Nikah Mut'ah
Menurut Kacamata Islam
I.PENGERTIAN MUT'AH
Mut'ah secara bahasa berasal dari kata "Tamattu" yang
berarti bersenang-senang atau menikmati 1.
Adapun secara istilah, yaitu :
Pertama: ''Nikah mut'ah itu sendiri, yang pernah
diperbolehkan Rasulullah n sebelum pengharamannya sampai hari
kiamat. ada Beberapa definisi yang disampaikan oleh para ulama'
di antaranya adalah :
1. Seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan
memberikan sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu
,pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang
telah di tentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban dalam
memberikan nafkah maupun tempat tinggal dan tanpa
adanya saling mewarisi antara keduanya jika antara keduanya
ada yang meninggal sebelum berakhirnya masa nikah mut'ah
itu 2 .
2. Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni jilid 7 halaman
136 : "Makna nikah mut'ah adalah mengawini wanita dengan
masa tertentu seperti mengatakan : "Aku kawinkan engkau
dengan putriku sebulan atau setahun atau sampai
berakhirnya musim haji yang sedang berlaku ini atau sampai
datang musim haji dan yang semisalnya baik masa tertentu
atau tidak tertentu".
3. Ibnu Daqqil-Ied dalam Ihkaamul-Ahkaam Syarh
'Umdatul-Ahkaam Juz 2 halaman 193 : "Nikah mut'ah adalah
menikahkan seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk
masa tertentu".
1
.Mu'jamul Wasith, 2/52.
2
. fathul Baari, 9/167; Syarah Shahih Muslim , 3/554 ; Jami Ahkamin Nissa , 3/169.
1
4. Ibnu 'Athiyyah (seorang ulama tabi'in) : Mut'ah yang
dilakukan dahulu ialah seorang laki-laki menikahi wanita
dengan disaksikan oleh dua orang saksi dan ijin dari wali
sampai masa tertentu dengan tidak ada waris-mewarisi antara
keduanya dan pria tersebut memberi (mahar) perempuan itu
dengan apa yang disepakati berdua, dan bila habis masa
pernikahan tersebut maka laki-laki tersebut tidak punya hak
apa-apa terhadap wanita tersebut (yaitu hak suami terhadap
istri) dan dipastikan bahwa rahim wanita tersebut tidak
terdapat janin (dengan menunggu dua kali haidl), karena anak
dari hubungan nikah mut'ah ini adalah ikut ayahnya dengan
tanpa keraguan. Bila wanita itu tidak hamil maka Ia halal
untuk dinikahi oleh laki-laki lain dengan cara mut'ah ini"
(dinukil oleh Imam Qurthubi dalam Al-Jami' lil-Ahkaamil-Qur'an
jilid 2 halaman 1702 ketika menafsirkan QS. 4 : 24). Definisi
ini juga dinukil oleh Imam Thabari dari Imam As-Suddi dengan
sanadnya sebagaimana definisi Ibnu 'Athiyyah di atas.
Sehingga perbedaan nikah mut'ah di zaman Rasulullah n
dengan nikah Islami secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. THALAQ - Mut'ah tidak memakai Thalaq untuk
berpisahnya suami-istri.
2. WARIS - Pria wanita yang nikah mut'ah tidak saling
mewarisi.
3. WAKTU- Nikah mut'ah berlaku untuk masa tertentu saja
sebagaimana yang disepakati pada awal/aqadnya.
Seandainya kalau Kalau dilihat pada QS. Ath-Thalaq ayat 1
dan 4 serta QS. Al-Baqarah ayat 224, Maka ayat-ayat tersebut
berbicara tentang 'iddah dan thalaq. Sehingga dengan turunnya
ayat tersebut yang mensyari'atkan Thalaq dan 'Iddah, menasakh
kebolehan nikah mut'ah.
2
Adapun dalil-dalil yang mengharamkan nikah mut'ah ini
adalah sebagai berikut:
1) Al-Quran Al-Karim
Al-Quran Al-Karim sama sekali tidak pernah menghalalkannya,
sehingga nikah mut'ah itu tidak pernah dihalalkan oleh Al-Quran Al-
Karim .
j
Dalam suatu Riwayat Aisyah Istri Rasulullah n juga
mengatakan bahwa haramnya nikah mut`ah itu karena ada ayat Al-
Quran Al-Kariem yang melarangnya. Yaitu surat Al-Mu`minun ayat 5
dan 6. firman Allah l :
Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka
Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.(Qs. Al-Mu'minun;
5-6)
Selain itu ada juga ayat lainnya yang menasakh kebolehan
nikah mut`ah, yaitu ayat tentang waris. Dalam ayat tentang waris,
jelas sekali bahwa yang dimut`ah tidak mendapatkan warisan apa-
apa.
