Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Dengan

diberlakukannya

UU

No.

15

Tahun

1997

tentang

Ketransmigrasian dan PP No.2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Transmigrasi, terjadi perubahan paradigma dalam Penyelenggaraan
Transmigrasi yang mencakup pengembangan tiga jenis program,
yaitu TU, TSB, dan TSM. Pembagian tiga jenis tersebut menunjukkan
bahwa penyelenggaraan transmigrasi secara berangsur telah beralih
dari Pemerintah kepada masyarakat, baik secara perseorangan atau
bekerja-sama dengan Badan Usaha. Peran Pemerintah lebih besar
diarahkan kepada pemberian arahan, layanan, dan bantuan. Namun
demikian,

perkembangan

lingkungan

stratejik

yang

diwarnai

munculnya persoalan yang silih berganti sejak terjadinya krisis multidimensi,

mengakibatkan

Program

Transmigrasi

menghadapi

persoalan cukup kompleks, yang berdampak kepada rendahnya

kepercayaan publik Hal itu minimal disebabkan oleh tiga persoalan


pokok. Pertarna, diberlakukannya UU No. 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian sebagai pengganti UU No.3 Tahun 1972 tersebut

belum ditindaklanjuti dengan ketentuan teknis pelaksanaan. Kedua,


transisi penerapan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah masih sering terjadi bias di lapangan. Ketiga, terjadinya
gejolak sosial di berbagai daerah yang menimbulkan kesan negatif
seolah-olah transmigrasi sebagai penyebabnya.

Persoalan kompleks yang terjadi bersamaan dengan perubahan


iklim

politik

yang

belum

stabil

tersebut

mengakibatkan

berkembangnya pandangan masyarakat yang beragam. di satu sisi


ada pihak yang memandang transmigrasi sebagai kebutuhan bagi
negara kepulauan berpenduduk heterogen dengan persebaran yang
timpang, tetapi di sisi lain ada pihak yang memandang transmigrasi

sudah tidak sesuai dengan perkembang an jaman dan karenanya


menolak. Kuatnya pandangan negatif dan penolakan tersebut
mengakibatkan keraguan dari Pemerintah pada awal reformasi yang
ditandai oleh berubah-ubah dan beragamnya nomenklatur organisasi
yang menangani transmigrasi di Pusat maupun Daerah. Bahkan, di
beberapa

daerah

muncul

keengganan

untuk

menggunakan

terminologi transmigrasi dalam struktur organisasi pemerintahannya.


Dalam kondisi demikian, Pemerintah dihadapkan pada realitas
persoalan masyarakat yang dilematis. Di satu pihak menghadapi

permintaan

masyarakat

untuk

bertransmigrasi

yang

terus

meningkat akibat tidak tersedianya ruang tempat tinggal, tempat


bekerja dan berusaha yang layak di suatu wilayah, serta keterbatasan sumberdaya manusia untuk mengelola potensi sumberdaya
alam di wilayah lain, tetapi pad a saat yang bersamaan juga terjadi

penolakan di beberapa daerah terhadap kehadiran transmigran.


Sementara itu, persoalan "Iimbah kelemahan" transmigrasi masa lalu
tibatiba muncul dengan aneka ragam persoalan yang menuntut
langkah-Iangkah penanganan melldesak dan cukup rumit. Menyikapi
kondisi tersebut, ada dua langkah yang harus dilakukan secara

simultan.

Pertama,

dalam

perspektif

jangka

panjang

harus

membenahi sistem manajemen penyelenggaraan transmigrasi berdasarkan paradigma baru sesuai dengan kondisi lingkungan stratejik
yang berkembang, dan kedua, dalam menghadapi masa transisi
harus menyelesaikan dampak dan pembenahan kelemahan masa
lalu.
Sesuai dengan amanat Pasal 31 UU No. 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian, kedua langkah besar itu harus diikuti dengan
upaya pemberian informasi kepada masyarakat dengan pendekatan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), baik pada tataran nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga tingkat desa dan
komunitas masyarakat sasaran utama. Dengan demikian, secara
bertahap masyarakat dapat menyadari, memahami dan meyakini
bahwa Program Transmigrasi merupakan salah satu alternatif cara
untuk mengatasi persoalan yang dihadapi, yang pada gilirannya
dirasakan sebagai suatu kebutuhan bersama.
2.

Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan
Memberikan pedoman dasar kepada para perencana dan pelaksana
Program

Transmigrasi

di

semua

tingkatan

(pusat,

provinsi,

kabupaten/kota, dan kecamatan/desa) dalam proses pemberian


informasi ketransmigrasian dengan pendekatan KIE.
b. Sasaran

Perencana dan pelaksana Program Transmigrasi di semua tingkatan


rnampu mengembangkan dan melaksanakan proses pemberian
informasi ketransmigrasian dengan pendekatan KIE secara intensif,
efektif, dan efisien.
3.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup tata cara pemberian informasi ketransmigrasian


dengan pendekatan KIE yang selanjutnya disebut Pedoman KIE ini
meliputi :
a.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan KIE-Transmigrasi.

b.

Pelaksanaan KIE yang memuat tujuan, Identifikasi khalayak


sasaran, pesan, media, dan langkahlangkah yang perlu
dilakukan

setiap

pelaksana

di

tingkat

pusat,

provinsi,

kabupaten/kota, hingga kecamatan dan desa.


c.

Evaluasi dan rancang ulang yang memuat tahapan pemantauan


dan evaluasi sebagai bahan penyempurnaan strategi KIE
berikutnya.

4.

Landasan Hukum

a.

Undang-undang Repubik Indonesia No. 15 Tahun 1997 tentang


Ketransmigrasian.

b.

Undang-undang Republik Indonesia No, 22 Tahun 1999


tentang Pemerintahan Daerah.

c.

Peraturan

Pemerintah

No.2

Penyelenggaraan Transmigrasi.

Tahun

1999

tentang

d.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000


tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah

Provinsi

sebagai Daerah Otonom.


e.

Keputusan

Menteri

KEP.219/MEN/2002

Tenaga

Kerja

dan

tentang

Organisasi

Transmigrasi
dan

Tata

No.
Kerja

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.


5.

Pengertian

a.

Pedoman, adalah acuan yang bersifat umum yang dalam


pelaksanaannya dapat dijabarkan sesuai dengan kondisi,
karakteristik, dan kemampuan lapangan setempat.

b.

Komunikasi, adalah proses penyampaian informasi atau


pesan dari komunikator kepada komunikan hingga diperoleh
kesatuan persepsi yang sarna atas informasi atau pesan yang
disampaikan.

c.

Informasi, adalah suatu pesan yang disampaikan oleh


komunikator kepada komunikan, yang berupa data, fakta,
rumusan, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar, norma,
pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui,
dipahami, diyakini, dan diimplementasikan oleh komunikan.

d.

Edukasi, adalah suatu proses kegiatan yang terukur untuk


mendorong terjadinya perubahan pengetahuan, wawasan,
sikap, dan perilaku khalayak sasaran mengenai suatu kegiatan
secara wajar, sehingga khalayak bersedia dan dapat melaksanakan yang disertai tanggung jawab atas keberhasilan dan atau

kegagalannya. pelembagaan dan pembudayaan transmigrasi


sebagai kebutuhan bersama.
e.

KIE- Transmigrasi, yang selanjutnya disebut KIETRANS,


adalah suatu tata cara pemberian informasi ketransmigrasian
dengan pendekatan KIE sebagai proses kegiatan penyampaian
dan penerimaan pesan ketransmigrasian untuk meningkatkan
dan memantapkan pengetahuan, wawasan, dan kemampuan
khalayak sasaran dalam kerangka mengubah dan membentuk
sikap serta perilaku secara bertanggung jawab menuju
terjadinya proses

f.

Khalayak Sasaran, adalah orang perorangan atau kelompok


orang dalam ikatan organisasi/institusi atau tidak, dalam
kapasitasnya sebagai individu atau keluarga atau atas nama
kelompok atau institusi yang menjadi obyek penyampaian
pesan KIE. Khalayak sasaran KIE sangat beragam, namun pada
umumnya khalayak sasaran KIE adalah orang perorangan atau
kelompok orang dalam ikatan organisasi/institusi atau tidak
dalam ikatan, dalam kapasitasnya sebagai individu atau
keluarga atau atas nama kelompok atau institusi yang:
1)

Secara langsung atau tidak langsung menerima


manfaat

atas

diselenggarakannya

program

pembangunan transmigrasi.
2)

Secara langsung atau tidak langsung menerima


dampak

atas

diselenggarakannya

program

pembangunan transmigrasi.
3)

Berpotensi mempengaruhi penerima manfaat atas


diselenggarakannya program pembangunan transmigrasi.

BAB II
KEBIJAKAN DAN STRA TEGI
PENGEMBANGAN KIE-BIDANG TRANSMIGRASI
1.

