Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN
Disusun oleh:
Offering G
Kelompok 3
Alifia Yulianita
(130342603487)
Indah NurFadlina
(130342603488)
KhaizzatulMufarrokhah
(130342615330)
NiningNurnaningsih
(130342603497)
Suhartini
(130342603499)
Zulham Dwi F.
(130342615331)
A. Topik
Mikrosirkulasi
B. Tujuan
1. Untuk meningkatkan pemahaman tentang mikrosirkulasi pada katak dan
hewan yang memiliki sistem sirkulasi tertutup pada umumnya.
2. Untuk meningkatkan pemahaman tentang pengaruh berbagai rangsangan
yang langsung diberikan secara lokal pada arteriole, kapiler, dan venula.
C. Dasar Teori
Mikrosirkulasi merupakan tempat terjadinya dan pertukaran zat antara
darah dan jaringan tubuh. Tempat terjadinya pertukaran tersebut persisnya
adalah pada kapiler, yang merupakan pembuluh darah sangat halus dan hanya
dapat diamati pada jaringan yang sangat tipis dan tembus cahaya. Lidah dan
selaput renang katak merupakan bagian yang sangat cocok untuk tempat
pengamatan. Di bagian ini aliran darah melalui kapiler dan peubahannya
karena pengaruh eksperimental mudah diamati dengan mikroskop cahaya.
Jaringan lain pada katak yang juga dapat digunakan sebagai tempat
pengamatan adalah enggantung usus (mesenteron) dan kandung kencing.
Diameter pembuluh darah halus (arteriole, kapiler dan venula) dapat
dikenali dari jumlah sel darah merah yang berbasis di dalamnya, dan juga
kecepatan aliran darahnya. Pembuluh darah yang paling kecil, yaitu kapiler
hanya dapat dilewati sel darah merah apabila sel darah merah berbasis satu
per satu. Bila pembuluh darah halus hanya dapat dilewati sel darah merah
dengan berbasis-basis dua-dua, maka pembuluh darah tersebut adalah arteriole
atau venula. Pembuluh darah yang lebih besar dapat dilewati sel darah merah
dengan berbasis lebih banyak lagi. Dengan mengamati aliran darah di
dalamnya, dapat dibedakan antara arteriole denagn venula.
Pengendalian oleh saraf juga ditujukan kepada pembuluh darah,
terutama arteriol-arteriol agar vasodilatasi atau vasokontriksi. Vasodilatasi
pada arteriol akan menyebabkan darah dalam arteri mengalir dengan lancar
dan tekanan darah cenderung turun, sedangkan vasokontiksi arteriol
menyebabkan pengumpulan darah dalam arteri arteri sehinnga tekanan darah
cenderung naik (Soewolo, 2000).
Secara umum arteri dikontrol oleh banyak mekanisme dari pada
kapiler. Diameter arteriol dipengaruhi oleh saraf, zat kimia, dan hormon.
Kapiler diregulasi terutama oleh faktor-faktor jaringan lokal seperti
konsentrasi O2, CO2, dan pH. Meabolisme lokal menyebabkan membuka dan
menutupnya sfingter kapiler. Kecepatan aliran darah dalam kapiler
dipengaruhi oleh perubahan diameter arteri dan arteriole. Penyempitan pada
arteriole menyebabkan lambatnya aliran darah di dalam kapiler. Arteriole juga
dapat merespon rangsangan langsung yang mengenainya yang akan tampak
pada perubahan diameternya.
2.
Triplek belubang
3.
Mikroskpo cahaya
4.
Lampu spiritus
5.
Kapas
6.
Jarum bundel
7.
Kertas Hisap
Bahan:
1.
Air Dingin
2.
Larutan Ringer
3.
Epinefrin 1/5000
4.
Asetilkolin 1/5000
5.
Asam asetat 1 %
6.
Katak
7.
Air hangat
E. Cara kerja
1. Pengamatan mikrosirkulasi pada selaput renang katak
Melakukan singel pith pada katak
Amati
dan
catat
pengaruh
zat-zat
tersebut
terhadap
aliran darah jadi lebih lambat dari pada kontrol. Pada pemberian asetat 1%
diameter arteriola, venula, dan kapiler jadi sempit dan alirannya jadi lebih
lambat dari pada kontrol.
