Anda di halaman 1dari 16

e

Nikah Mut'ah
Menurut Kacamata Islam

Oleh : Izzudien Al-Fauzan

I.PENGERTIAN MUT'AH
Mut'ah secara bahasa berasal dari kata "Tamattu" yang
berarti bersenang-senang atau menikmati 1.
Adapun secara istilah, yaitu :
Pertama: ''Nikah mut'ah itu sendiri, yang pernah
diperbolehkan Rasulullah n sebelum pengharamannya sampai hari
kiamat. ada Beberapa definisi yang disampaikan oleh para ulama'
di antaranya adalah :
1. Seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan
memberikan sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu
,pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang
telah di tentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban dalam
memberikan nafkah maupun tempat tinggal dan tanpa
adanya saling mewarisi antara keduanya jika antara keduanya
ada yang meninggal sebelum berakhirnya masa nikah mut'ah
itu 2 .
2. Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni jilid 7 halaman
136 : "Makna nikah mut'ah adalah mengawini wanita dengan
masa tertentu seperti mengatakan : "Aku kawinkan engkau
dengan putriku sebulan atau setahun atau sampai
berakhirnya musim haji yang sedang berlaku ini atau sampai
datang musim haji dan yang semisalnya baik masa tertentu
atau tidak tertentu".
3. Ibnu Daqqil-Ied dalam Ihkaamul-Ahkaam Syarh
'Umdatul-Ahkaam Juz 2 halaman 193 : "Nikah mut'ah adalah
menikahkan seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk
masa tertentu".

1
.Mu'jamul Wasith, 2/52.
2
. fathul Baari, 9/167; Syarah Shahih Muslim , 3/554 ; Jami Ahkamin Nissa , 3/169.

1
4. Ibnu 'Athiyyah (seorang ulama tabi'in) : Mut'ah yang
dilakukan dahulu ialah seorang laki-laki menikahi wanita
dengan disaksikan oleh dua orang saksi dan ijin dari wali
sampai masa tertentu dengan tidak ada waris-mewarisi antara
keduanya dan pria tersebut memberi (mahar) perempuan itu
dengan apa yang disepakati berdua, dan bila habis masa
pernikahan tersebut maka laki-laki tersebut tidak punya hak
apa-apa terhadap wanita tersebut (yaitu hak suami terhadap
istri) dan dipastikan bahwa rahim wanita tersebut tidak
terdapat janin (dengan menunggu dua kali haidl), karena anak
dari hubungan nikah mut'ah ini adalah ikut ayahnya dengan
tanpa keraguan. Bila wanita itu tidak hamil maka Ia halal
untuk dinikahi oleh laki-laki lain dengan cara mut'ah ini"
(dinukil oleh Imam Qurthubi dalam Al-Jami' lil-Ahkaamil-Qur'an
jilid 2 halaman 1702 ketika menafsirkan QS. 4 : 24). Definisi
ini juga dinukil oleh Imam Thabari dari Imam As-Suddi dengan
sanadnya sebagaimana definisi Ibnu 'Athiyyah di atas.
Sehingga perbedaan nikah mut'ah di zaman Rasulullah n
dengan nikah Islami secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. THALAQ - Mut'ah tidak memakai Thalaq untuk
berpisahnya suami-istri.
2. WARIS - Pria wanita yang nikah mut'ah tidak saling
mewarisi.
3. WAKTU- Nikah mut'ah berlaku untuk masa tertentu saja
sebagaimana yang disepakati pada awal/aqadnya.
Seandainya kalau Kalau dilihat pada QS. Ath-Thalaq ayat 1
dan 4 serta QS. Al-Baqarah ayat 224, Maka ayat-ayat tersebut
berbicara tentang 'iddah dan thalaq. Sehingga dengan turunnya
ayat tersebut yang mensyari'atkan Thalaq dan 'Iddah, menasakh
kebolehan nikah mut'ah.

Kedua; ''Nikah mut'ah yang disyari'atkan agama Syi'ah,


dimana hal ini sangat mirip dengan zina yaitu kawin yang di lakukan
berdasarkan mahar tertentu . masa berlakunya bisa setengah jam,
bisa satu jam, satu hari, satu minggu , satu bulan dan seterusnya,
sesuai dengan akad perjanjian di kedua belah pihak tergantung
kesanggupan membayarnya 3.
Al-Kulaini dalam Al-Furu' minal Kaafi jilid 5 halaman 489
meriwayatkan bahwa Zurarah pernah bertanya kepada Abul-Hasan
Ar-Ridla (yaitu Ali Ridla - yang dianggap Imam ke-8 Syi'ah) : "Apakah
boleh masa mut'ah sesaat atau dua saat (yaitu ukuran waktu yang
pendek) ? Maka dijawab : "Yang boleh bukan sesaat atau dua saat,
tetapi perjanjian mut'ahnya adalah sekali jima' atau dua kali atau
sehari atau dua hari, semalam atau dua malam dan yang
semisalnya".

II. HUKUM NIKAH MUT'AH


3
. Catatan atas jawaban lengkap Dr.Hasan terhadap seminar sehari tentang Syiah
,hal. 46.

2
Adapun dalil-dalil yang mengharamkan nikah mut'ah ini
adalah sebagai berikut:

1) Al-Quran Al-Karim
Al-Quran Al-Karim sama sekali tidak pernah menghalalkannya,
sehingga nikah mut'ah itu tidak pernah dihalalkan oleh Al-Quran Al-
Karim .
j
Dalam suatu Riwayat Aisyah Istri Rasulullah n juga
mengatakan bahwa haramnya nikah mut`ah itu karena ada ayat Al-
Quran Al-Kariem yang melarangnya. Yaitu surat Al-Mu`minun ayat 5
dan 6. firman Allah l :
   
    
   
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka
Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.(Qs. Al-Mu'minun;
5-6)
Selain itu ada juga ayat lainnya yang menasakh kebolehan
nikah mut`ah, yaitu ayat tentang waris. Dalam ayat tentang waris,
jelas sekali bahwa yang dimut`ah tidak mendapatkan warisan apa-
apa.

2) Ijma' Seluruh Ummat Islam


Seluruh umat Islam telah sampai pada posisi ijma' tentang
pengharamannya. Semua sepakat menyatakan bahwa dalil yang
pernah menghalalkan nikah mut'ah itu telah dimansukhkan sendiri
oleh Rasulullah n. Tak ada satu pun kalangan ulama ahli sunnah
yang menghalalkannya kecuali oleh ulama syiah sendiri.

3) Hadits Rasulullah n
Dalil-dalil dari hadits yang mengaramkannya pun jelas dan
shahih lagi. Sehingga tidak alasan bagi kita saat ini untuk
menghalalkannya ,di antaranya :
1. Hadis Ali bin Abi Thalib a;
‫عن علي إبن أبي طالب رضي الله عنه قا ل إن النبي ص نهى‬
‫عن المتعة وعن لحوم الحمر ل حلية زمن خيبر‬
"Dari Ali bin Abi Thalib a berkata : ''Sesungguhnya Rasulullah n
melarang nikah mut'ah dan memakan daging khimar jinak pada
waktu perang khaibar [ HR.Bukhori 5115,Muslim 1407]
2. Hadis Sabrah bin Ma'bad Al-Juhaini a:
‫أ مرن رسول‬: ‫عن سهرة إبن معبد الجهيني رضي الله عنه قال‬
‫الله ص با المتعة عا م الفتح حين دخلنا مكة ثم لم يخرج منها‬
‫ قال يأيها الناس إني قد كنت أذنت‬: ‫وفي رواية‬. ‫حتي نهانا عنها‬

3
‫لكم في ل ستمتاع في النسا ء و إن الله قد حرم ذالك إلي اليوم‬
‫القيا مة فمن كا ن عنده منهن شئ فليخل سبيله‬
'' Dari Sabrah bin Ma'bad Al-juhaini Ra berkata : " Rasulullah
sallallohu'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah mut'ah
pada tahun fathu mekah saat kami masuk mekah kemudian beliau
melarang kami ketika sebelum kami keluar dari mekah ''. dan
dalam Riwayat yang lain :'' Rasulullah n bersabda : ''Wahai sekalian
manusia ,sesungguhnya saya dahulu telah mengizinkan kalian
mut'ah dengan wanita .sekarang Allah telah mengharamkannya
sampai hari kiamat ,maka barang siapa yang memiliki istri dari
mut'ah maka hendaklah di ceraikan .''[HR.Muslim 1406,Ahmad
3/404,Thobroni dalam AL-Kabir 6536,Baihaqi 7/202,AD-Darimi
2/140]

3. Hadis Salamah bin Akwa a :


‫ رخص رسول الله‬: ‫عن سلمة إب ل قواع رضى الله عنه قال‬
‫عام أوطا س في المتعة ثل ث ثم نهى عنه‬
''Dari Salamah bin Akwa a berkata ; '' Rasulullah n memberikan
keringanan untuk mut'ah selama tiga hari pada perang Authos
kemudian beliau melarangnya [HR.Muslim 1023]

4) Al-Baihaqi menaqal dari Ja'far bin Muhammad bahwa beliau


ditanya tentang nikah mut'ah dan jawabannya adalah bahwa nikah
mut'ah itu adalah zina itu sendiri.

5) Mut'ah Tidak Sesuai dengan Tujuan Pernikahan


Selain itu nikah mut'ah sama sekali tidak sejalan dengan tujuan
dari pernikahan secara umum, karena tujuannya bukan membangun
rumah tangga sakinah. Sebaliknya tujuannya semata-mata
mengumbar hawa nafsu dengan imbalan uang.,

6) Merendahkan harkat perempuan karena perempuan


dipandang
sebagai obyek seksual kaum pria belaka. Berpeluang
disalahgunakan dan hanya sebagai pelampiasan hawa nafsu .

7) Mut'ah Tidak Berorientasi untuk Mendapatkan Keturunan


Apalagi bila dikaitkan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk
mendapatkan keturunan yang shalih dan shalihat. Semua itu jelas
tidak akan tercapai lantararan nikah mut'ah memang tidak pernah
bertujuan untuk mendapatkan keturunan. Tetapi untuk kenikmatan
seksual sesaat. Tidak pernah terbersit untuk nantinya punya
keturunan dari sebuah nikah mut'ah. Bahkan ketika dahulu sempat
dihalalkan di masa Nabi yang kemudian segera diharamkan, para
shahabat pun tidak pernah berniat membentuk rumah tangga dari
nikah mut'ah itu.

