UNGGAS
Daging unggas merupakan sumber protein hewani yang baik, karena
mengandung asam amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah
yang baik. Selain itu serat-serat dagingnya pendek dan lunak sehingga mudah
dicerna. Daging unggas menghasilkan jumlah kalori yang rendah apabila
dibandingkan dengan nilai kalori daging sapi atau daging babi. Oleh karena itu
daging unggas dapat dipakai sebagai bahan makanan yang baik untuk mengawasi
pertambahan berat badan, penyembuhan dari sakit dan untuk orang-orang tua
yang tidak aktif bekerja lagi. Hidangan daging ayam digunakan sebagai sumber
protein dalam diet, yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah kalori yang
diterima dalam tubuh.
A. Jenis
Yang termasuk ke dalam jenis unggas-unggasan adalah ayam, itik dan
burung. Pada prinsipnya hampir semua unggas dapat digunakan sebagai sumber
daging. Karena pertimbangan efisiensi dan ekonomi maka hanya jenis ayam
tertentu saja yang dikembangkan secara intensif. Jenis ayam yang potensial
sebagai sumber daging dikenal sebagai ayam pedaging. Jenis unggas yang
digunakan sebagai sumber daging adalah ayam dan itik.
1. Ayam
Berdasarkan aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil
daging yaitu ayam kampung, ayam ras, dan ayam cull.
a. Ayam Kampung
Ayam kampung atau ayam lokal adalah jenis ayam yang tidak atau belum
mengalami usaha pemuliaan. Dikenal juga dengan sebutan ayam buras (bukan
ras). Berat badan rata-rata ayam berumur dua tahun 2,5 kg bagi ayam betina dan
3 - 3,25 kg bagi ayam jantan. Penamaan ayam kampung dengan sebutan ayam
lokal didasarkan pada kenyataan bahwa jenis-jenis ayam kampung sering
diidentifikasi dengan nama daerah atau tempat asal ayam tersebut terdapat.
Contoh ayam kampung yang telah banyak dikenal dan adalah ayam Sumatra,
12
ayam Kedu, ayam Nunukan dan ayam Pelung. Tetapi yang terkenal sebagai ayam
penghasil daging adalah ayam Sumatra dan ayam Kedu.
13
rendah dari ayam ras karena sudah tua dan ukurannya tidak seragam serta
jumlahnya sedikit.
2. Itik
Itik dikenal sebagai unggas kedua penghasil daging sesudah ayam. Itik
yang dibudidayakan sekarang adalah itik Manila dan Belibis. Ciri fisik ternak itik
adalah bentuk tubuhnya langsing dengan langkah tegap. Tinggi tubuh berkisar
antara 45 - 50 cm dan digambarkan seperti bentuk anggur. Itik ini bertubuh kecil
dan kurus dengan berat tubuh rata-rata 1,2 1,4 kg/ekor untuk itik berumur
2 tahun.
Gambar 3. Itik
B. Karkas Unggas dan Komponennya
Yang dimaksud dengan karkas adalah bagian dari tubuh unggas tanpa darah,
bulu, kepala, kaki dan organ dalam. Bentuk pemotongan ayam pedaging untuk
dipasarkan ada dua macam, yaitu New York Dressed, 10% hilang dari bobot tubuh
dan Ready to Cock, 25%
14
arah, yaitu depan dan belakang. Sedangkan pencabutan bulu halus dan bulu
rambut umumnya dilakukan dengan metoda wax picking, yaitu dengan pelapisan
lilin.
Metode pelapisan lilin dilakukan pada unggas yang telah mengalami
penyeduhan, dilapisi lilin dengan cara merendamnya dalam cairan lilin. Setelah
cukup terlapisi unggas diangkat dan dikeringkan sehingga lapisan lilin menjadi
mengeras padat. Dengan demikian bulu-bulu yang ada pada karkas akan ikut
terlepas bila lapisan lilin yang telah mengeras dilepaskan.
f. Dressing
Tahap dressing meliputi pemotongan kaki, pengambilan jeroan dan
pencucian. Pengambilan jeroan dilakukan dengan cara memasukkan tangan ke
dalam rongga perut dan menarik seluruh isi perut keluar. Pencucian bertujuan
untuk membersihkan karkas unggas dari kotoran yang masih tertinggal di bagian
dalam dan permukaan karkas.
