DISUSUN OLEH
NAMA: MUHAMMAD IKHSAN
NIM: 130170078
UNIT : A3
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW.
Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Organisasi dan Arsitektur Komputer.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang sejarah computer dan perangkatperangkat di dalamnya, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Malikussaleh. Saya sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Reuleut, 19 Okteber 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............1
Daftar Isi..................2
Bab I. Pendahuluan
1.1.Latar belakang ................................5
1.2.Ruang Lingkup...........................7
Bab II. Landassan Teori
2.1.Teori Umum ....................................................................................................8
2.1.1 Pengertian Teknologi................................................................................................................8
2.1.2 Pengertian Informasi.................................................................................................................8
2.1.3 Pengertian Komunikasi............................................................................................................9
2.1.4 Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi.............................................................9
2.1.5 Pengertian E-Government.......................................................................................................10
2.1.6 Pengertian Internet.....................................................................................................................11
2.1.5 Pengertian Pelayanan Publik...................................................................................................11
Pemerintahan di seluruh dunia pada saat ini menghadapi "tekanan" dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian informasi
bagi masyarakat serta dituntut untuk lebih efektif.
Hal tersebut menyebabkan e-Government atau pemerintahan berbasis elektronik semakin
berperan penting bagi semua pengambil keputusan. Pemerintah Tradisional (traditional government)
yang identik dengan paper-based administration mulai ditinggalkan.
Transformasi traditional government menjadi electronic government (e-Government) menjadi
salah satu isu kebijakan publik yang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia e-Government baru
dimulai dengan inisiatif yang dicanangkan beberapa tahun lalu. Penerapan e-government (e-gov) di
Indonesia mulai menggeliat, prospeknya pun dinilai baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan meningkatkan perkembangan penerapan e-Government dan struktur informasi yang dimiliki oleh
Pemerintahan di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian kualitatif oleh deskriptif.
Sesuai dengan masalah yang dijumpai pada penelitian awal, maka fokus analisis dan perancangan ini
dibatasi pada bidang pelayanana publik. Hasil dari perancangan adalah sistem e-Government yang
dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh Pemerintahan Indonesia untuk mencapai suatu tata
pemerintahan yang baik (good governance) khususnya dalam pelayanan publik.
BAB 1
PENDAHULUAN
informasi
dan komunikasi
(Information
and Communication
Technology/ICT) di dunia telah semakin luas. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan ICT yang tidak
terbatas pada bidang perdagangan saja, melainkan juga dalam bidang-bidang lain, seperti bidang
pendidikan, bidang pertahanan dan keamanan negara, sosial dan sebagainya.
Dalam tujuannya memperbaiki kualitas layanan publik, meningkatkan efisiensi dan
transparansi, serta banyak manfaat positif lainnya maka e-government merupakan sesuatu yang perlu
untuk dilakukan oleh organisasi pemerintahan. E-government menjadi sangat populer sejalan dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
E-government (e-gov) intinya adalah proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk
membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. Karena itu, ada dua hal utama dalam
pengertian e-gov di atas ; yang pertama adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya adalah
internet) sebagai alat bantu, dan yang kedua adalah tujuan pemanfaatannya, sehingga pemerintahan
dapat berjalan lebih efisien. Kendati demikian, e-gov bukan berarti mengganti cara pemerintah dalam
berhubungan dengan masyarakat. Dalam konsep e-gov, masyarakat masih bisa berhubungan dengan
pos-pos pelayanan, berbicara melalui telepon untuk mendapatkan pelayanan pemerintah, atau mengirim
surat. Jadi, e-gov sesuai dengan fungsinya, adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat
meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Simpulannya e-gov adalah upaya
untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien.