4
8) Ibnu Umar a merajam pelaku nikah mut'ah
Ungkapan bahwa nikah mut'ah itu adalah zina dibenarkan
oleh Ibnu Umar. Dan sebagai sebuah kemungkaran, pelaku nikah
mut'ah diancam dengan hukum rajam, karena tidak ada bedanya
dengan zina.
Ibnu Umar telah berkata bahwa Rasulullah n memberi izin
untuk nikah mut'ah selama tiga hari lalu beliau mengharamkannya.
Lebih lanjut tentang pelaku nikah mut'ah ini, fuqaha dari kalangan
shahabat Umar a yang agung itu berkata, "Demi Allah, takkan
kutemui seorang pun yang menikah mut'ah padahal dia muhshan
kecuali aku merajamnya."

9) Nikah Mut'ah Identik dengan Penyakit Kelamin yang


Memalukan.
Dan dampak negatif dari nikah mut'ah ini seperti yang banyak
didapati
kasusnya adalah beredarnya penyakit kelamin semacam spilis, raja
singa dan
sejenisnya di kalangan mereka yang menghalalkannya. Karena pada
hakikatnya nikah mu'tah itu memang zina.
Sungguh amat memalukan ada wanita yang rapi berjilbab,
menutup aurat dan mengesankan dirinya sebagai wanita baik-baik,
tetapi datang ke dokter spesialis gara-gara terkena penyakit khas
para pelacur. Nauzu billahi min zallik!!!

10) Mereka yang Menghalalkan Mut'ah Tidak Rela Anak


Wanitanya Dinikahi Secara Mut'ah.
Ini adalah dalil bahwa nikah mut'ah itu bertentangan dengan
fithrah manusia. Seandainya orang-orang yang menghalalkan nikah
mut'ah itu punya anak wanita yang disayanginya, dipelihara dengan
kasih sayang, dibesarkan dan diberikan pendidikan serta rizki yang
cukup, lalu setelah besar hanya dijadikan piala bergilir oleh laki-laki
manapun yang mau membayarnya dengan beberapa uang receh,
tentu saja hatinya menjerit untuk menolak nikah mut'ah.
Sungguh aneh melihat ada orang tua yang rela anak
perempuannya disetubuhi hanya berdasarkan kesepakatan kontrak
dan menerima bayaran dari jasa kenikmatan. Sungguh nikah mut'ah
tidak ada bedanya dengan pelacuran yang dilegalkan.

III. FATWA PARA ULAMA TENTANG NIKAH MUT'AH

Ulama Madzhab Hanafi :


1. Imam Al-Sarakhsi berkata : ''Nikah mut'ah ini batil
menurut madzhab kami ''4.
2. Imam Al-Kasani berkata: ''Tidak boleh nikah yang
bersifat sementara yaitu nikah mut'ah '' 5.
4
. Al-Mabshut, 5/152.
5
. Bada'I Al-Shana'I , 2/272.

5
3. Imam Abu Ja'far Ath-Thohawi berkata; ''Sesungguhnya
semua hadis yang membolehkan nikah mut'ah telah di
mansukh ( di hapus)''6.Beliau juga berkata 7: lihatlah umar
beliau melarang nikah mut'ah di hadapan semua sahabat
,tanpa ada yang mengingkari .ini adalah dalil bahwasanya
mereka mengikuti larangan Umar, dan kesepakatan mereka
untuk melarang hal tersebut adalah hujjah atas di hapusnya
kebolehan mut'ah .''

Ulama Madzhab Maliki:


1. Imam Malik bin Anas v berkata : ''Apabila seorang
lelaki menikahi wanita dengan di batasi waktu maka nikahnya
batil ''.8
2. Imam Ibnu Rusyd v berkata ; ''Hadis –hadis yang
mengharamkan nikah mut'ah mencapai peringkat yang
mutawatir''.9
3. Imam Ibnu Abdil Barr v ; ''Adapun semua shahabat
,Thabi'in dan orang-orang yag setelah mereka mengharamkan
nikah mut'ah, di antara mereka adalah Imam Malik dari
Madinah, Abu Hanifah dan Abu Tsur dari Kufah, Al-Auza'I dari
Syam, laits bin Sa'ad dari Mesir serta seluruh ulama hadis 10

Ulama Madzhab Syafi'I :


1. Imam Asy-Syafi'I berkata : ''Nikah mut'ah yang di larang
itu adalah semua nikah yang di batasi dengan waktu baik
pendek maupun panjang'11.
2. Imam Nawawi berkata : ''Nikah mut'ah tidak di
perbolehkan, karena pernikahan itu pada dasarnya suatu akad
yang bersifat mutlak, Maka tidak sah apabila di batasi dengan
waktu12.
3. Imam Al-Khothobi berkata : ''keharaman nikah mut'ah
semacam kesepakatan antara kaum muslimin, memang nikah
ini di halalkan di awal masa Islam, Akan tetapi di haramkan
pada sa'at haji wada dan demikian itu terjadi di akhir–akhir
masa Rasulullah n dan sekarang tidak ada perbeda'an antar
para ulama mengenai keharaman masalah ini kecuali sedikit
dari kalangan orang –orang Syiah Rafidhah 13.

6
. Ma'ani Atsar , 3/26.
7
. Ibid, 3/27.
8
. Al-Mudhawannah Al-kubra,2/130.
9
. Bidayatul Mujtahid , 4/325.
10
. At-Tamhid, 10/121.
11
. Al-Umm,5/85.
12
. Al-Majmu, 17/356.
13
. Ma'alimus Sunan, 2/558.

6
Ulama Madzhab Hanbali
1. Imam Ibnu Qudamah v berkata : ''Nikah mut'ah ini batil
sebagaimana di tegaskan oleh Imam Ahmad, beliau berkata :
''nikah mut'ah haram''14.
2. Bahkan sebagian ulama menukil ijma tentang
keharaman nikah mut'ah seperti Imam Al-Baghowi
sebagaimana di nukil Syaikh Shidiq hasan khon15, Imam Al-
Qurthubi, Ibnul Al-Arobi 16, dan Sayyid Sabiq 17.
• Majlis ulama pusat telah memfatwakan akan keharaman nikah
mut'ah pada sk fatwa nomer: kep –B-679/MUI /XI/1997 18.

IV. KAPAN NIKAH MUT'AH ITU DI HARAMKAN


Pada awal Islam nikah mut'ah itu memang di halalkan,
sebagaimana tercantum dalam banyak hadis di antaranya :
1. Hadis Abdullah Bin Mas'ud a:
‫كن نغزو مع رسول‬: ‫عن عبد الله إبن مسعود رضي الله عنه قال‬
‫ أل تختصي ؟ فنهانا عن ذالك ثم‬: ‫الله ص وليس لنا نساء فقلنا‬
‫رخص لنا أن ننكح المرأة با لثوب إلي أجل‬
'' Dari Abdullah bin Mas'ud a berkata : ''Kami berperang bersama
Rasulullah n sedangkan kami tidak membawa serta istri –istri kami ,
Maka kami berkata; ''bolehkah kami berkebiri? Namun Rasululullah
n melarangnya tapi kemudian beliau memberikan keringanan untuk
menikahi wanita dengan mahar pakaian sampai batas waktu
tertentu19.

2. Hadis Jabir dan Salamah h :


: ‫عن جابر أبن عبد الله وسلمة إبن أل كواع رضي الله عنه قال‬
‫ إنه قد أذن لكم أن‬: ‫كنا في جيش فأ تان رسول الله فقا ل‬
‫تستمعوا فاستمتعوا‬
''Dari Jabir bin Abdillah dan Salamah bin Akwa h berkata : ''Pernah
kami dalam sebuah peperangan, lalu datang kepada kami
Rasulullah n dan berkata ; ''Telah di izinkan bagi kalian untuk
menikah mut'ah maka sekarang mut'alah [HR.Bukhori 5117]
Namun hukum ini telah dimansukh (dihapus ) dengan
larangan Rasululullah n untuk menikah mut'ah sebagaimana
beberapa hadis di atas . Akan tetapi para ulama berselisih pendapat
kapan di haramkannya nikah mut'ah tersebut dengan perselisihan
yang tajam, namun yang rajih –Wallahu a'lam –bahwa nikah mut'ah
di haramkan pada sa'at Fathu mekkah th 8H. ini adalah tahqiq Imam
14
. Al-Mughni, 6/644.
15
. Raudhoh Nadiyah, 2/165. Ma'at Ta'liqot.
16
. Bidayatul Mujtahid ,2/48.
17
. Fiqhus Sunnah , 2/130.
18
. lihat mengapa kiata menolak syiah , kumpulan makalah seminar nasional
tentang syiah oleh LPPI Jakarta hal 185.
19
. HR.Bukhori, 5075, Muslim, 1404.

7
Ibnul Qoyyim 20, Al-Hafizh Ibnu Hajar 21, Syaikh Al-Al-Bani 22 (lihat
tambahannya ini pada Jami'Ahkamin Nissa, Syaih Al-Adawi 3/169-
189).

V.NIKAH MUT'AH YANG DI HALALKAN DI AWAL ISLAM


Nikah mut'ah yang di halalkan di awal era islam bukan mut'ah
ala Syiah yang sudah banyak meracuni dan merusak kaum
muslimin, karena mut'ah yang pernah di halalkan namun kemudian
di haramkan itu memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
Pertama: Tidak sedang berada di tempat tinggalnya , Namun
sedang melakukan safar maupun pada sa'at jihad yang mana dia
tidak bisa membawa istrinya. jadi di halalkannya nikah mut'ah di
awal Islam adalah sa'at terpaksa bukan dalam keada'an lapang. Hal
ini di tunjukan oleh hadis Ibnu Mas'ud, Jabir bin Abdillah dan
Salamah bin Akwa di atas g. dan ini di perkuat oleh Riwayat Imam
Bukhori 5116 dari Abi Jamroh berkata: ''Saya mendengar Ibnu Abbas
a di tanya tentang nikah mut'ah lalu beliau membolehkannya, Maka
ada bekas budak beliau yang berkata : ''Itu hanya dalam kead'an
yang terpaksa dan sa'at wanita sedikit.''Maka Ibnu Abbas a
menjawab : ''benar.
Berkata Al-Qadhi Iyadh :'' Semua hadis di atas tidak ada yang
menunjukan bahwa mutah dilakukan sa'at berada di tempat
tinggalnya ,namun di lakukan sa'at dalam perjalanan perang atau
sa'at terpaksa dan tidak ada istri yang bersamanya 23.
Kedua: Harus memenuhi Syarat akad nikah yang sah, yaitu
izin wali wanita , adanya dua orang saksi dan adanya mahar serta
apabila telah selesai masa mut'ah si wanita wajib melakukan iddah
sehingga jelas apakah di hamil ataukah tidak? karena kalau hamil
maka anak itu di nasabkan kepada bapaknya 24.
Berkata Imam Ibu Athiyah v : ''Nikah mut'ah yang pernah di
bolehkan adalah apabila seorang laki-laki menikahi wanita dengan
dua orang saksi dan izin wali sampai batas waktu tertentu, hanya
saja tanpa hak saling mewarisi antar keduanya namun tetap harus
dengan mahar atas kesepakatan keduanya, dan apabila telah
selesai masanya, Maka dia tidak lagi mempunyai hak atas istrinya
dan harus istibra rahimnya (mengkosongkan rahim dari janin dan itu
bisa diketahui dengan datangnya haid atau melahirkan), karena
anak yang lahir akan dinasabkan kepada ayah tapi apabila tidak
hamil maka dia boleh menikah dengan yang lainnya.
Imam Al Qurthubi v berkata: "Apabila nikah mut'ah tanpa
saksi dan Wali: hal itu adalah perzinaan sama sekali tidak
diperbolehkan dalam Islam, 25.

