Anda di halaman 1dari 7

BAB I

KAJIAN TEORI
A. Daphnia sp
Pada hewan poikiloterm yang hidup di air suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh
keseimbangan konduksi dan konveksi dengan kondisi air sekelilingnya kenaikan suhu
akan mempengaruhi laju metaboisme dan meningkatkan aju respirasi, hewan poikiloterm
yang hidup diakuatik adalah daphnia merupakan hewan yang sangat sensitif trhadap
perubahan lingkungan sehingga sangat mudah untuk diamati dan digunakan sebagai
hewan uji hayati. Dhaphnia sp adalah sejenis zozoplangton yang hidup di air tawar
mendiami kolam-kolam atau danau-danau. Daphnia merupakan jenis udang-udangan
masuk ke dalam sub filum crustasea golongan Branchiopoda. Hewan ini disebut dengan
kutu air karena cara bergeraknya menyerupai seekor kutu, yakni meloncat-loncat.
Daphnia hidup pada selang suhu 18-24C Selang suhu ini merupakan selang suhu
optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia. Diluar selang tersebut, Daphnia
akan cenderung dorman. Daphnia membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6.7
sampai 9.2. Seperti halnya mahluk akuatik lainnya pH tinggi dan kandungan amonia
tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia, oleh karena itu tingkat amonia perlu
dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya mereka.
Seluruh spesies Daphnia diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam,seperti
Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih, dan
deterjen. Daphnia merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air untuk
medapatkan pakannya berupa mahluk-mahluk bersel tunggal seperti algae, dan jenis
protozoa lain serta detritus organik. Selain itu, mereka juga membutuhkan vitamin dan
mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air adalah Kalsium, unsur ini
sangat dibutuhkan dalam pembentukan "cangkang"nya. Oleh karena itu, dalam wadah
pembiakan akan lebih baik apabila di tambahkan potongan batu kapur, karang (koral)
batu apung dan sejenisnya. Selain dapat meningkatkan pH bahan tersebut akan
memberikan suplai kalsium yang cukup bagi Daphnia. Beberapa jenis kotoran hewan
yang sering dijadikan "media" tumbuh Daphnia seringkali telah mengandung kalsium
dalam jumlah cukup, dalam kondisi demikian kalsium tidak perlu lagi ditambahkan.
Hewan ektoderm sangat bergantung pada suhu diingkungan lainnya untuk
meningkatkan suhu tubuh karena panas yng dihasilkan dari keseuruhan sistem

metabolism hanya sedikit banyak cara yng dapat memperkecil masalah yang dihadapi
oleh hewan ektoterm akuatik jumah air yang besar disekeliingnya memiiki suhu yang
reatif stabil sebagai contoh hilangnya panas secara evaporasi dan perubahan panas akibat
jiga sangat berkurang karena air adaah penyerrap radiasi sinar infra merah yang efektip.
Ini bberarti bahwa suhu tubuh dari ektoterm akuatikadalah sama dengan suhu air dimana
ia hidup, air juga merupakan penyerap panas yang sangat reatif. Pada ikan kehilangan
panas hasil metabolisme yang utama adalah melalui insang sesuai dengan peruntukannya
insang harus tipis dan dilengkapi jalinan pembuluh darah agar memenuhi sarat sebagai
pertukaran udara kondisi ini memungkinkan terjadinya kehiangan panas dari darah
sewaktu melewati insang (darmaji Goenarso;2005)
B. Termoregulasi
1. Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Trermoreguasi meibatkan penyesuaian pisioogis dan
periaku ektodermik dan endodermik, laju pertukaran panasnya dengan ingkungan
eksternalnya dengan cara pendinginan melalui araporasi dan mealui respon periaku
burung dan mamalia dapat mengubah laju produksi panas metabolik insuasi,
vasolidatasi dan penukar panas awan arus meng mengubah laju pertukaran panas
mengeluarkan lidah berkeringat dan mandi berendam meningkatkan penguapan,
sebagian besar hewan serangga dan hewan atau ikan membangkitkan panas
metabolik melalui petukaran panas awan arus, beberapa invertebrate, amphibian dan
reptilia mempertahankan suhu internal yang dapat ditoleris melalui penyesuaian
periaku. Mekanisme termoreguasi pada mamalia dan burung meliputi termogenenesis
mengigil dan tak mengigil, insulasi oeh emak ranmbut atau bulu, torpor menghemat
energi selama kondisi lingkungan yang eekstrim, torpor meliputi penurunan laju
metabolisme denyut jantung dan laju pernapasan serta membuat hewan tersebut
mampu untuk smentara menahan suhu yang tidak sesuai atau kekurangan makanan
dari air (Comphbell.Reece,Michell:2004)
2. Mekanisme Pengeluaran panas
Termoregulasi adalah pemeiharaan suhu tubuh didalam suatu kiasan yang
membuat sel-sel mampu berfungssi secara efisien ada empat proses fisik yang
bertanggung jawab atas peroehan panas dan kehiangan panas yaitu:

a. Konduksi yaitu peerpindahan langsung gerakan termal (panas) antara moekulmoekul lingkungan dengan moeku-moekupermukaan tubuh misalnya seekor
hewan duduk dalam koam air dingin atau diatas batu yang panas panas akan
selalu dihantarkan dari benda bersuhu ebih tinggi kebenda bersuhu ebih rendah.
b. Konveksi yaitu perpindahn pans melalui pergerakan udara atau cairan melewati
permukaan tubuh seperti ketika tiupan angin turut menghilangkan panas dari
permukaan tubuh hewan yang berkuit kering.
c. Radiasi yaitu pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh semua
benda yang ebih hangat dari suhu yang absolute noltermasuk tubuh hewan dan
matahari contohnya hewan menyerap panas radiasi dari matahari.
d. Evaporasi atau penguapan adalah kehilangan panas dari permukaan cairan yang
hiang berupa moekulnya yang berubah menjadi gas evaporasi air dari seekor
hewan member efek pendinginan yang signipikanpada permukaakn hewan itu.
Konveksi dan evaporasi merupakan penyebab kehiangan panas yang paling
berpariasi. (Comphbell.Reece,Michell:2004)
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
a. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana
disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
b. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah
lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan
produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
c. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
d. Hormone tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme
menjadi 50-100% diatas normal.
e. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kirakira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada
perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3
0,6C di atas suhu basal.
f. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10C.
g. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20
30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan
untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu
dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena
lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas
dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan
suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga
dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
j. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga

sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan


suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran
dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh (Amalia,2013).
4. Pusat Termoregulasi
Pusat termoregulasi terdapat di hipotalamus yaitu:
a. Hipotalamus anterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu panas,
stiulasi pada hipotalamus anterior akan menyebab kan hipotermia, penurunan
termogenesis:anoreksia,

apati,peningkatan

TSH,

peningkatan

termolisi

yaitu:vasodilatasi perifer, berkeringat, peningkatan respirasi.


b. Hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu dingin
stimulasi pada hipotalamus postteriaor akan menyebabkan hipertermia ,
peningkatan termogenesis seperti menggigil, rasa lapar, peningkatan TSH,
penurunan termolisis yaitu : vasokontriksi perifer, curling up, memakai baju tebal
(Pratiwi, 2014)
5. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
a. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat:
Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari
suhu tubuh maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan
menambah produksi keringat.

Vasodilatasi disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus


posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat
pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

Berkeringat, pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran


panas melalui evaporasi.

Penurunan pembentukan panas, beberapa mekanisme pembentukan panas,


seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.

b. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun


Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah dari
suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan
metabolisme dan aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran
panas dikurangi dengan vasokontriksi kulit dan pengurangan produksi keringat
sehingga suhu tubuh tetap dipertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur
suhu tubuh dengan cara mengeluarkan panas.

Vasokontriksi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.

Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat


pada folikel rambut berdiri.

Peningkatan pembentukan panas sistem metabolisme meningkat melalui


mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta
peningkatan sekresi tiroksin.
Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point.
Infeksi bakteri menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang
sel PMN untuk membuat pirogen endogen yaitu interleukin-1, interleukin 6
atau tumor nekrosis faktor. Pirogen endogen bekerja di hipotalamus dengan
bantuan

enzim

siklooksigenase

membentuk

protaglandin

selanjutnya

prostaglandin meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu pelepasan


pirogen endogen diikuti oleh pelepasan cryogens (antipiretik endogen) yang
ikut memodulasi peningkatan suhu tubuh dan mencegah peningkatan suhu
tubuh pada tingkat yang mengancam jiwa. (Pratiwi, 2014)

Daftar Pustaka
Campbell,reece,micchell.2004..Biologi jilid 3:Jakarta.Erlangga

Mujiman, A. 1999. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 179 hal

Ernawati, D. 2009. Hubungan Rasio Induk Jantan dan Betina Daphnia sp.Terhadap Efisiensi
Perkawinan dan Produksi Ephipia. (online) (http://www.adln.lib.unair.ac.id/ go.php?id=gdlhubgdl-s1-2009-ernawatidw-9874&PHPSESSID) Akses 19 November 2014.

Amalia,
Resti.
2013.
Anatomi
Fisiologi.
(online)
(http://anfisanatomifisiologi.blogspot.com/2013/06/suhu-tubuh.html) diakses 19 November
2014.

Pratiwi,
Dian
Galih.
2014.
Termoregulasi.
(online)
(http://dgpratiwi.wordpress.com/2014/04/15/termoregulasi/) diakses 19 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai