Anda di halaman 1dari 16

Tujuan Audit Investigatif & Investigasi dan

Audit Investigatif

Kelompok 10
Febrian Adhi P

F1313035

Pungky Pradana

F1313078

Wulan Nur Rahmanie

F1313105

S1 Transfer Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2014

Tujuan Audit Investigatif


Sebelum memulai investigasi, pemimpin perusahaan atau lembaga perlu
menetapkan apa yang seharusnya ingin dicapai dari investigasi itu. Investigasi
merupakan proses yang sangat panjang, mahal dan bisa bisa berdampak negative
terhadap perusahaan atau stakeholders-nya.
Reputasi perusahaan juga bisa hancur jika pengomunikasian tentang
investigasi ini tidak dijalankan dengan baik. Oleh karena itu tujuan dari
investigasi harus disesuaikan dengan keadaan khusus yang dihadapi dan
ditentukan sebelum investigasi dimulai.
Contoh dari Tujuan Investigasi
1. Memberhentikan manajemen. Tujuan utamanya adalah sebagai teguran
keras bahwa manajemen tidak mampu mempertanggungjawabkan
kewajiban fidusianya. Kewajiban fiduasi ini termasuk mengawasi dan
mencegah terjadinya kecurangan oleh karyawannya.
2. Memeriksa, mengumpulkan, dan menilai cakupannya dan relevannya
bukti. Tujuan ini akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai
alat bukti untuk meyakinkan hakim di pengadilan. Konsepnya adalah
forensic evidence, dan bukan sekedar bukti audit.
3. Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah. Misalnya dalam
pemberitaan di media masa bahwa karyawan di bagian produksi menerima
uang suap. Tanpa investigasi, reputasi dari semua karyawan di bagian
produksi akan tercemar. Investigasi mengungkapkan siapa yang bersalah.
Mereka yang tidak bersalah terbebas dari tuduhan (meskipunperguncingan
sering kali tetap tidak terhindari).
4. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.
Banyak bukti dalam kejahatan keuangan berupa dokumen. Kalau banyak
dokumen disusun untuk menyembunyikan kejahatan keuangan atau kalau
dokumen ini dapat member peyunjuk kepada pelaku dan penanggung

jawab kecurangan, maka tujuan dari investigasi ini adalah menjaga


keutuhan dokumen. Ruang kerja harus diamankan, tidak boleh ada orang
masuk keluar tanpa ijin, dokumen harus diindeks dan dicatat.
5. Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemilihan dari
kerugian yang terjadi. Ini meliputi penulusuran rekening bank, pembekuan
rekening, izin-izin untuk proses penyitaan dan atau penjualan asset, dan
penentuan kerugian yang terjadi.
6. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi
pelaku kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut,
harapannya adalah bahwa mereka bersedia bersikap kooperatif dalam
investigasi itu. Teknik pelaksanaannya adalah dengan dengar pendapat
terbuka yang mengahdirkan luar sebagai penelis. Orang luar ini biasanya
orang termuka dan terpandang. Hal ini umumnya dilakukan apabila
oprasi tertutup dan rahasia gagal mengungkapkan kecurangan yang
berdampak luas.
7. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari perbuatannya.
Ada dua versi dari pendekatan ini. Pertama, lakukan penutupan tanpa
pandang bulu, berapa pun besarnya biayanya, siapa pun pelakunya. Hal ini
akan mengirimkan pesan kepada seluruh karyawan dan pihak luar, bahwa
perusahaan atau lembaga itu serius dalam mengejar si penjahat. Kedua,
kejar si penjahat untuk mengambalikan dana atau asset yang dicurinya,
dan kemudian minta dia mengundurkan diri atau diberhentikan.
8. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan. Seperti pada butir di
atas, tujuan utamanya adalah menyingkirkan buah busuk agar buah segar
tidak ikut busuk. Pendekatannya adalah pendekatan disiplin perusahaan.
Pembuktian terhadap tindak kejahatan ini mungkin tidak akan lolos di
siding pengadilan. Akan tetapi pembuktian disini diarahkan kepada
penerapan peraturan intern perusahaan.
9. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasarahan penjarahan.
Kecurangan menggrogoti sumber daya perusahaan, dan umumnya
pemulihan kerugian ini tidak ada atau sangat sedikit. Pendekatan ini
menghentikan kerugian lebih lanjut dan menutup celah-celah peluang
terjadinya kejahatan.

10. Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan. Apakah investigasi


akan diperluas atau diperdalam atau justru dibatasi lingkupnya. Kadangkadang suatu investigasi dilaksanakan secara tentative atau eksploratif dan
bertahap. Dalam investagasi ini laporan kemajuan memungkinkan
evaluasi, apakah kita akan melanjutkannya.
11. Melaksanakan investigasi akan dilanjutkan. Apakah investigasi akan
diperluas atau diperdalam, atau justru dibatasi lingkupnya.
12. Menyediakan laporan kemajuan secara teratur untuk

membantu

pengambilan keputusan mengenai investasi ditahap berikutnya.


13. Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum
tindak lanjut yang tepat dapat diambi.
14. Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan
sumber daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin.
15. Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan
membuat keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil.
16. Mendalami tuduhan (baik oleh orang dalam atau luar perusahaan, baik
lisan maupun tertulis, baik dengan nama terang atau dalam bentuk surat
kaleng) untuk menanggapinya secara tepat.
17. Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik. Hal ini sanat
penting ketika moral kerja merupakan kunci keberhasilan dalam
perusahaan atau tim kerja.
18. Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga.
19. Mengikuti seluruh kewajiban hukum dan mematuhi semua ketentuan
mengenai due diligence dan klaim kepada pihak ketiga (misalnya klaim
asuransi).
20. Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik. Kita umumnya
menyadari akan perlu ketentuan perundang-undangan dipatuhi, dan
konsekuensinya terhadap pelanggarannya. Namun, lebih sulit mengikuti
kewajiban etika.
21. Menentukan siapa pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya.
Prakarsa ini bermaksud untuk menyeret si pelaku ke pengadilan pidana,
misalnya pengadilan tindak pidana korupsi.
22. Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan
yang tidak terpuji. Diproses melalui ketentuan administrative atau perdata.
23. Mengidentifikasi
praktik
manajemen
yang
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan atau perilaku yang melalaikan tanggung jawab.

24. Mempertahankan kerahasian dan memastikan bahwa perusahaan atau


lembaga ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama
baik.
25. Mengidentifikasi

saksi yang

melihat

atau mengetahui

terjadinya

kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang


mendukung tuduhan atau dakwaan terhadap si pelaku.
26. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola
terjadinya kecurangan ini dengan tepat.

Investigasi dan Audit Investigatif

risiko

Invsetigasi

secara

sedeharna

dapat

didifinisikan

sebagai

upaya

pembuktian. Umumnya pembuktian ini berakhir di pengadilan dan ketentuan


hukum (acara) yang berlaku.
Aksioma dalam Investigasi
Menurut filsuf Yunani, aksioma adalah klaim atau pernyataan yang dapat
dianggap benar, tanpa perlu pembuktian lebih lanjut.
Aksioma atau postulate adalah pernyataan (proposition) yang tidak
dibuktikan atau tidak diperagakan, dan dianggap sudah jelas dengan sendirinya
(self evident). Kebenaran dari proposisi ini tidak dipertanyakan lagi (taken for
granted). Aksioma merupakan titik tolak untuk menarik kesimpulan tentang suatu
kebenaran yang harus dibuktikan (melalui pembentukan teori).
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebutkan tiga
aksioma (fraud axioms) dalam melakukan investigasi atau pemeriksaan fraud,
yaitu
1. Aksioma- Fraud is Hidden
Sifat perbuatan fraud adalah tersembunyi. Metode atau modus operansinya
mengandun tipuan, untuk menyembunyikan sedang berlangsungnya fraud.
Mengapa aksioma penting? ACFA mengingatkan:, no opinion should be given
that fraud does or does not exist within a specifc environment. (, jangan
berikan pendapat bahwa suatu fraud terjadi atau tidak terjadi di suatu lembaga,
perusahaan, atau entitas.).
Metode untuk menyembunyikan fraud begitu banyak; pelaku fraud sangat
kreatif mencari celah-celah untuk menyembunyikan fraud-nya, sehingga
investigator yang berpengalaman pun sering terkicuh. Memberikan pendapat
bahwa fraud terjadi (padahal fraud tidak terjadi) atau, sebaliknya, memberikan
pendapat bahwa fraud tidak terjadi (padahal sebenarnya fraud terjadi), membuat
investigator (pemeriksa fraud) berisiko menghadapi tuntutan hukum.
2. Reverse Proof

