Kelompok 10 :
I Gede Indra Tenaya
(1206205066)
(1206205069)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini berjudul Intervensi Perubahan Strategi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Tuhan yang Maha Esa
senantiasa memberkati segala usaha kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1.
Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3.
Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1.
Transformasi Organisasi..............................................................................................2
2.2.
Budaya Organisasi.......................................................................................................6
2.3.
Organisasi Pembelajaran.............................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.
Simpulan.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa transformasi organisasi senantiasa
diawali oleh suatu kebutuhan yang berkaitan dengan tuntutan bisnis. Tujuan bisnis
menjadi pedoman dalam pengelolaan organisasi, termasuk dalam transformasi. Tujuan
bisnis yang selalu berkembang (namun tetap dalam koridor visi dan misi) memberi
pengaruh dalam manjemen perusahaan. Satu diantara yaitu penyesuaian dalam struktur
organisasi, yang menyesuaikan terhadap strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan.
Perubahan struktur organisasi dari bentuk lama ke bentuk baru memberikan dampak
yang tidak hanya menyangkut pola struktur itu sendiri, tetapi juga keberbagai aspek lain
seperti sistem, prosedur, budaya, manusia dan sebagainya. Hal ini terkadang luput dari
perhatian pengelola organisasi yang terkadang hanya terpaku pada struktur dan sistem
namun mengabaikan masalah kultur dan manusia.
Berbicara tentang kultur dan manusia dalam konteks transformasi, maka dua aspek
penting yang harus menjadi pertimbangan, yaitu kepemimpinan dan komunikasi. Lazim
diketahui bahwa suatu perubahan senantiasa disikapi oleh pro dan kontra. Kontra dalam
hal ini termasuk sikap resisten untuk menerima perubahan, sehingga hal ini dapat menjadi
faktor penghambat dalam mencapai tujuan perubahan organisasi. Faktor resisten ini
memerlukan kepemimpinan yang tepat dan komunikasi yang sesuai untuk mengubah
perilaku
non-kooperatif
menjadi
perilaku
yang
perlu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Transformasi Organisasi
Transformasi yang dianut disini, adalah perubahan metamorfosis sebagaimana
perubahan dari ulat menjadi kupu-kupu atau dari kecebong menjadi katak, jika dilihat dari
segi organisasi transformasi organisasi dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di
organisasi yang bersifat luas dari suatu kondisi ke kondisi yang lain demi mencapai sesuatu
yang lebih baik.
Beberapa ahli menyebutkan TO adalah perluasan dari Organization Development
(OD). OD sendiri diartikan oleh sebagian ahli sebagai sebuah tindakan untuk melakukan
perubahan, suatu strategi untuk merubah keyakinan, sikap, nilai-nilai dan struktur organisasi
agar dapat menyesuaikan diri secara lebih baik terhadap teknologi baru, perkembangan pasar
dan tantangan baru.
Dengan demikian transformasi organisasi dapat disimpulkan sebagai suatu strategi
dan implementasi untuk membawa organisasi dari bentuk dan sistem yang lama ke bentuk
dan sistem yang baru dengan menyesuaikan seluruh elemen ikutannya (sistem, struktur,
people, culture) dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan selaras dengan visi dan misi organisasi/perusahaan.
Berikut adalah 8 Langkah Perubahan / Transformasi Organisasi yang disampaikan oleh
Kotter yang dikenal dengan Kotters 8 Steps Changes Model :
1. Incease Urgency
Menumbuhkan sense of urgency dimana setiap orang akan merasa terdorong untuk
segera melakukan perubahan yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan jika
ditemukannya alasan / faktor yang benar-benar kuat mengapa perubahan perlu
dilakukan. Untuk itu perlu ditunjukkan fakta/ data yang dapat dilihat, dirasakan,
disentuh agar orang-orang mau dan merasa perlu untuk berubah. Jika orang tidak
melihat adanya data / fakta bahwa mereka harus berubah maka yang terjadi adalah
orang-orang tidak akan mau berubah. Mereka akan tetap berada di zona nyaman
karena mereka merasa tidak ada alasan yang kuat untuk berubah. Harus ada rasa
keterdesakan yang bisa dilihat selain oleh pemimpin juga oleh orang yang
dipimpinnya.
2. Build The Guiding Team
Membantu pembentukan kelompok yang akan memandu proses perubahan (change
agents) yang mempunyai kapabilitas yang memadai baik dari sisi anggota kelompok
maupun metode pelaksanaannya. Untuk berubah diperlukan orang-orang yang yakin
bahwa perubahan akan mengarah ke arah yang lebih baik. Karena itu perlu dibentuk
kelompok yang tugasnya menunjukkan antusiasme, komitmen, kepercayaan bahwa
dengan perubahan yang akan dilakukan akan menghasilkan hasil yang lebih baik.
