipertensi.
d. Untuk mengetahui gejala yang di timbulkan.
e. Untuk mengetahui akibat dari hipertensi.
f. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.
g. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah
atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu
berada. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya
tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran
darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih
rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.
2.2 Mengukur Tekanan Darah
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,
misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan mmHg
(millimeter air raksa) pada alat tekanan darah/ tensi meter, yaitu sistolik
dan diastolik. Sistolik adalah angka yang tertinggi ialah tekanan darah pada
waktu jantung sedang menguncup atau sedang melakukan kontraksi.
Diastolik adalah angka yang terendah pada waktu jantung mengembang
berada di dalam akhir relaksasi.
Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120 dan
tekanan diastolik 80 mmHg.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :


a.

Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk

memasukkan darah ke dalam batang pembuluh nadi.


b. Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.
c. Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.
Klasifikasi tekanan darah

No

Klasifikasi

Sistolik

Diastolik

Optimal

< 120 mmHg

< 80 mmHg

Normal

< 130 mmHg

< 85 mmHg

Normal tinggi

130 139 mmHg

85 89 mmHg

Hipertensi ringan

140 159 mmHg

90 99 mmHg

Hipertensi sedang

160 179 mmHg

100 109 mmHg

Hipertensi berat

> 180 mmHg

> 110 mmHg

Tekanan darah normal


Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada keadaan
dan dipengaruhi oleh aktivitas seseorang, jadi tekanan darah normalpun
bervariasi.
Orang dewasa bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg ke
atas dianggap tidak normal. Ada anggapan tekanan darah rendah kurang
baik, hal tersebut kurang tepat. Sebab data statistik menunjukkan bahwa
orang dengan tekanan darah rendah mempunyai umur yang sama dengan
yang disebut normal. Yang terbaik adalah menjaga tekanan darah agar
normal dan anggapan bahwa semakin bertambah usia tekanan darah lebih
tinggi tidak menjadi masalah, adalah anggapan yang perlu diluruskan,
karena berdasarkan data statistik orang tua yang tekanan darahnya
berkisar di normal, kecenderungan mendapat gangguan stroke rendah.
Periksa tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali atau setiap
kali ke dokter/ fasilitas kesehatan.
Di kenal 2 klasifikasi hipertensi (berdasarkan penyebabnya) yaitu :

a.

Hipertensi primer (hipertensi idiophatik), dimana penyebabnya tidak

diketahui dengan pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini adalah dampak
dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
b. Hipertensi secundary, adalah hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit
dari penyakit lain misalnya kelainan pada ginjal atau keruskanan dari
sistem hormon.
WHO mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan ada tidaknya kelainan
pada organ tubuh lain, yaitu :
a. Hipertensi tanpa kelainan pada organ tubuh lain.
b. Hipertensi dengan pembesaran jantung.
c. Hipertensi dengan kelainan pada organ lain di samping jantung.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah yaitu :
a. Hipertensi borderline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95
mmHg.
b. Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110
mmHg.
c.

Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan

230/120 mmHg.
d. Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140
mmHg.
2.3 Penyebab hipertensi
Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.
a.

Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak

diketahui penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan


darah tinggi.
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya.
Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :

Sebab hormonal, misalnya dari kelenjar anak ginjal.

Penggunaan obat-obatan.

Merokok karena di dalam tembakau terdapat nikotin.

Minuman beralkohol.

Kelainan pada ginjal.

Kelainan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan

intrakranial atau karena lokasinya dekat pada pusat persyarafan yang


mempengaruhi tekanan darah.

Kelainan pembuluh darah besar (aorta) yaitu koartasio aorta dimana

arkus aorta bersambungan dengan aorta decendens.


