BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui apakah proses yang telah dilakukan berjalan dengan
baik.
2. Untuk menguji apakah sediaan steril yang telah dbuat memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
1.2. Dasar Teori
Sediaan farmasetika terdiri dari sediaan steril dan sediaan non steril.
Sediaan non steril berbeda dengan sediaan steril, dimana sediaan non steril
adalah sediaan yang dalam pengerjaannya tidak memerlukan proses
sterilisasi, sedangkan sediaan steril adalah sediaan yang dalam pengerjaannya
memerlukan suatu proses dan tindakan sterilisasi. Sediaan steril harus
terbebas dari mikroorganisme, bebas dari komponen toksik dan memiliki
kemurnian yang tinggi karena disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosa ke bagian dalam tubuh.Pada prinsipnya ini termasuk sediaam
parenteral, mata, dan irigasi (Lachman dkk., 2008).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik
yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi
jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh
jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri. Steril menunjukkan
kondisi
yang
mikroorganisme
memungkinkan
dengan
terciptanya
keterbatasan
kebebasan
tertentu
penuh
sedangkan
dari
aseptis
bahan farmakope yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji
sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi (untuk
penggunaan prosedur uji sterilisasi sebagai bagian dari pengawasan mutu di
pabrik, seperti yang tertera pada Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas Bahan.
a. Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke Dalam Media uji
Uji pada cairan, pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet
atau jarum suntik steril. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu
bahan dari tiap wadah uji ke dalam tabung media. Campur cairan dengan
media tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi dalam media sesuai dengan
prosedur umum selama tidak kurang 14 hari. Amati pertumbuhan pada
media secara visual sesering mungkin sekurangnya pada hari ke-3 atau ke4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhir masa uji. Jika
zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau tidaknya
pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara visual,
pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi media
yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-3 dan ke-7 sejak pengujian
dimulai. Lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama total
waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi awal.
b. Prosedur Uji Menggunakan Penyaringan Membran
Jika teknik penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang
dapat diuji dengan cara inokulasi langsung ke dalam media uji, uji tidak
kurang dari volume dan jumlah seperti yang tertera pada pemilihan
spesimen uji dan masa inkubasi.
Peralatan unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu
perangkat yang dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptic
dan membran yang telah diproses dapat dipindahkan secara aseptik untuk
inokulasi ke dalam media yang sesuai atau satu perangkat yang dapat
ditambahkan media steril ke dalam penyaringnya dan membran diinkubasi
in situ. Membran yang sesuai umumnya mempunyai porositas 0,45m
dengan diameter lebih kurang 47mm, dan kecepatan penyaringan air 55
mL sampai 75 mL per menit pada tekanan 70cmHg. Unit keseluruhan
dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan membrane sebelum
digunakan atau membrane dapat disterilkan terpisah dengan cara apa saja
berfungsi
untuk
menumbuhkan
mikroba,
isolasi,
memenuhi syarat. Jika disimpan dalam wadah tertutup kedap, media dapat
digunakan selama tidak lebih dari 1 tahun, dengan ketentuan fertilitas media
uji setiap 3 bulan dan indikator warna memenuhi syarat (Depkes RI, 1995).
Berikut merupakan komposisi masing-masing media serta manfaat
masing-masing komponen:
1. Thioglikolat cair (Fluid Thioglycolate Media)
Tabel 1.1 Tabel Bahan Media Thioglikolat Cair (Fluid Thioglycolate Media)
Nama Bahan
Jumlah
Fungsi
L-sistin P
0,5
Antioksidan
Agar
0,75
Nutrient dan konsistensi
NaCl
2,5
Bahan pengisotonis
Glukosa
5,5
Nutrient
Ekstrak Ragi
5,0
Nutrient
Digesti Pankreas Kasein P 15,0
Nutrient
Na-Tioglikolat/
0,5 mL
Antioksidan
Asam Tioglikolat
0,3 mL
Antioksidan
Larutan Na-resazurin
1,0 mL
Indikator redoks
Air
1000 mL
pH
7,1 0,2
Cara pembuatan media di atas adalah sebagai berikut.
1. Dicampur dan dipanaskan semua bahan hingga larut.
2. Diatur pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,1 0,2, menggunakan
natrium hidroksida 1 N.
3. Jika perlu saring selagi panas menggunakan kertas saring.
4. Media ditempatkan dalam tabung yang sesuai, yang memberikan
perbandingan permukaan dengan kedalaman media sedemikian rupa
sehingga tidak lebih dari setengah bagian atas media yang mengalami
perubahan warna sebagai indikasi masuknya oksigen pada akhir masa
inkubasi.
5. Disterilisasi dalam autoklaf. Jika lebih dari sepertiga bagian atas terjadi
warna merah muda, media dapat diperbaiki satu kali dengan
pemanasan di atas tangas air atau dalam uap yang mengalir bebas
hingga warna merah muda hilang.
6. Media siap digunakan jika tidak lebih dari sepersepuluh bagian atas
media berwarna merah muda.Gunakanlah media Tioglikolat Cair untuk
inkubasi dalam kondisi aerob
(Depkes RI, 1995).
2. Thioglikolat alternatif
Tabel 1.2 Tabel bahan media thioglikolat alternatif
Nama Bahan
L-sistin P
NaCl
Glukosa
Ekstrak Ragi
Digesti Pankreas Kasein P
Na-Tioglikolat/
Asam Tioglikolat
Air
pH
Cara pembuatan medium
Jumlah
Fungsi
0,5
Antioksidan
2,5
Bahan pengisotonis
5,5
Nutrient
5,0
Nutrient
15,0
Nutrient
0,5 mL
Antioksidan
0,3 mL
Antioksidan
1000 mL
7,1 0,2
di atas adalah: panaskan semua bahan dalam
wadah yang sesuai hingga larut. Campur, dan jika perlu, atur pH larutan
hingga setelah sterilisasi 7,1
Saring jika perlu, tempatkan dalam tabung yang sesuai dan sterilisasi dengan
uap air. Media dibuat segar atau dipanaskan di tangas uap dan didinginan saat
akan digunakan. Gunakan Media Tioglikolat Alternatif dengan cara yang
menjamin kondisi anaerob selama masa inkubasi (Depkes RI, 1995).
3. Soybean Casein Digest / Trypticase Soy Broth (TSB)
Tabel 1.3 Tabel bahan media soybean casein digest
Nama Bahan
NaCl
Digesti Pankreas Kasein P
Digesti Peptic Tepung Kedelai
K-Fosfat Dibasa
Glukosa
Air
pH
Jumlah
0,5
17
3,0
2,5
2,5
1000 mL
7,3 0,2
Fungsi
Bahan pengisotonis
Nutrient
Nutrient
Buffer
Nutrient
(Depkes RI,1995)
3. Disaring jika perlu, dan bagikan dalam tabung yang sesuai. Sterilisasi
dengan uap air.
4. Gunakan Soybean-Casein Digest Medium untuk inkubasi dalam
kondisi aerob.
(Depkes RI, 1995).
Sebelum media digunakan untuk uji sterilitas, pada media dilakukan
terlebih dahulu uji fertilitas untuk mengetahui kemampuan media untuk
menumbuhkan bakteri.
Tabel 1.4. Pemilihan Spesimen Uji dan Masa Inkubasi(Depkes RI, 1995)
Uji fertilitas dilakukan dengan cara menginokulasi duplo wadah tiap media
secara terpisah dengan 10 mikroba hingga 100 mikroba viable dari tiap galur yang
tertera dalam tabel, dan diinkubasi pada kondisi yang sesuai.Media uji memenuhi
syarat jika terjadi pertumbuhan yang nyata dalam semua wadah media yang
diinokulasi dalam kurun waktu 7 hari (Depkes RI, 1995).
Uji sterilitas dapat dilakukan dengan inokulasi langsung ke dalam media
uji atau dengan teknik penyaringan membran. Uji sterilitas dinyatakan tidak
absah, jika media uji menunjukkan respon pertumbuhan yang tidak memadai. Uji
sterilitas untuk bahan Farmakope, jika mungkin menggunakan penyaring
membrane, merupakan metode pilihan (Depkes RI, 1995).
Karena sifat bahan yang akan diuji bervariasi dan faktor lain yang
mempengaruhi pada waktu melakukan uji sterilitas maka perlu diperhatikan
ketentuan berikut dalam melakukan uji sterilitas.
1. Cara Membuka Wadah
Bersihkan permukaan luar ampul dan tutup vial dan tutup botol menggunakan
bahan dekontaminasi yang sesuai, dan ambil isi secara aseptic. Jika isi vial
dikemas dalam hampa udara, masukkan udara steril dengan alat steril yang
sesuai, seperti alat suntik dengan jarum yang dilengkapi bahan penyaring
untuk sterilisasi.
2. Pemilihan Spesimen Uji dan Masa Inkubasi
Untuk bahan cair, gunakan volume bahan dan media untuk setiap unit
dan jumlah wadah per media tidak kurang dari seperti yang tertera pada tabel
di bawah ini.
Tabel 1.5 Jumah Bahan Cair untuk Uji Sterilitas (Depkes RI, 1995)
Jika kuantitas isi cukup, bahan dapat dibagi dan ditambahkan pada kedua
media. Jika volume setiap wadah tidak cukup untuk kedua media, gunakan wadah
sejumlah dua kali. Untuk bahan selain cairan, uji 20 unit bahan dengan masingmasing media. Untuk bahan yang hanya lumennya harus steril, bilas lumen
dengan sejumlah media yang sesuai hingga diperoleh kembali tidak kurang dari
15 mL media (Depkes RI, 1995).
Jika tidak dinyatakan lain, inkubasi campuran uji dengan media Fluid
Thioglycollate(FTM) atau FTM alternative selama 14 hari pada 30-35C dan
dengan Soybean Casein Digest(SCD) pada suhu 20-25C (Depkes RI, 1995).
3. Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke Dalam Media Uji
a. Cairan
Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum
suntik steril. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap
wadah uji ke dalam tabung media. Campur cairan dengan media tanpa
aerasi berlebihan. Inkubasi dalam media tertentu seperti yang tertera pada
Prosedur Umum, selama tidak kurang dari 14 hari. Amati pertumbuhan
pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya pada hari ke-3
atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhir dari
masa uji.
Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau
tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara
visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi
media yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-3 dan ke-7 sejak
pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama
total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi awal.
b. Salep dan minyak yang larut dalam isopropyl miristat
Pilih 20 wadah yang mewakili, dibagi atas 2 kelompok terdiri dari
10 wadah, dan perlakuakan tiap kelompok sebagai berikut. Secara aseptik
pindahkan 100 mg dari tiap wadah dari 10 wadah ke dalam labu berisi 100
ml pembawa air steril yang dapat mendispersi homogen bahan uji dalam
seluruh campuran cairan. Pemilihan bahan pendispersi yang bercampur
dengan pembawa air, dapat berbeda sesuai dengan sifat salep atau minyak.
Sebelum digunakan secara rutin, uji bahan pendispersi untuk memastikan
bahwa kadar yang digunakan tidak mempunyai efek antimikroba yang
bermakna selama selang waktu inkubasi. Campur 10 ml alikot dari
campuran cairan yang diperoleh dengan 80 ml tiap media.
10
dari
mikroorganisme
yang
tidak
selektif,
dalam
artian
11
tahun, dengan ketentuan fertilitas media uji setiap 3 bulan dan indicator warna
memenuhi syarat (Depkes RI, 1995).
Komposisi Nutrien Agar per liter :Agar 15,0 gram, Peptone 5,0 gram,
NaCl 5,0 gram, Yeast Extract 2,0 gram, Beef Extract 3,0 gram. pH 7,4 0,2
pada 25oC.Media ini digunakan untuk kultivasi dan pemeliharaan varietas
yang luas dari mikroorganisme. Pembuatan media nutrien agar yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(Atlas, 2005)
Parameter uji sterilitas dapat dilihat dari nilai D, nilai Z, dan nilai F.
a. Nilai D
Nilai D adalah waktu (untuk pemaparan panas atau kimiawi) atau
dosis (untuk pemaparan radiasi) yang dibutuhkan populasi mikroba untuk
turun satu titik (penurunan 90%, atau satu unit logaritma). Nilai D dapat
dihitung secara sistematis:
D
U
log No - log Nu
12
D121 =
5 min
3,28 min
log (2x10 5 ) - log (6x10 3 )
Jadi pada 121oC, populasi mikroba berkurang 90% setiap 3,28 menit.
Nilai D telah ditentukan secara tepat untuk berbagai mikroorganisme
yang terdapat pada lingkungan tertentu (permukaan padat atau cair) pada
12emperature tertentu untuk sterilisasi panas, dan pada pemaparan langsung
pada penyinaran cobalt-60. Nilai D tidak dapat ditentukan secara tepat untuk
mikroorganisme yang terpapar pada zat gas seperti etilen oksida karena
interaksi panas yang kompleks, konsentrasi gas, dan kelembaban nisbi. Nilai
D untuk sterilisasi gas dihitung bila kemungkinan panas dan kelembaban
tetap konstan, hanya membedakan konsentrasi gas.
(Lachman dkk, 2008)
b. Nilai Z
Nilai Z adalah banyaknya derajat yang dibutuhkan (C atau F) untuk 1
log pengurangan dalam nilai D. Dapat dihitung dengan rumus:
Z
T1 - T2
log D1 - log D 2
T - 121
.................Persamaan 1
10
13
nilai D121, N0, Nu diketahui maka nilai F0 dapat dihitung. Contohnya, bila D121
= 1 menit, N0 = 102, dan Nu = 10-6, maka:
F0 = 1 menit (log 102 log 10-6)
F0 = 8 menit
Kedua, bila D121, N0, dan F0 diketahui, tingkatnonsterilitas yang
diperoleh dapat dihitung. Misalnya, bila D121 = 2 menit, N0 = 102, dan F0 = 8
menit, maka:
F
N u antilog log N 0 - 0
D121
N u antilog log 10 2 -
2
Nu = 10-2
Pentingnya nilai F0 dalam validasi siklus sterilitas bisa diringkas
sebagai berikut:
1. F0 menghubungkan efisiensi pembunuhan dari proses tersebut pada tiap
temperatur dengan efek pembunuhan yang dihasilkan pada temperatur
sterilisasi yang diinginkan, 1210C.
2. F0 memberikan nilai kuantitatif tunggal yang menggambarkan waktu
pemaparan panas dari siklus tersebut, dengan waktu mana produk itu
dipaparkan ekuivalen dengan 1210C.
3. F0 menggabungkan andil dari bagian pemanasan dan pendinginan profil
temperatur-waktu selama suatu siklus dengan efek kematian keseluruhan
dari panas terhadap mikroorganisme.
4. F0 jika digunakan untuk menggambarkan
efek
letal
terhadap
yang
paling
konservatif
dari
derajat
pengrusakan
14
15
BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1
2.2
No
.
1.
2.
3.
Nama Sediaan
Infus Dextrosa 5%
Injeksi Fenitoin
Salep mata Kloramfenikol 1%
REDTROSA
EINSTOIN
AMIRUKOL
Volume
Sediaan
100 mL
5 mL
3,5 g
Volume
Sampel
10 mL
3 mL
100 mg
16
2.3
Cara Kerja
a. Pembuatan Media Tioglikolat Cair
L-Sistin P
0,5 g
Natrium klorida P
2,5 g
Glukosa P (C6H12O6.H2O)
5,5 g
Agar P, granul (kadar air tidaklebih dari 15 %)
0,75 g
Ekstrak ragi P (larut dalam air)
5,0 g
Digesti pancreas kasein P
15,0 g
Natrium tioglikolat P atau
0,5 g
Asam tioglikolat P
0,3 mL
Larutan natrium resazurin P (1 dalam 1000) dibuat segar
1,0 mL
Air
1000 mL
pH setelah sterilisasi 7,1 0,2
(Depkes RI, 1995)
Cara Pembuatan:
Campur dan panaskan hingga larut. Atur pH larutan hingga setelah
sterilisasi 7,1 0,2, menggunakan natrium hidroksida 1 N. Jika perlu
saring selagi panas menggunakan kertas saring. Tempatkan media dalam
tabung yang sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan
kedalaman media sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari setengah
bagian atas media yang mengalami perubahan warna sebagai indikasi
masuknya
oksigen
pada
akhir
masa
inkubasi.Sterilisasi
dalam
autoklaf.Jika lebih dari sepertiga bagian atas terjadi warna merah muda,
media dapat diperbaiki satu kali dengan pemanasan di atas tangas air
atau dalam uap yang mengalir bebas hingga warna merah muda
hilang.Media siap digunakan jika tidak lebih dari sepersepuluh bagian
atas media berwarna merah muda.Gunakanlah media Tioglikolat Cair
untuk inkubasi dalam kondisi aerob (Depkes RI, 1995).
b. Pembuatan Soybean-Casein Digest Medium
Digesti pankreas kasein P
Digesti papaik tepung kedele
Natrium klorida P
Kalium fosfat dibasa P
Glukosa P (C6H12O6.H2O)
Air
pH setelah sterilisasi 7,3 0,2
(Depkes RI, 1995)
Cara Pembuatan:
17,0 g
3,0 g
5,0 g
2,5 g
2,5 g
1000 mL
17
18
19
Diamati dan dihitung ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba pada daerah
strick yang telah dilakukan.
20
2.4