20
. Za'adul Ma'ad, 3/495.
21
. Fathul Baari , 9/170.
22
. Irwa'ul Gholil , 6/314.
23
. Syarh Shahih Muslim, 9/1179.
24
. Al-Mufashal fie Ahkamil Mar'ah , Syaikh Abdul Karim Zaidan, 6/174.
25
.Tafsir Qurthubi, 5/132.

8
Hal ini sangat jauh berbeda dengan praktek mut'ah yang
dilakukan sebagian orang sekarang ini karena mereka memang
mereka mengadopsi dari mut'ah Syiah yang mana tidak disyaratkan
adanya wali dan saksi 26.
Berkata Syaikh Abdul Karim Zaidan : "Setelah memaparkan
model nikah Mut'ah Syiah Ja'fariyah yang kita ambil dari kitab -kitab
monumental mereka, Maka sangat jelas dan gamblang akan
kebatilan nikah ini dan ini bukan mut'ah yang pernah dihalalkan di
awal masa islam 27.
Hikmah atau Rahasia dibolehkannya kawin mut'ah waktu itu,
ialah karena masyarakat Islam waktu itu masih dalam suatu
perjalanan yang kita istilahkan dengan masa transisi, masa
peralihan dari jahiliah kepada Islam. Sedang perzinaan di masa
jahiliah merupakan satu hal yang biasa dan tersebar di mana-mana.
Maka setelah Islam datang dan menyerukan kepada pengikutnya
untuk pergi berperang, dan jauhnya mereka dari isteri merupakan
suatu penderitaan yang cukup berat. Sebagian mereka ada yang
imannya kuat dan ada pula yang lemah. Yang imannya lemah, akan
mudah untuk berbuat zina sebagai suatu perbuatan yang keji dan
cara yang tidak baik.

VI. NIKAH MUT'AH DALAM AJARAN SYI'AH DAN DAMPAK


NEGATIFNYA
Nikah mut'ah dalam ajaran Syiah adalah kawin yang di
lakukan berdasarkan mahar tertentu. masa berlakunya bisa
setengah jam, bisa satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan dan
seterusnya, sesuai dengan akad perjanjian di kedua belah pihak
tergantung kesanggupan membayarnya .
Kawin mut'ah menurut Syiah syaratnya ada lima yaitu :
1. Calon Istri
2. Calon Suami
3. Mahar
4. Batas Waktu
5. Ijab Kabul .
Kawin mut'ah ini tidak perlu wali dan tidak perlu saksi dan
tidak ada hak waris-mewarisi. kalau ada anak yang lahir akibat
mut'ah ini adalah menjadi tanggung jawab ibunya karena faraj
ibunya waktu melakukan kawin mut'ah tadinya sudah di bayar 28.

Mahar nikah mut'ah


At-Tusi mencuplik dalam tahdzib : ''Adapun mahar mut'ah
adalah suatu perkara yang mereka saling ridho sedikit atau banyak.
Aku berkata kepada Abi Abdillah, Apa mahar kawin mut'ah yang
paling rendah. beliau berkata ; ''Segenggam gandum29.

26
. Al Mufashal, 6/175-177.dan kitab mereka An-Nihayah oleh ath -Thusi hal. 489.
27
. Ibid .
28
. Catatan atas jawaban lengkap Dr. Hasan terhadap seminar Nasional sehari
tentang Syiah hal 46.
29
. Ibid, hal. 49.