Untuk menghadapi tantangan era globalisasi tersebut pemerintah Republik Indonesia telah
berinisiatif membuat kebijakan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Information
and Communication Technology/ICT) untuk membangun electronic government for a good governance
yang terintegrasi mulai dari tingkat pemerintahan daerah hingga ke pusat. Tujuannya adalah agar
infrastruktur ICT yang akan dibangun dapat dimanfaatkan secara bersama untuk berkoordinasi oleh
seluruh instansi, baik pusat maupun daerah. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain dituangkan
5
dalam bentuk Inpres No.3 tahun 2003 dan keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang
perkembangan e-Gov yang merupakan wujud keinginan pemerintah dalam upaya mendorong bangsa
Indonesia menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan (Knowledge-based Society). Instruksi
Presiden No.3 tahun 2003 tentang kebijakan dan startegi nasional pengembangan e-Gov Indonesia
antara lain berisikan panduan yang sudah disosialisasikan, seperti :
1. Panduan pembangunan infrastruktur portal pemerintah
2. Panduan manajemen sistem dokumen elektronik
3. Panduan penyusunan rencana induk pengembangan e-Gov lembaga
4. Panduan penyelenggaraan situs web pemerintah daerah
5. Panduan tentang pendidikan dan pelatihan SDM e-Gov
Untuk kasus di Indonesia, pemanfaatan e-gov dikarenakan adanya perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegara secara fundamental, dari sistem kepemerintahan yang otoriter dan sentralistik
menuju ke sistem kepemerintahan yang demokratis, dan menerapkan perimbangan kewenangan pusat
dan daerah otonom. Perubahan yang tengah terjadi tersebut menuntut terbentuknya kepemerintahan
yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Sistem manajemen
pemerintah yang selama ini merupakan sistem hirarki kewenangan dan komando sektoral
dikembangkan menjadi sistem manajemen organisasi jaringan yang dapat memperpendek lini
pengambilan keputusan serta memperluas rentang kendali.
Yang kedua, egov dilaksanakan di Indonesia karena adanya tuntutan masyarakat yang berbeda
namun berkaitan erat, yaitu :
a.
b.
Membicarakan e-government (e-gov) di Indonesia maka banyak pendekatan keilmuan yang bisa
dilakukan apakah melalui pendekatan teknologi komunikasi dan informasi, manajemen, politik dan
pemerintahan ataukah sosial. Namun yang paling banyak mewacanakan adalah dari pihak kaca mata
teknologi dan manajemen pemerintahan. Aspek yang lain masih kurang terlihat dan sedikit sekali
terlibat dalam isu egovernment. Padahal, e-government merupakan suatu penerapan konsep dan
teknologi yang membutuhkan banyak pendekatan keilmuan sehingga aplikasi yang dilakukan oleh
6
pihak penyelenggara ( pemerintah ) dapat terwujud secara ideal dan komprehensif. Oleh karena itu,
maka tidak heran bila penerjemahan e-gov masih sangat dangkal sehingga implementasinyapun masih
kurang optimal.
Secara faktual pelaksanaan e-gov beberapa masih dinilai sebagai proyek gagah-gagahan atau
bahkan hanya proyek yang harus diikuti mirip model pakaian yang lagi ngetrend. Artinya, kebanyakan
dari para penyelanggara e-gov baik lembaga pemerintahaan maupun lembaga non pemerintahan masih
merasa aman dan nyaman dengan kepemilikan website tanpa peduli lagi pada optimalisasi
pemanfaatan e-gov. Pada sisi lain, ada tuduhan miring yang berkesan seolah-olah e-gov hanyalah
proyek jualan para pedagang teknologi komunikasi dan informasi baik hardware maupun
softwarenya.
Dari pengertian dan tujuannya dapat disimpulkan bahwa penerapan e-Gov di Indonesia bisa
dikembangkan secara bertahap dan proporsional sesuai dengan kemampuan. Yang penting, kerangka
pengembangannya tidak lepas daru pengertian dan tujuan tersebut.
BAB 2
LANDASAN TEORI
lebih cepat
berkomunikasi.
Pengirim
Informasi
KOMUNIKATOR
Penerima
KOMUNIKAN
dan pribadi individu, bukan pada sektor bisnis komersial G2B. Misalnya Pemerintah
menjadi sektor tampak terbuka untuk umum melalui Portal. Sehingga informasi dan
pelayanan publik dapat diakses oleh semua.
-
12
BAB 3
PEMBAHASAN
Dari definisi tersebut dapat ditarik unsur-unsur obyek, tujuan dan alatnya sebagai terlihat pada
gambar berikut:
Gambar 1: Unsur-unsur pada definisi e-government
untuk
efisien
Memberikan layanan dan informasi tanpa ada batasan waktu dan tempat. Masyarakat
dapat mengakses informasi serta layanan tanpa harus terikat batasan waktu dan
tempat. Informasi dan layanan disediakan 24 jam sehari 7 hari seminggu dengan
pencari informasi tidak harus datang secara fisik ke kantor pemerintah penyedia
informasi dan layanan yang diperlukannya.
Memberikan layanan yang lebih berkualitas. Dengan adanya teknologi informasi dan
komunikasi, layanan yang diberikan dalam bentuk elektronik dan multimedia
(electronic form) bisa lebih menarik dan berkualitas dibandingkan layanan dan
informasi yang berbasis kertas (paper form) saja.
Mengurangi total biaya administrasi dan waktu yang dikeluarkan oleh masyarakat.
Informasi dan layanan dapat diperoleh oleh masyarakat dengan lebih gampang tanpa
harus melewati berbagai meja birokrasi dan mengeluarkan banyak biaya administrasi
untuk mendapatkannya.
Jadi dapat dilihat bahwa penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi di suatu daerah bukanlah merupakan suatu tujuan akhir, akan tetapi
kesejahteraan dari masyarakatlah yang menjadi tujuan akhirnya. Kesejahteraan masyarakat
dapat dilihat dari faktor-faktor seperti; kemampuan ekonomi dan daya beli, tingkat daya saing
yang tinggi, indeks sumberdaya manusia yang tinggi, serta akses informasi yang memadai.
Sehingga penggunaan teknologi informasi dan komunikasi hanya merupakan wahana untuk
mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
15
E-government bertujuan untuk meningkatkan interaksi antar pelaku. Dari definisi di atas
terdapat interaksi antar pelaku sebagai berikut:
16
tahapan yang realistik dan terukur Dalam pengembangan e-government, dapat dilaksanakan
dengan empat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan dan pemanfaatan.
3.2.2 Langkah-langkah pengembangan E-Government
Berdasarkan perkembangan e-Gov di berbagai negara, khususnya Indonesia, maka dapat
diperoleh lesson learned dari good practices dan bad practices yang masing-masing negara
alami. Apabila lesson learned dipadukan dengan teori yang ada, maka dapat diusulkan suatu
metodologi (langkah-langkah) pengembangan e-Gov yang bisa dijadikan panduan untuk
lingkungan pemerintah di Indonesia.
Menurut Center for Democracy and Technology dan InfoDev, proses implementasi eGovernment terbagi menjadi 3 tahapan. Tahapan itu harus dilakukan secara berurutan dan
masing-masing tahapan harus menjelaskan tujuan dari e-Government. Adapun ketiga tahapan
tersebut, antara lain, yaitu :
1. Publish, yaitu tahapan yang menggunakan teknologi informasi untuk meluaskan akses
untuk informasi pemerintah, misalnya dengan cara pembuatan situs informasi di setiap
lembaga, penyiapan sumber daya manusia, sosialisasi situs informasi baik untuk internal
maupun untuk publik, serta penyiapan sarana akses yang mudah..
Beberapa contoh implementasi e-government yang termasuk tahap publish ini adalah
-
Masyarakat dapat melihat profil pejabat serta wakil rakyat di daerahnya, peraturanperaturan daerah yang telah ditetapkan, Rencana Anggaran Belanja Daerah
(RAPBD).
Seorang peneliti dapat melihat data statistik daerah tersebut untuk menjadi bahan
kajian dan penelitiannya.
Seorang investor dapat mengetahui prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi
untuk melakukan investasi di daerah tersebut.
Wisatawan dari luar daerah dapat melihat potensi pariwisata yang dimiliki, pilihan
transportasi serta hotel.
portal, e-mail, mailing list, Internet Relay Chatting, tele-conference, web-TV dan
sebagainya.
Beberapa contoh penerapan e-government pada tahap ini adalah:
-
Seorang pasien dapat melakukan pendaftaran ke puskesmas atau rumah sakit yang
diinginkan didalam pemeriksaan penyakitnya.
Suatu dinas pemerintahan yang membuka lowongan kerja dapat melakukan tes
penerimaan secara langsung dan online melalui Internet.
Masyarakat dapat berdiskusi secara langsung melalui metoda mailing list dengan
wakil rakyatnya.
