Anda di halaman 1dari 14

KEBIJAKAN DIVIDEN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Matakuliah
Manajemen Keuangan II
yang dibina oleh Dr. Dyah Aju Wardhani, S.E., M.Si., Ak

Oleh:
Mochamad Gandhi Suhansyah
Wahyu Gusnardiyanto

(120422403205)
(120422425976)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEPTEMBER 2014

PENDAHULUAN

Seorang investor yang menanamkan uangnya dalam investasi mengharapkan tingkat


pengembalian yang diinginkan. Investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk saham
akan mengharapkan pengembalian dari modalnya dalam bentuk capital gain atau pembagian
dividen perusahaan.
Dividen merupakan salah satu keputusan penting untuk memaksimumkan nilai
perusahaan disamping keputusan investasi dan struktur modal (keputusan pemenuhan dana).
Manajemen dapat menggunakan penghasilan bersih sesudah pajak (Earning After Tax/EAT)
perusahaan untuk dua alternatif, yaitu:
1. Dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen.
2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning).
Pada umumnya, manajemen menggunakan dua alternatif tersebut sekaligus dalam
memperlakukan EAT, sebagian dibagikan dalam bentuk dividen dan sebagian lagi
diinvestasikan kembali sebagai laba ditahan. Namun, tidak menutup kemungkinan jika
manajemen hanya menggunakan salah satu dari kedua alternatif tersebut.
Laba ditahan merupakan aspek salah satu sumber dana yang terpenting untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan. Di sisi lain, dividen membentuk aliran kas yang
semakin banyak mengalir ke tangan pemegang saham. Dengan adanya pembagian dividen,
manajemen perlu untuk membuat kebijakan (dividen policy) tentang besarnya EAT yang
dibagikan sebagai dividen. Akan tetapi, adanya pembagian dividen maka porsi laba yang
akan digunakan untuk pengembangan usaha akan berkurang.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal
dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan
dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu
hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang
saham yang berhak mendapatkan dividen. Deviden ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Deviden ditentukan berdasarkan
dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada
kebijakan pimpinan.

B. Macam-macam Dividen
1. Deviden tunai (Cash Devidend)
Deviden tunai merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Tujuan
dari pemberian deviden dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham dibursa
efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Deviden tunai merupakan
bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan oleh investor. Untuk membayarkan
deviden dalam bentuk tunai di perlukan likuiditas.
2. Deviden saham (Stock Devidend)
Deviden saham merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk saham, dengan
dibagikannya deviden dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan
di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya dan dengan cara
memperluas pemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan
membagikan deviden dalam bentuk tunai.
3. Sertifikat deviden (Script Devidend)
Sertifikat deviden merupakan deviden yang dibayarkan dengan sertifikat atau surat
promes yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu
dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan ingin membagikan deviden
dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu perusahaan sedang mengalami kesulitan
likuiditas, maka sebagai gantinya perusahaan mengeluarkan sertifikat.

4. Dividen Saham Pecahan (stock split)


Pemecahan selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru
setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya
stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak
mempunyai nilai ekonomis.
5. Dividen Properti (property dividend)
Dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya
aktiva tetap dan surat-surat berharga.
6. Dividen Likuidasi (liquidating dividend)
Dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasikannya
perusahaan. Dividen diperoleh dari selisih antara nilai realisasi aset perusahaan dikurangi
dengan semua kewajibannya.
7. Dividen Interim
Dividen interim adalah sebagian dari dividen tunai yang dibayarkan berdasarkan laba
bersih yang diperoleh pada tahun berjalan. Dividen interim dibayarkan setelah laporan tengan
tahunan diterbitkan dan perusahaan mendapatkan keuntungan yang cukup serta tidak
mempunyai rencana untuk melakukan ekspansi usaha yang membutuhkan modal tambahan
dari laba perusahaan. Dividen interim baru akan diumumkan setelah mendapatkan
persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Biasanya dividen interim
dibayarkan oleh perusahaan yang sudah mapan (matured), sehingga sebagian atau seluruh
keuntungan yang diperoleh selama tahun berjalan dapat dibagikan kepada pemegang saham.
8. Dividen Final
Dividen final adalah dividen yang dibagikan setelah tutup tahun buku dilakukan.
Setelah tahun buku perusahaan ditutup, manajemen dapat mengetahui total laba bersih
akuntansi yang diperoleh selama satu tahun pembukuan. Laba bersih akuntansi yang
digunakan sebagai dasar penghitungan dividen tunai adalah yang tertera pada laporan rugilaba yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.

C. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen (dividen policy) merupakan suatu keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan (retained earning) guna pembiayaan investasi di masa
yang akan datang. Kebijakan dividen merupakan bagian integral dari keputusan
pembelanjaan perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai

dividen maka akan mengurangi laba yang akan ditahan dan selanjutnya mengurangi sumber
dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh,
maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar.
Kebijakan dividen ini sangat penting bagi perusahaan, karena pembayaran dividen
mungkin mempengaruhi nilai perusahaan dan laba ditahan yang biasanya merupakan sumber
dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Beberapa faktor
penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah kesempatan investasi yang tersedia,
ketersedian dan biaya modal alternatif, dan preferensi pemegang saham untuk menerima
pendapatan saat ini atau menerimanya di masa datang.
1. Signaling Model
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan
unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi
yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi
tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman
informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume
perdagangan saham.
Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk
melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui
perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi
volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi
signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu

informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu
informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya
memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk
diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat
melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus
melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
2. Agency Model
Teori keagenan memunculkan hubungan antara manajemen sebagai agen dan
pemegang saham sebagai prinsipal. Dalam hal ini direktur dan manajer yang kemudian
disebut sebagai pihak manajemen, berperan sebagai agen dari pemilik perusahaan, yang
mengelola jalannya perusahaan dan diharapkan akan bertindak atas nama pemegang saham
(shareholder), dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran
shareholder akan tercapai. Namun, pada kenyataanya tindakan manajemen sering
menyimpang dari apa yang diharapkan oleh shareholder. Almilia dan Silvy (dalam Hatta dan
Magdalena, 2010:32) menyebutkan bahwa manajemen tidak memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham namun justru tergoda untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri.
Konflik inilah yang disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Konflik keagenan
yang muncul dalam perusahaan dapat terjadi pada hubungan antara: (1) pemegang saham dan
manajer; (2) manajer dan kreditur; dan (3) manajer, kreditur, dan pemegang saham (Brigham
and Gapenski, 2000).
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar
berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah
konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga
mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk
mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka
manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.
3. Pecking Order Theory
Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencarian dana
perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal
equity dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang
pertumbuhan. Theory pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan
internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang

berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa. Teori pecking order yang dibangun
berdasarkan beberapa asumsi menekankan pada pentingnya financial slack yang cukup di
perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Internal equity
diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi atau amortisasi. Utang diperoleh dari pinjaman
kreditur, sedang eksternal equity di peroleh karena perusahaan menerbitkan saham baru.
Manajamen perusahaan diasumsikan sudah memutuskan berapa banyak laba
perusahaan yang diinvestasikan kembali dan memilih bauran utang-modalnya untuk
mendanai investasi ini, keputusan untuk membayar dividen yang lebih besar berarti secara
simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba dan akan menghasilkan ketergantungan
yang lebih besar pada pendanaan eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan keputusan
pendanaan perusahaan pembayaran dividen yang kecil akan berarti penahana laba yang tinggi
dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Keputusan dividen
perusahaan memiliki dampak yang langsung pada pendanaan perusahaan. Jika pembayaran
dividen meningkat dan pendanaan untuk mendanai investasi secara internal berkurang, maka
akan berakibat modal tambahan akan dibutuhkan sehingga perusahaan harus menerbitkan
saham biasa atau mengubah komposisi utangnya.
The pecking order theory menekankan permasalahan informasi asimetri. Perusahaan
yang memiliki finacial slack yang cukup tidak perlu menerbitkan risky debt atau saham untuk
mendanai proyek-proyek barunya sehingga masalah informasi tidak akan muncul. Perusahaan
akan dapat menerima seluruh proyek bagus tanpa harus merugikan pemegang saham lama.
Teori ini merupakan penjelas perilaku perusahaan yang menahan sebagian laba dan membuat
cadangan kas dalam jumlah yang cukup besar.
4. Maturity Proposition
Maturity merupakan tingkat kedewasaan perusahaan yang merupakan salah satu
tahapan siklus hidup perusahaan. Semakin dewasa perusahaan umumnya ditandai dengan
semakin kecilnya pengeluaran modal (capital expenditure), peluang investasi (investment
opportunity), dan sebaliknya perusahaan yang masih berada pada tahap pertumbuhan yaitu
tahapan sebelum tahap kedewasaan ditandai dengan besarnya peluang investasi dan
pengeluaran modal dalam rangka merealisasikan peluang investasi yang dimiliki. Maturity
merupakan tingkat kedewasaan perusahaan pada periode inisiasi dividen. Perusahaan yang
telah dewasa cenderung membayar dividen pertama yang lebih tinggi, di sisi lain perusahaan
yang dewasa cenderung menghadapi penurunan kinerja sehingga memperbesar kemungkinan
kelompok perusahaan tersebut tidak mampu mempertahankan sustainabilitas pembayaran
dividennya.

Namun, menurut Sugeng (2009 : 268), perusahaan dengan tingkat kedewasaan yang
masih rendah pada saat menginisiasi dividennya tidak serta merta menunjukkan kemampuan
yang lebih tinggi dalam mempertahankan kebijakan inisiasi dividennya dibanding dengan
perusahaan yang tingkat kedewasaannya tinggi. Perusahaan yang sudah dewasa biasanya
dalam jangka waktu tertentu memiliki trend kinerja yang bersifat konstan (level off) sehingga
arus kas yang dihasilkan juga relatif stabil dibanding perusahaan yang masih dalam fase
pertumbuhan. Oleh karena itu, bagi sebagian perusahaan yang memiliki karakteristik ini
sangat memungkinkan mereka mampu mempertahankan besarnya dividen pertamanya
sampai dengan periode di mana mereka menghadapi pase penurunan (declining) yang
ditandai dengan menurunnya arus kas yang dihasilkan.
Sebaliknya kelompok perusahaan dengan tingkat kedewasaan yang rendah atau masih
berada pada pase pertumbuhan yang diharapkan memiliki kamampuan yang lebih besar
dalam mempertahankan kebijakan inisiasi dividennya, dimungkinkan masih
mengkonsentrasikan arus kas yang dihasilkan untuk membiayai peluang-peluang investasinya
khususnya dalam periode-periode yang diteliti. Hal ini menyebabkan kelompok perusahaan
ini pada umumnya gagal mempertahankan kebijakan inisiasi dividennya.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran deviden suatu perusahaan adalah
sebagai berikut.
a. Posisi likuiditas perusahaan.
Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan arus kas
keluar, oleh karena itu makin kuat posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh
secara rendabel (Perusahaan yang masih mencari keuntungan), mungkin tidak begitu kuat
posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan
modal kerja sehingga kemampuanya untuk membayarkan deviden pun sangat terbatas.
Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan-keputusan di
bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.
b. Kebutuhan untuk membayar hutang
Perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai
perluasan perusahaan, sebelumnya harus merencanakan terlebih dahulu bagaimana caranya

untuk membayar kembali utang tersebut. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan
utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian
besar dari pendapatanya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya sebagian
kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai deviden.
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan.
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana
untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya
akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai deviden dengan
mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat
pertumbuhan sedemikian rupa sehingga. perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan
yang mapan, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar
modal atau sumber dana ekstern lainya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang
demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.
d. Pengawasan terhadap perusahaan.
Kontrol atau pengawasan terhadap perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari intern saja.
Kebijakan tersebut dijalankan atas pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana
yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan kontrol atau pengawasan dari
kelompok dominan didalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dari utang
akan menambah risiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka
usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividend payout
ratio.

