Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK

LABORATORIUM
TEKNIK LABORATORIUM

Disusun oleh :
Dhea Vivin. K
F0512088
REG A Kelas B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2013

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat untuk melakukan suatu
penelitian atau percobaan. Di sekolah laboratorium hanya digunakan untuk
praktikum tentang ilmu-ilmu dasar saja. Pada universitas laboratorium
digunakan untuk penelitian ataupun eksperimen. Laboratorium ilmiah
biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium
biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, dan
laboratorium biofisika.
Saat melakukan penelitian atau pun praktikum kita pasti menggunakan
alat-alat penelitian, dimana alat tersebut pasti memiliki nama tersendiri yang
menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung
ketika alat digunakan. Alat-alat dapat dikenali berdasarkan kegunaannya.
Pemberian nama alat-alat ukur biasanya akhir namanya meter, contohnya
termometer, spherometer, ampheremeter, dll. Pengenalan alat sangat penting
karena dengan mengetahui fungsi alat tersebut maka kita akan mudah
menggunakannya.
Suatu laboratorium dapat dikatakan baik bila memiliki fasilitas yang
memadai atau mendukung dalam pelaksanaan eksperimen, baik dari segi
tata letak maupun dari segi alat dan bahan. Namun, sebaik apapun
laboratorium itu bila tidak ditunjang oleh kemampuan laboran dalam
mengelolanya dan keterampilan npraktikan dalam mengoperasionalkan alat
dan bahan laboratorium pasti akan sia-sia belaka. Jadi, selain
mengidentifikasi atau mengenali alat dan bahan di laboratorium, kita juga
harus cakap dalam hal cara kerja di laboratorium (Ridhwank, 2012).
Praktikum yang dilakukan di dalam laboratorium didasari pada
berbagai macam teknik dasar. Kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium
sering dikarenakan teknik dasar laboratorium tidak diindahkan dan tidak
dikuasai. Beberapa teknik dasar perlu dilatih agar didapat penguasaan yang
baik.
Praktikum kali ini akan membahas 15 teknik dasar yang sering
dilakukan daalm praktikum. Dengan adanya pengetahuan dan penguasaan
teknik-teknik dasar tersebut diharapkan kecelakaan kerja oleh praktikan
dapat dihindari.

2. Dasar Teori
Bekerja di laboratorium akan selalu berinteraksi dengan bahan
biologi, kimia, peralatan gelas, ataupun instrumen yang penuh dengan
resiko, baik yang berkaitan dengan manusia maupun lingkungan sekitar.
Besar kecilnya kemungkinan resiko kecelakaan kerja di laboratorium
bergantung pada ketaatan mengikuti standar prosedur dalam
memperlakukan peralatan maupun bahan selama bekerja di laboratorium
(Suyanta, 2010).
Resiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi karena beberapa hal,
sebagai berikut:
Kurang memahami teknik dasar kerja laboratorium.
Bekerja dengan cara yang salah, ceroboh, tergesa-gesa atau terlalu berani
mengambil resiko tanpa memperhatikan petunjuk atau instruksi.
Tidak mengenal bahan kimia yang dipergunakan seperti simbol bahaya,
resiko keselamatan, dan simbol limbah, yang dapat dilihat pada tabel.
Tidak paham tentang keselamatan kerja dan tidak mengetahui cara
penggunaan alat-alat pelindung keselamatan kerja.
Hampir semua bahan praktikum berbahaya, meskipun demikian tidak
perlu menjadi halangan untuk berinteraksi dengan bahan tersebut. Yang
terpenting adalah mengenal karakteristik bahan terutama bahan yang
berbahaya, beracun, dan zat radioaktif; bekerja dengan tepat dan hati-hati;
serta mengetahui cara penanggulangan ketika terjadi kesalahan, kebakaran,
atau terjadi bahaya yang disebabkan oleh bahan praktikum (Adijuwana,
1992).
Resiko penggunaan alat-alat laboratorium yang berupa alat-alat gelas,
paling mungkin terjadi antara lain disebabkan oleh alat yang mudah pecah
sehingga akan mengenai bagian tubuh, kesalahan dalam teknik pemanasan,
pemindahan bahan, dan perakitan alat yang kurang tepat. Resiko tersebut
dapat dicegah jika kita bekerja di laboratorium mengikuti prosedur yang
benar. Jadi, pengetahuan dasar tentang teknik laboratorium, pengetahuan
tentang alat dan bahan, pengetahuan tentang keselamatan kerja menjadi
prasyarat penting bekerja di laboratorium.
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan sebelum, selama dan
sesudah bekerja di laboratorium:
A. Sebelum bekerja di laboratorium
1. Persiapkanlah hal yang diperlukan sebelum masuk laboratorium
seperti alat tulis, skema kerja, jenis bahan, jenis peralatan, dan cara
membuang limbah sisa percobaan. Barang-barang pribadi seperti tas,

2.