2. Komponen Karkas
a. Otot
Komponen karkas yang paling mahal adalah otot. Bagian terbesar otot
terdapat di bagian dada, sehingga besarnya dada dijadikan ukuran untuk
membandingkan kualitas daging pada broiler. Fungsi otot yang utama bagi tubuh
unggas adalah untuk menggerakkan tubuh, menutupi tulang dan membentuk
tubuh. Otot pada dada ayam berwarna lebih terang, sedangkan otot pahanya
berwarna lebih gelap yang disebabkan ayam lebih banyak berjalan dari pada
terbang, sehingga menyebabkan pigmen mioglobin terdapat lebih banyak pada
otot paha.
b. Lemak
Lemak mempunyai tiga tipe, yaitu (1) lemak bawah kulit (subcutan),
(2) lemak perut bagian bawah (abdominal), dan (3) lemak dalam otot
(intramuscular). Persentase lemak abdominal pada ayam lebih tinggi dari pada
ayam jantan, dan bobotnya semakin bertambah dengan meningkatnya umur.
Kandungan lemak subkutan dipengaruhi oleh umur. Lemak subkutan meningkat
dari 13,25% pada umur 3 minggu menjadi 33,87% pada umur 9 minggu.
16
c. Tulang
Sistem pertulangan pada unggas berbeda dengan pertulangan pada
mamalia. Tulang unggas ringan tetapi kuat dan kompak, karena mengandung
garam kalsium yang sangat padat. Umumnya tulang-tulang yang panjang
membengkok, yang membuat tulang menjadi ringan, dan tulang-tulang tersebut
bergabung bersama-sama membentuk susunan yang kokoh yang juga merupakan
tempat bertautnya daging. Tulang disamping merupakan kerangka bagi tubuh dan
tempat bertautnya daging, juga berfungsi melindungi organ tubuh dan sum-sum
tulang.
d. Kulit
Kulit unggas berfungsi melindungi permukaan tubuh. Kulit mempunyai
kelenjar minyak atau oil gland yang terdapat pada pangkal ekor. Kulit terdiri
atas dua lapis, lapisan luar disebut epidermis dan bagian dalam disebut dermis.
Paruh dan kuku serta kulit pada kaki serta bulu terdiri atas epidermis. Jengger dan
daun telinga ditutupi epidermis.
Epidermis terdiri atas dua lapisan tipis, bagian luar disebut stratum
corneum dan bagian dalam disebut rete malphigi atau stratum germinatum.
Dermis tersusun dari jaringan pengikat yang mengandung banyak lemak. Kulit
unggas relatif tipis dibandingkan dengan kulit mamalia. Pada ayam, kulit sangat
sensitif waktu rontok bulu (molting), karena jaringan syaraf, otot dan pembuluh
darah yang mengalir di dalam kulit berhubungan dengan akar bulu. Warna kulit
dipengaruhi oleh pigmen kulit yaitu melanin dan xanthophyl. Kulit mempunyai
beberapa fungsi yaitu (1) melindungi bagian dalam kulit secara mekanik terhadap
kemungkinan masuknya zat-zat (2) melindungi kulit terhadap cahaya atau sinar
yang akan masuk, karena pada sel epidermis terdapat pigmen melanin,
(3) mengatur temperatur tubuh (4) sebagai kelenjar sekresi, yaitu tempat
keluarnya keringat (5) tempat pembentukan vitamin dan cholesterol serta
(6) sebagai tempat berlangsungnya respirasi.
17
Gabungan dari
Lapisan
epimisium ini terdiri dari jaringan ikat yang berupa serabut-serabut kolagen dan
elastin. Pada bagian dalam otot, jaringan ikat menembus otot, membentuk
sekat-sekat yang menyelubungi sekelompok serabut otot (bundel serabut otot),
sekat-sekat tersebut adalah perimisium yang banyak mengandung urat darah dan
urat syaraf. Masing-masing serabut otot terlindung oleh sebuah membran jaringan
ikat yang tipis, yang disebut endomisium.
2.
Komposisi Jaringan
Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa daging ayam merupakan sumber protein
tertinggi. Disamping itu bila ditinjau dari aspek gizinya, daging ayam merupakan
bahan pangan yang berkualitas tinggi. Daging ayam merupakan sumber protein
berkualitas tinggi dan vitamin B kompleks, dan sumber yang baik dan penting
dari asam lemak dan asam amino essensial serta merupakan sumber mineral yang
cukup lengkap. Selain itu serabut-serabut dagingnya empuk dan mudah dikunyah,
mudah dicerna dan memiliki potensi rasa yang khas yang umumnya disukai.
18
Ayam
- daging merah
- daging putih
20,6
23,4
73,7
73,7
4,7
1,9
1,0
1,0
Itik
Sapi
Domba
Babi
10,9
18,2
15,7
11,9
52,7
63,0
55,8
68,0
35,8
18,0
27,7
45,0
0,4
0,1
0,1
0,6
19
Tabel 6. Perbandingan komposisi asam amino dari daging ayam, sapi, babi,
susu, dan telur
Jenis asam
amino
Arginin
Cystin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lysine
Methionin
Phenylanin
Threonin
Tripthopan
Tyrosin
Valin
ayam
6,7
1,8
2,0
4,1
6,6
7,5
1,8
4,0
4,0
0,8
2,5
6,7
6,7
0,9
2,6
3,8
6,8
8,0
1,7
3,6
3,6
0,7
2,5
5,5
4,3
1,0
2,6
8,5
11,3
7,5
3,4
5,7
4,5
1,6
5,3
8,4
6,4
2,4
2,1
8,0
9,2
7,2
4,1
6,3
4,9
1,5
4,5
7,3
Asam lemak
jenuh (%)
asam oleat
Ayam
Kalkun
Itik
Angsa
Burung
merpati
28 31
28 33
87
30
23
47 - 57
39 - 52
42
57
56
asam
arach
0,3 - 0,5
0,2 - 0,7
0,2
0,05
0,04
Daging ayam mengandung lemak relatif rendah, yang terdiri dari asam
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Tidak seperti hewan ternak besar, kebanyakan
unggas disimpan di bawah kulit, bukan didistribusikan seperti pada hewan ternak
besar. Daging ayam hanya mengandung 1,3% lemak, sedangkan sayatan daging
anak sapi cukup umur masing-masing 11% dan 13-30%.
Lemak dapat dibagi menjadi dua golongan. Golongan trigliserida sederhana
atau lemak netral di bawah kulit dan rongga badan yang merupakan penyimpanan
energi. Golongan kedua ialah lemak phospholipid yang merupakan bagian penting
untuk proses metabolisme.
20
Selain itu daging ayam mengandung vitamin yang jumlahnya relatif rendah.
Vitamin daging niacin, riboflavin, thiamin dan asam askorbat, sedang mineralnya
terdiri dari natrium, kalium, magnesium, fosfor, sulfur, chlorin dan iodine.
Pigmen daging terutama tersusun atas dua macam protein, yaitu hemoglobin
dan mioglobin. Dalam daging yang baik kadar mioglobin lebih besar dari kadar
hemoglobin, yaitu antara 80-90% dari total pigmen. Kontributor lain seperti enzim
sitokrom dan katalase juga ada, tetapi tarafnya kecil. Dengan demikian yang
terutama menyebabkan warna daging adalah mioglobin.
Kadar mioglobin bervariasi jumlahnya tergantung spesies, umur, seks dan
aktifitas fisik hewan yang bersangkutan. Perbedaan kandungan mioglobin inilah
yang terutama menyebabkan warna daging babi berbeda dengan warna daging
sapi. Demikian pula, warna daging muda lebih cerah daripada daging tua, dan
daging hewan jantan lebih gelap daripada hewan betina, adalah karena perbedaan
kandungan mioglobinnya. Pada ayam, daging dada berwarna agak putih
sedangkan daging paha berwarna lebih merah. Perbedaan yang kontras ini
disebabkan kandungan mioglobin pada daging kaki dan paha lebih banyak
daripada kadar mioglobin pada daging dada. Demikian pula daging ayam
kampung yang liar berwarna merah lebih tua daripada daging ayam broiler.
Perbedaan kadar mioglobin antara ayam kampung dengan ayam broiler berkaitan
dengan adanya perbedaan tingkat aktifitas fisiknya.
Perbedaan kadar mioglobin pada jenis daging putih dan daging merah,
berkaitan dengan tipe-tipe serabut penyusunnya. Dalam daging unggas terdapat
dua tipe serabut, serabut yang mengandung mioglobin dan yang tidak
mengandung mioglobin. Masing-masing serabut menyusun diri menjadi tiga
macam serabut, yaitu serabut merah, intermediet, dan serabut putih. Kandungan
serabut merah sebanyak 30 - 40%, cukup membuat warna merah gelap pada
daging. Warna daging ayam yang normal berwarna putih keabuan sampai merah
pudar atau ungu. Warna daging dapat berubah atau terjadi penyimpangan warna
menjadi warna coklat, merah cerah, merah pink, dan hijau. Perubahan ini terjadi
karena mioglobin bereaksi dengan senyawa lain atau mengalami oksigenasi,
oksidasi, reduksi dan denaturasi.