2.4 Gejala-gejala hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
a. Sebagian besar tidak ada gejala.
b. Sakit pada bagian belakang kepala.
c. Leher terasa kaku.
d. Kelelahan.
e. Mual.
f. Sesak napas.
g. Gelisah.
h. Muntah.
i. Mudah tersinggung.
j. Sukar tidur.
Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita
hipertensi. Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala,
mudah tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya
menunjukkan angka tekanan darah yang normal. Satu-satunya cara untuk
mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan
darah.
2.5 Akibat-akibat hipertensi
Hipertensi bila tidak dikontrol dapat menimbulkan komplikasi serius,
antara lain :
a. Kerusakan ginjal.
b. Kerusakan pembuluh darah.
c. Pendarahan otak/ stroke.
d. Kelumpuhan.
e. Pembesaran jantung/ payah jantung.
f. Penyempitan pembuluh darah koroner/ serangan jantung.
2.6 Pencegahan hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial),


dapat dikurangi dengan cara :
a. Memeriksa tekanan darah secara teratur.
b. Menjaga berat badan ideal.
c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Jangan merokok.
e. Berolahraga secara teratur.
f. Hidup secara teratur.
g. Mengurangi stress.
h. Jangan terburu-buru.
i. Menghindari makanan berlemak.
Pencegahan Primer :

Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.


Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik

untuk mengurangi berat badan.

Kurangi konsumsi alkohol.

Konsumsi minyak ikan.

Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah

tapi kalsium juga cukup membantu.


Pencegahan Sekunder

Pola makanam yamg sehat.

Mengurangi garam dan natrium di diet anda.

Fisik aktif.

Mengurangi Akohol intake.

Berhenti merokok.

Pencegahan Tersier

Pengontrolan darah secara rutin.

Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.7 Pengobatan hipertensi


Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :
a. Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan
diri ke dokter.

b. Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan.


c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Perbanyak konsumsi sayur dan buah.
e. Mematuhi nasihat dokter.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah
atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu
berada.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih
rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.
kesmas-ode.blogspot.com/2012/11/makalah-hipertensi.html
MAKALAH HIPERTENSI (terbaik)

OLEH:

MAHASISWA PBL (ANG.IV)


DUSUN V
KELOMPOK X & XI
AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA MEDAN
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah membaerikan kami kesaeahatan
dan kesempatan saehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang barjudul
HIPERTENSI dalam pemenuhan tugas mata kuliah ILMU KESEHATAN MASYARAKAT.

Dimana dalam penulisan makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
.Demi terciptanya kesempurnanan isi makalah ini,dan tak lupa kami ucapkan terim kasih kepada
teman teman kami yang ikut berperan serta dalam pembuatan makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang
mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya
baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka
panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai
faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai
faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di
Indonesia menunjukan 1,8 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi. (http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/87-faktor-risiko-terjadinya-

hipertensi, di peroleh tanggal 28 Mei 2009) Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa
masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan.
Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga,
merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki, ternyata perempuan lebih banyak
menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0%
untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4%
perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan
13,7% perempuan.( Sugiri, http ://www. smallcrab. com/ kesehatan/25- healthy/87- faktor-risikoterjadinya-hipertensi, di peroleh tanggal 28 Mei 2009)

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot
(berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial)
apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan
hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi.
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh)
dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan
garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh.
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan
tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat
binatang tersebut menjadi hipertensi.
Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 (berat
badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu faktor resiko terhadap
timbulnya hipertensi.
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak
obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah
raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga
maka resiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka
resiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada pembuluh
darah turut berperan pada penyakit hipertensi. Faktor- 4 faktor tersebut antara lain merokok,
asam lemak jenuh dan tingginya kolesterol dalam darah.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
antara lain alkohol, gangguan mekanisme pompa natrium (yang mengatur jumlah cairan tubuh),
faktorrenin- angiotensin-aldosteron (hormon-hormon yang mempengaruhi tekanan darah).
Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh
faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya
hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itulah maka pencegahan penyakit
hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi
sangat penting.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini,
maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah yaitu :
1.

Apakah ada hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi


2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi
3. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi
4. Apakah ada hubungan antara pola asupan garam dengan kejadian hipertensi
5. Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi

C. Tujuan Penulisan:
1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu


memahami, menjelaskan, serta mengaplikasikan definisi, epidemiologi, patomekanisme
berdasarkan etiologi dan factor resiko, gejala atau gambaran klinis, pemeriksaan untuk
diagnosis serta untuk mencari factor resiko, pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan
prognosis dari penyakit Hipertensi.