Suatu perusahaan swasta yang akan membuka cabang disuatu daerah dapat
berdiskusi dan tanya jawab dengan instansi terkait mengenai prosedur dan
persyaratan yang harus ditempuh.
Masyarakat dapat memilih atau memberikan pendapat tentang wakil rakyat dan
pejabat secara langsung menggunakan media elektronik (electronic voting).
3. Transact, yaitu menyediakan layanan pemerintah secara online. Pada tahap transaction
juga terjadi interaksi dua arah seperti halnya pada tahap interactivity. Hanya disini user
dapat mencari dan membeli suatu produk, atau membayar jasa layanan dan
mengumpulkan suatu informasi yang akan diolah. Aplikasi yang digunakan disini jauh
lebih kompleks, serta melibatkan sistem kemanan (security) yang baik agar perpindahan
uang dapat dilakukan dengan aman dan melindungi hak-hak privacy pihak yang
bertransaksi.
Contoh implementasi e-government apda tahap ini adalah:
-
Masyarakat dapat mengurus permohonan baru atau memperpanjang KTP, SIM atau
passport secara langsung melalui Internet.
Wajib pajak dapat langsung mengisi formulir-formulir pajak yang panjang serta
membayar kewajibanya secara online melalui Internet.
Proses tender berbagai proyek pemerintah dapat dilangsungkan secara online dan
relatime melalui media Internet (konsep e-Procurement).
Petani dan nelayan dapat menjual produknya pada pasca panen ke institusi yang
berkaitan.
20
jaringan
informasi,
pengembangan
e-government
dapat
lain.
Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain (hyperlink).
c. Tingkat 3 Pemantapan
Pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik.
Pembuatan penyatuan penggunaan (interoperabilitas) aplikasi dan data dengan
lembaga lain.
d. Tingkat 4 Pemanfaatan
Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G),
Government to Business (G2B), Government to Consumers (G2C) yang terintegrasi.
( Buku Panduan Penyelenggaran situs Pemerintah Daerah, Depkominfo, 2003 ).
Pengembangan proses layanan e-government yang efektif dan efisien
Penyempurnaan menuju kualitas layanan terbaik (best practice).
Selain itu tahapan yang harus dilalui oleh suatu negara dalam pengembangan egovernment yang relatif sama di rekomendasikan oleh United Nations Online Network in Public
Administration and Finance (www.unpan.org), yang merupakan organ PBB yang menjembatani
studi di bidang administrasi publik dan keuangan. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Emerging: yaitu, tahapan di mana negara melakukan komitmen awal untuk menjadi
pelaku e-government. Beberapa situs internet dibuat untuk menyediakan informasi
poliltik dan organisasional pemerintahan. Situs-situs ini menyediakan informasi
kontak (contact information) bagi penggunanya, namun pada banyak kasus tidak
terdapat fitur FAQ (Frequently Asked Questions) dalam situs tersebut. Situs inipun
jarang di-update.
2. Enhanced: yaitu tahapan di mana kehadiran suatu negara di Internet semakin
diperkukuh dengan bertambahnya situs-situs departemen dan lembaga-lembaga
pemerintahan. Isinya pun semakin kaya dengan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat dan up-to-date. Publikasi pemerintah, legislasi, dan bulettin digital
(newsletter) mulai tersedia, lengkap dengan fitur pencarian dokumen, alamat e-mail,
dan lain-lain.
3. Interactive: Pada tahapan ini, terbukalah akses yang luas terhadap bermacam-macam
situs institusi dan pelayanan pemerintah. Situs-situs ini mulai menawarkan interaksi
kepada penggunanya yang sedang online lewat e-mail maupun ruang untuk
22
memberikan komentar (chat box). Kapasitas data yang tersedia semakin banyak, dan
data-data ini diperbaharui (update) secara teratur.
4. Transactional: pada tahapan ini, telah tersedia layanan yang menyeluruh dan aman
untuk digunakan sebagai media transaksi. Masyarakat, misalnya, dapat mengurus
paspor, visa, berbagai surat izin, dan dapat melakukan pembayaran pajak dan bukan
pajak secara online. Tahapan ini membutuhkan infrastruktur internet yang kebal
terhadap serangan cyber crime yang dilakukan oleh para cracker atau black hackers.
5. Fully Integrated: pada tahapan akhir ini, telah tercapai kapasitas atau kemampuan
untuk mendapatkan seluruh aspek-aspek pelayanan pemerintah. Di sini, tidak ada
garis pemisah antara departemen pemerintah yang satu dengan yang lainnya.
Pembayaran pajak, misalnya, dapat juga dilakukan pada situs Kepolisian. Layanan
akan di-cluster-kan ke dalam kebutuhan masyarakat yang paling umum.
Untuk menjamin keterpaduan sistem pengelolaan dan pengolahan dokumen dan
informasi elektronik dalam rangka mengembangkan pelayanan publik yang transparan,
Dapat diterangkan bahwa kerangka arsitektur e-government terdiri dari empat lapis
struktur, yakni :
23
1) Akses. Jaringan telekomunikasi, jaringan internet, dan media komunikasi lainnya yang
dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses situs pelayanan publik.
2) Portal Pelayanan Publik. Situs web Pemerintah pada internet penyedia layanan publik
tertentu yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan informasi dan dokumen
elektronik di sejumlah instansi yang terkait.
3) Organisasi Pengelolaan dan Pengolahan Informasi. Organisasi pendukung (back office)
yang mengelola, menyediakan dan mengolah transaksi informasi dan dokumen elektronik.
4) Infrastruktur dan Aplikasi Dasar. Semua prasarana, baik berbentuk perangkat keras dan
lunak yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan, pengolahan, transaksi, dan
penyaluran informasi (antar back office, antar portal pelayanan publik dengan back office),
maupun antar portal pelayanan publik dengan jaringan internet secara handal, aman, dan
terpercaya. ( Buku Panduan Penyelenggaran situs Pemerintah Daerah, Depkominfo, 2003 )
Oleh karena itu, siap tidaknya institusi pemerintahan maupun non pemerintahan untuk
mulai menerapkan konsep e-Government sangat bergantung pada 2 faktor yang utama, yaitu:
pertama, kebutuhan seperti apa yang saat ini menjadi prioritas utama dari masyarakat di Negara
terkait,dan yang kedua adalah ketersediaan sumber daya yang terdapat pada domain masyarakat
dan pemerintah tersebut. Beberapa implementasi yang bisa diterapkan pada penyelenggaraan egovernment diantaranya adalah :
a. Penyediaan sumber informasi yang sering dan banyak dicari masyarakat seperti potensi
daerah,pendapatan daerah, komoditas daerah serta kualitas sumber daya masyarakat di suatu
daerah.
b. Penyediaan mekanisme akses melaui kios informasi yang tersedia di kantor pemerintahan dan
tempat publik sehingga menjamin keseteraan kesempatan mendapat informasi
c. E-procurement ; pemerintah dapat melakukan tender secara on line dan transparan
belum merasuk di Indonesia. Bahkan ada pameo yang mengatakan: Apabila bisa dipersulit
mengapa dipermudah?. Banyak oknum yang menggunakan kesempatan dengan mepersulit
mendapatkan informasi ini.
2. Kultur mendokumentasi belum lazim. Salah satu kesulitan besar yang kita hadapi adalah
kurangnya kebiasaan mendokumentasikan (apa saja). Padahal kemampuan mendokumentasi ini
menjadi bagian dari ISO 9000 dan juga menjadi bagian dari standar software engineering.
3. Langkanya SDM yang handal. Teknologi informasi merupakan sebuah bidang yang baru.
Pemerintah umumnya jarang yang memiliki SDM yang handal di bidang teknologi informasi.
SDM yang handal ini biasanya ada di lingkungan bisnis / industri. Kekurangan SDM ini
menjadi salah satu penghambat implementasi dari e-government. Sayang sekali kekurangan
kemampuan pemerintah ini sering dimanfaatkan oleh oknum bisnis dengan menjual solusi yang
salah dan mahal.
4. Infrastruktur yang belum memadai dan mahal. Infrastruktur telekomunikasi Indonesia
memang masih belum tersebar secara merata. Di berbagai daerah di Indonesia masih belum
tersedia saluran telepon, atau bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada, harganya
masih relatif mahal. Pemerintah juga belum menyiapkan pendanaan (budget) untuk keperluan
ini.
5. Tempat akses yang terbatas. Sejalan dengan poin di atas, tempat akses informasi jumlahnya
juga masih terbatas. Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong
royong untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan umum
(public library). Di Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor pos, kantor pemerintahan, dan
tempat-tempat umum lainnya.
Hambatan-hambatan di atas sebetulnya tidak hanya dihadapi oleh Pemerintah Indonesia (atau
pemerintah daerah) saja. Di negara lain pun hal ini masih menjadi masalah. Bahkan di Amerika Serikat
pun yang menjadi pionir di dunia Internet masalah E-Government pun merupakan hal yang baru bagi
mereka. Namun mereka tidak segan dan tidak takut untuk melakukan eksperimen. Sebagai contoh
adalah eksperimen yang dilakukan di California dimana mereka masih mencoba meraba implementasi
E-Government yang pas untuk mereka.
25
Tahapan ke tiga dalam sosialisasi e-gov adalah memberikan brand awarness kepada
para masyarakat luas tentang manfaat dan kegunaan bentuk-bentuk layanan dalam egov. Mengingat beragamnya status sosial dan ekonomi masyarakat maka yang
pertama diberikan penekanan sosialisasi adalah golongan masyarakat yang memiliki
26
status sosial ekonomi menengah ke atas terlebih dahulu, karena mereka lebih dekat
dengan teknologi internet dan konsep e-gov. Selain
golongan masyarakat
informasi, umumnya pembangunan e-gov di daerahnya relatif lebih maju dan lebih berprestasi (
situs web pemkot Yogyakarta ( www.jogja.go.id ).
d. Dalam hal keterbatasan sarana dan prasarana; maka diperlukan suatu solusi dalam bentuk
kebijakan pemerintah untuk merangkul pihak swasta khususnya provider ITC dalam bentuk
kerjasama terpadu yang tentunya menguntungkan ke dua belah pihak. Sebagai contoh misalnya
MOU yang dibuat oleh pemerintah dengan pihak Microsoft yang menuangkan kebijakan bahwa
akan dilakukan pemutihan bagi aplikasi software yang bukan resmi yang digunakan lembaga
pemerintah adalah merupakan terobosan dalam mengatasi infrastruktur yang mahal. Selain itu,
secara teknis pihak pemerintah daerah perlu membuat masterplan e-government yang bisa
melibatkan semua satker yang mencakup aspek pembangunan infrastruktur, aplikasi, sumber
daya manusia, perundang-undangan dan anggaran. Bila di perlukan maka pihak pemda bisa
melibatkan pihak ketiga (konsultan) dalam membuat masterplan yang bisa memfasilitasi
kebutuhan dan keinginan semua satker. Akan tetapi harus diingat jangan sampai peran
konsultan tersebut hanya "menginduk" pada salah satu satker karena tidak menjadikan e-gov
komprehensif, selain itu perlu dipertimbangkan pilihan konsultan yang bukan money and
bussiness oriented tetapi lebih yang mengutamakan pada profesionalisme kerja. Didalam
masterpaln tersebut harus mendahulukan hal-hal yang bersentuhan dan yang memiliki dampak
langsung pada publik seperti masalah perizinan, pajak, kependudukan dan sebagainya. Setelah
hal tersebut terpenuhi baru dipikirkan hal-hal kebijakan lain yang akan dituangkan dalam
implementasi e-gov. Yang terakhir dalam kasus ini, pihak pemerintah pusat maupun daerah
dibantu pihak swasta harus melakukan penambahan akses dan jangkauan infrastruktur
telematika bagi semua kalangan masyarakat dari atas hingga bawah. Termasuk dalam hal ini
adalah menetapkan tarif yang transparan dan 10 terjangkau untuk semua kalangan. Kalau perlu
pihak pemerintah sedikit memberikan tekanan agar tercapai deferensiasif tarif khusus untuk
menunjang pelaksanaan e-gov.
28
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/Tantangan%20egov.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_informasi
http://one.indoskripsi.com/click/508/0
http://www.cert.or.id/~budi/articles/e-gov-makassar.doc
http://www.dwiantoro.com/documents/Pertemuan-1_Pendahuluan.pdf
http://www.investindk.com/visArtikel.asp?artikelID=8149
30