E. Prosedur Standar Pembayaran Dividen


Dalam pembayaran deviden terdapat beberapa tahapan atau prosedur yaitu sebagai
berikut:
1. Declaration Date
Declaration date adalah tanggal keputusan untuk membagikan deviden pada RUPS,
atau tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembayaran deviden.
2. Date of record
Date of record merupakan tanggal keputusan bahwa para pemegang saham pada
tanggal tertentu dinyatakan berhak untuk menerima deviden, atau hari terakhir untuk
mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima deviden yang akan
dibagikan perusahaan.

3. Ex-devidend
Ex-devidend adalah tanggal pada saat mana hak atas devidenperiode berjalan
dilepaskan dari sahamnya yaitu lima hari sebelum date of record. Pada tanggal ini atau
sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memperoleh deviden yang akan dibagikan.
4. Payment date
Payment date merupakan tanggal kapan deviden tersebut akan dibayarkan, dan
bagaimana cara pembayaranya.

F. Pola Pembayaran Dividen Tunai


Ada beberapa pola pembayaran dividen yang digunakan antara lain :
1. Kebijakan Dividen yang Stabil
Kebijakan ini merupakan pola pembagian dividen perlembar saham yang dibayarkan
dalam rupiah yang relatif tetap selama jangka waktu tertentu, meskipun
pendapatan/keuntungan perlembar sahamnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini
dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan
meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan permanen, barulah besaran
dividen perlembar saham dinaikkan. Dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan
untuk jangka waktu yang relatif panjang.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu.
Kebijkan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap
tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan lebih baik, maka akan membagikan dividen
ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Sebaliknya jika kondisi keuangan perusahaan
memburuk maka yang dibayarkan hanya sebesar dividen minimal saja. Namun jika dividen
ekstra ini dibayarkan terus-menerus kepada investor, maka tujuan pembagian dengan
menggunakan pola ini tidak akan tercapai karena investor cenderung akan mengharapkan
dividen ekstra ini.
3. Kebijkan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan.
Kebijakan ini menggunakan dividen payout ratio sebagai standarnya, sehingga
besarannya dividen akan berfluktuasi sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel.
Pola pembayaran ini merupakan pola yang besarannya disesuaikan dengan posisi dan
kebijkan finansial perusahaan tiap bulan.

G. Syarat Pembayaran Dividen


Jika suatu perusahan mempertimbangkan pembagian dividen, ada dua persyaratan
utama yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Legalitas Dividen
Legalitas dividen dapat ditentunkan dengan melihat hukum suatu negara yang
berlaku. Sebagai contoh, hukum disuatu negara yang ada menekankan pada solven atau
tidaknya suatu perusahaan sebelum perusaah mengadakan pembagian dividen dan ada yang
menekankan bahwa pembagian dividen tidak boleh melebihi nilai wajar dari aset neto,
bahkan ada yang menggunakan kombinasi keduanya.
2. Kondisi Keuangan
Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan perhatian yang lebih daripada
legalitas pembagian dividen. Pertimbangan harus diberikan pada kondisi ekonomi tertentu,
terutama likuiditas. Jadi, sebelum dividen diumumkan manajemen harus mempertimbangkan
ketersediaan dana untuk membayar dividen. Para direktur juga harus mempertimbangkan
pengaruh inflasi dan biaya pengganti sebelum melakukan komitmen dividen.