9
Keutama'an nikah mut'ah menurut paham Syi'ah
Nikah mut'ah menurut ajaran mereka memiliki keistimewa'an
yang besar dalam aqidah mereka terlebih oleh kalangan Rafidhah
sendiri, di katakan dalam kitab Minhajul Qasidien yang di tulis oleh
Fathullah Al-Kasani hal 356 , dari As-Shadiq bahwasanya Mut'ah
adalah bagian dari agamaku , dan agama nenek moyangku, dan
barangsiapa yang mengamalkannya berarti Ia mengamalkan agama
kami, dan barang siapa yang yang mengingkarinya berarti Ia
mengingkari agama kami, bahkan Ia bisa di anggap beragama
dengan selain agama kami, dan anak yang di lahirkan dari hasil
perkawinan mut'ah lebih utama daripada anak yang di lahirkan dari
perkawinan yang tetap, dan orang yang mengingkari nikah mut'ah
Ia kafir dan murtad30.
Sebenarnya nikah mut'ah yang di lakukan oleh aliran Syiah ini
adalah suatu praktek pelacuran yang di kemas dengan istilah nikah,
dan untuk mendukung praktek pelacuran yang di kemas dengan
rapi tersebut, Imam--Imam syiah membikin hadis dusta atas nama
Ahlu Bait mengatakan keutama'an nikah mut'ah tersebut
diantaranya seperti :
1. Fathullah Al-kasani menyebutkan di dalam tafsirnya
dari Rasulullah n. bahwasanya beliau bersabda : ''Barang
siapa yang bermut'ah satu kali maka derajatnya seperti
sayidina Husein. Barang siapa yang bermut'ah dua kali,
Maka derajatnya seperti sayidina Hasan. Barang siapa yang
bermut'ah tiga kali maka derajatnya seperti sayidina Ali a.
Barang siapa yang bermut'ah empat kali maka derajatnya
seperi derajatku .
2. Al-kasani menyebutkan pula dari Rasulullah n : Barang
siapa yang keluar dari dunia padahal dia belum bermut'ah
maka dia akan dating pada hari kiamat dalam keada'an
hilang hidungnya.
3. Di cupliknya dari tafsirnya Al-Kasani juga dalam bahasa
persi yang di terjemahkan ke dalam bahasa Arab, yaitu dari
Rasulullah n bersabda ; ''Telah datang kepadaku Malaikat
Jibril dengan membawa hadiah dari tuhanku. hadiah itu
adalah nikah mut'ah pada perempuan-perempuan mu'min.
dan belum pernah Allah l memberikan hadiah pada
seseorang pun sebelumku dari para nabi terdahulu ……
Barang siapa yang bermut'ah sekali dalam hidupnya ,
jadilah dia ahli surga……''
4. Di nukil dari A l-Qummi dalam bukunya Man laa
Yahduruhul Faqih , dari Abdillah bin Sinan dari Abi Abdillah,
Ia berkata, '' Sesungguhnya Allah l mengaharamkan atas
orang-orang Syiah segala minuman yang memabukan dan
menggantikan bagi mereka dengan mut'ah
Kalangan Rafidhah sendiri tidak membatasi dengan jumlah
tertentu dalam mut'ah, di katakan dalam buku Furu'ul Kaafi dan Al-
30
. menyingkap kesesatan aqidah Syiah, Syaikh Abdullah bin Muhammad, hal. 44.

10
Isthibar dari Zurorah dari Abi Abdillah, Ia berkata ''Saya bertanya
kepadanya tentang jumlah wanita yang di mut'ah, Apakah hanya
empat wanita ? Ia menjawab , nikahilah (dengan mut'ah) 1000
wanita, karena mereka wanita-wanita itu di kontrak.31

Alasan-alasan kelompok pro nikah mut’ah


1. Landasan nikah mut’ah sudah jelas tertera pada Qs .An-
nisa Ayat
2. Banyak hadist yang mendukung nikah mut’ah.
3. Pengharaman nikah mut’ah hanya dilakukan pada
zaman Umar bin Khattab
4. Mencegah terjadinya perbuatan zinah dan kejahatan
seksual
5. Anjuran puasa dan olahraga belum dapat mengatasi
dorongan seksual.
6. Sebagai sarana penjajagan nikah permanen.
Bahwasanya hujjah-hujjah mereka dia atas adalah hujjah-
hujjjah yang batil yang tidak memiliki sandaran yang sangat kuat
dan para ulama Ahlussunnah telah banyak yang membantah hujjah
mereka .

Dampak negatifnya
Pertama; Banyak didapati kasusnya adalah beredarnya
penyakit kelamin semacam spilis, raja singa dan sejenisnya di
kalangan mereka yang menghalalkannya. Karena pada hakikatnya
nikah mu'tah itu memang zina. Kedua : "Merusak garis nasib
manusia. Dalam nikah mut’ah, suami tidak bisa menceraikan istri
sebelum masa kontrak selesai, namun ia (laki-laki) bisa
menghadiahkan waktu mut’ahnya kepada laki-laki lain tanpa
persetujuan istri.
Ketiga : ''Berpeluang disalahgunakan dan hanya sebagai
pelampiasan
hawa nafsu seksual belaka .
Ke'empat: Merendahkan harkat perempuan karena
perempuan dipandang sebagai obyek seksual kaum pria belaka.
Di antara firqoh Syiah yang menghalalkan nikah model ini
adalah Syiah Imamiyah terlebih Rafidhah.

VII. SYUBHAT DAN JAWABANNYA


Orang-orang yang berusaha meracuni umat islam dengan
mut'ah , mereka membawa beberapa syubhat untuk menjadi
tameng dalam mempertahankan tindakan keji mereka, tetapi
tameng itu terlalu rapuh . seandainya bukan karena ini sudah
mengkotori fikiran sebagian kaum muda umat Islam, Maka kita tidak
usah bersusah payah untuk membantah. syubhat tersebut adalah:
1. firman Allah l :
  
    
31
.Ibid , hal. 44-45.

11
   
    
    
   
    
   
     
    
     
   
''Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami,
kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan
hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi
kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan
hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang
telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada
mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban;
dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.[Qs. Al
An nisa : 24]
Dengan dalih ayat di atas, Mereka mengemukakan tiga alasan
sebagai berikut
1. Dalam ayat di atas Allah l membuat ungkapan lafadz
Istimta' bukan dengan lafadz nikah, padahal istimta' dengan
mut'ah adalah satu makna.
2. Allah l memerintahkan pada ayat di atas agar seseorang
laki-laki memberikan upah, sementara mut'ah merupakan
akad sewa'an untuk mendapatkan manfa'at kemaluan .
3. Sesungguhnya Allah l meemerintahkan agar seseorang
laki-laki memberikan upah kepada perempuan setelah
menggauli, sedangkan cara itu hanya ada pada akad sewa-
menyewa dan nikah mut'ah . sementara mahar hanya di
berikan ketika proses akad nikah sedang berjalan

Jawab:
Memang sebagaimana ulama menafsirkan "Istimta'tum"
dengan nikah mut'ah, Akan tetapi tafsir yang benar dari ayat ini
adalah; Apabila kalian menikahi wanita lalu kalian berjima dengan
mereka, Maka berikanlah maharnya sebagai sebuah kewajiban atas
kalian .
Imam Ath-Thabari v berkata: ''Setelah memaparkan dua tafsir
ayat tersebut : ''Tafsir yang paling benar dari ayat tersebut adalah
kalau kalian menikahi wanita lalu kalian berjima dengan mereka
maka berikanlah maharnya, karena telah datang dalil dari
Rasulullah n akan haramnya nikah mut'ah 32.
32
.Tafsir Ath-Thabari, 8/175.

12
Imam Al-Qurthubi v berkata: ''Tidak boleh ayat ini di gunakan
untuk menghalalkan nikah mut'ah karena Rasulullah n telah
mengharamkannya 33.
Dan kalau toh seandainya kita terima bahwa ma'na dari ayat
tersebut adalah nikah mut'ah maka hal itu berlaku di awal Islam
sebelum di haramkan 34.
Syaik Abdullah bin Jibrin berkata v ; ''Bahwasanya orang-
orang Rafidhah menghlalkan nikah mut'ah denagn dalil dengan ayat
tersebut, lalu cara untuk menjawab dalil mereka adalah ; ''Ayat-ayat
di bawah ini samapi dalil yang dijadikan sdandaran oleh Syiah
adalah berbicara tentang masalah nikah yang sebenarnya di mulai
dengan ayat :
   
   
  
''Tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa
….''[ Qs.An-Nissa :19]
Sampai dengan ayat :
   
  
'' Dan jika ingin menganti istrimu dengan istri yang lain [ Qs.An-
Nissa ;20]
Sampai dengan ayat :
    
'' Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah di kawini
oleh ayahmu [ Qs.An-nissa;22]
'' kemudian di tambah lagi dengan ayat :

   


'' Di haramkan atas kamu mengawini ibu-ibumu [ Qs.An-Nissa :
23]
'' Setelah Allah l memaparkan kepada kita jumlah wanita yang
haram di nikahi baik di karenakan nasab keturunan atau di
karenakan sebab lainnya . Allah l lalu berfirman:
   

Di halalkan bagi kamu selain yang demikian''[ Qs.An-Nissa: 24]
Maksudnya ''Wanita –wanita yang di sebutkan di atas, atau di
bolehkan bagi kalian menikahi wanita-wanita yang selain yang di
sebutkan .
Adapun jika kalian menikahi mereka (selain yang di sebutkan di
atas) untuk kalian setubuhi maka berikanlah maharnya yang mana
telah kalian tentukan untuknya, dan jika mereka (para istri )

.Tafsir Al-Qurthubi, 5/132.


33

.Tafsir Qurthubi, 5/133, Ibnu Atsir, 1/474, Al-Mufashal fie Ahkamil Mar'ah, 6/166.
34

dan Raudhoh Nadiyah, 2/165.

13
membebaskan sebagian dari maharnya dengan kerela'an hati,
Maka tidak dosa engkau menerimanya ….'' 35
2. Hadist Abdullah bin Mas'ud, Jabir bin Abdillah dan Salamah bin
Akwa g di atas menunjukan bahwa nikah mut'ah adalah halal.

Jawab :
Semua hadis yang menunjukan halalnya mut'ah telah di hapus
(mansukh) 36. hal ini sangat jelas sekali dengan sabda Rasulullah
n :"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya saya dahulu telah
mengizinkan kalian mut'ah dengan wanita, ,sekarang Allah l telah
mengharamkannya sampai hari kiamat''
Berkata Imam Bukhari v : ''Setelah meriwayatkan hadis Jabir
dan Salamah : ''Ali a telah menjelaskan dari Rasulullah n bahwa
hadis tersebut telah di mansukh( di hapus) .
3. Sebagian para sahabat masih melakukan mut'ah sepeninggal
Rasulullah n sampai Umar melarangnya, sebagaimana di sebutkan
dalam banyak riwayat , di antaranya :
'' Dari Jabir bin Abdillah berkata : ''Dahulu kita nikah mut'ah dengan
mahar segenggam kurma atau tepung pada masa Rasulullah n juga
Abu Bakar sampai Umar melarangnya [HR.Muslim 1023]

Jawab :
''Riwayat Jabir ini menunjukan bahwa beliau belum mengetahui
terhapusnya kebolehan Mut'ah . berkata Imam An-Nawawi v :
''Riwayat ini menunjukan bahwa orang yang masih melakukan
mut'ah pada masa Abu Bakar dan Umar h belum mengetahui
terhapusnya hukum tersebut 37.

4. Telah terjadi Ijma bahwa nikah mut'ah di halalkan di awal


islam , sedang apa yang telah terjadi ijma tidak mungkin di hapus
dengan ijma baru .

jawab ;
Syaikh Abdul Karim Zaidan berkata: ''Yang menghalalkan
nikah mut'ah di awal islam adalah sunnah Rasulullah n dan
kemudian di haramkan juga dengan Sunnah Rasulullah n, jadi tidak
ada hubunganya antara ijma dengan penghalalan di awal islam dan
pengharamannya di kemudian ''38
5. Ali bin Abi Thalib a berkata ; ''Seandainya Umar bin Khatab a
tidak mendahuluiku, pasti akan ku perintahkan untuk mut'ah dan
tidak ada yang berzina kecuali orang-orang yang celaka [HR.Abdur
Rozzak 14029]
35
. Menyingkap kesesatan Aqidah Syiah ,hal 46-49.
36
. Raudhah Nadiyah , Syaikh Sidiq Hasan Khon, 2/165.
37
. Syarah Shahih Mmuslim, 3/555; Fathul Baari; Zaadul Ma'ad, 3/462; Jami
Ahkamin Nissa 3/191.
38
. Al-Mufashal, 6/169.

14
Jawab:
Riwayat dari Ali a ini lemah dari sisi sanad maupun matan ,
adapaun sanad karena antara Ibu Juraij dengan Ali ada Rowi yang
mubham (tidak di sebut namanya ). Adapun dari sisi matan karena
riwayat ini bertentangan dengan Riwayat dari Ali sendiri dalam
Shohih Bukhori dan Muslim bahwa nikah mut'ah telah di haramkan.
kemudian ucapan Ali a tersebut tidak masuk akal karena
bagaimana mungkin beliau mendiamkan Umar bin Khatab a yang
mengharamkan sesuatu yang halal ? Demi Allah l ini adalah
pelecehan terhadap kehormatan Ali bin Abi Thalib a . selanjutnya
anggaplah Ali takut kepada Umar sehingga tidak berani
menegurnya dalam pengharaman mut'ah pada saat beliau
memegang tampuk kekholifahan ?jawablah wahai orang-orang yang
berakal ?!! 39.

6. Abdullah bin Abbas a membolehkan nikah mut'ah secara


muthlak , sebagaimana riwayat Abdurrazak dalam Mushonaf 14022
dengan sanad yang shahih .

Jawab:
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas a secara Pribadi dan Insya
Allah beliau mendapatkan satu pahala dengan ijtihadnya akan
tetapi apabila beliau salah dalam masalah ini karena telah datang
dalil yang amat jelas tentang keharaman mut'ah dan kewajiban kita
adalah Ta'at kepada Allah l dan Rasulnya . firman Allah l ( Qs.An-
Nissa :59)
Tidak ada seorang pun yang ma'shum sebagaimana ucapan
Imam Malik : ''Semua orang bisa di tolak pendapatnya kecuali
Rasulullah n .
Telah shahih bahwasanya Ibnu Abbas a meralat fatwanya dan
melarang mut'ah sebagaimana yang di jelaskan dengan cara yang
bagus oleh Imam Syaukani dalam nailulAuthar6/169-170.

7. Salah seorang Syiah kontemporer berkata : "Tidak semua


orang mampu untuk menikah untuk selamanya terutama pemuda
karena bebagai sebab, padahal mereka sedang mengalami masa
puber dalam hal seksualnya , Maka dengan banyaknya goda'annya
pada sa'at seperti itu sangat mungkin menjerumuskan mereka
dalam perbuatan zina, oleh karena mut'ah adalah solusi agar
terhindar dari perbuatan keji tersebut40.

Jawab:
Ucapan ini adalah salah satu dari pangkal sampai ujungnya ,
cukup kita mengatakan dengan tiga hal:

39
. Ensklopedi Sunnah Syiah , Dr.Ahmad Ali As-Salus, 2/433.
40
. Mut'ah Fie Islam , Husain Yusuf Al-Amili, hal. 12-14.

15
1. pertama mut'ah jelas keharamannya ,dan sesuatu yang
haram tidak pernah Allah jadikan sebagai obat dan solusi .
2. ucapan ini hanya melihat solusi dari sisi laki-laki yang sedang
menggejolak nafsunya tanpa memalingkan pandangan kepada
keada'an wanita yang di jadikan sebagai tempat pelampiasan
syahwat ,lau apa bedanya antara Ini dengan pelacuran komersial .
3. Islam telah memberikan solusi tanpa efek samping pada siapa
pun yaitu dengan pernikahan yang besifat abadi kalau belum
mampu maka dengan puasa yang bisa menahan nafsunya
,sebagaimana sabda Rasulullah n :
"Wahai para pemuda ,barangsiapa yang mampu menikah, Maka
hendaklah Ia menikah, karena itu bisa menundukan pandangan dan
menjaga kemaluan , dan barang siapa yang tidak mampu maka
hendaklah Ia berpuasa karena itu bisa menjadi tameng baginya
[HR.Bukhori 5066,Muslim 1400]

Referensi :
1) Menyingkap kesesatan Aqidah Syiah , Syaikh Abdullah
bin Muhammad
2) Menikah dengan Non Muslim , Syaikh Hasan khalid
3) Az-zawaj fie dzilli Islam , Abdurrahman Abdul kholik
4) Majalah Al-Fur'qon edisi 4.1
5) Catatan atas jawaban lengkap Dr .O.Hasyem terhadap
seminar sehari tentang Syiah , M .Amin Jamaluddien .
6) Syiah Rowafidh Thawaif Syirk Wariddah, Abu Basier.
7) kaset Ceramah berjudul Zawaj Mut'ah yang di
sampaikan oleh Syaikh Utsman Al-Khomis di publikasikan oleh
Maktabah Al-Islamiyah kuwait
8) www.Era muslim.net, dll

16

Anda mungkin juga menyukai