MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Matakuliah
Manajemen Keuangan II
yang dibina oleh Dr. Dyah Aju Wardhani, S.E., M.Si., Ak
Oleh:
Mochamad Gandhi Suhansyah
Wahyu Gusnardiyanto
(120422403205)
(120422425976)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal
dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan
dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu
hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang
saham yang berhak mendapatkan dividen. Deviden ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Deviden ditentukan berdasarkan
dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada
kebijakan pimpinan.
B. Macam-macam Dividen
1. Deviden tunai (Cash Devidend)
Deviden tunai merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Tujuan
dari pemberian deviden dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham dibursa
efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Deviden tunai merupakan
bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan oleh investor. Untuk membayarkan
deviden dalam bentuk tunai di perlukan likuiditas.
2. Deviden saham (Stock Devidend)
Deviden saham merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk saham, dengan
dibagikannya deviden dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan
di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya dan dengan cara
memperluas pemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan
membagikan deviden dalam bentuk tunai.
3. Sertifikat deviden (Script Devidend)
Sertifikat deviden merupakan deviden yang dibayarkan dengan sertifikat atau surat
promes yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu
dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan ingin membagikan deviden
dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu perusahaan sedang mengalami kesulitan
likuiditas, maka sebagai gantinya perusahaan mengeluarkan sertifikat.
C. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen (dividen policy) merupakan suatu keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan (retained earning) guna pembiayaan investasi di masa
yang akan datang. Kebijakan dividen merupakan bagian integral dari keputusan
pembelanjaan perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen maka akan mengurangi laba yang akan ditahan dan selanjutnya mengurangi sumber
dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh,
maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar.
Kebijakan dividen ini sangat penting bagi perusahaan, karena pembayaran dividen
mungkin mempengaruhi nilai perusahaan dan laba ditahan yang biasanya merupakan sumber
dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Beberapa faktor
penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah kesempatan investasi yang tersedia,
ketersedian dan biaya modal alternatif, dan preferensi pemegang saham untuk menerima
pendapatan saat ini atau menerimanya di masa datang.
1. Signaling Model
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan
unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi
yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi
tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman
informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume
perdagangan saham.
Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk
melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui
perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi
volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi
signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu
informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu
informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya
memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk
diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat
melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus
melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
2. Agency Model
Teori keagenan memunculkan hubungan antara manajemen sebagai agen dan
pemegang saham sebagai prinsipal. Dalam hal ini direktur dan manajer yang kemudian
disebut sebagai pihak manajemen, berperan sebagai agen dari pemilik perusahaan, yang
mengelola jalannya perusahaan dan diharapkan akan bertindak atas nama pemegang saham
(shareholder), dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran
shareholder akan tercapai. Namun, pada kenyataanya tindakan manajemen sering
menyimpang dari apa yang diharapkan oleh shareholder. Almilia dan Silvy (dalam Hatta dan
Magdalena, 2010:32) menyebutkan bahwa manajemen tidak memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham namun justru tergoda untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri.
Konflik inilah yang disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Konflik keagenan
yang muncul dalam perusahaan dapat terjadi pada hubungan antara: (1) pemegang saham dan
manajer; (2) manajer dan kreditur; dan (3) manajer, kreditur, dan pemegang saham (Brigham
and Gapenski, 2000).
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar
berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah
konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga
mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk
mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka
manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.
3. Pecking Order Theory
Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencarian dana
perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal
equity dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang
pertumbuhan. Theory pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan
internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang
berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa. Teori pecking order yang dibangun
berdasarkan beberapa asumsi menekankan pada pentingnya financial slack yang cukup di
perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Internal equity
diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi atau amortisasi. Utang diperoleh dari pinjaman
kreditur, sedang eksternal equity di peroleh karena perusahaan menerbitkan saham baru.
Manajamen perusahaan diasumsikan sudah memutuskan berapa banyak laba
perusahaan yang diinvestasikan kembali dan memilih bauran utang-modalnya untuk
mendanai investasi ini, keputusan untuk membayar dividen yang lebih besar berarti secara
simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba dan akan menghasilkan ketergantungan
yang lebih besar pada pendanaan eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan keputusan
pendanaan perusahaan pembayaran dividen yang kecil akan berarti penahana laba yang tinggi
dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Keputusan dividen
perusahaan memiliki dampak yang langsung pada pendanaan perusahaan. Jika pembayaran
dividen meningkat dan pendanaan untuk mendanai investasi secara internal berkurang, maka
akan berakibat modal tambahan akan dibutuhkan sehingga perusahaan harus menerbitkan
saham biasa atau mengubah komposisi utangnya.
The pecking order theory menekankan permasalahan informasi asimetri. Perusahaan
yang memiliki finacial slack yang cukup tidak perlu menerbitkan risky debt atau saham untuk
mendanai proyek-proyek barunya sehingga masalah informasi tidak akan muncul. Perusahaan
akan dapat menerima seluruh proyek bagus tanpa harus merugikan pemegang saham lama.
Teori ini merupakan penjelas perilaku perusahaan yang menahan sebagian laba dan membuat
cadangan kas dalam jumlah yang cukup besar.
4. Maturity Proposition
Maturity merupakan tingkat kedewasaan perusahaan yang merupakan salah satu
tahapan siklus hidup perusahaan. Semakin dewasa perusahaan umumnya ditandai dengan
semakin kecilnya pengeluaran modal (capital expenditure), peluang investasi (investment
opportunity), dan sebaliknya perusahaan yang masih berada pada tahap pertumbuhan yaitu
tahapan sebelum tahap kedewasaan ditandai dengan besarnya peluang investasi dan
pengeluaran modal dalam rangka merealisasikan peluang investasi yang dimiliki. Maturity
merupakan tingkat kedewasaan perusahaan pada periode inisiasi dividen. Perusahaan yang
telah dewasa cenderung membayar dividen pertama yang lebih tinggi, di sisi lain perusahaan
yang dewasa cenderung menghadapi penurunan kinerja sehingga memperbesar kemungkinan
kelompok perusahaan tersebut tidak mampu mempertahankan sustainabilitas pembayaran
dividennya.
Namun, menurut Sugeng (2009 : 268), perusahaan dengan tingkat kedewasaan yang
masih rendah pada saat menginisiasi dividennya tidak serta merta menunjukkan kemampuan
yang lebih tinggi dalam mempertahankan kebijakan inisiasi dividennya dibanding dengan
perusahaan yang tingkat kedewasaannya tinggi. Perusahaan yang sudah dewasa biasanya
dalam jangka waktu tertentu memiliki trend kinerja yang bersifat konstan (level off) sehingga
arus kas yang dihasilkan juga relatif stabil dibanding perusahaan yang masih dalam fase
pertumbuhan. Oleh karena itu, bagi sebagian perusahaan yang memiliki karakteristik ini
sangat memungkinkan mereka mampu mempertahankan besarnya dividen pertamanya
sampai dengan periode di mana mereka menghadapi pase penurunan (declining) yang
ditandai dengan menurunnya arus kas yang dihasilkan.
Sebaliknya kelompok perusahaan dengan tingkat kedewasaan yang rendah atau masih
berada pada pase pertumbuhan yang diharapkan memiliki kamampuan yang lebih besar
dalam mempertahankan kebijakan inisiasi dividennya, dimungkinkan masih
mengkonsentrasikan arus kas yang dihasilkan untuk membiayai peluang-peluang investasinya
khususnya dalam periode-periode yang diteliti. Hal ini menyebabkan kelompok perusahaan
ini pada umumnya gagal mempertahankan kebijakan inisiasi dividennya.
untuk membayar kembali utang tersebut. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan
utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian
besar dari pendapatanya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya sebagian
kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai deviden.
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan.
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana
untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya
akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai deviden dengan
mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat
pertumbuhan sedemikian rupa sehingga. perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan
yang mapan, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar
modal atau sumber dana ekstern lainya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang
demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.
d. Pengawasan terhadap perusahaan.
Kontrol atau pengawasan terhadap perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari intern saja.
Kebijakan tersebut dijalankan atas pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana
yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan kontrol atau pengawasan dari
kelompok dominan didalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dari utang
akan menambah risiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka
usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividend payout
ratio.
3. Ex-devidend
Ex-devidend adalah tanggal pada saat mana hak atas devidenperiode berjalan
dilepaskan dari sahamnya yaitu lima hari sebelum date of record. Pada tanggal ini atau
sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memperoleh deviden yang akan dibagikan.
4. Payment date
Payment date merupakan tanggal kapan deviden tersebut akan dibayarkan, dan
bagaimana cara pembayaranya.
PENUTUP
4. Macam-macam kebijakan dividen, yaitu signaling model, agency model, pecking order
theory, dan maturity propositon.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu posisi likuiditas perusahaan,
kebutuhan untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, dan pengawasan
terhadap perusahaan.
6. Prosedur standar pembayaran dividen berdasarkan beberapa tahapan, yaitu declaration
date, date of record, ex-devidend, dan payment date.
7. Ada beberapa pola pembayaran dividen tunai, yaitu kebijakan dividen yang stabil,
kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu,
kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan, kebijakan dividen
ayng fleksibal.
8. Syarat pembayaran dividen didasarkan pada legalitas dividen dan kondisi keuangan.
9. Dalam pembagian dividen, terdapat beberapa kendala yaitu perjanjian kredit,
ketidakcukupan laba, ketersediaan dana, dan denda pajak atas penimbunan laba yang tidak
wajar.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F., and L.C. Gapenski, 2000, Intermediate Financial Management,The Dryden
Press, New York.
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/bab4-kebijakan_dividen
file.upi.edu/FPIPS/Bab_10_KEBIJAKAN__DIVIDEN
http://aisyahkevin.blogspot.com/2013/06/kebijakan-deviden_10
http://ekonomi.kabo.biz/2011/05/kebijakan-dividen.html
http://mega-pramita.blogspot.com/2013/10/deviden
http://mystic-mirotic.blogspot.com/2013/10/pengertian-kebijakan-dividen-teori.html
http://nuruli-maestro.blogspot.com/pecking-order-theory
http://pamungkasdeleitte.blogspot.com/2014/06/teori-agensi-agency-theory-dan-teori
Kefin, A. 2012. eprints.uny.ac.id/7898/3/BAB%202-08408141022.pdf
Sugeng, Bambang. 2009. Sustainabilitas Kebijakan Inisiasi Dividen pada PerusahaanPerusahaan Go-Public di Indonesia. Aplikasi Manajemen, 2 (7) : 268
www.idx.co.id