Pada percobaan mikrosirkulasi katak bagian lidah dibutuhkan jaringan
yang masih hidup karena akan mengamati aliran darah yang berada
dipembuluh darah bagian lidah. Dan dibawah mikroskop ini ditemukan 3
pembuluh darah yaitu arteriola, venula, dan kapiler dimana pada perlakuan
kontrol atau normal. Didapat ciri-ciri arteriola arah alirannya meninggalkan
jantung, diameternya lebih besar dari kapiler tapi tidak lebih lebar dri venula,
dilewati sel lebih banyak dari kapiler tapi masih lebih banyak venula, dan
kecepatannya cepat . Dan pada venula ditemukan ciri sebagai berikut arah
aliran darah menuju jantung, diameternya paling lebar atau besar, dilewati
oleh banyak sel darah dan kecepatannya alirannya cepat. Pada kapiler arah
alirannya meninggalkan jantung, diamternya paling kecil diantara 3 pembuluh
ini, hanya dilewati 1 sel darah merah dan kecepatannya lambat namun terlihat
cepat.
Pada perlakuan air dingin diamter dari ketiga pembuluh tetap terlihat sama
dan kecepatannya aliran darah pada arteriola,venula dan kapiler terlihat
sedikit lebih lambat dari pada kontrol. Pada perlakuan air hangat ukuran
diamter ketiga pembuluh darah masih terlihat sama dan ketiga pembuluh
darah kecepatan aliran darahnya meningkat setelah pemberian air hangat.
Pada perlakuan adrenalin ketiga pembuluh darah yaitu arteriola, venula, dan
kapiler memberikan respon seperti diamter yang lebih lebar dari keadaan
kontrol dn kecepatan aliran darah yang lebih cepat. Pada perlakuan asetil
kolin diameter arteriola,venula dan kapiler jadi lebih sempit dan kecepatan
aliran darah jadi sangat lambat. Pada pemberian asetat 1% diameter arteriola,
venula, dan kapiler jadi sempit dan alirannya jadi lambat namun tidak
selambat asetil kolin.
H. Pembahasan
a. Mikrosirkulasi Selaput renang
Mikrosirkulasi merupakan peredaran darah kecil yang paling utama,
yang terdiri dari arteri, arteriol, kapiler, vena dan venula yang hanya dapat
dilihat secara mikroskopis karena berukuran kecil.( Ganong, 2002). Arteri
disusun oleh otot polos dan mengandung serat kolagen dan serat elastik. Otot
polos tersebut akan membesar dan mengecil sesuai dengan kebutuhan oksigen
yang diperlukan sehingga dengan adanya otot polos itu dapat menambah
setiap aliran darah ke sel yang membutuhkan. Pada percobaan mikrosirkulasi
ini dilakukan pada selaput renang yaitu dengan mengamati pembuluh darah
yang ada. Pada percobaan ini membutuhkan jaringan yang masih hidup,
karena akan mengamati aliran darahnya. Dalam pengamatan yang dilakukan
dibawah mikroskop ini ditemukan tiga jenis pembuluh darah yaitu venula,
anteriol dan kapiler. Dari ketiga pembuluh darah tersebut di dapat ciri-ciri dari
venula adalah diameter sedang, arah aliran darah menuju jantung, dan
kecepatan aliran darahnya cepat serta jumlah sel darah merah yang melewati
banyak. Untuk pembuluh kapiler mempunyai ciri-ciri yaitu diameternya
paling kecil, arah aliran darahnya meninggalkan jantung , dan kecepatan
aliran darahnya lambat, serta jumlah sel darah merah yang melewati hanya
satu sel, pada anteriol mempunyai ciri-ciri diameternya paling besar, aliran
darahnya meninggalkan jantung, kecepatan aliran darahnya sedang, jumlah sel
darah merah yang melewati banyak.
Dari percobaan yang telah dilakukan jumlah sel darah pada anteriol, venula,
dan kapiler sudah sesuai dengan teori, sedangkan dari hasil percobaan yang
telah dilakukan kecepatan aliran darah pada anteriol sudah sesuai dengan teori
tetapi, terdapat kesalahan mengenai tingkat kecepatan antara kapiler dan
venula. Seharusnya kecepatan aliran darah jika di urutkan dari yang tercepat
sampai terlambat adalah anteriol, kapiler, dan venula. Kesalahan dan
kekurangan tersebut dimungkinkan karena kurangnya ketelitian dalam
Pada saat di tetesi air hangat , aliran darah pada selaput renang katak
meningkat, artinya kecepatan darah meningkat dari perlakuan sebelumya. Hal
ini sudah sesuai dengan teori. Pada saat di tetesi air hangat, aliran darah lebih
cepat karena air panas membuat diding pembuluh darah menjadi lemas dan
mudah membesar (vasidilatasi). Vasodilatasi juga menyebabkan penurunan
resistensi anteriol, sehingga akan lebih banyak darah yang mengalir ke
daerah-daerah dengan resistensi anteriol rendah (shewood, 2001).
Setelah diteteskan epinefrin, kecepatan aliran darah meningkat pada kapiler
sedangkan pada anteriol dan veluna kecepatanya tetap. Pada kapiler sudah
sesuai dengan teori yang telah di kemukakan. Sedangkan pada venula dan
kapiler terjadi kesalahan pada saat pratikum. Menurut Aminah (2011), pada
penambahan epinefrin terjadi peristiwa vasokonstriksi yang mengakibatkan
penyempitan diameter pembuluh drah, sehingga kecepatan aliran darah
meningkat.
Setelah selaput renang katak ditetesi dengan asetil kolin, kecepatan aliran
darah mengalami penurunan. Asetil kolin adalah suatu senyawa ammonium
kuantener yang tidak mampu menembus membran. Walaupun sebagai
neutransmiter saraf parasimpatis dan kolinergik, namun dalam terapi zat ini
kurang penting karena beragam kerjanya dan sangat cepat diinaktifkan oleh
asetilko linestemse. Aktivasinya berupa muskarinik dan nikotinik kerjanya
pada saluran pencernaan dapat meningkatkan sekresi saliva, memacu sekresi
dan gerakan usus (Mycek, 2001).
Setelah selaput katak dengan asam asetat, kecepatan aliran darah tidak
mengalami perubahan dari perlakuan sebelumnya. Hal ini belum sesuai
dengan teori, karena seharusnya kecepatan aliran darah juga semakin cepat.
Hal ini dimungkinkan karena kurang teliti saat pengamatan. bahwa kecepatan
aliran darah semakin meningkat jika ditambahkan dengan asam asetat.
Penetesan asam asetat dapat merangsang potensial aksi otot polos dan
meningkatkan
prodoksi
sitosol
yang
diproduksi
di
retikulum
, otot polos
arteriol
mempunyai
ciriciri
berwarna
merah
pekat,
Diameter pembuluh darah dapat diamati dan dikenali dari jumlah sel darah
merah yang berbaris di dalamnya, dan juga kecepatan aliran darahnya.
Pembuluh darah yang paling kecil yaitu kapiler hanya dapat dilewati sel darah
merah berbaris satu per satu. Bila pembuluh darah halus hanya dapat dilewati
sel darah merah dengan berbaris-baris dua-dua, maka pembuluh darah tesebut
adalah arteriol atau venula. Pembuluh darah yang lebih besar dapat dilewati
sel darah merah dengan berbaris lebih banyak lagi. (Tim Pembina Matakuliah
Fisiologi Hewan, 2011).
Pada pengamatan mikrosirkulasi peredaran darah katak, pengamat mengamati
3 pembuluh darah yaitu arteriola, venula, dan kapiler. Perlakuan yang
diberikan untuk mengamati mikrosirkulasi lidah katak menimbulkan efek
yang spesifik. Pada perlakuan pertama, menetesi lidah dengan air dingin,
terlihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x10 bahwa aliran darah
mulai berjalan lebih lambat. Fenomena ini juga disebabkan oleh
kefleksibilitasan sel darah merah dalam beredar di dalam pembuluh. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa mengompres dengan es ke suatu
daerah yang meradang akan menimbulkan vasokontriksi, yang mengurangi
pembekakan dengan melawan vasodilatasi yang diinduksi oleh histamine
(Sherwood, 2001).Selain itu, pembuluh venula, dan arteriola menunjukan
penyempitan pembuluh (vasokontriksi). Efek ini berlawanan dengan
penetesan air hangat pada lidah katak. Pemberian stimulus air dengan suhu
yang hangat akan melancarkan aliran darah dalam pembuluh, karena
fleksibilitasan sel daah merah beredar dalam pembuluh darah tinggi, dan
diameter pembululuh bertambah lebar (vasodilatasi). Namun, salah satu
sumber (Sherwood, 2001) kompres panas adalah suatu cara terapi yang
bermanfaat untuk meningkatkan aliran darah kesuatu daerah, karena panas
menyebabkan vasodilatasi arteriol local. Dari dua pengamatan ini mampu
disimpulkan bahwa suhu juga mempengaruhi kelancaran aliran darah melalui
perbedaan kefleksibelitasan sel darah merah dan diameter pembuluh
darah.Selain itu, kelancaran aliran darah juga dapat dipengaruhi oleh reaksi
yang diberikan oleh zat kimia ke darah. Sebagai bahan pengamatan, ketika
penetesan adrenalin, asetikolin, dan asam asetat 1%. Ketiga zat tersebut
memberikan efek yang berbeda pada aliran darah. Seperti pada pemberian
epinefrin pada lidah katak, aliran darah pada mikrosirkulasi darah lebih cepat
dibanding pembrian asetil kolin dan asetat, pada pengamatan yang kami
lakukan sudah sesuai teori karena pembuluh mengalami vasodilatasi atau
pelebaran. Menurut (Neal, 2006:17). Pemberian epinefrin pada kadar sedikit
akan menyebabkan kecepatan aliran darah pada pembuluh darah meningkat
lebih cepat, karena diameter pembuluh darah mengecil. Hal tersebut juga
sesuai dengan Campbell (2004:144) yang menyatakan bahwa adrenalin atau
epinefrin juga mempunyai pengaruh yang mendalam dan kuat dalam system
kardiovaskuler dan system respirasi, yakni meningkatkan denyut jantung dan
melebarkan bronkiolus paru-paru, yang meningkatkan laju pengiriman
oksigen ke sel-sel tubuh.
Pada perlakuan pemberian asetil kolin didapatkan hasil pengamatan bahwa
asetil kolin bekerja lebih lambat dari pada asetat dan adrenalin sedangkan
asetat juga bekerja lambat tetapi lebih cepat dari asetil kolin. Hal tersebut
sudah sesuai menurut teori karena asetikolin dan asam asam asetat
memberikan efek mempersempit pembuluh darah atau vasokontriksi,
sehingga menghambat aliran darah dan mempengaruhi kefleksibiltasan sel
darah merah untuk beredar di pembuluh.Untuk bagian jaringan spiral pada
lidah yang di duga saraf indra pengecap tidak terlihat sehingga tidak dapat
diamati. Berhubungan dengan kecepatan aliran darah pada pembuluh darah,
Muttaqin (2009:8) menyatakan bahwa asetilkolin merupakan zat yang di
dalam tubuh dilepaskan oleh ujung saraf parasimpatis, meningkatkan
permeabilitas ion kalium akibat menurunnya denyutan. Penurunan transmisi
akan menurunkan denyut jantung,volum sekuncup serta curah jantung.
Asetilkolin menyebabkan dilatasi pembuluh darah atau perluasan diameter
pembuluh darah yang menyebabkan kecepatan aliran darah menurun. Hal ini
I. Kesimpulan
1. Pada percobaan pengamatan mikrosirkulasi selaput renang, lidah, dan
mesenteron pada katak didapatkan hasil pengamatan diameter sedang,
arah aliran darah menuju jantung, dan kecepatan aliran darahnya cepat
serta jumlah sel darah merah yang melewati banyak. Untuk pembuluh
kapiler diameternya paling kecil, arah aliran darahnya meninggalkan
jantung , dan kecepatan aliran darahnya lambat, serta jumlah sel darah
merah yang melewati hanya satu sel, pada anteriol diameternya paling
besar, aliran darahnya meninggalkan jantung, kecepatan aliran darahnya
sedang, jumlah sel darah merah yang melewati banyak.
2.
J. Daftar Pustaka
I. Lampiran