Reserve proof secara harafiah berarti pembuktian secara terbalik. Agar kita
tidak keliru mencapuradukannya dengan istilah hukum pembalikan beban
pembuktian (omkeren van de bewijslast), sebagai pembuktian fraud secara
timbak balik.
Aksioma fraud yang kedua menurut ACFE, pemeriksaan fraud didekati dari
dua arah. Untuk membuktikan fraud memang terjadi, pembuktian harus meliputi
upaya untuk membuktikan bahwa fraud tidak terjadi. Dan sebaliknya. Dalam
upaya membuktikan fraud tidak terjadi, pembuktian harus meliputi upaya untuk
mebuktikan bahwa fraud meman terjadi.
Existence of Fraud
Aksioma ini secara sederhana mengatakan bahwa hanya pengadilan yang
dapat menetapkan bahwa fraud memang terjadi/tidak terjadi. Pemeriksa fraud
berupaya membuktikan terjadi atau tidaknya fraud. Namun, hanya pengadilan
yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan hal itu. Di Amerika Serikat
wewenang itu ada pada oengadilan dan para juri. Dalam upaya menyelidiki
adanya fraud, pemeriksa membuat dugaan mengenai apakah seseorang bersalah
atau tidak. Bersalah atau tidaknya seseorang merupakan dugaan atau bagian dari
teori fraud, sampai pengadilan memberika putusan atau vonis.
Latihan Mengenai Aksioma Fraud
Berikut ini disajikan tiga kliping berita yang menyuarakan pendapat dan
pandangan berbagai pihak.
1. Kliping 1
Bailout Bank Century Sarat Pelanggaran
Meski tidak dilengkapi laporan aliran dana talangan, namun audit
investigative tersebut cukup gambling membeber kasus Bank Century,
mulai dari proses merger hingga bailout yang sarat dengan
pelanggaran.

Ketua BPK, Hadi Poernomo mengatakan

audit

investigative terhadap Bank Century merupakan tindak lanjut atas


permintaan resmi DPR yang dilanyangkan pada 1 September lalu.

Menurut Hadi, hasil investogatif menunjukkan berbagai dugaan


pelanggaran yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait, mulai dari
pemilik lama Bank Century, Bank Indonesia, hingga Komite Stabilitas
Sitem Keuangan.
Dalam ringkasan audit yang dibacakan Hadi, BPK menemukan
dugaan pelanggaran yang terbagi dalam beberapa bagian:
1. Pada proses merger dan pengawasan Bank Century oleh Bank
Indonesia
2. Yang menjadi objek audit BPK adalah periode pemberian
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP). Dalam hal ini, BI
patut diduga melakukan perubahan persyaratan CAR dalam
peraturan BI, untuk merekayasa agar Bank Century
memperoleh FPJP (689 M).
3. Pelanggaran lain dalam proses penyelamatan Bank Century
adalah BI dan KSSK yang tidak memiliki criteria tersebut
dalam menetapkan dampak sistematik. Selain itu Komite
Koordinasi belum pernah dibentuk berdasar UU. Audit BPK
juga menyorot legalitas suntikan dana LPS. Pasalanya, rapat
paripurna DPR sudah menolak Perpu No.4/2008 tentang
Jaring Pengaman Sistem Keamanan (JPSK). Sehingga
penyaluran PMS setelah 18 Desember 2008, yakni 1,01 T
(tahap 2); 1,155 T (tahap 3); dan 630 M (tahap 4), tidak
memiliki dasar hukum.
4. Penggunaan dan FPJP dan PMS. Audit BPK menyebut,
penarikan dana pada periode Bank Century oleh pihak terkait
dalam pengawasan khusus (6 November 2008-11 Agustus
2009) sebesar ekuivalen 938,65 M; melanggar ketentuan
peraturan Bank Indonesia.
Selain itu, Bank Century mengalami kerugian karena mengganti
deposito milik Boedi Sampurna (nasabah) yang digelapkan senilai
USD 18 juta dengan dana PMS. Adapun pemecahan deposito Budi
Sampurna senilai USD 42,8 juta oleh Bank Century menjadi 247