Kebijakan

Kebijakan

pengembangan

KIE-TRANS

diarahkan

untuk

meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam rangka


mengubah

sikap

dan

peri/sku

masyarakat

sehingga

diharapkan masyarakat dapat menyadari, memahami, dan


meyakini
kebutuhan

bahwa
untuk

transmigrasi
mengatasi

merupakan
persaBlan

salah

yang

satu

dihadapi

bersama. Oleh karena itu, pengembangan KIE-TRANS harus mampu


menumbuhkan motivasi, memberikan advokasi, dan pelayanan yang
berkualitas, dalam arti harus berorientasi kepada upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat, sehingga dengan demikian KIE-TRANS harus
dilakukan secara 'profesional, informatif, terbuka, "rasional, jujur, dan
mempunyai

rujukan

yang

benar,

tepat,

dan

dapat

dipertanggungjawabkan.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan KIE-TRANS yang berkualitas,
maka pelayanan KIE diarahkan kepada desentralisasi, koordinasi, dan
keterpaduan pengelolaan serta pengembangan hubungan kemitraan
antara institusi pemerintah, swasta, LSM, dan tokoh-tokoh kunci yang
ada. Kebijakan pelaksanaan pelayanan KIETRANS diarahkan pada
hal-hal :

a.

Penyesuaian dengan kebutuhan wilayah, yaitu mengarahkan


seluruh kegiatan KIE- TRANS kepada penyebaran pesan
ketransmigrasian yang disesuaikan dengan kebutuhan wilayah
dan aspirasi masyarakatnya dalam rangka pelembagaan dan
pembudayaan transmigrasi sebagai kebutuhan bersama.

b.

Peningkatan kualitas pelayanan, yaitu dengan menetapkan


kriteria pelayanan KIE- TRANS yang diukur dari kemampuan
menyediakan bahan yang menarik dan bermutu, yang dapat
memberikan kejelasan bagi khalayak sasaran dan para pelaksana. Pelayanan KIE-TRANS menempatkan para pengelola dan
pelaksana tidak saja penyampai pesan, tetapi juga sebagai
sumber informasi sekaligus sebagai penggerak masyarakat
untuk mengembangkan persepsi yang sarna tentang ketransmigrasian.

c.

Penataan jaringan, yaitu membangun jaringan melalui multi


media dengan mengembangkan KIE Massa, KIE-Ke/ompok,

KIE-Perorangan, dan Konseling sebagai satu kesatuan


jaringan. KIEPerorangan dan Konseling dilaksanakan pada tingkat lapangan sebagai kelanjutan dari KIE-Massa dan KIEKelompok yang menekankan pada penataan jaringan KIETRANS

di

tingkat

lapangan

melalui

pembinaan

dan

pengembangan

dan

pendayagunaan institusi setempat.


d.

Desentralisasi

Pengelolaan,

yaitu

pengelolaan KIE- TRANS melalui pendekatan desentralisasi


sesuai dengan kebutuhan khalayak sasaran yang spesifik dan

variatif.
e.

Kemitraan Dalam Pengelolaan, yaitu pengembangan hubungan


kemitraan yang saling mendukung dan saling menguntungkan
antara institusi pemerintah, LSOM, swasta, dan masyarakat,
terutama dalam menggali sumber pendanaan, sarana, dan
tenaga.

2.

Strategi

Untuk mengimplementasikan kebijakan pengembangan KIE-TRANS,


dikembangkan strategi pelaksanaan sebagai berikut :
a.

Konsistensi Terhadap Filosofi Dasar

Pelayanan KIE- TRANS harus didasarkan kepada filosofi dasar yaitu

pe/embagaan

dan

pembudayaan

transmigrasi

sebagai

kebutuhan bersama. Artinya, berbagai pihak harus memperoleh


kesempatan

untuk

mengambil

prakarsa,

merencanakan,

dan

melaksanakan KIE- TRANS serta menilai kontribusi yang telah


disumbangkan sebagai kebutuhan bersama. Oleh karena itu, sikap
dan perilaku setiap individu, pejabat, pimpinan, pengelola institusi,
kader organisasi. dan tokoh masyarakat harus berorientasi kepada
kepentingan

penduduk

sebagai

penerima

manfaat

Program

Transmigrasi.
b.

Segmentasi Khalayak Sasaran

Analisis terhadap karaktGristik khalayak sasaran untuk menentukan


segmen khalayak sasaran harus menjadi perhatian yang lebih tinggi
karena sangat menentukan ketepatan langkah pelayanan KIETRANS
berikutnya yaitu pemilihan isi pesan, penggunaan media, dan

penetapan strategi pelaksanaan KIE-TRANS.


c.

Pengembangan Suasana Keterbukaan

Penyampaian pesan dan pelayanan KIE-TRANS harus dilaksanakan


secara terbuka dengan mengembangkan dialog dua arah, sedangkan
informasi yang disampaikan harus akurat, lengkap, utuh, dan
sempurna. Hal ini sejalan dengan maraknya tuntutan demokratisasi,
transparansi, dan penghargaan terhadap HAM, setiap individu berhak
memperoleh informasi yang benar, lengkap, dan akurat sebagai
dasar dalam bersikap dan menentukan langkah-Iangkah dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
d.

Keseragaman dan Keterpaduan Isi Pesan

Pelayanan KIE- TRANS harus dilaksanakan secara bertahap yang


saling mendukung. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseragaman
dan keterpaduan isi pesan. Hal in! dimaksudkan agar khalayak tidak

dibingungkan oleh perbedaan pesan yang dapat mengembangkan


ketidakpercayaan.

BAB III
PRINSIP DASAR DAN KEGIATAN POKOK
KIE-TRANSMIGRASI
Pelaksanaan pelayanan KIE-TRANS di setiap tingkatan dapat
berbeda, tergantung dari (1) tujuan kegiatan yang dilaksanakan, (2)
khalayak sasaran yang dituju, (3) pesan yang disampaikan, (4) media
yang digunakan, serta (5) langkah-Iangkah teknis yang dilaksanakan.
Namun berbagai tingkatan tersebut berlandaskan kepada prinsip
dasar dan tahapan yang sarna, yang dapat dikembangkan dan
berpedoman kepada hal-hal sebagai berikut :
1.

Prinsip Dasar Pengelolaan KIE-TRANS


a. Peranserta Tokoh Setempat
Dalam pengelolaan KIE Trans harus diciptakan suasana yang
memungkinkan tokoh masyarakat untuk berpartisipasi dalam

merumuskan program aksi yang akan dilaksanakan agar


mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab untuk
mewujudkannya.
Hal ini didasarkan pada pandangan, sikap dan perilaku
khalayak sasaran KIE-TRANS yaitu masyarakat yang secara
langsung menerima manfaat atau minimal terpengaruh
dampak

dari

Program

Transmigrasi.

Walaupun

pada

umumnya karakteristik masyarakat sasaran KIE- TRANS


banyak

memiliki

kesamaan,

namun

kebutuhan

yang

melatarbelakangi berbeda antara kelompok sasaran di

Daerah Asal dan Daerah Tujuan. Di Daerah Asal, kelompok


sasaran KIETRANS adalah masyarakat yang menghadapi
persoalan keterbatasan ruang tempat tinggal, peluang
berusaha dan kesempatan bekerja yang menjadi penyebab
utama

rendahnya

Tujuan,

adalah

ketidakmampuan

pendapatan.
mereka

yang

mengelola

Sedangkan

di

menghadapi

potensi

Daerah

persoalan

sumberdaya

yang

tersedia sehingga kurang mampu memberikan sumber


pendapatan.

Pada

dua

kelompok

masyarakat

sasaran

tersebut, pada umumnya tokoh masyarakat rnasih menjadi


panutan yang fatwanya relatif dipercaya dan efektif dalam
mempengaruhi pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat.
Oleh

karena

itu,

harus

diciptakan

suasana

yang

memungkinkan tokoh masyarakat untuk merumuskan

program aksi yang akan dilaksanakan agar mereka merasa


memiliki dan bertanggung jawab untuk mewujudkannya.
b. Pendekatan Interdisipliner
Legitimasi suatu kebijakan dan program yang dikembangkan
Pemerintah akan kuat apabila memperoleh dukungan
kalangan intelektual dari berbagai disiplin ilmu, karena
dengan demikian diyakini obyektivitasnya. Oleh sebab itu,
konsep-konsep kebijakan dan program ketransmigrasian
yang dirumuskan perlu dikomunikasikan dan dikonsultasikan
dengan pakar dan kalangan intelektual dari berbagai disiplin
ilmu untuk memperoleh legitimasi yang sesuai.
c. Koordinasi Kegiatan
Kegiatan KIE-Trans harus dikoordinasikan dan dipadukan