H. Kendala Pembagian Dividen


Kendala-kendala dalam pembagian dividen adalah sebagai berikut.
1. Perjanjian Kredit atau Surat Pengakuan Utang
Perjanjian kredit biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan
sebelum pinjaman dilunasi. Disamping itu perjanjian kredit sering kali mensyaratkan bahwa
tidak ada dividen yang tidak dapat dibagikan kecuali rasio lancar, rasio kemampuan
membayar bunga dan rasio-rasio pengaman lainnya melebihi batas minimum yang
ditetapkan.
2. Ketidakcukupan Laba
Pembagian dividen tidak boleh melebihi laba ditahan pada pos neraca. Pembatasan ini
disebut impairment of capital rule, dirancang untuk melindungi kreditur. Tanpa peraturan
tersebut, suatu perusahaan yang tengah dilanda masalah mungkin mendistribusukan sebagian
besar asetnya kepada pemegang saham dan membiarkan kreditur membatasi sendiri
persoalannya.
3. Ketersediaan Dana
Dividen tunai hanya dapat dibagiakan dengan ketersediaan uang tunai. Jadi,
kekurangan uang tunai di bank dapat membatasi pembagian dividen. Akan tetapi, hal ini
biasanya diatasi bila perusahaan dapat memperoleh pinjaman.

4. Denda Pajak Atas Penimbunan Laba yang Tidak Wajar


Untuk mencegah agar orang kaya tidak menggunakan perusahaan untuk menghindari
pajak pribadi, peraturan pajak membuat peraturan khusus mengenai penimbunan penghasilan
yang tidak wajar.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai


berikut.
1. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan
dari pemegang saham dalam RUPS.
2. Ada beberapa macam dividen, yaitu dividen tunai, dividen saham, sertfikat dividen,
dividen saham pecahan, dividen properti, dividen likuidasi, dividen interim, dan dividen
final.
3. Kebijakan dividen (dividen policy) merupakan suatu keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan (retained earning) guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

4. Macam-macam kebijakan dividen, yaitu signaling model, agency model, pecking order
theory, dan maturity propositon.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu posisi likuiditas perusahaan,
kebutuhan untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, dan pengawasan
terhadap perusahaan.
6. Prosedur standar pembayaran dividen berdasarkan beberapa tahapan, yaitu declaration
date, date of record, ex-devidend, dan payment date.
7. Ada beberapa pola pembayaran dividen tunai, yaitu kebijakan dividen yang stabil,
kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu,
kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan, kebijakan dividen
ayng fleksibal.
8. Syarat pembayaran dividen didasarkan pada legalitas dividen dan kondisi keuangan.
9. Dalam pembagian dividen, terdapat beberapa kendala yaitu perjanjian kredit,
ketidakcukupan laba, ketersediaan dana, dan denda pajak atas penimbunan laba yang tidak
wajar.

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, E.F., and L.C. Gapenski, 2000, Intermediate Financial Management,The Dryden
Press, New York.
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/bab4-kebijakan_dividen
file.upi.edu/FPIPS/Bab_10_KEBIJAKAN__DIVIDEN
http://aisyahkevin.blogspot.com/2013/06/kebijakan-deviden_10
http://ekonomi.kabo.biz/2011/05/kebijakan-dividen.html
http://mega-pramita.blogspot.com/2013/10/deviden
http://mystic-mirotic.blogspot.com/2013/10/pengertian-kebijakan-dividen-teori.html
http://nuruli-maestro.blogspot.com/pecking-order-theory
http://pamungkasdeleitte.blogspot.com/2014/06/teori-agensi-agency-theory-dan-teori
Kefin, A. 2012. eprints.uny.ac.id/7898/3/BAB%202-08408141022.pdf
Sugeng, Bambang. 2009. Sustainabilitas Kebijakan Inisiasi Dividen pada PerusahaanPerusahaan Go-Public di Indonesia. Aplikasi Manajemen, 2 (7) : 268
www.idx.co.id

Anda mungkin juga menyukai