deposito dengan nilai masing-masing 2 M, merupakan akal-akalan


pemilik nama untuk mengantisipasi jika Bank Century ditutup maka
deposito Budi Sampurna bisa dijamin LPS.
BPK menyatakan, pihaknya tidak emmberikan laporan tentang
aliran rinci dana bailout karena terkendala tidak adanya pasokan data
dari Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
2. Kliping 2
Kejagung Bersikukuh Bailout Bank Century tak Melanggar Hukum
Kejaksaan Agung tetap menyatakan tidak adanya kegiatan
melawan hukum dalam bailout tersebut. Padahal BPK dalam audit
awalnya melihat adanya indikasi pelanggaran pidana dalam proses
penyelamatan atau bailout Bank Century (sekarang Bank Mutiara)
sebesar 6,7 T.
Kejagung juga menargetkan meneyelesaikan kasus Bank Century
pada akhir Januari 2010. Untuk menyelidiki kasus itu Kejagung telah
memeriksa 15 saksi dari Bank Indonesia dan LPS.
Selain 15 orang saksi dari BI dan LPS yang telah diperiksa,
Kejagung juga akan memeriksa saksi-saksi lainnya, mulai dari
manajemen Bank Century yang baru, DepKeu, PPATK, dan BPK.
Kejagung juga akan melacak asset-aset yang diduga ditempatkan atau
dilarikan keluar negeri oleh 2 tersangka.
Dua tersangka yang dimaksud adalah Hesaham Al Waraaq
(Pemegang saham pengendali), pemegang saham mayoritas. Wilayah
yang menjadi sasaran Kejagung untuk melacak asset-aset tersebut
adalah London, Hongkong, Swiss, Singapura, dan Uni Emirate Arab.
Hendarman menambahakan, terkait pernyataan Kejagung yang
menyatakan belum ditemukan perbuatan melawan hukum dalam kasus
Bank Century, hal itu lantaran baik penetapan maupun keputusan
untuk bailout merupakan upaya menangani krisi keuangan.
Jika tidak dilakukan, sebagai bank gagal Bank Century akan
berdampak secara sistematik dan mempengaruhi bank-bank lain. Hal

itu telah sesuai dengan UU No. 24/2004 tentang LPS dan Perpu
No.4/2008 tentang JPSK.
3. Kliping 3
LPS dan Mutiara Tak Melanggar
Menurutnya (manajemen Bank Mutiara) Pansus Hak Angket
Bank Century harus pandai memilah antara manajemen lama dan baru.
Hal itu mengingat prosedur dan orang-orang yang baru sama sekali
tidak tersangkut dalam manajemen Bank Century.
Pihak manajemen Bank Mutiara juga menegaskan tidak
melanggar UU hanya gara-gara tidak membayar dana milik nasabah
PT. Anta Boga Delta Sekuritas. Nasabah Anta Boga bukanlah nasabah
Century. Antaboga adalah perusahaan milik Robert Tantular yang
sekaligus pemilik Century.
Sebelumnya dalam pandangan akhir sejumlah fraksi di Pansus
Hak Angket Bank Century menilai terjadi pelanggaran dalam
pengucuran pernyataan modal sementara (PMS) oleh LPS.
Menanggapi hal ini, LPS menyatakan tidak melanggar proses
pengucuran dana PMS tersebut karena semua proses dilakukan sesuai
UU.
Firdaus menjelaskan, berdasarkan UU LPS, lembaga ini bertugas
menyelamatkan bank gagal berdampak systematic dengan mengambil
alih dan menyehatkannya sampai bank itu benar-benar sehat, tanpa
menghitung besarnya ongkos penyelamatan.
Pertemuan Pendahuluan
Akuntansi forensic merumuskan lingkup dan tujuan audit investistigatif
yang memenuhi harapan klien, missal sebagai berikut.
1. Pemecatan pelaku fraud
2. Pengumpulan bukti dan barang bukti yang cukup untuk penuntutan di
pengadilan
3. Penentuan apakah telah terjadi salah saji yang material didalam
laporan keuangan, dan tindak lanjutnya