Mereka inilah agen-agen perubahan yang akan mendorong orang-orang disekitarnya
untuk mendukung jalannya perubahan. Karena itu perlu dilakukan komunikasi yang
rutin dengan para agen ini agar memantapkan tujuan perubahan, saling mendukung
dan meminimalisir rasa frustasi yang mungkin timbul.
3. Get The Right Vision
Visi yang sudah ada harus diterjemahkan dalam bentuk strategi yang menantang
untuk dilaksanakan. Tanpa visi yang jelas, tidak akan ada yang mau mengikuti arah
perubahan yang diusung, kalau pun ada, di tengah jalan mereka akan kehilangan arah.
Visi ini harus dapat dipilah-pilah dalam time frame yang jelas, apakah tahunan,
semesteran, atau triwulan serta dengan melihat pula kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi di masa depan. Dengan demikian setiap orang akan dapat melihat arah yang
jelas mengenai tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam bentuk implementasi
sehari-hari.
4. Communicating for Buy In
Visi dan strategi yang disampaikan harus komunikasikan sehingga terjadi kesamaan
dan pemahaman yang baik serta dapat diterima di seluruh jajaran. Visi yang baik
harus terkomunikasi dengan jelas dan terarah. Dan yang penting adalah bentuknya
tulus, sederhana, tidak rumit serta memberikan contoh nyata (role model) akan visi
yang sudah diaplikasikan. Perbaikilah saluran-saluran komunikasi yang digunakan
sehingga pesan-pesan yang tidak perlu dapat dieliminir. Dan dapat pula digunakan
berlanjut sapai tercapainya visi yang dicanangkan. Tetapi, haruslah dicatat bahwa
proses ini jangan sampai membuat kondisi fisik dan emosi terganggu dan
mengorbankan kepentingan pribadi, karena dalam jangka panjang jika ini terjadi,
yang mendapatkan imbasnya adalah proses perubahan itu sendiri. Gunakanlah
momentum-momentum, seperti misalnya pada perayaan hari jadi perusahaan /
peringatan hari besar sebagai alat bantu untuk mengkomunikasikan bahwa perubahan
belum selesai. Lakukanlah -jika perlu- perubahan sistem, struktur, kebijakankebijakan, prosedur hingga kultur organisasi sehingga sesuai dengan kondisi yang
diinginkan.
8. Make change stick
Pastikanlah agar perubahan tertanam sebagai budaya perusahaan sehingga perubahan
benar-benar mengakar sampai ke struktur organisasi yang paling bawah. John P.
Kotter mengingatkan, bila satu saja tahapan itu dilewati, maka kita hanya akan
menghasilkan apa yang disebutnya sebagai illusion of speed (kecepatan maya)
yang dapat menghasilkan perubahan yang tidak sempurna.
Transformasi Organisasi dan Effektivitas Tim Organisasi
Dalam proses transformasi organisasi terdapat atau muncul tema umum yang
mengkarakteristikkan proses dan bentuk transformasi organisasi itu sendiri yaitu bekerja
sebagai sebuah tim yang solid dan secara bersama-sama mendukung struktur non-hierarkhis.
Adanya tuntutan perubahan organisasi, yang semakin dirasakan perusahaan dewasa ini adalah
disebabkan oleh perubahan lingkungan organisasi itu sendiri. Tuntutan perubahan organisasi
tersebut adalah competitiveness atau kemampuan daya saing dan globalisasi. Dalam
lingkungan kerja diperlukan motivasi kerja yang diimbangi dengan kemampuan bekerja.
Kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan dengan memberikan hasil yang lebih tinggi dari
usaha yang sama, membutuhkan metode kerja yang harus dikembangkan dengan baik. Salah
satu metode kerja agar karyawan dapat melakukan pekerjaan dengan smart adalah dengan
membentuk tim kerja.
yaitu
sejauh
mana
kegiatan-kegiatan
organisasi
menekankan
ataupun
sebagai
bangsa
kita
harus
menciptakan
tradisi
perusahaan
pembelajaran. Statemen-nya ini mengacu pada usaha mencari contoh-contoh praktek terbaik
sehingga organisasi pembelajaran bisa dijiplak dan diperbanyak. Kondisi ini justru
menyebabkan perusahaan-perusahaan berusaha mencari contoh dari perusahaan yang
berhasil. Dengan kata lain mereka berusaha mencari organisasi yang paling sempurna untuk
dicontoh tanpa menyadari bahwa tidak ada bentuk organsiasi yang seperti itu.
Dengan suatu proses kajian literatur, wawancara dan investigasi lain maka Pedler,
Boydell dan Burgoyne (1988) mendefinisikan organisasi pembelajaran sebagai berikut:
Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara
terus menerus mentransformasi diri.
Pedler, dkk (1988) menekankan sifat dua sisi dari defenisi tersebut. Suatu perusahaan
pembelajar bukan organisasi yang semata-mata mengikuti banyak pelatihan. Perlunya
pengembangan ketrampilan individu tertanam dalam konsep, setara dan merupakan bagian
dari kebutuhan akan pembelajaran organisasi.
