Bank: dengan adanya laporan keuangan yang diaudit oleh KAP independen
maka bank akan mendapatkan keyakinan tentang kewajaran penyajian laporan
keuangan, kredibilitas, dan kemampuan keuangan calon debitur yang tercermin
dari laporan keuangan.
2. Untuk dapat menerima perikatan audit dengan PT Maju Makmur maka harus
diperhatikan jenis audit yang akan dilakukan. Jika yang dilakukan adalah audit
keuangan maka KAP dapat melakukan perikatan audit dengan PT Maju Makmur
meskipun tidak memiliki partner yang ahli dalam bidang industry elektronik karena
audit laporan keuangan dilaksanakan dalam rangka menilai kewajaran penyajian
laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan (PSAK). Namun jika
yang dilakukan adalah audit manajemen, maka perikatan audit tidak dapat dilakukan
dengan tidak adanya partner yang menguasai industry elektronik.
Mengacu pada PSPM No.02, Perumusan kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu, unsur pengendalian mutu, pengembangan profesional mengamanatkan pada
suatu KAP untuk menyediakan sejauh diperlukan, program untuk memenuhi
kebutuhan KAP akan personel dengan keahlian dalam bidang industri khusus
melalui
3. Laba bersih yang semakin tinggi akan memberikan bonus yang semakin tinggi.
Pihak manajemen dapat melakukan kecurangan-kecurangan untuk mendapatkan
bonus yang telah dijanjikan perusahaan. Seperti misalnya dengan adanya nilai
penjualan fiktif yang mengakibatkan semakin tingginya piutang perusahaan dengan
tingkat likuiditas yang rendah, selain itu sehubungan dengan nilai penjualan yang
fikif maka manajemen dapat melakukan kecurangan pada persediaan dengan
menghilangkannya untuk dapat menyesuaikan dengan data penjualan kalau saja
tiba-tiba dilakukan stock opname. Dengan adanya kecurangan ini maka pihak
manajemen akan mendapatkan keuntungan dari persediaan yang dicuri dan bonus
yang mereka dapatkan.
4. Menurut saya, independensi KAP akan dipertanyakan dan akan sulit dipertahankan
jika KAP melakukan jasa audit bersamaan dengan jasa konsultasi karena akan ada
benturan kepentingan didalamnya yang dapat mempengaruhi independensi dari
KAP itu sendiri. Hal ini telah dijelaskan dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal Nomor KEP-20/PM/2002 tentang Independensi akuntan yang
memberikan jasa audit di pasar modal, lampiran point nomor 3, huruf d. Telah
dijelaskan bahwa dalam memberikan jasa profesional, khususnya dalam
memberikan opini atau penilaian, akuntan wajib senantiasa mempertahankan sikap
independen. Akuntan tidak independen apabila selama periode audit dan selama
periode penugasan profesionalnya, baik akuntan, kantor akuntan publik, maupun
orang dalam kantor akuntan publik memberikan jasa-jasa non audit kepada klien
seperti pembukuan atau jasa lain yang berhubungan dengan catatan akuntansi kllien
5. Adapun yang perlu diobservasi oleh Rangga Prawiro dalam kunjungan fasilitas
toko, adalah:
a) Persediaan dan gudang: melakukan pemeriksaan atas prosedur penerimaan,
pengamanan dan penyimpanan, pengeluaran, pengiriman barang, dan retur
barang .
b) Piutang dan penjualan: melakukan pemeriksaan atas history pelanggan dan nilai
penjualan (kredit vs tunai) termasuk syarat penjualan yang mungkin ternyata
berbeda dengan kantor pusat di Surabaya.
Konfirmasi pelanggan, untuk meyakini kebenaran nilai penjualan.
c) Surprise audit: dengan bertindak seolah-olah sebagai calon pembeli untuk
mengetahui pelayanan selama penjualan.
6. Untuk dapat menjaga rahasia perusahaan seperti harga beli bahan dari pemasok,
strategi
pemasaran,
strategi
manajemen,
atau
struktur
permodalan
yang
meminimalkan cost of capital, maka KAP mungkin saja tidak melakukan perikatan
audit dengan klien yang memiliki perusahaan yang bergerak di industry yang sejenis
dengan perusahaan yang telah di audit oleh KAP tersebut.
LATIHAN
1. Faktor resiko yang mungkin dihadapai KAP Adi Susilo dan Rekan saat menerima
perikatan audit (Berdasarkan PSA No.70 Pertimbangan atas Kecurangan dalam
Audit Laporan Keuangan)
a) Sistem bonus dalam bentuk uang tunai yang diberikan selama tahun 2009 dan
2010 dapat membuat pendapatan semakin meningkat melalui penjualan kredit
tanpa melihat history pelanggan ataupun penjualan fiktif.
2. Pengecualian yang diungkapkan oleh KAP umar dan rekan telah sesuai karena
alasan nilai property di Siodarjo yang seharusnya diadakan revaluasi dan mengalami
penurunan nilai sebagai akibat dari bencana lumpur Lapindo yang seharusnya di sisi
akun laporan keuangan merupakan pengakuan kerugian yang cukup signifikan.
Pengecualian pada opini dari KAP Umar dan Rekan dialamatkan pada
ketidaksesuaian pengakuan nilai investasi atas properti toko perusahaan di Sidoarjo
sebesar Rp1.488.000.000,00 dengan SAK. Ketidaksesuaian ini tidak ditanggapi oleh
perusahaan, Langgeng Santoso menolak untuk menuliskan nilai yang dilaporkan
atas properti tersebut.
c) Jasa Non-Audit yang dilakukan oleh eksternal auditor harus dibatasi untuk
menjaga adanya kemungkinan conflict of interest yang dapat menyangsikan
kemungkinan integritas sebuah pelaksanaan audit (audit integrity) (Sections 201,
202 dan 206).
d) Perusahaan harus memiliki sebuah Boards dan Komite Audit yang independen,
yang menjunjung tinggi kepentingan pemegang saham dengan mengawasi isuisu utama dan penting dari aktivitas manajemen dan auditor (Sections 301 dan
305).
e) Sebuah sistem pengendalian intern yang kuat dan memadai harus ditegakkan
untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan fraud (Section 404).
f) Perusahaan harus menjunjung tinggi dan menunjukkan budaya etis mulai dari
pucuk pimpinan hingga ke bawah (Section 406)
g) Full disclosure kepada para pemegang saham berkaitan dengan transaksi
keuangan yang bersifat kompleks
h) Mensyaratkan CFO dan CEO perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang
validitas pembuatan laporan keuangan perusahaannya.
i) Mensyaratkan adanya kode etik terdaftar pada BAPEPAM untuk para pejabat
keuangan
j) Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap adanya
penyimpangan kepada pejabat senior dan kepada dewan komisaris, jika perlu
penasehat hukum tersebut berhenti untuk bekerja sama dengan perusahaan jika
manajer senior tersebut mengabaikan laoran tersebut.
Untuk PT Maju Makmur kententuan Sarbanes-Oxley Act dianggap memberatkan
dan dapat terjadi pembatalan rencana perusahaan untuk menjadi perusahaan terbuka
karena tingginya biaya dalam penerapannya dan mensyaratkan full disclosure.
Untuk pelaporan keuangan perusahaan, dengan adanya aduit oleh KAP independen
dapat menunjukkan kewajaran kondisi bisnis perusahaan, dengan begitu akan
banyak calon investor yang percaya untuk berinvestasi.
4. Faktor resiko kecurangan terkait perusahaan publik yang berkaitan dengan salah saji
sebagai akibat kecurangan dalam pelaporan keuangan berdasarkan PSA No.70
Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan:
Riset kelompok
Menindaklanjuti The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002, pemerintah Indonesia
mengatur kewajiban untuk melakukan pergantian KAP dengan mengeluarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yang merupakan penyempurnaan dari
peraturan sebelumnya yakni Keputusan Menteri Keuangan No.359/KMK.06/2003 dan
No.423/KMK.06/2002. Perubahan peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa
audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan paling lama 6
(enam) tahun buku berturut-turut oleh KAP yang sama dan 3 (tiga) tahun berturut-turut
oleh auditor yang sama kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Dengan adanya
peraturan ini, diharapkan dapat meningkatkan keandalan laporan keuangan dan
independensi auditor dapat tetap terjaga..Diterbitkannya peraturan mengenai pergantian
KAP secara wajib oleh perusahaan menarik untuk dicermati, karena jika perusahaan
melakukan pergantian KAP setelah lima tahun mengaudit (berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan 359/KMK.06/2003) atau enam tahun mengaudit (berdasarkan
peraturan terbaru yakni KMK No. 17/PMK.01/2008) tidak akan menimbulkan
kejanggalan dan juga pertanyaan dari berbagai pihak karena hal itu bersifat mandatory
(wajib) dan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Yang perlu diteliti adalah
jika pergantian KAPdilakukan secara voluntary (sukarela) yaitu di luar Keputusan
Menteri Keuangan 359/KMK.06/2003) dan KMK No. 17/PMK.01/2008).
Alasan mengapa perusahaan melakukan Auditor Switch (pergantian KAP) adalah:
a. Opini auditor
Hasil pekerjaan audit akan dilaporkan dalam bentuk laporan audit yang
merupakan opini dari auditor yang terkait dengan kewajaran penyajian laporan
keuangan perusahaan. Laporan audit inilah yang merupakan salah satu informasi
bagi para pengguna Laporan keuangan. Setiap profesi memiliki standar
pekerjaannya tersendiri dan memiliki kode etik pekerjaan. Begitu pula halnya
dengan profesi akuntan publik. Akuntan merupakan pihak ketiga yang
independen,
akuntan
publik
bertanggung
jawab
atas
informasi
yang
diberikannya kepada investor, walaupun akuntan publik itu sendiri dibayar oleh
klien, dalam hal ini perusahaan. Adanya hubungan agency di antara investor dan
perusahaan menyebabkan adanya kebutuhan atas pihak ketiga yang independen,
yang tidak berpihak pada agent maupun principal. Keberadaan akuntan publik di
sini harus independen karena untuk kepentingan pemberian informasi yang tentu
saja mempengaruhi image dari profesi itu sendiri.Pergantian manajemen
b. Pergantian Manajemen
Ismail et al. (2008) menyatakan bahwa berubahnya struktur manajemen
merupakan hal yang biasa terjadi, terutama untuk perusahaan-perusahaan go
public. Perubahan manajemen ini seperti perubahan dewan direksi, financial
controller dan direktur manajemen, serta perubahan pada struktur komite audit.
Menurut Burton dan Roberts (1967) perubahan manajemen adalah pada
perubahan top executive, namun untuk beberapa perusahaan rata-rata melakukan
perubahan hanya pada manajemen bagian keuangannya saja. Perubahan
manajemen ini ada yang rutin terjadi maupun tidak rutin. Perubahan manajemen
yang tidak rutin terjadi cenderung dilakukan karena adanya pertimbangan
terhadap kondisi perusahaan, di mana struktur manajemen yang ada ternyata
tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik sehingga kondisi perusahaan
menjadi kurang baik, untuk itu kemudian struktur yang ada diganti dengan
struktur manajemen yang baru dengan harapan akan membawa perbaikan pada
pengelolaan perusahaan. Selain itu, perubahan manajemen juga dapat terjadi
karena pertumbuhan ataupun ekspansi perusahaan, misalnya perubahan
perusahaan dari yang tidak go public menjadi go public.
c. Financial Distress
Financial distress merupakan suatu kondisi di mana perusahaan mengalami
kondisi yang tidak sehat ataupun kesulitan dalam keuangannya sehingga
dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan merupakan kondisi
di mana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya (Prihadi,
2008). Kebangkrutan ini memang tidak dapat diramalkan secara pasti. Jika
perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan tersebut benar-benar
mengalami kegagalan usaha. Perusahaan harus melakukan berbagai analisis
terkait dengan kebangkrutan perusahaan. Analisis ini akan bermanfaat bagi
perusahaan agar dapat melakukan suatu antisipasi atas kemungkinan kondisi
yang lebih buruk. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin
baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikanperbaikan, agar kebangkrutan tersebut tidak terjadi pada perusahaan dan
perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika
kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan (Mamduh dan Halim, 1997).
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Sebagai Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik mereka dituntut untuk bekerja
dengan integritas dan objektivitas yang terjaga. Ketika hal ini tidak dapat mereka jaga,
akan berdampak buruk pada citra profesi akuntan dan menghilangkan manfaat utama
seorang auditor independen yang berguna untuk meningkatkan kepercayaan user
terhadap laporan keuangan yang telah di audit
Sumber :
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/245/194
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=75183&val=4728
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sumadi%20final.pdf