2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu :
aMemahami dan menjelaskan epidemiologi hipertensi
b

Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi

c. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi


e. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi
f.

Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi

g. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi


h. Memahami dan menjelaskan pencegahan hipertensi

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Definisi Hipertensi

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High
Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of
Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.
Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah.

B.Insiden Hipertensi
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh
perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.

Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian prematur (Tambayong, 2000)

C.Penyebab Hipertensi secara Epidemiologi


Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan setelah
beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yang menyertainya.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat
(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari,
satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi
pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.2 Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko
kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara
keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.1 Data Riskesdas
menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.2
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau
tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa
sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti
pompa, sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding
pembuluh arteri atau nadi. Tekanan darah diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu

melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya kekuatan secara terus
menerus dalam sistem peredaran, darah segar tidak dapat terbawa ke otak dan jaringan seluruh
tubuh.3
Tekanan darah yang paling rendah terjadi saat tubuh dalam keadaan istirahat atau tidur
dan akan naik sewaktu latihan atau berolahraga. Hal ini disebabkan dalam latihan atau olahraga
diperlukan aliran darah dan oksigen yang lebih banyak untuk otot otot.3 Jika terdapat
hambatan misalnya karena penyempitan pembuluh arteri, tekanan darah akan meningkat dan
tetap pada tingkat yang tinggi,3,4 semakin besar hambatan tekanan darah akan semakin tinggi.4

D.Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbedabeda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.9,17
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya
bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.18 Gejala lain yang sering ditemukan adalah
epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang.9 Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan
kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini
dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

sakit kepala

kelelahan

mual

muntah

sesak nafas

gelisah

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya


kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

E.Pengobatan Hipertensi
1.Diuretic{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)} Merupakan golongan obat
hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium
berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus
dilakukan
2. Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.Merupakan obat yang dipakai dalam
upaya pengontrolan tekanan darah melalui prose memperlambat kerja jantung dan memperlebar
(vasodilatasi) pembuluh darah

3. Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}.


Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi
melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.

F.Pencegahan
1.Pencegahan Primer :
a.Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari
b Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak perbanyak

aktifitas fisik untuk

mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian oleh Clinical and Public Health Advisory from
the National High Blood Pressure Education Program Amerika Serikat bahwa penurunan berat

badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik
selama 30 menit setiap hari bisa menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg.
c.Kurangi konsumsi alkohol
d.Konsumsi Minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi

minyak ikan yang

banyak mengandung Asam Lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah secara
signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.
e.Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah,tapi kalsium juga dapat
membantu
2.Pencegahan Skunder
a.Pola makanam yamg sehat
b.Mengurangi garam dan natrium di diet anda
c.Fisik Aktif
d.Mengurangi Akohol Intake
e.BerhentiMerokok

3.Pencegahan Tersier
a.Pengontrolan darah secara rutin

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau
tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

sakit kepala

kelelahan

mual

muntah

sesak nafas

gelisah

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya


kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Jakarta : Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru,Gramedia

Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT
HIPERTENSI. 2006

Goodman, Cathrine Cavallaro .1998. Pathology Implication for The Physical


Therapist. US : W. B. Saunders company

Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press

Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krauses Food, Nutrition, & Diet
Therapy. 9th edition. W. B. Saunders Company

http://fkmutu.blogspot.com/

10. Penanggulangan hipertensi 29:


a.

Penatalaksanaan farmakologis

b. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)


Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan
farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan
merubah gaya hidup.

Tujuan dari penatalaksanaan diet 29,30 :

Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan


tekanan darah menuju normal.

Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral

Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,
kolesterol dalam darah.

Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi 29 :

Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang

Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita

Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan
dalam daftar diet

Konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok teh/hr atau dapat menggunakan
garam lain diluar natrium.

10. Pencegahan hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :


-

Memeriksa tekanan darah secara teratur

Menjaga berat badan dalam rentang normal

Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah
lemak dan mengurangi garam.

Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol

Berolahraga secara teratur

Hidup secara teratur

Mengurangi stress dan emosi

Jangan terburu-buru

Mengurangi makanan berlemak

Upaya preventif
Upaya preventif yang dilakukan adalah promosi kesehatan dan deteksi dini (skrining). Prilaku dan gaya hidup
yang baik dapat mencegah dan mengendalikan hipertensi lebih baik.
Promosi kesehatan yang mengajak masyarakat untuk CERDIK yaitu menuju masa muda sehat dan hari tua
sehat tanpa penyakit tidak menular. CERDIK (Cek kesehatan dengan deteksi dini secara rutin dan teratur,
Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya, Rajin aktifitas fisik minimal 30 menit setiap hari, Diet sehat
dengan kalori seimbang berupa rendah lemak, garam, gula dan tinggi serat, Istirahat yang cukup, dan
Kendalikan stress
Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat di komunitas melalui posbindu PTM, UKBM, Posdaya,
dan Posyandu. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan saat ini dilakukan melalui pembentukan dan
pengembangan Desa Siaga.
Posbindu PTM merupakan bentuk kemandirian masyarakat dalam mendeteksi dan memonitor faktor risiko
penyakit tidak menular termasuk hipertensi secara rutin. Posbindu PTM adalah kegiatan pembinaan terpadu
untuk mengendalikan faktor risiko PTM. Petugas puskesmas melakukan pengawasan melalui kegiatan
monitoring program. Selain sebagai pembina dan pengawas dalam penyelenggaraan Posbindu PTM,
Puskesmas juga menjadi tempat rujukan untuk kasus yang memerlukan penanganan atau tindak lanjut selain
dokter keluarga dan klinik swasta.
Sarana Prasarana
Untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis penyakit hipertensi sangat sederhana yaitu dengan melakukan
pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter. Hipertensi ditegakkan bila tekanan darah 140/90 mmHg.
Selanjutnya pengobatan atau penatalaksanaan hipertensi membutuhkan waktu yang lama, seumur hidup dan
harus terus menerus. Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diinginkan,
maka harus diberikan obat.
Sarana dan prasarana untuk diagnosis dan pengobatan hipertensi, termasuk mendeteksi kemungkinan terjadi
kerusakan organ target atau komplikasi pada dasarnya sudah tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan dan Pengetahuan
Sebagai self awareness atau public awarenes adanya kegiatan Posbindu PTM setiap bulannya dalam wadah
Desa Siaga aktif di setiap kelurahan sebenarnya sudah cukup untuk mewaspadai dan memonitor tekanan darah
dan segera ke Puskesmas/fasilitas kesehatan jika tekanan darahnya tinggi. Melalui Puskesmas dan Posbindu
PTM, masyarakat cukup mendapat kemudahan akses untuk mendeteksi atau monitoring tekanan darah nya. Jika
mampu membeli tensimeter sendiri untuk memonitor tekanan darah keluarga secara rutin akan lebih baik.
Namun yang paling penting adalah meningkatkan perilaku hidup sehat.
Keberadaan posbindu PTM di masyarakat lebih tepat untuk mengatasi hal ini, karena Posbindu PTM adalah Pos

Pembinaan Terpadu yang merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang aktif
dalam pengendalian faktor risiko Penyakit Tidak Menular (obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet
tidak sehat, kurang aktifitas dan merokok).
Kegiatan deteksi dini pada Posbindu PTM dilakukan melalui monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan
periodik. Kegiatan monitoring mencakup kegiatan minimal yaitu hanya memantau masalah konsumsi sayur/buah
dan lemak, aktifitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), dan tekanan darah, dan kegiatan monitoring lengkap yaitu
memantau kadar glukosa darah, dan kolesterol darah, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana dan IVA . Tindak
lanjut dini berupa peningkatan pengetahuan masyarakat tentang cara mencegah dan mengendalikan faktor risiko
PTM dilakukan melalui penyuluhan / dialog interaktif secara massal dan / atau konseling faktor risiko secara
terintegrasi pada individu dengan faktor risiko, sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kasus faktor risiko PTM yang ditemukan yang tidak dapat dikendalikan melalui konseling dirujuk ke fasilitas
pelayanan dasar di masyarakat (Puskesmas, Klinik swasta, dan dokter keluarga) untuk tidak lanjut dini. Sumber
: Subdit Surveilans dan Respon KLB, infopenyakit.org

Anda mungkin juga menyukai