Nama Sediaan
Infus Glukosa
II.
Kekuatan Sediaan
Infus glukosa 25 gram dalam 500 ml
III.
: Glukosa
: Dextrose
: C6H12O6. H2O
:
Infus
glukosa
mengandung
C6H12O6.
dari 95% dan tidak lebih dari 105 % dari jumlah yang
tertera pada etiket. Untuk injeksi glukosa dapat digunakan
glukosa anhidrat atau glukosa monohidrat 1,1 g glukosa
Bentuk
Warna
Bau
Rasa
Kelarutan
Berat Molekul
Stabilitas
Khasiat
Dosis Lazim
Sterilisasi
baik.
: Langsung masuk peredaran darah (sisitemik)
: 5,51% larutan dalam air adalah iso-osmotik dengan
Inkompatibilitas
serum.
: Glukosa OTT dengan Vitamin K akan kehilangan
kejernihannya ketika larutan infus glukosa dicampurkan
dengan sianokobalamin, kanamycin sulphate, novobiocin
Efek Samping
Kontraindikasi
glukosa
memiliki
pH
yang
rendah
karena
malabsorption
syndrome.Toleransi
tidak
dapat
bercampur
dengan
darah
dapat
Pengembangan Formula
Masalah
Zat aktif
Diinginkan
Zat aktif cepat
Alternatif
Diberikan
Pilihan
IV (Intra
Alasan
Karena zat aktif
dibuat
mencapai efek
secara :
Vena)
dibuat sediaan
dalam
terapeutik
Sterilisasi
tubuh
Karena sediaan
infus
Zat aktif
- IM
- IV
- SC
- IP
Dilakukan
akan dibuat
mikroorganisme
sterilisasi
akhir
berupa sediaan
secara :
dengan
infuse dengan
sediaan
sediaan
steril
- Sterilisasi
autoklaf
akhir
- Aseptis
Sediaan
Ditempatkan
Ditempatkan
Botol
Karena sediaan
bervolume
pada wadah
dalam :
infuse
ditujukan untuk
besar
yang sesuai
- Botol infuse
- Vial
- Ampul
sediaan infuse
sehingga
Sediaan
Ditambahkan zat
volumenya besar.
Untuk mengatasi
infus harus
karbon adsorben
berkurangnya
bebas
agar terjadi
penimbangan.
pirogen.
proses
depirogenisasi.
karbon (saat
depirogenisasi).
V.
VI.
Formulasi Akhir
R/ Glukosa
Karbon Adsorben
Natrium Klorida
Aqua Pro Injection
5%
0,1%
0,1%
ad. 500 ml
Preformulasi Eksipien
o Natrium Klorida (NaCl)
Pemerian
: Hablur bentuk kubus ,tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
rasa asin .
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalm etanol ; Larut
dalam 2,8 bagian air ; Sukar larut dalam etanol 96% ; Larut dalam
pH
Bobot molekul
Stabilitas
cair ini dapat disterilisasi dengan cara autoklaf atau filtrasi. Dalam
bentuk padatan stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup
Khasiat
Efek samping
Kontraindikasi
Inkompatibilitas
kering
: Dapat menurunkan ketersediaan hayati beberapa
obat seperti loperamid dan riboflavin. Reaksi
Penyimpanan
(sedikit hipotonis)
Sehingga harus ditambahkan NaCl sebagai pengatur tonisitas.
Osmolaritas NaCl =
1 Botol
25 gram
0,5 gram
0,5 gram
ad 500 mL
2 Botol
50 gram
1 gram
1 gram
ad 1000 mL
+ 5%
52,5 gram
1,05 gram
ad 1050 mL
Aquabidestilata dituangkan untuk melarutkan zat aktif dan membilas kaca arloji.
Karbon aktif digerus ditimbang sejumlah 0,1% b/v dan dimasukkan ke dalam
gelas piala, kemudian ditambahkan aquadestilata hingga volume yang diminta
mencapai kalibrasi.
Gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan disisipkan dengan batang pengaduk.
Larutan dipanaskan diatas api busen pada suhu 60-700C selama 15 menit sambil
IX.
erlenmeyer.
Larutan dituang ke dalam kolom melalui saringan G3 dengan bantuan pompa
penghisap.
Filtrat dari kolom ditampung ke dalam botol infus steril yang telah ditara.
Botol ditutup dengan flakon steril, diikat dengan simpul champagne.
Sterilisasi akhir : autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
Pemberian etiket.
Evaluasi
Uji Kebocoran
Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku (Lachman
III hal 135).
Uji kejernihan larutan
Pemeriksaan dilakukan secara visual baisanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang
terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih dengan
rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas
daripartikel kecil yang dapat dilihat dengan mata (lachman hal 1355).
Uji Partikulat
Tujuan uji partikulat yaitu memastikan larutan injeksi harus memenuhi
persyaratan bahan partikulat. Metodenya yaitu uji hitung partikel secara hamburan
cahaya, uji hitung partikel secara mikroskopik. Prinsipnya yaitu pengukuran jumlah
partikel berdasarkan hamburan cahaya larutan uji, pengukuran jumlah partikel
berdasarkan perhitungan partikel yang terlihat dengan mikroskopik.
Prosedur:
Sejumlah tertentu sediaan uji ukur hamburan cahaya kemudian dibandingkan
dengan larutan baku, sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membran,
lalu membran tersebut diamati dibawah mikroskopik. Jumlah partikel dengan dimensi
linier efektif 10 mikrometer atau lebih dan sama atau lebih 25 mikrometer dihitung.
Penetapan pH
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.
Dengan pH meter : sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam.
Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : bilas elektroda dan sel beberapa kali
dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air
bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji (FI IV hal 1039-1040).
Volume Terpindahkan
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah kedalam gelas ukur kering terpisah
dengan gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur dan dikalibrasi, secara
hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu
penuangan dan didiamkan selama 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung udara
ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata larutan, larutan dari 10 wadah tidak
kurang dari 10% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume
yang dinyatakan pada etiket.
Uji Sterilitas
Prosedur berikut dapat digunakan untuk menetapkan apakah bahan Farmakope
yang harus steril memenuhi syarat berkenan dengan uji sterilitas seperti yang tertera
pada masing-masing monografi. Mengingat kemungkinan hasil positif dapat
disebabkan oleh teknik aseptik yang salah atau kontaminasi lingkungan pada waktu
pengujian, diberlakukan ketentuan pengujian 2 tahap seperti yang tertera pada
Penafsiran Hasil Uji Sterilitas.
Prosedur alternatif dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu bahan
adalah steril, asalkan hasil yang diperoleh sekurang-kurangnya setara keandalannya.
Seandainya timbul perbedaan, atau pertentangan, jika tanda adanya kontaminasi
mikroba diperoleh dengan menggunakan prosedur dalam farmakope ini, maka hasil
yang diperoleh menentukan bahwa bahan tersebut tidak memenuhi syarat. Sama
halnya, kegagalan menunjukkan adanya kontaminasi mikroba dengan menggunakan
prosedur dalam farmakope ini membuktikan bahwa bahan tersebut memenuhi syarat
(FI IV hal 855-856).
Uji Pirogen
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat
yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi
pengukuran kenaikkan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara intravena
dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis
penyuntikan tidak lebih dari 10 ml per kg bobot badan dalam jangka waktu tidak
lebih dari 10 menit. Untuk sediaan yang perlu penyiapan pendahuluan atau cara
pemberiannya perlu kondisi khusus ikuti petunjuk tambahan yang tertera pada
masing-masing monografi (FI IV hal 908-909).
X.