21
22
penurunan pH akan mencapai nilai 5,8 -5,9 setelah melewati fase pasca mortem
selama 2 - 4,5 jam. Kecepatan penurunan pH sangat dipengaruhi oleh temperatur
sekitarnya. Pada suhu tinggi, pH turun akan lebih cepat, kecepatan penurunan pH
akan mempengaruhi kondisi fisik jaringan otot. Pada Tabel 8 dapat dilihat
hubungan pH akhir dan kecepatan penurunan pH dengan kondisi fisik jaringan
otot.
Tabel 8. Hubungan pH akhir dan kecepatan penurunan pH dengan kondisi fisik
jaringan otot
pH akhir
6,0 - 6,4
6,0 - 5,7
5,7 - 5,3
5,7 - 5,3
5,3
Kecepatan Penurunan pH
Lambat
Lambat
Lambat
Cepat
Cepat
pH, tersedianya ATP, dan faktor lainnya. Setelah hewan mati, terjadi penurunan
kelarutan protein larut garam, terutama miosin. Tahap penurunan kelarutan protein
ini dimulai dari saat pre-rigor. Pada fase pre-rigor kelarutan per unit pH lebih
kecil dibandingkan saat rigor mortis. Hal ini disebabkan karena pada fase pre-
23
daya ikat air tersebut berkaitan dengan kemampuan protein otot dalam mengikat
air, sedangkan kemampuan protein otot dipengaruhi oleh nilai pH dan jumlah ATP
jaringan otot. Daging yang mempunyai nilai pH antara 4,7 -5,4 akan mempunyai
daya ikat air rendah.
isoelektrik dari aktomiosin. Maka protein akan mengikat air lebih banyak dan
akibatnya daging menjadi kelihatan kering. Pada fase pre rigor daya ikat air
daging masih relatif tinggi, akan tetapi secara bertahap menurun seiring dengan
nilai pH dan jumlah ATP jaringan otot. Habisnya ATP pasca mortem pada fase
rigor mortis menyebabkan teradinya ikatan yang kuat antara filamen aktin dan
miosin. Kuatnya jaringan protein miofibrilar tersebut juga dapat menyebabkan
menyempitnya ruangan untuk mengikatkan air, sehingga daya ikat air daging pada
fase rigor mortis sangat rendah.
Selama proses pasca rigor daya ikat air daging dapat meningkat lagi, hal
ini dihubungkan dengan perubahan muatan elektrik molekul protein otot, atau
dengan melonggarnya jaringan miofibrilar akibat aktifitas enzim proteolitik.
E. Penanganan Pasca Mortem (Pelayuan Daging)
Tujuan pelayuan daging adalah agar proses pembentukan asam laktat
dapat berlangsung sempurna sehingga terjadi penurunan pH daging. Nilai pH
daging yang rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga proses
kebusukan dihambat. Pengeluaran darah menjadi lebih sempurna, karena darah
merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, lapisan luar daging
menjadi kering, sehingga kontaminasi mikroba pembusuk dari luar dapat ditahan,
serta untuk memperoleh daging yang memiliki keempukan optimum serta cita
rasa yang khas.
Pelayuan yang paling baik dilakukan pada suhu sedikit lebih rendah dari
pada suhu kamar. Lama pelayuan dan temperatur karkas akan menentukan
24
keempukan daging unggas. Karkas yang dilayukan dalam ruangan dengan suhu
32F dan 66F akan lebih empuk daripada pelayuan dalam 98,6F, akan tetapi
seluruh karkas mendekati nilai derajat keempukan hampir sama, setelah dilayukan
lebih dari 8 jam tanpa memperhatikan temperaturnya. Pelayuan daging unggas
sebaiknya dilakukan pada suhu 0-7C. Pada kondisi seperti ini akan memberikan
kesempatan pada daging untuk melewati fase rigor mortis. Bila daging telah
melewati fase ini maka daging akan menjadi empuk. Rigor mortis pada daging
ayam, pada suhu ruang, berlangsung 2 - 4,5 jam. Lamanya fase ini, tergantung
kepada suhu dan macam unggas.
Penyimpanan daging beku dilakukan pada suhu -17 sampai -40C. Pada
daging unggas dapat tahan dalam keadaan baik selama satu tahun bila disimpan
pada suhu -17,8C. Pada suhu ini daging unggas dalam keadaan beku. Dengan
pembekuan, pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim dapat dihambat, sehingga
proses
pembusukan
atau
kerusakan
daging
unggas
dapat
dihambat.
suhu
rendah
(pembekuan
dan
penyimpanan
beku)
disebabkan
25
es, terutama kristal es intraseluler yang secara fisik akan merusak sel-sel mikroba.
Kenaikan konsentrasi padatan intraseluler selama proses pembekuan dapat
mengakibatkan perubahan fisik dan kimia terhadap sel-sel bakteri, seperti
perubahan pH, tekanan uap, titik beku, tegangan permukaan dan potensial
oksidasi-reduksi.
Kesimpulan :
1.
2.
3.
amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik.
Serat-serat daging unggas pendek dan lunak sehingga mudah dicerna.
Daging unggas menghasilkan jumlah kalori yang rendah apabila
dibandingkan dengan nilai kalori daging sapi atau daging babi, sehingga
daging unggas dapat dipakai sebagai bahan makanan yang baik untuk
mengawasi pertambahan berat badan, penyembuhan dari sakit dan untuk
26
Poultry/Unggas:
Hewan kelas aves yang telah didomestikasikan yang mampu memberikan nilai
ekonomis dalam bentuk barang atau jasa untuk kesejahteraan manusia serta
perkembangbiakannya dikelola oleh manusia.
Poultry Science:
Ilmu pengetahuan baik berupa prinsip atau praktis tentang unggas serta tentang
reproduksi, produksi dan pemasarannya.
DOC:
Day old chick atau anak ayam umur sehari, juga dinamakan kuri atau kuthuk
umur sehari.
Ayam Broiler:
Ayam penghasil daging dengan umur pemeliharaan sampai panen cukup singkat
sekitar 35 hari.
Ayam Layer:
Ayam petelur yang dipelihara hingga umur sekitar 75 minggu dengan masa
produksi sekitar umur 20-75 minggu.
HDA (Hen Day Average):
Persentase perbandingan jumlah produksi telur dengan populasi ayam dalam satu
kelompok pada satuan waktu tertentu.
FI (Feed Intake):
Jumlah pakan yang dihabiskan oleh ayam atau unggas pada periode waktu
tertentu.
FCR (Feed Conversion Ratio):
Perbandingan jumlah pakan yang dihabiskan dengan kenaikan berat badan pada
waktu dan satuan berat yang sama.
Efisiensi Pakan:
Besarnya bagian pakan yang dapat diubah menjadi produk daging atau telur yang
dinyatakan dalam persen.
Class:
Standar klasifikasi ayam berdasarkan daerah asal usul geografis yang memberikan
variasi perbedaan bentuk dan sifat karaktersitikdari ayam tersebut. Contoh ayam
asia, amerika.
Bangsa/Breed:
Klasifikasi ayam berdasarkan bentuk morfologhi dan besar tubuh yang sama dari
setiap klas, contoh ayam brahma.
Strain:
Klasifikasi ayam berdasarkan garis keturunan tertentu melalui persilangan dari
27
berbagai klas, bangsa atau varietas sehingga ayam tersebut memiliki bentuk, sifat
dan tipe produksi tertentu sesuai dengan tujuan produksi.
Karkas Unggas:
Hasil pemotongan unggas tanpa disertai bagian darah, bulu, kepala, cakar, usus,
giblet (hati jantung empedal), tetapi paru-paru termasuk di dalam bagian karkas.
Albumin:
Putih telur kaya protein yang dihasilkan oleh magnum.
Yolk:
Bagian telur paling dalam yang mengandung lemak, trigliserida, glukosa, mineral
dan karotin.
Oviduk:
Saluran reproduksi ayam betina yang terdiri dari infundibulum, magnum, istmus,
uterus, dan vagina.
Ovarium:
Alat reproduksi ayam betina yang menghasilkan ovum.
Ovulasi:
Adalah peristiwa keluarnya ovum (yolk) dari folikel setelah robek pada bagian
stigma oleh pengaruh hormone LH, ovum yang terlepas kemudian akan ditangkap
oleh infundibulum.
Oviposition:
Peristiwa keluarnya telur dari kloaka karena pengaruh hormone oksitosin.
Molting:
Adalah peristiwa rontoknya bulu secara alamiahdan beraturan. Molting yang
dipaksakan disebut force molting yang bertujuan untuk mengatur produksi telur.
Plumping:
Penyerapan air dan mineral saat mulai terbentuknya kerabang tipis yang terjadi di
istmus.
Brodinnes:
Adalah usaha ayam mengerami telurnya setelah bertelur pada periode tertentu dan
dipengaruhi oleh hormone prolaktin.
28