dengan kegiatan sejenis pada kelompok sasaran yang sarna,


sebab pada dasarnya masyarakat kurang menyukai kegiatan
komunikasi, sosialisasi, penyuluhan, dan sejenis yang
dilaksanakan oleh Pemerintah untuk mempengaruhi mereka.
Lebihlebih apabila pesan dan kegiatan antar institusi yang
menempatkan

masyarakat

sebagai

sasarannya

terjadi

perbedaan kepentingan.
d. Pemantauan Khalayak Sasaran
Untuk menjaga konsistensi dan kesinambungan pesan dan
khalayak

sasaran,

diperlukan

pemantauan

terhadap

perubahan khalayak sasaran sebagai dasar dalam menjaga


hubungan dengan khalayak sasaran. Ketepatan sasaran
merupakan aspek penting yang berpengaruh kuat terhadap
efektivitas penyampaian pesan KIE-Trans, sementara tingkat
perubahan pandangan dan sikap khalayak relatif cepat
tergantung dari ragam pesan dan perkembangan lingkungan
stratejik yang terjadi.
e. Perhatian Terhadap Kebutuhan Khalayak Sasaran
Pengembangan pesan KIE-TRANS harus dilakukan secara
kontinyu sehingga khalayak sasaran merasa diperhatikan
dan berpeluang untuk dilibatkan secara aktif dalam skala
yang lebih luas. Komunikasi akan efektif apabila khalayak
sasaran merasa diperhatikan kebutuhannya, yaitu ditandai
dengan adanya kesesuaian pesan yang disampaikan.

2.

Pokok-pokok Kegiatan
a. Identifikasi Khalayak Sasaran
Identifikasi

dimaksudkan

masyarakat

yang

untuk

dapat

mengetahui

berperan

sebagai

kondisi
peserta

transmigrasi maupun penentu kebijakan serta pihak lain


yang

akan

berpartisipasi

dalam

penyelenggaraan

transmigrasi, sehingga pad a akhirnya diharapkan dapat


diketahui berbagai cara untuk meningkatkan citra, minat dan
partisipasi masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan
transmigrasi.

Identifikasi

mencakup

faktor

demografi,

geografi, ekonomi, sosial, budaya dan sikap terhadap


penyelenggaraan transmigrasi. Hasil identifikasi ini akan
menjadi bahan penyusunan strategi operasional KIE yang
mencakup

penetapan

tujuan,

disain

pesan,

pemilihan

metoda dan media.


b. Analisis Program dan Khalayak Sasaran
Analisis Program dan Khalayak Sasaran dilaksanakan untuk
memperoleh dua gambaran pokok. Pertama, tentang
program yang akan dikembangkan menjadi pesan KIE, dan

kedua, karakeristik khalayak sasaran yang diharapkan akan


menerima pesan KIE.' Untuk memperoleh gambaran kedua
aspek tersebut, dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai
berikut :
1) Analisis Kebijakan dan Program, yaitu suatu proses
analisis terhadap kebijakan dan program yang akan

disampaikan kepada khalayak sasaran, untuk mengetahui


manfaat dan mudharat dari kebijakan dan program yang
perlu dipahami oleh khalayak sasaran.
2) Analisis Khalayak Sasaran, yaitu suatu proses analisis
terhadap karakteristik khalayak sasaran. Melalui analisis
yang cermat, diharapkan dapat diperoleh gambaran
tentang

pandangan,

sikap,

perilaku,

aspirasi,

dan

kebutuhan khalayak sasaran serta hal-hal lain yang perlu


diperhatikan dalam penyampaian pesan.
c. Penyusunan Program Aksi
Penyusunan Program Aksi KIE-TRANS didasarkan atas hasil

analisis kebijakan dan program serfs khalayak


sasaran. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan program aksi KIE-TRANS adalah sebagai
berikut :
1)

Penetapan Tujuan
Tujuan Program Aksi adalah untuk menciptakan

suatu kondisi khalayak sesuai dengan yang


diharapkan setelah program aksi dilaksanakan,
sehingga tujuan dalam setiap program aksi dapat
berbeda-beda. Karena itu, penetapan tujuan harus
didasarkan pada hasil analisis khalayak secara cermat
dan akurat yang dikaitkan dengan kebijakan atau
program yang akan disampaikan. Rumusan tujuan
harus khas (spesifik), realistis, terukur, dan dengan
pilihan prioritas yang jelas.

2)

Pengembangan Pesan
Pesan yang disampaikan pada satu program aksi
harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
kondisi karakteristik khalayak sasaran, media yang
digunakan, kondisi lingkungan stratejik saat program
aksi dilaksanakan, dan kemampuan komunikator
penyampai pesan. Oleh karena itu, pada pesan yang
sarna,

pengembanganya

menghadapi
demikian

khalayak

juga

media

dapat
sasaran

yang

berbeda
yang

ketika

berbeda,

digunakan,

kondisi

ingkungan stratejik yang berkembang, kemampuan


petugas penyampai pesan dan tujuan kegiatan yang
dilaksanakan.
3)

Pemilihan Media
Pada dasarnya kemampuan media adalah terbatag,
sehingga

tidak

nyampaikan
semakin

mungkin

pesan

secara

beragamnya

jenis

sebuah

media

keseluruhan.
dan

bentuk

me-

Karena
media

pembawa pesan, maka pemilihan penggunaan media


harus memperhitungkan kemampuan, jangkauan,
dan kesesuaian media dengan karakteristik pesan
dan khalayak sasaran.

4)

Penyusunan Jadwal Pelaksanaan


Penyusunan jadwal pelaksanaan program aksi KIETRANS harus mempertimbangkan momentum dan
perkembangan

lingkungan

stratejik

yang

berpengaruh terhadap khalayak sasaran, kesesuaian


pesan dengan isu yang menarik khalayak, serta
suasana yang berpengaruh.
5)

Pemilihan dan penentuan personil pelaksana


Budaya khalayak sasaran KIE-TRANS pada umumnya
kurang mampu mencerna materi pesan secara utuh,
tetapi masih dipengaruhi oleh figur komunikator
penyampai pesan. Oleh karena itu, dalam memilih
personil

pelaksana,

kompetensi

dan

mempertimbangkan

selain

pertimbangan

profesionalisme
kesesuaian

teknis

juga

harus

antara

figur

penyampai pesan dengan kondisi psikolegis dan


aspirasi khalayak sasaran.
6)

Penyusunan anggaran yang diperlukan


Anggaran yang diperlukan pada setiap program aksi
KIE-TRANS sangat bervariasi.

d. Penyiapan Pesan
Penyiapan pesan merupakan suatu proses pengemasan
materi informasi kedalam kemasan pesan yang sesuai
dengan karakteristik media dan khalayak sasaran. Untuk

menyiapkan pesan yang sesuai, perlu dilakukan melalui


proses pengembangan, uji caba, dan produksi kemasan.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :

1)

Rumusan pesan harus jelas, sederhana, bersifat


khusus, konsisten, positif, menarik perhatian, berorientasi pada aksi, dan selaras dengan corak dan
keyakinan khalayak.

2)

Susunan kata dan bentuk harus mampu mencerminkan


tema atau pesan kunci secara tepat.

3)

Pengembangan pesan berorientasi kepada pemecahan


masalah secara praktis dan rasional.

4)

Desain kemasan pesan diuji coba dengan khalayak


untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya.

e. Pelaksanaan
Pelaksanaan KIE-TRANS di semua tingkatan pada dasarnya
dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan dan khalayak
sasarannya ke dalam 4 bentuk sebagai berikut :
1) KIE-Massa
KIE-Massa merupakan kegiatan penyampaian pesan
melalui media massa (media massa adalah media yang

dalam waktu bersamaan mampu menjangkau massa luas


yang berada pada ruang yang berbeda dan bahkan

berjauhan. KIE-Massa berfungsi untuk mengembangkan


atau membangun citra positif Program Transmigrasi atau
menyampaikan peristiwa ketransmigrasian. Kegiatan KIEMassa antara lain berupa :
a)

Spot News, yaitu penyampaian pesan berupa berita


atas suatu peristiwa ketransmigrasian melalui media
massa.

b)

Dialog, yaitu peyampaian pesan ketransmigrasian


yang dikemas dalam dialog langsung secara
interaktif atau rekaman dialog melalui media massa
elektronik.

c)

Infotainment,
transmigrasian

yaitu

penyampaian

yang

dikemas

pesan

dalam

ke-

bentuk

entertainment atau pertujukan melalui media massa


elektronik.
d)

Feature atau opini, yaitu pengungkapan ten- " tang


peristiwa atau analisa ketransmigrasian melalui
media massa yang disajikan secara obyektif, runtut,
dan menarik.

2) KIE-Kelompok
KIE-Kelompok merupakan kegiatan penyampaian pesan
melalui suatu forum pertemuan kelompok sehingga
terjadi komunikasi dua arah antara komunikator dengan
komunikan. KIE-Kelompok dapat dilaksanakan untuk
menyampaikan

konsep,

menggali

masukan,

mediasi

penggalangan

kerjasama,

dan

membahas

suatu

persoalan ketransmigrasian sebagai upaya penyamaan


persepsi. KIE-Kelompok berfungsi untuk meningkatkan
pengetahuan

yang

transmigrasi,
persoalan

lebih

menyatukan

mendalam
persepsi

ketransmigrasian,

mengenai

terhadap

atau

suatu

membangun

kesepakatan bersama. Beberapa kegiatan KIE-Kelornpok


yang dapat dikembangkan sebagai berikut :
a)

Seminar,

simposium

atau

lokakarya

untuk

menghimpun masukan dari berbagai kalangan


dalam rangka perumusan kebijakan publik atau
untuk menyelesaikan suatu persoalan.
b)

Diskusi

dengan

kelompok

homogen

untuk

menyamakan persepsi dan cara pandang tentang


kebijakan pembangunan transmigrasi.
c)

Mediasi antar daerah atau dengan kalangan swasta


dalam

rangka

menggalang

kerjasama

pembangunan transmigrasi.
d)

Forum komunikasi dan konsultasi serta rapatrapat


teknis sesuai dengan forum yang tersedia di daerah
atau lapangan.

e)

Pertemuan

komunikasi

Kabupaten/Kota

dalam

tingkat
rangka

Provinsi

atau

membangun

kesepakatan lokal tentang pengembangan Program


Transmigrasi.

f)

Pertemuan tingkat Kecamatan atau lapangan/ desa


dalam rangka membahas suatu persoalan atau
rencana atau pemikiran atau menawarkan suatu
konsep secara langsung kepada masyarakat yang
akan menerima manfaat.

g)

Berbagai bentuk forum dan pertemuan sesuai


dengan kondisi daerah.

3)

KIE-Individu
KIE-Individu merupakan kegiatan penyampaian pesan
langsung melalui bentuk lobby dengan tokoh, kader
organisasi, anggota DPR/DPRD, profesionalis, penulis,
wartawan dan sejenis dalam
rangka memperjelas suatu informasi yang sedang
menjadi pembicaraan masyarakat atau informasi dari
sumber lain.

4) Konseling
Konseling merupakan kegiatan pendampingan langsung
kepada

kelompok

membantu

atau

atau

individu

membimbing

dalam

rangka

sasaran

dalam

mengambil suatu keputusan keikutsertaannya dalam


proses pembangunan transmigrasi. Beberapa kegiatan
konseling yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
kondisi wilayah/daerah antara lain :
a) Menjelaskan kepada kelompok masyarakat di suatu
wilayah

atau

kawasan

potensial

dikembangkan

menjadi

permukiman

keuntungan

dan

transmigrasi

kerugian

tentang

alternatif

solusi

pemberdayaan potensi kawasan.


b) Membantu

kelompok

atau

institusi

di

suatu

wilayah/daerah untuk memilih cara pemberdayaan


kawasan di wilayahnya secara tepat sesuai dengan
potensi yang tersedia.
c) Membantu kelompok atau institusi di suatu wilayah
atau kawasan dalam merancang pemberdayaan
kawasan melalui Program Transmigrasi.
d) Membantu individu atau kelompok dalam mengambil
keputusan perpindahan yang akan dilakukan.
e) Membantu pemerintah provinsi bagi pemerintah
pusat, pemerintah kabupaten/kota bagi pemerintah
provinsi, pemerintah kecamatan atau desa bagi
pemerintah kabupaten dalam proses perumusan dan
penyusunan naskah kerjasama ketransmigrasian.
f) Pemantauan, Evaluasi, dan Rancang Ulang
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan untuk mengukur
dampak

pelaksanaan

KIE-

Trans

dalam

rangka

mengidentifikasi kinerja serta persoalan atau keberhasilan


yang

dicapai.

pemantauan

Berdasarkan

dan

evaluasi

analisis

terhadap

hasil

dilakukan

penijauan

ulang

terhadap program aksi sebagai dasar penyempurnaan atau


penyusunan kembali rancangan baru (rancang ulang).

Beberapa kriteria dalam pemantauan dan evaluasi yang


dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1) Efektivitas
Merupakan

kriteria

untuk

keberhasilan/efektivitas

menilai

sebuah

seberapa

kegiatan.

jauh

Ukuran

efektivitas ini biasanya adalah tingkat rasionalitas teknis


dan diukur dari unit cost atau kepuasan khalayak atas
informasi atau pesan atau layanan yang diberikan.
2) Efisiensi
Merupakan kriteria untuk menilai seberapa besar hasil
yang diperoleh dari suatu kegiatan dibanding dengan

cost (termasuk biaya sosial) yang dikeluarkan.


3) Kecukupan
Merupakan kriteria untuk menilai seberapa jauh tingkat
efektivitas

dari

suatu

kegiatan

dalam

memuaskan

khalayak sasaran, dalam memberikan kegunaan, atau


dalam membantu mengatasi persoalan yang dihadapi.
4) Kesesuaian
Merupakan kriteria untuk menilai seberapa jauh suatu
kegiatan

dapat

diterima

oleh

semua

pihak

yang

berkepentingan karena semua pihak merasakan manfaat


dari kegiatan itu.
5) Responsivitas
Merupakan kriteria untuk menilai seberapa jauh suatu
kegiatan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau

kegunaan khalayak sasaran. Kriteria ini pada dasarnya


sarna dengan empat kriteria sebelumnya ditambah
dengan seberapa jauh mampu menanggapi kebutuhan
aktual

dari

khalayak

sasaran

yang

seharusnya

diuntungkan.
6) Kelayakan
Merupakan kriteria untuk menilai seberapa jauh suatu
kegiatan secara terbuka diterima oleh khalayak sasaran.

BAB IV
PELAKSANAAN DAN TAT A LAKSANA
KIE- TRANSMIGRASI
Sesuai dengan karakteristik khalayak sasaran, tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai, media yang digunakan, dan pesan yang
disampaikan, implementasi pelaksanaan pel ayanan KIE-TRANS pad a
setiap keperluan dan jenjang dapat berbeda. Oleh karena itu,
berdasarkan pendekatan strata dan tingkatannya, pelaksanaan
pelayanan KIE-TRANS dapat dilaksanakan berdasarkan pedoman
sebagai berikut :
1. KIE-TRANS Tingkat Pusat/Nasional, ditekankan kepada KIEMassa untuk membangun persepsi dan citra positif transmigrasi
dalam

pandangan

masyarakat,

dan

KIE-Kelompok

untuk

mendalami pesan yang telah disampaikan melalui KIE-Massa.


2. KIE-TRANS Tingkat Provinsi, ditekankan pada pelayanan KIEKelompok,

untuk

meningkatkan

pengetahuan

yang

lebih

mendalam terhadap Program Transmigrasi, tetapi dalam beberapa


hal juga dapat dilakukan KIEMassa dalam lingkup Provinsi yang
bersangkutan.
3. KIE-TRANS Tingkat Kabupaten/Kota, sarna dengan tingkat
Provinsi dalam lingkup Kabupaten/Kota yang bersang kutan.
4. KIE-TRANS

Tingkat

Kecamatan

sarna

dengan

tingkat

Kabupaten/Kota, tetapi lebih ditekankan kepada KIEPerorangan.


5. KIE-TRANS Tingkat Desa/Lapangan, ditekankan kepada KIE-

Kelompok, Perorangan, dan Konseling untuk menggerakkan sikap


dan perilaku masyarakat yang meyakini bahwa transmigrasi
merupakan salah satu alternatif cara untuk meningkatkan
kesejahteraan bersama.

BAB V
PENUTUP
Pada hakekatnya penyelenggaraan transmigrasi memberikan dampak
terhadap perubahan pede berbagai aspek kehidupan masyarakat baik
secara

fisik,

Perubahan

sosial,
tersebut

ekonomi,
secara

psikologis
langsung

den
akan

kultur/budaya.
mempengaruhi

perkembangan kehidupan mesa depan individu, kelompok maupun


lingkungan. Oleh karena itu berhasil tidaknya penyelenggaraan
transmigrasi sangat ditentukan oleh kesadaran den keyakinan semua
pihak yang terkait dalam proses penyelenggaraannya.
Dalam konteks penyadaran den memberikan keyakinan serta
akhirnya diharapkan menjadi budaya, pelayanan KIE transmigrasi
harus diposisikan sebagai pendukung semua aktivitas dalam proses
penyelenggaraan transmigrasi. Mengingat keberhasilan KIE sangat
ditentukan oleh kemampuan pelaksana den kemampuan untuk
berinovasi, make dipandang perlu untuk memberikan pedoman
pelaksanaan KIE sebagai acuan yang implementasinya di lapangan
dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai