PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu
tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang
bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia
juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah
makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya.
Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak
pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang
kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan
tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk
pengetahuan tentang dirinya sendiri dan sesamanya.
Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia.
Tetapi
tidak
semua
upaya
tersebut
membawa
hasil,
namun
upaya
pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus
dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada
peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah
maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam
dalam penganganan masalah kemanusiaan ini. Oleh karena itu, saya akan
mengulas mengenai kekhasan manusia dalam sebuah makalah yang berjudul
Pengenalan Kepribadian Dasar.
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.2
Sikap
Di dalam pergaulan sehari-hari sikap seringkali digunakan dalam arti
yang salah atau kurang tepat. Si Budi sikapnya lemah. Kakak saya tidak
diterima masuk tentara karena sikap badannya kurang tegap. Murid itu dihukum
oleh gurunya karena bersikap kurang ajar. Penggabungan kata sikap secara
sembarangan saja seperti itu, dapat mengaburkan arti yang sebenarnya dari kata
itu.
Sikap, atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara
bereaksi terhadap perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara
tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaiman reaksi
seseorang jika ia terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda,
ataupun situasi-situasi yang mengenai dirinya. Sebagai contoh : Pak Amin
bersikap acuh-tak acuh terhadap persoalan yang menyangkut keluarganya. Pak
Diran selalu marah-marah jika melihat halaman rumahnya kotor. Setelah,
mendapat nasihat dari bapak guru, Aminah tidak suka melamun lagi dalam kelas.
Dari contoh-contoh tersebut di atas kita dapat mengatakan bahwa sikap adalah
suatu
perbuatan/tingkah
laku
sebagai
reaksi/respon
terhadap
suatu
rangsangan/stimulus, yang disertai dengan pendirian dan atau perasaan orang itu.
Ellis mengemukakan sikap itu sebagai berikut : Attitudeinvolve some
knowledge of situation. However, the essential aspect of the attitude is found in
the fact that some characteristic feeling or emotion is experienced, and as we
would accordingly expect, some definite tendency to action is associated. Jadi
menurut Ellis, yang sangat memegang peranan penting di dalam sikap adalah
faktor perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon, atau
kecenderungan untuk beraksi. Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu
yang penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu
berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike),
menurut dan melaksanakannya atau menjauhi atau menghindari sesuatu.
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu
perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masingmasing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan,
intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan. Demikian pula sikap pada diri
seseorang terhadap sesuatu/perangsang yang sama mungkin juga tidak selalu
sama. Pada suatu ketika pak guru A marah-marah karena kelasnya ribut, tetapi
pada ketika yang lain ia tidak begitu menghiraukan meskipun kelasnya rebut pula.
Bagaimana sikap kita terhadap berbagai hal di dalam hidup kita, adalah
termasuk ke dalam kepribadian kita. Di dalam kehidupan manusia, sikap selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Peranan pendidikan dalam menentukan
sikap pada anak-anak didik adalah sangat penting. Menurut Ellis, faktor-faktor
yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak-anak
yang perlu diperhatikan di dalam pendidikan ialah : kematangan (maturation),
keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah,
bioskop, guru, kurikulum sekolah, dan cara guru mengajar.
2.3
Sifat
Kata sifat (traits) dalam istilah psikologi, berarti ciri-ciri tingkah laku
yang tetap atau hampir sama pada seseorang, seperti: Si Burhan pemarah; Si
Botak pembohong/pendusta; Si Aminah penangis, dan lain-lain, semua awalan pe
pada kata pemarah, pendusta, penangis, dan lain-lain itu menunjukkan bahwa
perbuatan-perbuatan seperti itu sering muncul sehingga menjadi suatu ciri khas
dari tingkah laku seseorang, dapat dikatakan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut
merupakan sifat-sifat orang yang bersangkutan. Sehingga dengan demikian,
mungkin kita dapat mengatakan, bahwa Si A bersifat pemarah, Si B bersifat
pendusta dan sebagainya. Akan tetapi perlu diingatkan di sini, bahwa untuk
mengetahui/menentukan adanya sifat-sifat tertentu pada seseorang adalah tidak
mudah. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memperlukan
waktu dan proses pergaulan yang lama, di samping pengetahuan psikologi sebagai
dasarnya. Tergesa-gesa menyangka adanya sifat-sifat tertentu pada seseorang
adalah suatu perbuatan yang ceroboh dan seringkali menimbulkan salah terka.