Menurut Pedler, dkk (Dale, 2003) suatu organisasi pembelajaran adalah organisasi
yang:
1. Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara individu terdorong untuk
yang signifikan
3. Menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat kebijakan
bisnis
4. Berada dalam proses transformasi organisasi secara terus menerus
Tujuan proses transformasi ini, sebagai aktivitas sentral, adalah agar perusahaan mampu
mencari secara luas ide-ide baru, masalah-masalah baru dan peluang-peluang baru untuk
pembelajaran, dan mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif dalam dunia yang
semakin kompetitif.
Tokoh lain yang memberikan defInisi mengenai organisasi pembelajaran adalah John
Farago & David Skyrme (Munandar, 2003). Dalam salah satu tulisan mereka mengatakan
bahwa:
Learning Organizations are those that have in place systems, mechanism and processes, that
are used to continually enhance their capabilities to achieve sustainable objectives for
themselves and the communities in which they participate.
Dari uraian di atas dapat dicatat butir-butir berikut ini, yaitu bahwa organisasi pembelajaran
adalah:
1.
2.
3.
4.
Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa organisasi pembelajaran adalah
organisasi yang secara terus menerus dan terencana memfasilitasi anggotanya agar mampu
terus menerus berkembang dan mentransformasi diri baik secara kolektif maupun individual
dalam usaha mencapai hasil yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan
bersama antara organisasi dan individu di dalamnya.
Karakteristik Organisasi Pembelajaran
Megginson dan Pedler (Dale, 2003) memberikan sebuah panduan mengenai konsep
organisasi pembelajaran, yaitu: Suatu ide atau metaphor yang dapat bertindak sebagai
bintang penunjuk. Ia bisa membantu orang berpikir dan bertindak bersama menurut apa
maksud gagasan semacam ini bagi mereka sekarang dan di masa yang akan datang. Seperti
halnya semua visi, ia bisa membantu menciptakan kondisi dimana sebagian ciri-ciri
organisasi pembelajar dapat dihasilkan.
Schein (Munandar, 2003) mengemukakan karakteristik organisasi pembelajar sebagai
berikut:
1. Dalam hubungan dengan lingkungan maka organisasi bersifat lebih dominan dalam
menjalin hubungan
2. Manusia hendaknya berperilaku proaktif
3. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang baik
4. Manusia pada dasarnya dapat diubah
9
organisasi
Arus dan pertukaran informasi yang jelas dan bebas
Adanya komitmen untuk belajar dan usaha individu untuk mengembangkan diri
Memberdayakan dan meningkatkan individu-individu di dalam organisasi
Mengembangkan iklim keterbukaan dan rasa saling percaya
Belajar dari pengalaman
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari organisasi
pembelajaran adalah keyakinan bahwa individu adalah proaktif untuk meningkatkan
keinginan diri, berusaha maju dan terus belajar dengan menciptakan iklim organisasi yang
terbuka dan arus informasi yang jelas. Kondisi ini nantinya akan menghasilkan proses yang
terus berkesinambungan dengan tetap mengacu pada kondisi internal organisasi yang pada
akhirnya mengacu pada kondisi dan tuntutan eksternal di luar organisasi.
Dimensi Organisasi Pembelajaran
Beberapa dimensi perlu ada untuk menjadikan organisasi dapat terus bertahan. Organisasi
seperti ini dinamakan organisasi pembelajar, karena dimensi-dimensi ini akan memungkinkan
organisasi untuk belajar, berkembang, dan berinovasi. Dimensi-dimensi tersebut adalah :
1. Mental Models
12
BAB III
PENUTUP
3.
Simpulan
Transformasi organisasi dapat disimpulkan sebagai suatu strategi dan implementasi
untuk membawa organisasi dari bentuk dan sistem yang lama ke bentuk dan sistem yang baru
dengan menyesuaikan seluruh elemen ikutannya (sistem, struktur, people, culture) dalam
rangka meningkatkan efektivitas organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
selaras dengan visi dan misi organisasi/perusahaan.
Budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota
perusahaan dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan,
berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam perusahaan
untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Organisasi pembelajaran adalah organisasi yang secara terus menerus dan terencana
memfasilitasi anggotanya agar mampu terus menerus berkembang dan mentransformasi diri
baik secara kolektif maupun individual dalam usaha mencapai hasil yang lebih baik dan
sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan bersama antara organisasi dan individu di dalamnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_organisasi
http://quickstart-indonesia.com/8-langkah-perubahan-transformasi-organisasi/
http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/karakteristik-budaya-organisasi/#more-103
http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/teori-budaya-organisasi/#more-101
http://www.artikata.com/arti-355007-transformasi.html
http://habahate.blogspot.com/2008/07/transformasi-organisasi.html
https://moebarak.files.wordpress.com/2011/12/01-perbedaan-organisasi-pembelajaran-danpembelajaran-organisasi.pdf
14