4. Persiapan terhadap potensi tuntutan kelompok oleh pemegang saham,


konsumen, dan lain-lain, dan investigasi oelh penegak hukum terkait
dengan audit investigative akuntan forensic
5. Persiapan untuk mengahdapi negosiasi dengan lembaga-lembaga
pemerintahan yang berkenaan dengan kasus yang diaudit investigative.
Contoh disektor public adalah penunjukan BPK RI untuk melakukan audit
investigative atas kasus Bank Century. Pemberi tugas adalah Dewan
Pertimbangan Rakyat. Auditee terdiri atas berbagai instansi seperti Bank Century,
BI, Komiter Stabilitas Sistem Keuangan, DepKeu, dll. Tentunya BPK juga
mengantisipasi konsekuensi laporan audit investigatifnya terhadap pembentukan
panitia khusus Hak Angket mengenai Bank Century dan dampak politik yang luas.
Sikap kehati-hatian dan penerapan professional skepticism sangat mengemuka
dalam kasus ini.
Nuansa audit investigative BPK dalam kasus Bank Century terlihat dalam
cuplikan berikut ini:
BPK: Pro Kontra Hasil Audit Century Wajar
BPK menyatakan, hal yang wajar adanya pro kontra yang terjadi saat ini
terkait dengan laporan investigasi kasus Century. Adalah wajar dalam alam
demokrasi apabila ada berbagai pihak yang pro dan kontra terhadap pemeriksaan
BPK. Kata Ketua BPK Hari Purnomo dalam pidatonya saat acara peringatan
ulang taun BPK.
Menurutnya, hal itu dalam alam demokrasi ini maka setiap pihak bisa
mengkritisi laporan yang telah dibuat oleh BPK.

Itu semua merupakan

konsekuensi logis dari ketentuan UU pemeriksaan Negara yang menetapkan


bahwa setelah disampaikan kepada DPR, laporan BPK bersifat terbuka, katanya.
Ia mengatakan BPK selalu bekerja secara professional dalam berintegritas
tinggi dan independen. Untuk itu terkait laporan pemeriksaan yang dibuat oleh
BPK terkait audit investigasi Century menurut dia juga dilakukan oleh tim yang
priofesional, independen, dan berintegritas tinggi.
Ia menuturkan, adanya perhatian public yang tinggi terhadap laporan BPK
menunjukkan pemeriksaan BPK ikut menetukan dan membentuk opini public.

Untuk itu, menurutnya pihaknya tetap harus terbuka terhadap kritik yang
disampaikan kepada BPK terkait laporan yang diberikan. Kita harus berbesar
hati, menerima kritik dari berbgai pihak yang menaruh perhatian terhadap laporan
pemeriksaan BPK, sepanjang kritik tersebut disampaiakan secara santun, masih
dalam koridor profesionalisme dan koridor peraturan perundangan yang berlaku,
katanya.
Ia menyatakan, para pemeriksa BPK diharapkan makin meningkatkan
kemampuannya dalam pemeriksaan sehingga laporan pemeriksaan BPK juga
semakin meningkatkan kualitasnya. Ia menambahkan, seiring dengan keterbukaan
dimasa mendatang tidak menutup kemungkinan pihak yang diperiksa akan
memperkarakan tim pemeriksa BPK apabila mereka beranggapan tim BPK tidak
bekerja sesuai dengan standar kode etik dan peraturan perundangan yang berlaku.
PREDICATION
Predication adalah keseluruhan dari peristiwa, keadaan pada saat peristiwa
itu, dan segala hal yang terkait atau berkaitan yang membawa seseorang yang
cukup terlatih dan berpengalaman dengan kehati-hatian yang memadai, kepada
kesimpulan bahwa fraud telah, sedang atau akan berlangsung. Predication adalah
dasar untuk memulai investigasi.
Investigasi dengan pendekatan teori fraud meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Analisis data yang tersedia
b) Ciptakan (atau kembangkan) hipotesis berdasarkan analisis di atas
c) Uji atau tes hipotesis tersebut
d) Perhalus atau ubah hipotesis berdasarkan hasil pengujian sebelumnya
Dengan predication ini kita dapat membangun teori fraudnya dan kita
dapat mengarahkan investigasi pada pengumpulan bukti-bukti yang diperlukan.
Dalam membangun teori fraudnya ini, kita harus menerapkan enam kata tanya,
yaitu what, why, when, how, where, dan who. Kalau kita bisa menjawab kelima W

dan satu H di atas, maka kita punya teori fraud. Sebagai teori, kita memerlukan
pembuktian. Lima W dan satu H, membantu kita merumuskan teori fraudnya. Ada
satu H lagi yang perlu diperhatikan, yakni how much, sehingga kita mempunyai
lima W dan dua H.
Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana
Pemeriksaan fraud dimaksudkan untuk pembuktian di pengadilan. Idealnya,
pendekatan auditing dan hukum berjalan seiring. Namun, latar belakang kedua
bidang ilmu dan berbeda. Menurut Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981) mengatur tahapan hukum acara pidana
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penyelidikan
Penyidikan
Penuntutan
Pemeriksaan di sidang pengadilan
Putusan pengadilan
Upaya hukum
Pelaksanaan putusan pengadilan
Pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan

Tahap 1 (Penyelidikan) sampai dengan Tahap 6 (Upaya Hukum) merupakan satu


rangkaian pemeriksaan yang merupakan upaya pembuktian.
Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya penyidikan dilakukan.
Penyidikan tidaklah berdiri sendiri atau terpisah dari penyidikan, melainkan
merupakan satu rangkaian yang mendahului tindakan penyidikan lainnya, yakni
penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
Penyelidik mempunyai wewenang sebagai berikut :
1. Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya dugaan tindak pidana
2. Mencari keterangan dan barang bukti

3. Menyuruh berhenti orang-orang yang dicurigai dan menanyakan serta


memeriksa tanda pengenal diri
Atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa :
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, dan
penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik
Penyidikan
Penyidikan

adalah

serangkaian

kegiatan

penyidik

untuk

mencari

dan

mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang
terjadi untuk menemukan tersangkanya. Untuk mencari dan mengumpulkan bukti,
undang-undang memberi wewenang kepada penyidik untuk :
1. Menggeledah dan menyita surat dan barang bukti
2. Memanggil dan memeriksa saksi, yang keterangannya dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan saksi
3. Memanggil dan memeriksa tersangka, yang keterangannya dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan tersangka
4. Mendatangkan ahli untuk memperoleh keterangan ahli yang dapat juga
diberikan dalam bentuk laporan ahli
5. Menahan tersangka, dalam hal tersangka dikhawatirkan akan melarikan
diri, menghilangkan barang bukti atau mengulangi melakukan tindak
pidana
Prapenuntutan
Prapenuntutan adalah tindakan jaksa (penuntut umum) untuk memantau
perkembangan

penyidikan

setelah

menerima

pemberitahuan

dimulainya

penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara


hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna
dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut
dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.
Penuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum yang melimpahkan perkara ke


pengadilan negeri yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam hukum
acara pidana, dengan permintaan agar diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.
Pemeriksaan di Pengadilan
Acara pemeriksaan di sidang pengadilan tidak lain berkenaan dengan pembuktian.
Bukti-bukti yang diperoleh di tingkat penyidikan diperiksa kembali di sidang
pengadilan untuk dijadikan alat bukti. Alat bukti yang sah terdiri atas :
1.
2.
3.
4.
5.

Keterangan asli
Keterangan ahli
Surat
Keterangan terdakwa
Petunjuk

Pemeriksaan di pengadilan mempunyai satu tujuan saja, yaitu mencari alat bukti
yang membentuk keyakinan hakim tentang bersalah atau tidaknya terdakwa.
Putusan Pengadilan
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah.
Kesalahan terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan itu harus
didasarkan atas sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, yang harus ada
persesuaian satu dengan yang lain.

Upaya Hukum
Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut untuk tidak menerima putusan
pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi, atau hak terpidana
untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali, atau hak Jaksa Agung untuk

mengajukan kasasi demi kepentingan hukum dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang.
Upaya hukum ada dua macam, yaitu Upaya Hukum Biasa dan Upaya Hukum
Luar Biasa. Upaya Hukum Biasa terdiri atas Pemeriksaan Tingkat Banding dan
Pemeriksaan Kasasi. Upaya Hukum Luar Biasa terdiri atas Pemeriksaan Kasasi
Demi Kepentingan Hukum dan Peninjauan Kembali putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Anda mungkin juga menyukai