Alport, seseorang ahli psikologi yang sangat terkenal dalam uraiannya
tentang kepribadian (personality), mengemukakan pendapatnya tentang sifat
(traits) itu sebagai berikut: . traits are dynamic andflexible dispositions,
resulting, at least in part, from the integration of specific habits, expressing
characteristic modes of adaptation to ones surroundings. Secara bebas dapat
kita terjemahkan sebagai berikut: . sifat (sifat-sifat) ialah disposisi yang
dinamis dan fleksibel, yang dihasilkan dari pengintegrasian kebiasaan-kebiasaan
khusus/tertentu, yang menyatakan diri sebagai cara-cara penyesuaian yang khas
terhadap lingkungannya. Yang dimaksud dengan disposisi dalam batasan
tersebut ialah: suatu unsur kepribadian yang mencerminkan kecenderungankecenderungan masa lalu atau pengalaman-pengalaman yang telah lampau. Sesuai
dengan batasan di atas, dapat juga dikatakan bahwa tingkah laku seseorang yang
merupakan sifat itu lebih diatur/dipengaruhi dari dalam diri individu itu sediri, dan
relatif bebas dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar. Atau secara sederhana
dapat dikatakan: Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat,
konstitusi tubuh dan cenderung bersifat tetap/stabil.
Di samping itu, hendaknya diketahui pula bahwa dalam setiap individu
terdapat macam-macam sifat yang saling berhubungan satu sama lain, dan
kesemuanya merupakan pola tingkah laku yang menentukan bagaimana watak
atau karakter orang tersebut.
2.4
Temperamen
Ada orang yang mengartikan temperamen sama dengan watak. Seperti
halnya dengan sikap dan sifat yang telah diuraikan di atas, temperamen
merupakan salah satu komponen dari watak. Jadi dengan demikian, sikap, sifat,
dan temperamen semuanya merupakan aspek-aspek kepribadian pula.
Temperamen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya dengan
konstitusi tubuh. Yang dimaksud dengan konstitusi tubuh di sini adalah keadaan
jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan
darah, pekerjaan kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi kepada
konstitusi tubuh. Oleh karena itu temperamen sukar diubah atau dididik, tidak
dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan. Untuk
lebih jelasnya, dapat diperhatikan contoh-contoh berikut: Bing Slamet memiliki
kemampuan melawak yang sangat dikagumi, karena ia memiliki tipe tubuh dan
raut muka yang demikian rupa, sehingga baru saja melihat mimiknya orang sudah
ingin tertawa. Lain halnya dengan Iskak, meskipun ia juga terkenal sebagai
pelawak termasuk dalam kwartet Jaya, lawakan Iskak dapat lebih kita lihat
dibuat-buat. Ini antara lain disebabkan oleh konstitusi tubuh dari kedua pelawak
itu yang memang tidak sama. Contoh lain: kita sering pula melihat seorang guru
yang bagaimana pun ia berusaha untuk berbuat lucu, tetapi tidak kelihatan lucu,
karena tipe raut mukanya yang tidak memungkinkan untuk berbuat demikian.
Seseorang yang bermuka seram, tidak mungkin dapat belajar melawak dengan
sukses. Perhatikan pula bagaimana tingkah laku orang yang tinggi-kurus di waktu
marah, dibandingkan dengan kemarahan orang yang gemuk pendek.
2.5
Watak
Di atas telah beberapa kali dikatakan, bahwa sikap, sifat dan temperamen
Kerchensteiner
watak
manusia
terbukti
dalam
kemauan
dan
perbuatannya.
Kerchensteiner membagi watak manusia menjadi dua bagian, yakni watak
biologis dan watak intelijibel. Watak biologis mengandung nafsu/dorongan
insting yang rendah, yang terikat kepada kejasmanian atau kehidupan biologisnya.
Watak biologis ini tidak dapat diubah atau dididik. Sedangkan watak intelijibel
ialah yang bertalian dengan kesadaran dan intelijensi manusia. Watak ini
mengandung fungsi-fungsi jiwa yang tinggi, seperti: berpikir, kehalusan perasaan,
dan Aufwuhlbarkeit (= lama dan mendalamnya getaran jiwa ). Menurut
Kerchensteiner, watak inilah yang dapat diubah dan dididik. Ia menyarankan,
bahwa untuk mendidik watak seseorang (anak didik) dengan baik, didiklah
kemaunnya, cara berfikirnya, dan kehalusan perasaannya kea rah yang baik.
Selain mengemukakan, bahwa untuk mempelajari tingkah laku atau watak
secara lebih efektif, ahli psikologi hendaknya membedakan dua faktor , yakni
2.6
watak dan kepribadian untuk pengertian yang sama. Namun demikian, para ahli
psikologi umumnya berpendapat bahwa apa yang dimaksud dengan watak itu
adalah
merupakan
aspek
saja
dari
keseluruhan
pribadi
seseorang
atau personality sesorang. Seperti pernah dikatakan di muka, watak atau karakter
lebih ditekankan dalam hubungannya dengan moral dan norma-norma etis
daripada dengan aspek-aspek kepribadian lainnya.
Penyelidikan tentang temperamen dan watak manusia telah dilakukan
orang sejak dahulu kala. Kita mengenai Hippocrates dan Galenus (400 SM dan
175 SM) yang pernah mengemukakan bahwa manusia itu dapat dibagi menjadi 4
golongan, menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuhnya. Empat
golongan tersebut ialah :
a.
marah, agresif.
c.
berubah.
d.
pesimistik.
Meskipun pembagian seperti tersebut tidak lama diterima orang dan sudah
lama ditinggalkan, namun kita tetap menghargai jasa Hippocrates dan Galenus,
yang telah menunjukkan adanya hubungan yang erat antara factor-faktor
jasmaniah dengan sifat-sifat manusia. Kini kita masih mengenal istiah-istilah yang
Atetis: tinggi, besar, otot kuat, kekar dan tegap, dada lebar.
b.
Astenis: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan dan kaki kecil.
c.
d.
orang
yan
berbentuk
wataknya
disebut siklothim, dan mempunyai sifat-sifat antara lain: mudah bergaul, suka
humor, mudah berubah-ubah stemming-nya, mudah menyesuaikan diri dengan
situasi yang baru, kurang setia dan tidak konsekuen, lekas memanfaatkan
kesalahan orang lain.
Di samping apa yang dikemukakan di atas, sebenarnya Kretschmer masih
membagi lagi kedua tipe watak itu ke dalam beberapa golongan, dan setiap
golongan memiliki sifat-sifat yang berlainan pula. Sesudah Kretschmer, masih
banyak lagi ahli-ahli psikologi yang mencoba menyelidiki sifat-sifat dan watakwatak manusia berdasarkan tipe-tipe tubuhnya, atau kelenjar-kelenjar yang ada
dalam tubuh manusia.
Spranger,
seorang
penganut Vertehende
Psychologie dari
Jerman,
itu
dibaginya
menjadi
golongan,
yaitu:
ekonomi,
masyarakat,
b.
Manusia social, sifatnya: suka mengabdi dan berkorban untuk orang lain.
c.
d.
e.
f.
cepat-tidaknya
seseorang
bertindak;
dan sekunder
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
b.
c.
d.
itulah yang menentukan tipe orang itu. Demikian menurut Jung tipe manusia itu
dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yakni:
a.
Introvert
Lebih lancar menulis daripada
berbicara
Cenderung/sering diliputi
kekhawatiran
milik sendiri
(fleksibel)
dalam pergaulan
diambil
dengan
sadar
dan
sengaja.
Sikap-sikap
demikian
dikuasai
oleh
pikirannya,
maka
orang
itu
bertipe introvert-
Extrovert-pikiran
b.
Extrovert-perasaan
c.
Extrovert-intuisi
d.
Extrovert-penginderaan
e.
Introvert-pikiran
f.
Introvert-perasaan
g.
Introvert-intuisi
h.
Introvert-penginderaan
2.7
Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah ini
digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara
melalui topeng (masker) yang dipakainya. Pada mulanya istilah persona berarti
topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, dimana suara pemain sandiwara itu
diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.
Dari sejarah pengertian kata tersebut, tidak heran kita jika kata persona yang
mula-mula berarti topeng, kemudian diartikan pemainnya itu sendiri (orangnya)
yang memainkan peranan seperti digambarkan dalam topeng tersebut. Akhirnya
kata persona itu menunjukkan pengertian tentang kualitas dari watak/karakter
yang dimainkan di dalam sandiwara itu. Kini kata personality oleh para ahli
psikologi dipakai untuk menunjukkan sesuatau yang nyata dan dapat dipercaya
tentang individu; untuk menggambarkan bagaimana dan apa sebenarnya individu
itu. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sartain, istilah personality
terutama menunjukkan suatu organisasi/susunan daripada sifat-sifat dan aspekaspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu individu.
Sifat-sifat dan aspek-aspek ini bersifat psiko-fisik yang menyebabkan individu
berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukkan adanya ciriciri khas yang membedakan individu yang lain. Termasuk di dalamnya: sikapnya,
kepercayaannya, nilai-nilai dan cita-citanya, pengetahuan dan keterampilannya,
macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.
Kepribadian itu relatif stabil. Pengertian stabil di sini bukan berarti bahwa
kepribadian itu tetap dan tidak berubah. Di dalam kehidupan manusia dari kecil
sampai dewasa/tua, kepribadian itu selalu berkembang, dan mengalami
perubahan-perubahan. Tetapi di dalam perubahan itu terlihat adanya pola-pola
tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu, makin jelas polanya, makin jelad
adanya stabilitas.
Tetapi apa yang dikatakan oleh Ahmad Musa, sebagai berikut: Alangkah
sulitnya bergaul dengan sesama manusia, andaikata kepribadian orang tidak
memperlihatkan stabilitas, artinya berubah terus. Akibatnya akan sukar bagi kita
untuk menduga, atau meramalkan, apa reaksi manusia itu pada suatu ketika.
Jika kemarin ia benar-benar memperlihatkan keihlasannya membantu,
maka hari ini belum tentu. Menurut Wikipedia, kepribadian adalah keseluruhan
cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian
paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan
oleh seseorang.
Kepribadian mengandung pengertian yang sangat kompleks. Berkali-kali
dikatakan dalam uraian terdahulu, bahwa kepribadian itu mencakup berbagai
aspek dan sifat-sifat fisis maupun psikis dari seorang individu. Oleh karena itu
sukar bagi kita juga bagi para ahli psikologi untuk merumuskan batasan/definisi
tentang kepribadian secara tepat, jelas dan mudah dimengerti. Betapa sulitnya
merumuskan arti kepribadian itu, Crow and Crow menunjukkan kepada kita
bagaimana ahli-ahli psikologi itu membuat rumusan menurut caranya masingmasing, seperti terlihat pada kutipan berikut:
1)
Our personality is thus the result of what we start with and what we have
5)
psychophysical
system
that
determine
his
unique
adjustments
to
his
6)
of the total individual, including all his various verbally separated aspects, such
as intellect, character, drive, emotionalized attitudes, interests, sociability, and
personal appearance as well as his general social effectiveness. (L.P. Thorpe).
Meskipun
kita
lihat
adanya
perbedaan-perbadaan
dalam
cara
Aspek-aspek Kepribadian
Telah dikatakan bahawa kepribadian itu mengandung pengertian yang
Intelejensi
Kecerdasan atau intelejensi juga merupakan aspek kepribadian yang
Impression).
Termasuk ke dalam aspek ini antara lain ialah: kejujuran, berterus terang,
menyelimuti diri, pendendam, tidak dapat menyimpan rahasia, mudah melupakan
kesan-kesan, dan lain-lain.
d.
Kesehatan
Kesehatan
jasmaniah
atau
bagaimana
kondisi
fisik
sangat
erat
Bentuk tubuh
Termasuk besarnya, beratnya, dan tingginya. Bentuk tubuh seseorang
seseorang terhadap orang lain tidak terlepas dari sikap orang itu terhadap dirinya
sendiri. Bermacam-macam sikap yang ada pada seseorang turut menentukan
kepribadiannya.
g.
Pengetahuan
Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan jenis
Keterampilan (Skills)
Keterampilan
seseorang
dalam
mengerjakan
sesuatu,
sangat
Nilai-nilai (Values)
Bagaimana pandangan dan keyakinan seseorang tehadap nilai-nilai atau
yang tidak. Ada orang yang pemarah dan ada pula yang sabar. Seseorang mudah
merasa tersinggung, yang lain tidak. Demikian pula intensitas atau kuat-lemahnya
perasaan tidak sama pada tiap orang. Keadaan perasaan yang berbeda-beda pada
tiap individu sangat mempengaruhi kepribadiannya. Apa yang telah dibicarakan
dalam pasal yang lalu tentang temperamen, pembagian tipe watak dari Heymans,
dan juga tentang frustasi sangat erat hubungannya dengan masalah ini.
k.
Peranan (Roles)
Yang dimaksud dengan peranan di sini ialah kedudukan atau posisi
standards of behavior for roles and also expectations regarding how people in a
position will be have. Tidak disangsikan lagi bahwa peranan (roles) turut
menentukan kepribadian seseorang. Seorang dokter akan berlainan sikap dan
tindakannya dengan seorang alim-ulama misalnya. Demikian pula seorang
guru/pendidik tidak akan sama tindakan dan perbuatannya dengan seorang
angkatan bersenjata.
l.
The Self
Apa yang telah kita bicarakan dalam bab yang baru lalu tentang the self ,
individu tentang
dirinya,
tetapi
juga
tingkah
lakunya dan
2.9
1.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.
Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis
berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat
yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi kombinasi dari
sifat kedua orang tuanya. Faktor genetis lain seperti keadaan jasmani manusia
yang meliputi keadaan organ-organ tubuh, peredaran darah, bentuk tubuh dan
lain-lain.
Setiap manusia dilahirkan dengan keadaan jasmani yang berbeda. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang
merupakan keturunan atau pembawaan anak/orang itu sendiri. Keadaan jasmani
yang berlainan menyebabkan sikap dan sifat serta tempramen yang berbeda.
2.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor
4. Pemimpi, selalu berupaya untuk berhubungan secara emosional dengan anakanak dalam setiap keadaan dan mencari solusi kreatif bersama-sama.
5. Pengamat, selalu mencari sudut pandang yang menyeluruh, berupaya
mengutamakan objektivitas.
6. Pencemas, selalu melakukan tanya jawab mental dan terus bertanya-tanya,
ragu-ragu dan memiliki gambaran terburuk sampai mereka yakin bahwa anak
mereka benar-benar memahami situasi.
7. Penghibur, selalu menerapkan gaya yang lebih santai.
8. Pelindung, cenderung untuk mengambil alih tanggung jawab dan bersikap
melindungi.
9. Pendamai, dipengaruhi kepribadian mereka yang selalu menghindar dari
konflik.
Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan, memberikan pengaruh yang
bermacam-macam pula terhadap perkembangan pribadi anak. Keluarga yang
besar (banyak anggota keluarganya) berlainan pengaruhnya dengan keluarga yang
kecil. Keluarga yang lebih berpendidikan lain pula pengaruhnya dengan keluarga
yang kurang berpendidikan.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil
adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya.
Hal ini disebabkan karena :
a. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama.
b. Pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya.
c.
Intensitas pengaruh tinggi karena berlangsung secara terus menerus dari siang
hingga malam.
d. Umumnya pengaruh diterima dalam suasana aman dan bersifat intim dan bernada
emosional.
b. Budaya
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing- masing
orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu
dibesarkan.
Beberapa aspek
kebudayaan yang
sangat
mempengaruhi
Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi
oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima
sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras
dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu. Misalnya saja mereka yang
tinggal di kawasan agamis, mereka tidak boleh membunyikan suara yang keras
jika tetangga sedang melakukan ibadah.
Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa
merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu
kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang
memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir
yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan
bereaksi serta bergaul dengan orang lain. Misalnya anak yang selalu
menggunakan kata-kata kotor sudah pasti kepribadiannya juga buruk.
2.10
I.
II.
III.
IV.
Menerima
kemampuannya
tanggung
untuk
jawab;
dia
mengatasi
mempunyai
keyakinan
masalah-masalah
terhadap
kehidupan
yang
dihadapinya.
V.
VI.
VII.
VIII.
memiliki
kepedulian
terhadap
situasi
atau
masalah-masalah
X.
XI.
2.11
I.
II.
III.
IV.
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih
muda atau terhadap binatang
V.
VI.
VII.
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
Sulit tidur
Kurang memiliki rasa tanggung jawab
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor
yang bersifat organis)
XIII.
XIV.
XV.
2.12
d. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat
pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam
menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti
menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan
diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri
yang rendah.
e.
Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan
terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan
melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur
Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif
dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik
tipe A adalah:
berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang
bersamaan;
Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif,
berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti.
Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa
memedulikan batasan atau halangan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap perangsang. Sifat berarti ciri-ciri
tingkah laku yang tetap (hampir sama) pada seseorang. Temperamen adalah sifatsifat jiwa yang sangat erat hubungannya dengan konstitusi tubuh. Yang dimaksud
dengan konstitusi tubuh di sini adalah keadaan jasmani seseorang yang terlihat
dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah, pekerjaan kelenjar,
pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain. sikap, sifat dan temperamen adalah
termasuk ke dalam watak. Jadi ketiganya merupakan komponen-komponen watak.
Dengan demikian, watak atau karakter mengandung pengertian yang lebih luas,
mencakup di dalamnya pengertian sikap, sifat-sifat dan temperamen.
Kepribadian adalah
keseluruhan
cara
dan
Saran
Untuk pembaca kami harap mempelajari mengenai watak, sikap,
tempramen, sifat dan kepribadian agar bisa memperlakukan orang lain dengan
semestinya sesuai dengan ciri khasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Remaja
Rosdakarya.
Sjarkawi. 2011. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK : Peran Moral
Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati
Diri. Jakarta : Bumi Aksara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26923/4/Chapter%20II.pd
f. Diakses 24 Oktober 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian. Diakses 25 Oktober 2014.