3) Hadits Rasulullah n
Dalil-dalil dari hadits yang mengaramkannya pun jelas dan
shahih lagi. Sehingga tidak alasan bagi kita saat ini untuk
menghalalkannya ,di antaranya :
1. Hadis Ali bin Abi Thalib a;
عن علي إبن أبي طالب رضي الله عنه قا ل إن النبي ص نهى
عن المتعة وعن لحوم الحمر ل حلية زمن خيبر
"Dari Ali bin Abi Thalib a berkata : ''Sesungguhnya Rasulullah n
melarang nikah mut'ah dan memakan daging khimar jinak pada
waktu perang khaibar [ HR.Bukhori 5115,Muslim 1407]
2. Hadis Sabrah bin Ma'bad Al-Juhaini a:
أ مرن رسول: عن سهرة إبن معبد الجهيني رضي الله عنه قال
الله ص با المتعة عا م الفتح حين دخلنا مكة ثم لم يخرج منها
قال يأيها الناس إني قد كنت أذنت: وفي رواية. حتي نهانا عنها
3
لكم في ل ستمتاع في النسا ء و إن الله قد حرم ذالك إلي اليوم
القيا مة فمن كا ن عنده منهن شئ فليخل سبيله
'' Dari Sabrah bin Ma'bad Al-juhaini Ra berkata : " Rasulullah
sallallohu'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah mut'ah
pada tahun fathu mekah saat kami masuk mekah kemudian beliau
melarang kami ketika sebelum kami keluar dari mekah ''. dan
dalam Riwayat yang lain :'' Rasulullah n bersabda : ''Wahai sekalian
manusia ,sesungguhnya saya dahulu telah mengizinkan kalian
mut'ah dengan wanita .sekarang Allah telah mengharamkannya
sampai hari kiamat ,maka barang siapa yang memiliki istri dari
mut'ah maka hendaklah di ceraikan .''[HR.Muslim 1406,Ahmad
3/404,Thobroni dalam AL-Kabir 6536,Baihaqi 7/202,AD-Darimi
2/140]
4
8) Ibnu Umar a merajam pelaku nikah mut'ah
Ungkapan bahwa nikah mut'ah itu adalah zina dibenarkan
oleh Ibnu Umar. Dan sebagai sebuah kemungkaran, pelaku nikah
mut'ah diancam dengan hukum rajam, karena tidak ada bedanya
dengan zina.
Ibnu Umar telah berkata bahwa Rasulullah n memberi izin
untuk nikah mut'ah selama tiga hari lalu beliau mengharamkannya.
Lebih lanjut tentang pelaku nikah mut'ah ini, fuqaha dari kalangan
shahabat Umar a yang agung itu berkata, "Demi Allah, takkan
kutemui seorang pun yang menikah mut'ah padahal dia muhshan
kecuali aku merajamnya."
5
3. Imam Abu Ja'far Ath-Thohawi berkata; ''Sesungguhnya
semua hadis yang membolehkan nikah mut'ah telah di
mansukh ( di hapus)''6.Beliau juga berkata 7: lihatlah umar
beliau melarang nikah mut'ah di hadapan semua sahabat
,tanpa ada yang mengingkari .ini adalah dalil bahwasanya
mereka mengikuti larangan Umar, dan kesepakatan mereka
untuk melarang hal tersebut adalah hujjah atas di hapusnya
kebolehan mut'ah .''
6
. Ma'ani Atsar , 3/26.
7
. Ibid, 3/27.
8
. Al-Mudhawannah Al-kubra,2/130.
9
. Bidayatul Mujtahid , 4/325.
10
. At-Tamhid, 10/121.
11
. Al-Umm,5/85.
12
. Al-Majmu, 17/356.
13
. Ma'alimus Sunan, 2/558.
6
Ulama Madzhab Hanbali
1. Imam Ibnu Qudamah v berkata : ''Nikah mut'ah ini batil
sebagaimana di tegaskan oleh Imam Ahmad, beliau berkata :
''nikah mut'ah haram''14.
2. Bahkan sebagian ulama menukil ijma tentang
keharaman nikah mut'ah seperti Imam Al-Baghowi
sebagaimana di nukil Syaikh Shidiq hasan khon15, Imam Al-
Qurthubi, Ibnul Al-Arobi 16, dan Sayyid Sabiq 17.
• Majlis ulama pusat telah memfatwakan akan keharaman nikah
mut'ah pada sk fatwa nomer: kep –B-679/MUI /XI/1997 18.
7
Ibnul Qoyyim 20, Al-Hafizh Ibnu Hajar 21, Syaikh Al-Al-Bani 22 (lihat
tambahannya ini pada Jami'Ahkamin Nissa, Syaih Al-Adawi 3/169-
189).
20
. Za'adul Ma'ad, 3/495.
21
. Fathul Baari , 9/170.
22
. Irwa'ul Gholil , 6/314.
23
. Syarh Shahih Muslim, 9/1179.
24
. Al-Mufashal fie Ahkamil Mar'ah , Syaikh Abdul Karim Zaidan, 6/174.
25
.Tafsir Qurthubi, 5/132.
8
Hal ini sangat jauh berbeda dengan praktek mut'ah yang
dilakukan sebagian orang sekarang ini karena mereka memang
mereka mengadopsi dari mut'ah Syiah yang mana tidak disyaratkan
adanya wali dan saksi 26.
Berkata Syaikh Abdul Karim Zaidan : "Setelah memaparkan
model nikah Mut'ah Syiah Ja'fariyah yang kita ambil dari kitab -kitab
monumental mereka, Maka sangat jelas dan gamblang akan
kebatilan nikah ini dan ini bukan mut'ah yang pernah dihalalkan di
awal masa islam 27.
Hikmah atau Rahasia dibolehkannya kawin mut'ah waktu itu,
ialah karena masyarakat Islam waktu itu masih dalam suatu
perjalanan yang kita istilahkan dengan masa transisi, masa
peralihan dari jahiliah kepada Islam. Sedang perzinaan di masa
jahiliah merupakan satu hal yang biasa dan tersebar di mana-mana.
Maka setelah Islam datang dan menyerukan kepada pengikutnya
untuk pergi berperang, dan jauhnya mereka dari isteri merupakan
suatu penderitaan yang cukup berat. Sebagian mereka ada yang
imannya kuat dan ada pula yang lemah. Yang imannya lemah, akan
mudah untuk berbuat zina sebagai suatu perbuatan yang keji dan
cara yang tidak baik.
26
. Al Mufashal, 6/175-177.dan kitab mereka An-Nihayah oleh ath -Thusi hal. 489.
27
. Ibid .
28
. Catatan atas jawaban lengkap Dr. Hasan terhadap seminar Nasional sehari
tentang Syiah hal 46.
29
. Ibid, hal. 49.
9
Keutama'an nikah mut'ah menurut paham Syi'ah
Nikah mut'ah menurut ajaran mereka memiliki keistimewa'an
yang besar dalam aqidah mereka terlebih oleh kalangan Rafidhah
sendiri, di katakan dalam kitab Minhajul Qasidien yang di tulis oleh
Fathullah Al-Kasani hal 356 , dari As-Shadiq bahwasanya Mut'ah
adalah bagian dari agamaku , dan agama nenek moyangku, dan
barangsiapa yang mengamalkannya berarti Ia mengamalkan agama
kami, dan barang siapa yang yang mengingkarinya berarti Ia
mengingkari agama kami, bahkan Ia bisa di anggap beragama
dengan selain agama kami, dan anak yang di lahirkan dari hasil
perkawinan mut'ah lebih utama daripada anak yang di lahirkan dari
perkawinan yang tetap, dan orang yang mengingkari nikah mut'ah
Ia kafir dan murtad30.
Sebenarnya nikah mut'ah yang di lakukan oleh aliran Syiah ini
adalah suatu praktek pelacuran yang di kemas dengan istilah nikah,
dan untuk mendukung praktek pelacuran yang di kemas dengan
rapi tersebut, Imam--Imam syiah membikin hadis dusta atas nama
Ahlu Bait mengatakan keutama'an nikah mut'ah tersebut
diantaranya seperti :
1. Fathullah Al-kasani menyebutkan di dalam tafsirnya
dari Rasulullah n. bahwasanya beliau bersabda : ''Barang
siapa yang bermut'ah satu kali maka derajatnya seperti
sayidina Husein. Barang siapa yang bermut'ah dua kali,
Maka derajatnya seperti sayidina Hasan. Barang siapa yang
bermut'ah tiga kali maka derajatnya seperti sayidina Ali a.
Barang siapa yang bermut'ah empat kali maka derajatnya
seperi derajatku .
2. Al-kasani menyebutkan pula dari Rasulullah n : Barang
siapa yang keluar dari dunia padahal dia belum bermut'ah
maka dia akan dating pada hari kiamat dalam keada'an
hilang hidungnya.
3. Di cupliknya dari tafsirnya Al-Kasani juga dalam bahasa
persi yang di terjemahkan ke dalam bahasa Arab, yaitu dari
Rasulullah n bersabda ; ''Telah datang kepadaku Malaikat
Jibril dengan membawa hadiah dari tuhanku. hadiah itu
adalah nikah mut'ah pada perempuan-perempuan mu'min.
dan belum pernah Allah l memberikan hadiah pada
seseorang pun sebelumku dari para nabi terdahulu ……
Barang siapa yang bermut'ah sekali dalam hidupnya ,
jadilah dia ahli surga……''
4. Di nukil dari A l-Qummi dalam bukunya Man laa
Yahduruhul Faqih , dari Abdillah bin Sinan dari Abi Abdillah,
Ia berkata, '' Sesungguhnya Allah l mengaharamkan atas
orang-orang Syiah segala minuman yang memabukan dan
menggantikan bagi mereka dengan mut'ah
Kalangan Rafidhah sendiri tidak membatasi dengan jumlah
tertentu dalam mut'ah, di katakan dalam buku Furu'ul Kaafi dan Al-
30
. menyingkap kesesatan aqidah Syiah, Syaikh Abdullah bin Muhammad, hal. 44.
10
Isthibar dari Zurorah dari Abi Abdillah, Ia berkata ''Saya bertanya
kepadanya tentang jumlah wanita yang di mut'ah, Apakah hanya
empat wanita ? Ia menjawab , nikahilah (dengan mut'ah) 1000
wanita, karena mereka wanita-wanita itu di kontrak.31
Dampak negatifnya
Pertama; Banyak didapati kasusnya adalah beredarnya
penyakit kelamin semacam spilis, raja singa dan sejenisnya di
kalangan mereka yang menghalalkannya. Karena pada hakikatnya
nikah mu'tah itu memang zina. Kedua : "Merusak garis nasib
manusia. Dalam nikah mut’ah, suami tidak bisa menceraikan istri
sebelum masa kontrak selesai, namun ia (laki-laki) bisa
menghadiahkan waktu mut’ahnya kepada laki-laki lain tanpa
persetujuan istri.
Ketiga : ''Berpeluang disalahgunakan dan hanya sebagai
pelampiasan
hawa nafsu seksual belaka .
Ke'empat: Merendahkan harkat perempuan karena
perempuan dipandang sebagai obyek seksual kaum pria belaka.
Di antara firqoh Syiah yang menghalalkan nikah model ini
adalah Syiah Imamiyah terlebih Rafidhah.
11
''Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami,
kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan
hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi
kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan
hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang
telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada
mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban;
dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.[Qs. Al
An nisa : 24]
Dengan dalih ayat di atas, Mereka mengemukakan tiga alasan
sebagai berikut
1. Dalam ayat di atas Allah l membuat ungkapan lafadz
Istimta' bukan dengan lafadz nikah, padahal istimta' dengan
mut'ah adalah satu makna.
2. Allah l memerintahkan pada ayat di atas agar seseorang
laki-laki memberikan upah, sementara mut'ah merupakan
akad sewa'an untuk mendapatkan manfa'at kemaluan .
3. Sesungguhnya Allah l meemerintahkan agar seseorang
laki-laki memberikan upah kepada perempuan setelah
menggauli, sedangkan cara itu hanya ada pada akad sewa-
menyewa dan nikah mut'ah . sementara mahar hanya di
berikan ketika proses akad nikah sedang berjalan
Jawab:
Memang sebagaimana ulama menafsirkan "Istimta'tum"
dengan nikah mut'ah, Akan tetapi tafsir yang benar dari ayat ini
adalah; Apabila kalian menikahi wanita lalu kalian berjima dengan
mereka, Maka berikanlah maharnya sebagai sebuah kewajiban atas
kalian .
Imam Ath-Thabari v berkata: ''Setelah memaparkan dua tafsir
ayat tersebut : ''Tafsir yang paling benar dari ayat tersebut adalah
kalau kalian menikahi wanita lalu kalian berjima dengan mereka
maka berikanlah maharnya, karena telah datang dalil dari
Rasulullah n akan haramnya nikah mut'ah 32.
32
.Tafsir Ath-Thabari, 8/175.
12
Imam Al-Qurthubi v berkata: ''Tidak boleh ayat ini di gunakan
untuk menghalalkan nikah mut'ah karena Rasulullah n telah
mengharamkannya 33.
Dan kalau toh seandainya kita terima bahwa ma'na dari ayat
tersebut adalah nikah mut'ah maka hal itu berlaku di awal Islam
sebelum di haramkan 34.
Syaik Abdullah bin Jibrin berkata v ; ''Bahwasanya orang-
orang Rafidhah menghlalkan nikah mut'ah denagn dalil dengan ayat
tersebut, lalu cara untuk menjawab dalil mereka adalah ; ''Ayat-ayat
di bawah ini samapi dalil yang dijadikan sdandaran oleh Syiah
adalah berbicara tentang masalah nikah yang sebenarnya di mulai
dengan ayat :
''Tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa
….''[ Qs.An-Nissa :19]
Sampai dengan ayat :
'' Dan jika ingin menganti istrimu dengan istri yang lain [ Qs.An-
Nissa ;20]
Sampai dengan ayat :
'' Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah di kawini
oleh ayahmu [ Qs.An-nissa;22]
'' kemudian di tambah lagi dengan ayat :
.Tafsir Qurthubi, 5/133, Ibnu Atsir, 1/474, Al-Mufashal fie Ahkamil Mar'ah, 6/166.
34
13
membebaskan sebagian dari maharnya dengan kerela'an hati,
Maka tidak dosa engkau menerimanya ….'' 35
2. Hadist Abdullah bin Mas'ud, Jabir bin Abdillah dan Salamah bin
Akwa g di atas menunjukan bahwa nikah mut'ah adalah halal.
Jawab :
Semua hadis yang menunjukan halalnya mut'ah telah di hapus
(mansukh) 36. hal ini sangat jelas sekali dengan sabda Rasulullah
n :"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya saya dahulu telah
mengizinkan kalian mut'ah dengan wanita, ,sekarang Allah l telah
mengharamkannya sampai hari kiamat''
Berkata Imam Bukhari v : ''Setelah meriwayatkan hadis Jabir
dan Salamah : ''Ali a telah menjelaskan dari Rasulullah n bahwa
hadis tersebut telah di mansukh( di hapus) .
3. Sebagian para sahabat masih melakukan mut'ah sepeninggal
Rasulullah n sampai Umar melarangnya, sebagaimana di sebutkan
dalam banyak riwayat , di antaranya :
'' Dari Jabir bin Abdillah berkata : ''Dahulu kita nikah mut'ah dengan
mahar segenggam kurma atau tepung pada masa Rasulullah n juga
Abu Bakar sampai Umar melarangnya [HR.Muslim 1023]
Jawab :
''Riwayat Jabir ini menunjukan bahwa beliau belum mengetahui
terhapusnya kebolehan Mut'ah . berkata Imam An-Nawawi v :
''Riwayat ini menunjukan bahwa orang yang masih melakukan
mut'ah pada masa Abu Bakar dan Umar h belum mengetahui
terhapusnya hukum tersebut 37.
jawab ;
Syaikh Abdul Karim Zaidan berkata: ''Yang menghalalkan
nikah mut'ah di awal islam adalah sunnah Rasulullah n dan
kemudian di haramkan juga dengan Sunnah Rasulullah n, jadi tidak
ada hubunganya antara ijma dengan penghalalan di awal islam dan
pengharamannya di kemudian ''38
5. Ali bin Abi Thalib a berkata ; ''Seandainya Umar bin Khatab a
tidak mendahuluiku, pasti akan ku perintahkan untuk mut'ah dan
tidak ada yang berzina kecuali orang-orang yang celaka [HR.Abdur
Rozzak 14029]
35
. Menyingkap kesesatan Aqidah Syiah ,hal 46-49.
36
. Raudhah Nadiyah , Syaikh Sidiq Hasan Khon, 2/165.
37
. Syarah Shahih Mmuslim, 3/555; Fathul Baari; Zaadul Ma'ad, 3/462; Jami
Ahkamin Nissa 3/191.
38
. Al-Mufashal, 6/169.
14
Jawab:
Riwayat dari Ali a ini lemah dari sisi sanad maupun matan ,
adapaun sanad karena antara Ibu Juraij dengan Ali ada Rowi yang
mubham (tidak di sebut namanya ). Adapun dari sisi matan karena
riwayat ini bertentangan dengan Riwayat dari Ali sendiri dalam
Shohih Bukhori dan Muslim bahwa nikah mut'ah telah di haramkan.
kemudian ucapan Ali a tersebut tidak masuk akal karena
bagaimana mungkin beliau mendiamkan Umar bin Khatab a yang
mengharamkan sesuatu yang halal ? Demi Allah l ini adalah
pelecehan terhadap kehormatan Ali bin Abi Thalib a . selanjutnya
anggaplah Ali takut kepada Umar sehingga tidak berani
menegurnya dalam pengharaman mut'ah pada saat beliau
memegang tampuk kekholifahan ?jawablah wahai orang-orang yang
berakal ?!! 39.
Jawab:
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas a secara Pribadi dan Insya
Allah beliau mendapatkan satu pahala dengan ijtihadnya akan
tetapi apabila beliau salah dalam masalah ini karena telah datang
dalil yang amat jelas tentang keharaman mut'ah dan kewajiban kita
adalah Ta'at kepada Allah l dan Rasulnya . firman Allah l ( Qs.An-
Nissa :59)
Tidak ada seorang pun yang ma'shum sebagaimana ucapan
Imam Malik : ''Semua orang bisa di tolak pendapatnya kecuali
Rasulullah n .
Telah shahih bahwasanya Ibnu Abbas a meralat fatwanya dan
melarang mut'ah sebagaimana yang di jelaskan dengan cara yang
bagus oleh Imam Syaukani dalam nailulAuthar6/169-170.
Jawab:
Ucapan ini adalah salah satu dari pangkal sampai ujungnya ,
cukup kita mengatakan dengan tiga hal:
39
. Ensklopedi Sunnah Syiah , Dr.Ahmad Ali As-Salus, 2/433.
40
. Mut'ah Fie Islam , Husain Yusuf Al-Amili, hal. 12-14.
15
1. pertama mut'ah jelas keharamannya ,dan sesuatu yang
haram tidak pernah Allah jadikan sebagai obat dan solusi .
2. ucapan ini hanya melihat solusi dari sisi laki-laki yang sedang
menggejolak nafsunya tanpa memalingkan pandangan kepada
keada'an wanita yang di jadikan sebagai tempat pelampiasan
syahwat ,lau apa bedanya antara Ini dengan pelacuran komersial .
3. Islam telah memberikan solusi tanpa efek samping pada siapa
pun yaitu dengan pernikahan yang besifat abadi kalau belum
mampu maka dengan puasa yang bisa menahan nafsunya
,sebagaimana sabda Rasulullah n :
"Wahai para pemuda ,barangsiapa yang mampu menikah, Maka
hendaklah Ia menikah, karena itu bisa menundukan pandangan dan
menjaga kemaluan , dan barang siapa yang tidak mampu maka
hendaklah Ia berpuasa karena itu bisa menjadi tameng baginya
[HR.Bukhori 5066,Muslim 1400]
Referensi :
1) Menyingkap kesesatan Aqidah Syiah , Syaikh Abdullah
bin Muhammad
2) Menikah dengan Non Muslim , Syaikh Hasan khalid
3) Az-zawaj fie dzilli Islam , Abdurrahman Abdul kholik
4) Majalah Al-Fur'qon edisi 4.1
5) Catatan atas jawaban lengkap Dr .O.Hasyem terhadap
seminar sehari tentang Syiah , M .Amin Jamaluddien .
6) Syiah Rowafidh Thawaif Syirk Wariddah, Abu Basier.
7) kaset Ceramah berjudul Zawaj Mut'ah yang di
sampaikan oleh Syaikh Utsman Al-Khomis di publikasikan oleh
Maktabah Al-Islamiyah kuwait
8) www.Era muslim.net, dll
16