3.
4.
5.

jaket, dan barang-barang yang tidak berhubungan dengan praktikum


disimpan ditempat yang telah disediakan.
Mengenakan pakaian yang tertutup dan jas laboratorium selama
bekerja, bagi yang berambut panjang diikat ke belakang atau
menggunakan topi pelindung (kerudung) serta mempersiapkan alatalat keselamatan kerja yang dibutuhkan.
Memakai sepatu yang tertutup. Tidak diperkenankan memakai sandal
atau sepatu sandal dan memakai sepatu yang berhak tinggi.
Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
Bagi yang mengenakan lensa kontak, selama bekerja harus dilepas.

B. Selama Bekerja di Laboratorium


1. Membiasakan berdoa sebelum dan sesudah bekerja di laboratorium.
2. Sebaiknya tidak bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada satu
asisten atau laboran yang mengawasi.
3. Tidak diperkenankan bersendau gurau dan bermain-main dengan
peralatan laboratorium serta bahan kimia.
4. Dilarang makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium, serta
makan dan minum menggunakan peralatan laboratorium.
5. Menjaga kebersihan dan kerapian tempat. Sebelum meninggalkan
laboratorium meja dan alat harus dalam keadaan bersih.
6. Reaksi yang masih berlanjut harus selalu diawasi dan ditunggu sampai
selesai.
7. Pengunjung ke laboratorium harus dibatasi dan harus didampingi oleh
staf laboratorium dan bila perlu menggunakan alat-alat perlindungan
diri seperti kaca mata, pelindung wajah, dan tutup kepala.
8. Mengetahui letak dan posisi alat-alat penanganan kecelakaan, seperti
eyewash station, shower safety, first aid, alat pemadam kebakaran,
kotak P3K, dan lain-lain. Melaporkan setiap terjadi kecelakaan kerja
dan setiap terjadi gejala bahaya kepada staf laboratorium.
C. Sesudah Bekerja di Laboratorium
1. Sebelum meninggalkan lab, alat listrik dimatikan, kran air ditutup, alat
dan bahan dikembalikan pada tempatnya, kran gas ditutup dan meja
praktikum dibersihkan.
2. Penanganan limbah sesuai karakteristiknya. Limbah organik padat
seperti spesimen dibuang pada tempatnya.
3. Beberapa komponen yang erat kaitannya dengan keselamatan kerja di
laboratorium sebagai berikut:
a. Adanya air yang cukup dengan saluran dan kran yang lancar serta
memiliki shower untuk keperluan darurat.
b. Pipa saluran gas dan kran berfungsi dengan baik.

c. Memiliki alat pemutus arus listrik dan sekering sentral khusus


laboratorium, voltase selalu tertera dengan jelas pada setiap
terminal, dan selalu diperhatikan setiap kabel yang saling
menghubungkan.
d. Adanya kotak P3K yang lengkap, jika perlu didekatnya ditempel
daftar nomor telepon penting seperti instalasi pemadam kebakaran,
ambulans, rumah sakit, dan dokter yang mudah dihubungi.
e. Tersedia alat pemadam kebakaran, baik busa, gas CO2, kotak pasir,
dan mantel tahan api.
D. Teknik Dasar Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan teknik dasar
kerja di laboratorium yang berhubungan erat dengan keselamatan kerja,
terutama ketika bekerja dengan bahan kimia dan menggunakan alat-alat
gelas laboratorium.
1. Bahan Kimia
Hal-hal yang harus diperhatikan saat bekerja dengan bahan kimia
antara lain adalah:
Penggunaan bahan kimia harus dibatasi seminimal mungkin.
Kontak langsung dengan bahan kimia harus dihindari.
Memindahkan atau mengambil bahan kimia dengan hati-hati.
Mengenal bahan kimia dan karakteristiknya serta menyimpan
bahan kimia dengan cara yang tepat.
Semua bahan kimia harus diberi label, bahan yang tidak berlabel
harus disingkirkan.
Bahan kimia yang berbahaya dan beracun harus diperhatikan secara
khusus, seperti H2S, CO, NO, SO2, Hg, Pb, dan pelarut organik.
Senyawa peroksida padat dan larutan pekat harus ditangani secara
khusus, tidak didekatkan dengan senyawa organik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memindahkan atau
mengambil bahan kimia zat adalah :
Mencermati dengan teliti label bahan kimia yang akan diambil atau
dipindahkan untuk menghindari kesalahan.
Mengangkat botol atau wadah yang berisi bahan kimia dengan cara
yang senyaman mungkin, tidak hanya menjinjing lehernya saja.
Pengambilan bahan padat dari wadahnya, baik serbuk maupun
kristal, dengan cara membuka tutup dan meletakkan tutup botol
dalam posisi terbalik. Pengambilan bahan menggunakan spatula.
Hindari agar tidak mengenai bagian tubuh. Jika bahan kimia
mengenai bagian tubuh, perlakukan dengan cara yang tepat.

Pengambian larutan atau zat cair. Tutup botol dibuka


dan dipegang dengan jari. tangan sekaligus telapak tangan
memegang botol tersebut. Jika tidak memungkinkan, tutup botol
diletakkan dalam kondisi terbalik. Jika perlu dilakukan di lemari
asam dan gunakan kaca mata pengaman dan masker wajah. Bahan
yang dipindahkan dialirkan melalui batang pengaduk atau melalui
dinding gelas untuk agar tidak memercik. Jika mengambil dengan
pipet ukur atau pipet gondok harus menggunakan pro pipet (bulb),
sedangkan jika dituang, posisi label bahan berada pada telapak
tangan.
Segera tutup kembali tutup botol untuk menghindari kontaminasi
atau terjadinya kerusakan bahan kimia.
Mengambil bahan sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Jangan
menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol
semula untuk mencegah kontaminasi.
Ketika terjadi tumpahan, larutan yang tumpah di meja atau di lantai
segera dibersihkan. Asam kuat dinetralkan dengan serbuk natrium
karbonat, sedangkan basa kuat dinetralkan dengan serbuk
ammonium klorida. Bersihkan dengan air secukupnya. Bahan
kimia dibuang dalam tempat yang terpisah. Larutan pekat
diencerkan terlebih dahulu sebelum dibuang.
Bahan kimia dapat masuk melalui pernafasan, mulut, dan kulit
sehingga harus diperhatikan. Hindari mengisap langsung uap bahan
kimia. Perhatikan keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Beberapa reaksi kimia harus diperlakukan dengan hati-hati, seperti
reaksi antara asam kuat pekat dan basa kuat pekat; reaksi zat
oksidator kuat, logam alkali atau alkali tanah dengan air pelarut
yang mengandung klor; logam hidrida, brom cair, hidrohakarbon
dengan halogen, asam kronat, atuapun natrium peroksida; dan asam
nitrat dengan alkohol.
2. Penggunaan alat-alat gelas
Alat-alat gelas yang sudah retak atau sumbing tidak layak
digunakan. Membersihkan pecahan gelas harus hati-hati dan
dibuang pada tempat terpisah.
Mengisi buret pada posisi sejajar dengan mata, jika tidak
terjangkau harus diturunkan terlebih dahulu. Tidak diperkenankan
mengisi buret dengan cara berdiri di atas kursi.
Memanaskan larutan atau reaksi dengan menggunakan tabung
reaksi, volumenya tidak boleh lebih dari sepertiga volume tabung.
Pemanasan diletakkan di atas nyala biru dengan penjepit tabung

sambil digoyangkan. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat


yang aman agar percikannya tidak melukai orang lain maupun diri
sendiri.
Menggunakan corong pisah dengan cara yang tepat. Kran harus
sering dibuka untuk menjaga tekanan dan mengeluarkan gas
dengan mengarahkan pada posisi yang tidak membahayakan diri
sendiri dan orang lain.
3. Penanganan tabung (silinder gas)
Diletakkan dalam posisi berdiri.
Selalu memeriksa kran gas sebelum dan sesudah digunakan. Jika
kran macet, tidak diperkenankan memukul-mukulnya.
Dilarang menggunakan vaselin atau minyak pelumas pada kran gas
karena dapat menimbulkan ledakan.
Saat membuka kran gas harus diperhatikan arah keluar gas agar
tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Memperhatikan label tabung yang tertera pada silinder untuk
mengetahui isi gas.
4. Bahaya mekanik
Semua mesin yang digerakkan tangan atau motor harus diletakkan
kokoh di tempat yang aman. Hindari sentuhan dengan badan dan
pakaian.
Dilarang menghentikan alat-alat yang sedang bergerak dengan
tangan secara langsung.
5. Bahaya listrik
Jangan membiarkan ada kabel yang terbuka pelindungnya. Steker
terpasang secara benar, tidak longgar.
Alat-alat listrik, alat elektronik, akumulator, dan kondensator harus
digunakan dengan tepat. Setiap penggunaan alat elektronik perlu
memperhatikan voltasenya.
6. Bahaya Bahan Biologi
Bahaya bahan biologi berkaitan erat dengan penggunaan
mikroorganisme, kebersihan lingkungan, dan penggunaan hewan dalam
praktikum (Wiryosoemarto, 2004).
Untuk dapat membantu kelancaran di Laboratorium IPA, maka
beberapa keterampilan kerja di alboratorium perlu dimiliki. Keterampilan
kerja di laboratorium IPA juga bermanfaat untuk membantu menjaga

keselamatan dan keamanan kerja bekerja di laboratorium. Berbagai


keterampilan kerja tersebut antara lain meliputi cara-cara untuk :
Memanaskan zat dalam tabung reaksi
Menyaring
Membaui zat
Melubangi sumbat gabus/karet
Memotong pipa kaca
Membuat pipa bengkok
Memotong kaca secara lurus
Membersihkan alat-alat gelas
Menyoldir/mematri (Lubis, 1993).
Laboratory techniques are the sum of procedures used on natural
sciences such as chemistry, biology, physics in order to conduct an
experiment, all of them follow scientific method ; while some of them
involves the use of complex laboratory equipments from laboratory
glassware to electrical devices others dont require such spesific or
expensive supplies (Anonim, 2012).
Consequently, understanding awareness of the risk are required in a
laboratory. To achieve the understanding and awareness. On the risk in a
laboratory, a document describing data on material properties, which is
usually called Material Safety Data Sheet (MSDS), is required. MSDS is a
document on a general introduction about the nature of the material, ways of
handling, storage, transport, and waste management of che micals.
Therefore, spesific treatment is needed because they include the hazardous
materials. Understanding and implementation of MSDS can ensure the
safety and health of working in a laboratory (Rahayu dan Ifjeu, 2008).

B. Tujuan
Praktikum Teknik Laboratorium ini bertujuan untuk mengetahui
teknik-teknik dasar dalam ppengelolaan laboratorium dan untuk mengetahui
fungsi dari setiap alat dan prinsip kerjanya.

C. Metodologi
Praktikum kali ini menggunakan alat sebanyak 33 buah, yitu tabung/pipa
gelas, penutu karet, bulb, serbet, sikat kawat, buret, rak tabung reaksi, bunsen,
pipet gondok, sarung tangan, hot plate magnetic stirer, kaki tiga, penjepit kayu,
erlenmeyer, botol semprot, labu ukur, gelas arloji, spatula, tabung volumetri,
neraca ohauss, neraca analitik, gelas beaker, mikropipet, pipet besar, pipet
ukur, batang pensil, batang pengaduk, kasa asbes, statif, corong kaca, corong
buchner, sentrifuge, dan botol reagen. Dan untuk bahan-bahannya adalah air,
gliserol, korek api, spiritus, reagen, bahan-bahan kimia, kertas saring, dan
sabun. Dan untuk cara kerjanya adalah yang pertama 15 teknik laboratorium
yang tertera di buku penuntun praktikum Teknik Laboratorium dijelaskan dan
dipraktekkan langkah per langkah oleh asisten, penjelasan asisten diperhatikan
oleh praktikan. Lalu dicatat di tabel hasil pengamatan.

D. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan Teknik Laboratorium
No.
Teknik
1 Memasukkan tabung/
pipa gelas ke dalam
penutup karet (rubber
stopper)

1.
2.

3.

4.

Membersihkan
peralatan gelas
(glassware)

1.
2.

3.
4.

5.
6.
7.
3

Penanganan bahan
kimia

1.
2.

3.

4.

Metode
Tabung/pipa gelas dan lubang penutup
karet dibasahi dengan air/gliserol.
Tabung gelas dipegang kira-kira 2 cm dari
penutup karet dengan menggunakan serbet
untuk melindungi tangan.
Tabung/pipa gelas diputar dan didorong
perlahan-lahan dan hati-hati ke dalam
penutup karet.
Sisa gliserol pada tabung/pipa gelas (robber
stopper) dibersihkan dengan air dan
dikeringkan.
Semua alat dibersihkan dengan sabun dan
air bersih. Kotoran kasar dihilangkan.
Isi tabung berupa larutan pekat dibuang
terlebih dahulu sambil diencerkan dengan
air ke saluran limbah.
Disikat dengan ukuran sikat yang sesuai
dan jangan sampai tergores oleh kawat.
Tabung, pipet, buret, atau alat lainnya
dibilas sebanyak 2 kali sambil diputarputar.
Alat disemprot dengan air suling bila
tersedia.
Peralatan dikeringkan dengan bunsen atau
diletakkan pada rak pengering.
Peralatan disimpan untuk menghindari
debu.
Label paad botol atau kemasan dibaca 2
kali.
Penggunaan reagen yang berlebihan
dihindari, hanya dikeluarkan sesuai
kebutuhan.
Jika tidak ada spesifikasi dari petunjuknya,
bahan kimia jangan dipegang, dicium, atau
dirasakan untuk menghindari iritasi.
Jika terkena bahan kimia, segera
dibersihkan dengan air.

Membuang limbah
bahan kimia

Mempersiapkan larutan

Menimbang

Menggunakan
mikropipet/mikroskala

Mengukur volume

1. Larutan yang pekat diencerkan sebelum


dibuang.
2. Label selalu dicek ulang sebelum dibuang.
3. Limbah dibuang dengan benar, jelas, dan
mudah dilihat.
1. Air/larutan dengan konsentrasi lebih rendah
dimasukkan ke dalam tabung volumetric
sampai sepertiga atau setengah tanda.
2. Bahan solid yang akan dilarutkan atau
larutan yang lebih pekat ditambahkan ke
dalam tabung volumetric perlahan-lahan.
3. Air ditambahkan sampai batas kalibrasi.
4. Ditutup dan digoyangkan perlahan.
1. Selalu berhati-hati.
2. Digunakan kertas alas, beaker, gelas arloji,
atau alas lainnya pada saat menimbang.
3. Jangan menjatuhkan/menumpahkan sesuatu
pada timbangan.
4. Neraca terutama piring neraca dibersihkan
dari sisa bahan.
5. Timbangan ditera sesuaia prosedur jika
timbangan tidak seimbang.
6. Bahan yang ditimbang dimasukkan ke
dalam wadah yang telah diletakkan pada
piring neraca.
7. Setelah selesai, timbangan dikembalikan ke
posisi nol.
8. Timbangan dibersihkan.
1. Tabung pipet dipasang pada mikropipet.
2. Batas ukur yang diinginkan ditentukan.
3. Cairan diambil dengan menekan tombol di
atas pipet.
4. Cairan dikeluarkan dengan menekan tombol
mikropipet.
Gelas ukur:
1. Digunakan gelas ukur yang volumenya
sesuai.
2. Skala pada gelas ukur dibaca.
3. Gelas ukur diisi bahan yang akan diukur.
4. Skala dibaca lurus dengan pandangan mata.
5. Jika volume sudah sesuai, lalu dituangkan.
6. Gelas ukur dibersihkan.

Mengambil dan
menuangkan bahan

10

Mengambil dan
menuangkan bahan cair

11

Membaui suatu bahan

12

Melarutkan dan
mengocok

13

Memanaskan dan
menguapkan

Pipet ukur:
1. Pipet ukur dipilih.
2. Bulb diletakkan pada ujung pipet.
3. Sisi A (Air) ditekan sambil udara
dikeluarkan.
4. Sisi S (Suck) ditekan untuk menyedot
cairan.
5. Sisi
E
(Empty)
ditekan
untuk
mengeluarakan cairan.
6. Pipet dibersihkan.
1. Botol bahan dipegang, label di bawah
telapak tangan.
2. Botol dimiringkan sehingga sedikit bahan
masuk ke tutup.
3. Tutup botol dikeluarkan dengan hati-hati.
4. Tutup botol diketuk-ketuk dengan telunjuk
batang pensil sehingga bahan pada tutup
jatuh pada tempat yang diinginkan.
1. Label bahan pada botol dibaca dengan teliti.
2. Botol dipegang sedemikian rupa sehingga
label botol terletak pada tellapak tangan.
3. Tutup botol dibasahi dengan bahan di
dalam botol dengan cara botol dimiringkan.
4. Tutup botol dibuka, jika akan menuangkan
cairan tutup botol dijepit diantara jari.
5. Bahan cair dituangkan dengan bantuan
batang pengaduk.
1. Bahan yang akan dibaui diletakkan 20-30
cm dari hidung.
2. Tangan dikibaskan di atas tempat zat.
1. Batang pengaduk dicelupkan ke dalam
bahan dan digerakkan memutar.
2. Tutup tabung reaksi dengan aluminium
foil/ibu jari, lalu digerakkan ke depan dan
ke belakang.
3. Pengaduk magnet dan pengaduk mekanik
bisa digunakan sesuai petunjuk.
Bahan dalam tabung reaksi:
1. Bunsen atau pemanas lain dinyalakan
dengan baik.
2. Tabung reaksi dijepit dengan penjepit.
3. Tabung reaksi dipanaskan di atas nyala api.

Tabung dihadapkan ke arah berlawanan


dari muka. Pemanasan dilakukan dari
permukaan. Tabung reaksi digerakgerakkan.

14

Menyaring

15

Pemisahan bahan padat


dan cair

Bahan dalam gelas kimia:


1. Gelas kimia diletakkan di atas kasa asbes.
2. Batang
pengaduk/alat
bantu
didih
dimasukkan.
3. Nyala api diarahkan tepat ke arah batang
pengaduk.
1. Kertas saring dilipat sesuai ukuran corong.
2. Kertas saring dibasahi agar melekat pada
corong.
3. Corong dipasang pada statif dan masukkan
ke dalam tempat penampungan filter.
4. Campuran dituangkan ke dalam corong,
jangan sampai melebihi kertas saring.
1. Biasanya cairan sudah terpisah dari
padatannya dalam tabung yang sama.
Tabung dimiringkan ke dalam wadah
lainnya (pemisahan dengan penyaringan).
2. Ujung corong menyentuh dasar wadah yang
akan diisis oleh cairan. Biarkan cairan
mengalir melalui filter pada corong sampai
semua cairan melalui filter (filtrasi
gravitasi).
3. Penyemprotan bisa dilakukan dengan cara
colvent dengan botol pencuci.
4. Filter vakum dapat dilakukan dengan cara
menggunakan corong buchner.

E. Pembahasan
Praktikum yang berjudul Teknik Laboratorium bertujuan untuk
mengetahui teknik-teknik dasar dalam ppengelolaan laboratorium dan untuk
mengetahui fungsi dari setiap alat dan prinsip kerjanya. Teknik yang dipelajari
terdiri dari 15 teknik dasar yang umumnya dilakukan sebagai prosedur dalam
suatu eksperimen.
Teknik laboratorium adalah prosedur-prosedur yang digunakan dalam
ilmu alam seperti kimia, biologi, dan fisika dalam rangka menunjang suatu
eksperimen, semua itu sesuai dengan metode ilmiah. Sebagian dari teknik ini
menggunakan peralatan laboratorium yang kompleks mulai dari alat-alat gelas
sampai alat-alat listrik, teknik lainnya tidak memerlukan peralatan yang khusus
atau mahal (Anonim, 2012).
Teknik 1: Memasukkan tabung/pipa gelas ke dalam penutup karet (rubber
stopper)
Tabung/pipa gelas dibasahi dengan air atau gliserol untuk melicinkan
permukaan kedua benda. Tabung/pipa gelas dipegang dengan jarak 2-3 cm
dari penutup karet dan dialasi dengan handuk atau serbet. Hal ini
dimaksudkan untuk melindungi tangan apabila terjadi tabung pecah atau
kecelakaan lainnya. Tabung/pipa gelas diputar dan didorong perlahan-lahan
dan hati-hati ke dalam penutup karet. Sisa gliserol kemudian dicuci dengan
air dan dikeringkan.
Teknik 2: Membersihkan peralatan gelas (glassware)
Semua alat dicuci dengan sabun dan air. Kotoran kasar dihilangkan dengan
cara disikat dengan sikat kawat. Namun, penyikatan harus dilakukan secara
hati-hati agar tidak menimbulkan goresan atau retakan pada peralatan.
Goresan atau retakan, terutama pada tabung volumetri akan berpengaruh
pada ketelitian dalam pengukuran. Setelah disabuni, peralatan kemudian
dibilas sebanyak 2 kali dan dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan
dengan rak pengering atau dengan bantuan yang menyala. Caranya bagian
bawah alat gelas diputar di atas nyala bunsen dan diteruskan sampai ke
bagian atas.
Teknik 3: Penanganan bahan kimia
Label pada kemasan bahan kimia dibaca minimal 2 kali untuk menghindari
kesalahan baca. Reagen yang terambil berlebih jangan dimasukkan kembali
ke dalam botol awal agar tidak terjadi kerusakan seluruh bahan. Bahan
kimia tanpa spesifikasi atau petunjuk jangan dipegang, dicium, atau dirasa.
Hal ini untuk menghindari iritasi pada kulit, hidung atau mata. Apabila
terkontak dengan bahan kimia, segera bersihkan dengan air bersih mengalir.

Teknik 4: Membuang limbah bahan kimia


Limbah kimia harus sesuai dengan petunjuk eksperimen atau literatur.
Larutan pekat harus selalu diencerkan terlebih dahulu agar tidak mencemari
lingkungan.
Teknik 5: Mempersiapkan larutan
Dalam pembuatan larutan, selalu digunakan tabung volumetri. Air atau
larutan dengan konsentrasi lebih rendah dimasukkan terlebih dahulu
setengah atau sepertiga dari batas kalibrasi. Kemudian solid atau larutan
lebih pekat dialirkan secara hati-hati untuk menghindari ledakan, terutama
pada asam-basa kuat. Terakhir tambahan air sampai volume sesuai lalu
ditutup dan digoyang perlahan-lahan.
Teknik 6: Menimbang
Selalu digunakan alas/wadah untuk menimbang. Lebih baik digunakan kaca
arloji atau gelas beaker daripada kertas alas karena kertas alas kurang tegar
sehingga kemungkinan bahan tumpah lebih besar. Alat atau neraca selalu
dikalibrasi terlebih dahulu. Setelah penimbangan selesai timbangan
dikembalikan ke posisi nol. Timbangan dibersihkan dari tumpahan atau
percikan bahan untuk menghindari perkaratan karena hal ini akan
mempengaruhi sistem pengkalibrasian alat.
Teknik 7: Menggunakan mikropipet atau mikroskala
Pipet beral dapat menampung sampai 2 ml dan mikropipet bisa menampung
20-1000 . Pertama, pasang tabung pipet pada mikropipet. Pilih skala ukur
yang diinginkan. Tekan tombol untuk menyedot cairan. Tekan tombol untuk
mengeluarkan cairan.
Teknik 8: Mengukur volume
Gunakanlah selalu peralatan yang bersih supaya tidak ada bahan yang
tersisa pada alat ukur. Volume gelas ukur disesuaikan dengan volume bahan
yang akan digunakan. Skala pada gelas uku dibaca. Gelas ukr diisi dengan
bahan yang akan diukur volumenya. Meniskus dan pandangan mata
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan paralaks. Jika sudah sesuai dengan
volume yang diinginkan, bahan dituangkan lau gelas ukur dicuci.
Pengukuran juga dapat dilakukan dengan bantuan pipet ukur dan bulb. Bulb
dipasang di atas pipet ukur. Bagian A (Air) ditekan sambil badan bulb
diremas untuk mengeluarkan udara. Lalu bagian S (Suck) ditekan untuk
menyedot cairan yang akan diukur. Kemudian bagian E (Empty) ditekan
untuk mengeluarkan cairan. Terakhir, setelah pipet dipakai dibersihkan.

Teknik 9: Mengambil dan menuangkan bahan padat


Botol bahan dipegang dengan label berada di atas. Hal ini untuk
menghindari rusaknya label apabila ada bahan yang tumpah. Botol
dimiringkan sehingga sedikit bahan masuk ke tutup botol, kemudian tutup
botol dikeluarkan dengan hati-hati. Tutup botol diketuk-ketuk dengan
telunjuk atau batang pensil sehingga bahan jatuh pada tempat yang
diinginkan. Atau cara lain dengan menggunakan spatula atau sendok tanduk.
Sendok tanduk lebih mudah digunakan karena bentuknya lebih cekung
daripada spatula. Bahan diambil sedikit demi sedikit agar tidak berlebihan.
Teknik 10: Mengambil dan menuangkan bahan cair
Botol dipegang dengan label berada di atas. Tutup botol dibasahi dengan
cara memiringkan botol agar memudahkan melepas tutup botol. Cairan
dituangkan dengan bantuan batang pengaduk agar bahan mengalir perlahan
sehingga tidak terpercik keluar.
Teknik 11: Membaui
Bahan yang akan dibaui diletakkan agak jauh dari hidung, kira-kira 20-30
cm. Kemudian zat tersebut dibaui dengan mengibas-ngibaskan tangan di
atas wadah zat. Teknik seperti ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
iritasi pada hidung.
Teknik 12: Melarutkan dan mengocok
Bila memerlukan bantuan batang pengaduk, batang pengaduk diputar-putar
di dalam larutan. Hindari bersentuhnya batang pengaduk dengan dasar
tempat larutan dan jangan pula mengaduk dengan mengetukkan atau
menggerakkan batang pengaduk ke atas dan ke bawah karena dapat
memecahkan wadah bahan. Jika bahan di dalam tabung reaksi, tabung
ditutup dengan alumuinium foil lalu ditekan dengan ibu jari. Kemudian
digerakkan ke depan, ke belakang dengan hati-hati. Bisa juga melarutkan
dengan alat yang lebih modern yaitu hot plate magnetic stirer.
Teknik 13: Memanaskan dan menguapkan
Bila memanaskan dengan tabung reaksi, nyala bunsen dipastikan kecil dan
biru. Tabung reaksi dijepit dengan penjepit kayu. Tabung reaksi dipanaskan
di atas nyala api dengan mulut tabung menghadap ke arah yang aman
apabila ada percikan. Pemanasan dimulai dari permukaan cairan bukan
dasar tabung. Tabung reaksi digerak-gerakkan agar pemanasannya merata.
Bila pemanasan dilakukan dengan gelas kimia, maka diperlukan kaki tiga
dan kasa asbes.

Teknik 14: Menyaring


Gunakan kertas saring yang sesuai dengan yang diinginkan. Kertas saring
dilipat sesuai bentuk corong. Dimasukkan ke dalam corong lalu dibasahi
dengan sedikit air agar kertas saring menempel pada dinding corong.
Campuran dituangkan ke atas corong. Hati-hati jangan sampai melebihi
batas kertas saring.
Teknik 15: Pemisahan bahan padat dan cairan
Memisahkan bahan padat dari cairan dapat dilakukan dengan penyaringan,
dekantasi, filtrasi gravitasi, penyemprotan, dan filter vakum. Memisahkan
dengan menyaring digambarkan pada teknik 14. Dengan cara decantee atau
dekantasi, biasanya cairan sudah terpisah dari padatannya dalam tabung
yang sama. Tabung dimiringkan dan cairan dimasukkan ke dalam wadah
lainnya. cairan ini kita sebut supernatant, sedangkan sisa peletnya kita sebur
presipitasi. Saat menuangkan cairan jangan sampai presipitasi terbawa
cairan yang dipisahkan. Penyemprotan bisa dilakukan dengan campuran
colvent dengan botol pencuci. Filter vakum dilakukan dengan menggunakan
corong buchner. Terakhir sentrifuge digunakan untuk membentuk
presipitasi dari campuran.

F. Kesimpulan
Teknik laboratorium adalah prosedur-prosedur yang digunakan dalam
rangka menunjang suatu eksperimen untuk memenuhi suatu metode ilmiah.
Pengetahuan akan teknik laboratorium diperlukan untuk menghindari
kecelakaan kerja di laboratorium. 15 teknik laboratorium adalah sebagai
berikut: memasukkan tabung/pipa gelas ke dalam penutup karet (rubber
stopper), membersihkan peralatan gelas (glassware), penanganan bahan kimia,
membuang limbah bahan kimia, mempersiapkan larutan, menimbang,
menggunakan mikropipet/mikoroskala, mengukur volume, mengambil dan
menuangkan bahan padat, mengambil dan menuangkan bahan cair, membaui,
melarutkan dan mengocok, memanaskan dan menguapkan, menyaring, dan
pemisahan bahan padat dan cair.
Mengukur volume dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan gelas ukur dan pipet ukur. Melarukan dan mengocok dapat
dilakukan dengan 3 cara, yakni menggunakan batang pengaduk, menggunakan
ibu jari, dan menggunakan hot plate magnetic stirer. Dalam memanaskan dan
menguapkan larutan terdapat 2 metode, yaitu pemanasan langsung dan tidak
langsung. Pemisahan bahan padat dan cair dapat dilakukan dengan 6 cara, yaitu
penyaringan, dekantasi, filtrasi gravitasi, penyemprotan, filter vakum, dan
sentrifuge.
Ada teknik laboratorium yang memerlukan atau menggunakan
peralatan tertentu yang khusus dan mahal, teknik lainnya tidak memerlukan
penggunaan alat yang rumit. Teknik pengoperasian peralatan dasar merupakan
dasar kemampuan untuk dapat mengoperasikan peralatan canggih.

DAFTAR PUSTAKA
Adijuwana, H. 1992. Manajemen Laboratorium. Bogor: IPB.
Anonim. 2012. Laboratory Techaniques. (online). (http://en.wikipedia.org).
diakses tanggal 10 Mei 2013.
Lubis, M. 1993. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Depdikbud.
Rahayu dan Ifjeu. 2008. Pengenalan MSDS Bahan Kimia dalam Proses Reaksi
Bunsen untuk Menunjang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Volume 12. No 4.
Ridhwank.
2012.
Teknik
Laboratorium.
(online).
(http://arridhwank.blogspot.com/2012/10/teknik-laboratorium.html). diakses tanggal 10
Mei 2013.
Suyanta. 2010. Manajemen Laboratorium Operasional. Volume 6.
Wiryosoemarto, dkk. 2004. Teknik Laboratorium. Jakarta: IMSTEP.

Anda mungkin juga menyukai